Anda di halaman 1dari 9

Sintesis dan Karakterisasi Karbon Nanopori Ampas Tebu (Saccharum officianarum)

dengan Aktivator ZnCl2 melalui Iradiasi Ultrasonik sebagai


Bahan Penyimpan Energi Elektrokimia

Arniati Labanni’, Muhammad Zakir, dan Maming


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 email:arniati.labanni@gmail.com

Synthesis and Characterization of Nanoporous Carbon from Sugarcanne Bagasse


(Saccharum officianarum) with ZnCl2 Activator by Ultrasonik Irradiation
as Electrochemical Energy Storage Material

Arniati Labanni’, Muhammad Zakir, and Maming


Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Science, Hasanuddin University
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 email:arniati.labanni@gmail.com

Abstrak. Penelitian tentang sintesis dan karakterisasi karbon nanopori ampas tebu (Saccharum
officianarum) melalui iradiasi ultrasonik dengan aktivator ZnCl2 sebagai bahan penyimpan energi
elektrokimia telah dilakukan. Karbon aktif ini merupakan material dasar pembuatan elektroda yang akan
dikembangkan menjadi material penyimpan energi elektrokimia. Karbon nanopori dibuat dari bahan
ampas tebu, yang melewati 3 tahapan proses yakni karbonisasi pada suhu 350 0C, ekstraksi silika, dan
aktivasi dengan ZnCl2 dengan perlakuan iradiasi ultrasonik. Karbon aktif ampas tebu dengan proses
iradiasi ultrasonik menunjukkan terjadi peningkatan intensitas yang tajam pada rentang gugus –OH pada
bilangan gelombang 3419,79 cm-1. Hasil analisis XRF menunjukkan senyawa dengan kandungan tertinggi
daam karbon aktif adalah ZnO sebesar 97,06%, dan hasil analisis XRD menunjukkan karbon aktif
memiliki struktur fase amorf dan kristal. Selain itu, hasil SEM menunjukkan pembentukan pori pada
karbon aktif dengan iradiasi lebih baik daripada karbon tanpa iradiasi, dengan ukuran pori 1,5 sampai
2 µm. Luas permukaan karbon aktif yang diiradiasi dengan gelombang ultrasonik pada suhu optimum 30
0
C selama 60 menit adalah 171,2802 m2/gram dengan nilai kapasitas penyimpanan energi sebesar
0,3284 x 10-5 F/g.
Kata kunci: energi elektrokimia, karbon nanopori, ampas tebu, ekstraksi silika, aktivator ZnCl2, iradiasi
ultrasonik

