DISUSUN OLEH:
PRILLY ARISKA NILASARI
1804063
Pembimbing Klinik
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
a. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali
dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat
terjadi dehidrasi (Nurarif, 2015).
b. Hiperemesis gravidarum adalah sebuah kondisi muntah-muntah pada
perempuan hamil yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan,
dehidrasi, alkalosis, dan hipokalemia (Tanto, 2014).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Alat kelamin luar (genetalia eksterna)
1) Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7½ cm. Dinding depan liang senggama (vagina)
9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
Fungsi utama vagina, yaitu:
a) Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah pada
waktu haid dan secret dari uterus.
b) Sebagai alat persetubuhan
c) Sebagai jalan lahir pada waktu partus
2) Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm. Berat 50 gr, dan
berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
d) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan
usia kehamilan.
e) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
f) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
a) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk
persiapan jika terjadi pembuahan.
b) Miometrium
Merupakan lapisan paling tebal terdiri dari otot polos yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat proses
persalinan.
c) Parametrium
Meliputi dinding uterus bagian luar, tuba dan mencapai dinding
abdomen.
3) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus.
4) Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur
kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus
pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk ke dalam tuba.
(Syaifuddin, 2011)
3. ETIOLOGI
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG)
b. Faktor organik: karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
c. Faktor psikologis: kehilangan pekerjaan, keretakan rumah tangga, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggungjawab.
d. Faktor endokrin: hipertiroid, diabetes mellitus, dll.
(Sofian, 2012)
4. PATHWAY
Peningkatan esterogen Penurunan pengosongan lambung
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Tingkat I (ringan): mual muntah terus menerus, lemah, tidak nafsu makan,
berat badan menurun, nyeri di epigastrium, nadi 100x/menit, tekanan darah
turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II (sedang): mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan
umum lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan
kotor, nadi lemah dan cepat, suhu badan naik, dehidrasi, ikterus ringan, berat
badan turun, tekanan darah turun, mata cekung, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi, dapat juga terjadi napas berbau aseton.
c. Tingkat III (berat): keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun
(somnolen sampai koma), nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu
badan naik, tekanan darah sangat turun, ikterus, dapat berakibat fatal yaitu
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental (ensefalopati Wernicke)
(Sofian, 2012)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG: mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis: kultur, mendeteksi bakteri, BUN
c. Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.
(Nurarif, 2015)
7. PENATALAKSANAAN
a. Terapi non-medikamentosa:
1) Istirahat atau tirah baring
2) Pemberian makan dalam jumlah sedikit namun sering
3) Minum cairan dalam jumlah yang adekuat (2000cc/24 jam)
b. Terapi medikamentosa
1) Rehidrasi dengan pemberian cairan kristaloid. Hal ini ditujukan untuk
koreksi dehidrasi, ketonemia, gangguan elektrolit dan asam basa.
2) Anti-emetik,
a) Mual dan muntah ringan: vitamin B6 (piridoksin) 2 mg/hari per oral.
b) Mual dan muntah berat: Metoclopramide 10 mg per IV, pemberian 1
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
3) Anti-histamin: Doxylamine dan Dipendyramine
4) Dopamine antagonis: Prochlorperazine, Prometazhine, dan
Metoclopramide
5) Serotonin antagonis: Ondansentron, biasanya diberikan pada pasien
hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-
obatan yang lain.
(Tanto, 2014)
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hiperemis gravidarum, antara lain:
a. Dehidrasi
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Alkalosis
e. Penurunan kesadaran
f. Ensefalopati Wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia,
perubahan mental.
(Tanto, 2014)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas lengkap pasien dan penanggungjawab
b. Keluhan utama: mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam sehari
c. Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
e. Pemeriksaan fisik: takikardi, hipotensi, vertigo, konjungtiva ikterik gangguan
kesadaran, delirium, Kulit kering, membran mukosa bibir kering, turgor kulit
kembali lambat, kelopak mata cekung, penurunan BB, peningkatan suhu
tubuh, oliguria, ketonuria, urin pekat.
f. Pemeriksaan penunjang: proteinuria, ketonuria, urobilinogen, penurunan
kadar potasium, sodium, klorida, dan protein, kadar vitamin menurun,
peningkatan hemoglobin dan hematokrit.
