Pendahuluan
Islam berarti “Berserah diri” dimana manusia berserah diri atau bertawakal
terhadap kehendak dan tujuan Allah. Islam adalah sebuah kosa kata bahasa Arab
yang menyimbolkan ketundukan, kepasrahan dan kepatuhan. Sebagai sebuah
agama, Islam bermakna berserah diri secara sempurna dan patuh terhadap Allah
SWT. Arti harfiah lainnya dari kata Islam adalah “damai” dan hal ini berkonotasi
bahwa seseorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya baik bagi tubuh
dan juga pikiran mereka hanya dengan tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Islam sendiri terdiri atas kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, Tuhan semesta
alam (Mawdudi, 1960). Islam menciptakan sebuah paradigma (cara pandang)
unik yang memelihara asas kesopanan, kemakmuran, keberagaman dan
kebahagiaan diantara orang-orang dari berbagai kepercayaan dan etnis di seluruh
dunia selama lebih dari 1000 tahun (Abbasi et al., 2010). Dalam sekenario global
saat ini, umat Islam harus berkomitmen untuk membangun organisasi-organisasi
yang mensimulasikan (mencerminkan) model manajemen Islam yang
menginspirasi. Perspektif Islam dalam kajian manajemen adalah bidang penelitian
yang penting bagi para sarjana manajemen modern (Abbasi et al., 2010).
Perspektif Islam sendiri dideskripsikan dan didiskusikan sebagai dasar sumber
pengetahuan Islam yang diungkap oleh Al-Qur’an dan Hadits, yang
menganggapnya sebagai sesuatu yang valid untuk tujuan penelitian. (Kazmi,
2003)
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Dalam ajaran agama Islam, Al-Qur’an
adalah buku pedoman dan arahan dari Allah bagi umat manusia. Menurut
kepercayaan Islam, Al-Qur’an adalah wahyu terakhir yang diturunkan kepda Nabi
Muhammad saw oleh Allah SWT melalui perantara malaikat yang dikenal sebagai
Malaikat Jibril.
Hadits
Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kekuatan atau kemampuan yang mengikat kepada arah-
arah tindakan (kemampuan memenejemen kebijakan dan pengambilan keputusan)
yang dibutuhkan oleh posisi kepemimpinan. Pemimpin harus mengetahui
tanggung jawab mereka, target mereka, serta apa yang mereka butuhkan untuk
mendapatkan sebuah pencapaian dan konsekuensi apa yang akan mereka terima
jika mereka membuat kesalahan (DeKey et al., 2007).
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat atom (zarah) dia akan melihat
balasannya, dan barang siapa mengerjakan keburukan seberat atom (zarah) maka
dia akan melihat balasannya”. (Al-Qur’an 99:7-8)
“dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan jika seseorang
yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu
tidak akan dipikulkan sedikitpun. (Al-Qur’an 35: 18 )
Akuntabilitas dalam pengertian yang lebih luas, pada dasarnya digunakan untuk
mempengaruhi kinerja dan keadaan seorang pemimpin secara positif. Hal tersebut
mendatangkat sifat “responsive”, rasa tanggung jawab, dan kemauan untuk
bertindak dengan cara yang benar dan terpercaya (Bovens, 2005).
Ketulusan
Kemahiran
Kemahiran secara umum dipahami sebagai dapat melakukan sesuatu hal sedikit
lebih banyak dari persyaratan minimum yang disyaratkan (Alhabshi, et.al, 1994).
Setidaknya terdapat 2 tipe orang; yang pertama, orang yang melakukan tugasnya
dengan cermat, namun tidak menunjukan komitmen tambahan (hanya memenuhi
persyaratan minimal yang diminta), dan yang lain adalah orang yang mendorong
diri mereka melampaui tugas mereka (rela melakukan tugas yang sebenarnya di
luar tanggung jawabnya) (Beekun and Badawi, 1999) mereka diberi semangat dan
bersedia berkorban untuk melaksanakan tugas mereka. Mereka adalah orang-
orang yang memiliki ihsan dan bekerja tanpa kenal lelah untuk menunaikan tugas
mereka dan bahkan sesuatu yang sebenarnya bukan kewajiban mereka.
Keadilan
Dalam sistem nilai Islam (Islamic Value System), ada kontrak atau janji secara
eksplisit di antara semua anggota organisasi untuk beroperasi secara adil dan
dengan keadilan (Beekun et.al., 1999). Keadilan adalah elemen penting untuk
menjaga urusan individu dan kolektif (bersama) agar berjalan lurus (tidak
berbenturan satu sama lain) (Murphi, 1999). Seperti halnya ketulusan, keadilan
adalah mutlak. Tidak ada yang namanya relatif adil atau tidak adil, yang ada
adalah adil atau tidak adil. Keadilan jelas merupakan nilai dan kebajikan dalam
semua agama dan dijunjung tinggi oleh semua masyarakat. Dengan demikian,
keadilan merupakan nilai universal yang dapat diterima oleh setiap orang
(Alhabshi et.al., 1994). Allah memerintahkan untuk berperilaku adil dan
melakukan kebaikan (Al-Qur’an 16:90). Keadilan adalah batu fondasi dari sistem
nilai Islam. Tidak bisa dibayangkan jika pola manajemen Islam tidak akan
menegakkan keadilan. Islam sama sekali tidak ambigu (jelas) dalam memberantas
semua bentuk ketidakadilan, keberpihakan, eksploitasi, penindasan dan kesalahan
dalam proses manajemen khususnya, dan dalam masyarakat pada umumnya,
dengan demikian, seseorang tidak dapat merampas hak orang lain dan memenuhi
kewajibannya terhadap mereka. Inilah bagaimana sistem manajemen Islam
menanamkan asas kepuasan dan perlindungan di antara anggota organisasi dan
memastikan bahwa mereka melakukan tugas mereka dengan pikiran tenang.
Keadilan juga berkontribusi dalam menanamkan rasa tanggung jawab di setiap
anggota organisasi untuk melakukan tugas mereka dengan kemampuan terbaik
mereka. Dengan demikian, hal ini akan mengarah pada peningkatan kinerja
organisasi.