Abstract. A study on synthesis and characterization of nanoporous carbon derived from sugarcane
bagasse (Saccharum officianarum) by ultrasonik irradiation using ZnCl2 activator for electrochemical
capasitor application has been investigated. Nanoporous carbon is a basic material for the electrode in the
electrochemical energy storage. Nanoporous carbon has been synthesized based on three-steps procedures,
i.e. carbonization in temperature of 350 0C, silica extraction, and activation using ZnCl2 with ultrasonic
irradiation. Activated carbon with irradiation showed an increasing in intensity of the –OH functional
group stretch at wave number of 3419,79. The results of XRF analysis showed the highest content of
oxide compound in the activated carbon was ZnO as 97,06%, and result of XRD analysis showed that
activated carbon has both amorphous and crystalline. The result of SEM analysis showed that the pores
evolvement of irradiated activated carbon was better than un-irradiated activated carbon, with diameter of
the pores 1,5 to 2 µm. The surface area of the carbon in optimum temperature of 30 oC for 60 minutes was
171, 2802 m2/g and the energy storage capacity was 0,3284 x 10-5 F/g.
Keywords: electrochemical energy storage, nanoporous carbon, sugarcane bagasse, silica extraction,
ZnCl2 activator, ultrasonic irradiation
PENDAHULUAN penyempurnaan proses karbonisasi. Pada proses
karbonisasi, daya adsorpsi karbon tergolong
Kebutuhan energi dunia semakin masih rendah karena masih terdapat residu yang
meningkat dari waktu ke waktu. Namun masalah menutupi permukaan pori. Pada proses aktivasi
yang dihadapi adalah sumber bahan bakar fosil terjadi pelepasan hidrokarbon, tar, dan senyawa
sebagai satu-satunya sumber energi yang anorganik yang menutupi karbon (Aisah, 2010).
diandalkan saat ini semakin berkurang. Hal ini Salah satu metode untuk meningkatkan
menyebabkan terjadinya krisis energi nasional nilai kapasitansi spesifik karbon aktif adalah
sehingga dibutuhkan sumber energi lain yang dengan menggunakan iradiasi gelombang
terbarukan. Salah satunya adalah penyimpanan ultrasonik. Pada iradiasi gelombang ultrasonik
energi elektrokimia. terjadi efek kavitasi akustik yakni pembentukan
Energi elektrokimia adalah energi yang gelembung, pertumbuhan gelembung, dan
diperoleh dari proses kimia. Sistem penyimpanan pemecahan gelembung sehingga semakin banyak
energi secara elektrokimia terdiri atas tiga jenis pori yang terbentuk (Suslick, dkk., 1996).
yakni baterai, sel bahan bakar, dan kapasitor Pada penelitian ini, karbon aktif telah
elektrokimia (Winter dan Brodd, 2004). dibuat dari ampas tebu melalui karbonisasi,
Kapasitor elektrokimia merupakan sistem ekstraksi silika, dan aktivasi dengan perlakuan
penyimpanan energi yang lebih unggul iradiasi gelombang ultrasonik. Selanjutnya
dibandingkan baterai dan sel bahan bakar. dilakukan karakterisasi terhadap karbon yang
Kapasitor elektrokimia berbahan karbon diberikan perlakuan iradiasi ultrasonik dan
nanopori (Frackowiak dan Beguin, 2011). karbon tanpa iradiasi gelombang ultrasonik,
Karbon nanopori adalah karbon yang yakni karakterisasi morfologi pori dengan SEM
memiliki pori berukuran nano. Karbon nanopori (Scanning Electron Microscope), karakterisasi
telah luas digunakan sebagai material penyimpan luas permukaan dengan metode metilen biru, dan
energi disebabkan luas permukaannya yang kapasitansi spesifik dengan LCR-745 Meter.
besar, stabil, mudah terpolarisasi, dan murah.
Karbon berpori secara fisik terdiri dari bahan METODE PENELITIAN
padat yang berisi karbon (matriks) dan rongga Bahan
kosong (pori) (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Karbon nanopori dapat dibuat dari berbagai Bahan-bahan yang digunakan dalam
bahan baku asalkan mengandung karbon seperti penelitian ini yakni limbah ampas tebu, padatan
ampas tebu, sekam padi, tempurung kelapa, batu ZnCl2, padatan NaOH, larutan metilen biru
bara, dll (Prabowo 2009). Ampas tebu 300 ppm, akuades, serbuk PVA, serbuk
merupakan hasil samping dari pemerahan cairan natrosol, larutan H2SO4 1 M, aluminium foil,
tebu, yang dapat digunakan sebagai material kertas pH universal, dan kertas saring biasa.
awal pembuatan karbon nanopori dalam aplikasi Alat
kapasitor elektrokimia (Wei,X., dkk., 2011). Alat-alat yang digunakan dalam
Karbon aktif dibuat melalui dua tahapan penelitian ini yaitu tanur (Muffle Furnace tipe
proses yakni karbonisasi dan aktivasi baik secara 6000), Oven (tipe SPNISOSFD), cawan
kimiawi maupun secara fisika (Sudibandriyo dan porselin, pengaduk magnetik (Fisher tipe 115),
Lydia, 2011; Shofa, 2012). Karbonisasi adalah ayakan ukuran 100 mesh, lumpang, neraca
proses pembakaran material organik pada bahan analitik (Shimadzu AW220), labu semprot
baku yang menyebabkan terjadinya dekomposisi plastik, ultrasonic cleaner (Elmasonic S40H),
material organik dan pengeluaran pengotor dan LCR Meter (Tipe LCR-745 Leader), pompa
senyawa non-karbon. Aktivasi adalah proses
vakum (Vacuubrand tipe ME4C), corong Setelah itu kedua jenis sampel disaring dan
Buchner, desikator, statif, alat gelas karbon yang dihasilkan dicuci dengan akuades
laboratorium, termometer, FTIR (Shimadzu, IR hingga pH netral. Kemudian karbon dikeringkan
Prestige21), SEM (Tescan Vega3 Bruker), di dalam oven pada suhu 110 oC lalu dibakar di
Spektrometer UV-Vis 20D+ Shimadzu. dalam tanur pada suhu 350 oC selama 1 jam.