(Tanto, 2014)
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
(Herdman, 2018)
3. NURSING CARE PLAN
Diagnosis Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan “Status Nutrisi” “Manajemen Nutrisi”
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan pasien. 1. Hasil observasi digunakan sebagai
kebutuhan tubuh keperawatan diharapkan masalah indikator dalam menentukan
berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi dapat intervensi.
asupan diet kurang teratasi, dengan kriteria hasil: 2. Berikan nutrisi dan kalori 2. Nutrisi dan kalori sesuai
- Pasien tidak mual dan muntah sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mencukupi
- Nafsu makan meningkat kebutuhan gizi ibu dan janin.
- Intake nutrisi adekuat 3. Anjurkan pasien untuk 3. Makan sedikit demi sedikit
makan sedikit demi sedikit meningkatkan asupan nutrisi
tapi sering. pasien.
4. Kolaborasi pemberian 4. Indikasi obat antiemetik untuk
antiemetik mengurangi mual dan muntah
(Wilkinson, 2016)
Diagnosis Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Kekurangan volume “Keseimbangan Cairan” “Manajemen Cairan”
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keseimbangan 1. Hasil observasi digunakan sebagai
dengan asupan cairan keperawatan diharapkan masalah intake dan output. indikator dalam menentukan
kurang kekurangan volume cairan dapat intervensi.
teratasi, dengan kriteria hasil: 2. Berikan cairan sesuai dengan 2. Cairan yang diberikan sesuai
- Intake dan output seimbang kebutuhan cairan pasien. kebutuhan dapat mencegah
- Tidak ada tanda-tanda dehidras terjadinya dehidrasi.
3. Edukasi tentang pentingnya 3. Edukasi akan meningkatkan
meningkatkan asupan cairan pemahaman pasien terhadap
pada kondisi pasien. proses perawatan.
4. Kolaborasi pemberian terapi 4. Terapi cairan intravena untuk
cairan intravena. menjaga keseimbangan intake dan
output pasien.
(Wilkinson, 2016)
Diagnosis Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas “Toleransi Aktivitas” “Manajemen Energi”
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respon fisik, emosi, 1. Hasil monitor digunakan sebagai
kelemahan umum keperawatan diharapkan masalah sosial, dan spiritual pasien. indikator dalam menentukan
intoleransi aktivitas dapat teratasi, intervensi.
dengan kriteria hasil: 2. Bantu aktivitas pasien. 2. Membantu aktivitas agar tetap
- Pasien mampu melakukan terpenuhi.
aktivitas sehari-hari 3. Anjurkan pasien untuk 3. Jadwal latihan dibuat untuk
- Tanda-tanda vital dalam batas membuat jadwal latihan di melatih aktivitas pasien secara
normal: waktu luang. bertahap.
TD sistolik : 101-120 mmHg 4. Kolaborasi dengan tenaga 4. Program terapi yang tepat perlu
TD diastolik: 70-80 mmHg rehabilitasi medik dalam direncanakan untuk membantu
Nadi : 60-100x/menit merencanakan program terapi peningkatan kemampuan aktivitas
Suhu : 36°-37,5°C yang tepat. pasien.
Respirasi : 16-20x/menit
(Wilkinson, 2016)
4. DISCHARGE PLANNING
a. Jalani diet seimbang, yang terdiri dari protein, karbohidrat, vitamin, dan
mineral, ibu hamil dianjurkan untuk memperoleh asupan ekstra (tambahan)
kalori sebesar 300 kalori/hari.
b. Hindari konsumsi minuman beralkohol, kafein, dan merokok.
c. Minum sekurang-kurangnya 8 gelas air/hari untuk mencegah konstipasi dan
membantu pengeluaran toksin (zat-zat racun) dari dalam tubuh.
d. Gunakan vitamin dan suplemen khusus ibu hamil sesuai dengan anjuran
dokter.
e. Periksa ke dokter jika gejala semakin parah karena dapat mengganggu
kehamilan.
(Nurarif, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. H. Alih Bahasa oleh Budi, A.K., Henny, S.M., Teuku, T.(2018). NANDA-I
Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Sofian, A. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Edisi
3. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2011). Buku Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi VI Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi-NIC,
Hasil-NOC Edisi 10. Jakarta: EGC.