Prosedur Karakterisasi
Karbonisasi Karbon aktif ampas tebu dikarakterisasi
Sampel ampas tebu terlebih dahulu dicuci luas permukaan dengan metode metilen biru,
dengan air dan akuades lalu dikeringkan di karakterisasi morfologi pori dengan Scanning
bawah sinar matahari dan di dalam oven. Ampas Electron Microscope (SEM), dan karakterisasi
tebu yang telah bersih dan kering dibakar dengan kapasitansi spesifik dengan LCR-Meter.
kompor listrik hingga mengarang lalu dibakar
dengan tanur pada suhu 350 oC selama 1 jam. Penentuan Luas Permukaan dengan Metode
Karbon yang dihasilkan didinginkan lalu diayak Metilen Biru
hingga berukuran 100 mesh. Penentuan luas permukaan dengan
metode metilen biru dilakukan berdasarkan
kemampuan karbon aktif dalam menyerap zat
Ekstraksi Silika
Karbon ampas tebu dari proses metilen biru. Sebanyak 0,3 gram karbon aktif
karbonisasi diekstraksi silikanya untuk ditambahkan ke dalam erlenmeyer berisi 50 mL
mendapatkan karbon yang bebas silika. Sampel larutan metilen biru 300 ppm kemudian ditutup.
karbon ditambahkan dengan NaOH dengan Campuran diaduk dengan magnetik strirer
variasi konsentrasi 2,5 dan 5M dan tanpa ektraksi selama 30 menit, kemudian disaring. Filtrat
silika sebagai pembanding. Ketiga sampel kemudian diukur absorbansinya dengan
kemudian diaduk selama 60 menit disertai spektronik UV-Vis pada panjang gelombang
dengan pemanasan pada suhu 95oC. Selanjutnya 658 nm. Data absorbansi yang diperoleh
disaring dan karbon yang dihasilkan dicuci digunakan untuk menghitung konsentrasi setelah
dengan akuades hingga pH netral lalu adsorpsi dari kurva kalibrasi. Nilai konsentrasi
dikeringkan di dalam oven pada suhu 110 oC. akhir kemudian digunakan untuk menghitung
Ketiga jenis karbon kemudian dianalisis luas permukaan karbon melalui persamaan
kandungan senyawa oksida dengan XRF untuk berikut.
mengetahui kadar silika dalam karbon.

Aktivasi
Karbon yang telah bebas silika kemudian Dimana,
diaktivasi menggunakan aktivator ZnCl2 10%. s : Luas permukaan adsorben (m2/g)
Karbon dicampurkan dengan larutan ZnCl2 10% N : Bilangan Avogadro (6,022 .1023 mol-1)
lalu dihomogenkan. Wadah campuran kemudian Xm : Berat adsorbat terasorbsi (mg/g)
ditutup rapat dan didiamkan selama 24 jam. A : Luas penutupan oleh satu molekul
Campuran lalu diberi perlakuan dengan dan metilen biru (197 .10-20 m2)
tanpa iradiasi gelombang ultrasonik. Mr : Massa molekul relatif metilen biru
Sebelumnya, ditentukan waktu dan suhu (320,5 g/mol)
optimum iradiasi yakni suhu 15, 30, 45, dan
60 oC dan waktu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit.
Penentuan Kapasitansi Spesifik Karbon
Karbon aktif ampas tebu yang telah
disintesis kemudian dibuat menjadi elektroda dan
dicetak untuk diukur kapasitas penyimpanannya.
Kapasitor dibuat dengan membuat 2 kepingan
elektroda yang dipisahkan oleh hidrogel
elektrolit dengan menggunakan cetakan
sederhana. Pada penelitian ini, cetakan dibuat Gambar 1. Sampel ampas tebu yang telah bersih
dari pipa paralon berukuran 1,5” dengan panjang dan kering
3 cm yang salah satu sisinya di tutup dengan
aluminium foil. Pencetakan dilakukan dengan Karbonisasi
cara mencampurkan 2 mL H2SO4 1M, 2 mL Karbonisasi adalah proses pembakaran
Polivinil Alkohol (PVA) 5%, dan 0,25 gram material organik pada bahan baku yang akan
karbon, kemudian diaduk. Setelah ditambahkan menyebabkan terjadinya dekomposisi material
dengan natrosol, campuran segera dituang ke organik dan pengeluaran pengotor dimana
dalam cetakan. Setelah 1 lapisan elektroda sebagian besar unsur non-karbon akan hilang
karbon terbentuk, selanjutnya dibuat lapisan pada tahap ini. Proses karbonisasi ampas tebu
hidrogel elektrolit dengan cara yang sama yakni dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama,
campuran antara 2 mL H2SO4, 2 mL PVA 5%, dilakukan dengan membakar ampas tebu dengan
dan 0,5 gram natrosol dan segera dituang di atas menggunakan kompor listrik selama 20 menit
lapisan elektroda dalam cetakan. Setelah lapisan hingga menjadi arang (C). Pada saat
hidrogel elektrolit, selanjutnya dibuat lagi 1 pembakaran, wadah yang digunakan harus
lapisan elektroda karbon seperti pada lapisan tertutup rapat untuk menghindari kontak
pertama, sehingga dihasilkan kapasitor langsung dengan O2 di atmosfer agar tidak terjadi
elektrokimia yang terdiri dari 2 lapisan elektroda oksidasi berlanjut yang dapat menyebabkan
karbon ampas tebu yang mengapit lapisan karbon menjadi abu. Pada pembakaran ini, akan
hidrogel elektrolit. Kapasitor yang telah dicetak terbentuk banyak asap yang mengindikasikan
kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 3 penguapan senyawa volatil dan uap air yang
hari. Kapasitor elektrokimia yang telah dibuat terkandung di dalam bahan ampas tebu.
kemudian diukur kapasitas penyimpanannya Pembakaran dihentikan ketika sudah tidak
menggunakan LCR-meter. terbentuk asap lagi. Tahap kedua, pembakaran
dilakukan dengan menggunakan tanur pada suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN 350 oC selama 1 jam. Suhu optimum karbonisasi
Preparasi Bahan Ampas Tebu ampas tebu adalah 350 oC. Suhu yang terlalu
Preparasi bahan ampas tebu dilakukan tinggi akan menyebabkan terbentuknya abu.
dengan mencuci ampas tebu dengan air mengalir Pada tahap ini, akan terjadi pemutusan ikatan C-
dan akuades untuk dibersihkan dari kotoran- C pada lignin dan selulosa di dalam bahan serta
kotoran. Setelah itu, bahan dikeringkan di bawah senyawa-senyawa bukan karbon akan hilang.
sinar matahari langsung selama 5 jam dalam 5 Setelah dikarbonisasi, karbon diayak
hari, dan di dalam oven pada suhu 110 oC selama dengan pengayak berukuran 100 mesh untuk
2 jam untuk menghilangkan kandungan air di mereduksi ukurannya. Karena ukuran partikel
dalam karbon. Selanjutnya bahan ampas tebu karbon yang kecil memberikan luas permukaan
dipotong kecil-kecil. yang besar. Selain itu, hal ini dilakukan agar
karbon memiliki ukuran partikel yang sama.
Karbon ampas tebu yang telah diayak dengan hidroksil yang kedua akan berikatan dengan
ukuran 100 mesh ditunjukkan pada gambar hidrogen membentuk molekul air. Dua ion Na+
berikut. akan menyeimbangkan muatan negatif yang
terbentuk dan berinteraksi dengan ion SiO32-
sehingga terbentuk natrium silikat (Mujiyanti,
dkk 2010).
Selanjutnya, campuran tersebut disaring
untuk memisahkan filtrat dan residu. Residu
yang dihasilkan kemudian dicuci dengan akuades
hingga pH netral. Pencucian ini dilakukan untuk
menghilangkan natrium silikat yang masih
Gambar 2. Karbon ampas tebu setelah terdapat pada residu. Kemudian karbon
karbonisasi dikeringkan di dalam oven pada suhu 110 oC
Ekstraksi Silika selama 4 jam. Pada proses ekstraksi silika,
Kandungan silika di dalam karbon ampas dihasilkan 3 jenis karbon ampas tebu yakni
tebu menurut Kristianingrum dkk. (2011) adalah karbon ampas tebu tanpa ekstraksi silika (Kat-
sebesar 73,5%. Menurut Wei, dkk (2011), Eks0), karbon ampas tebu yang diekstraksi
ekstraksi silika pada karbon akan memberikan silikanya dengan menggunakan NaOH 2,5 M
struktur awal sehingga karbon yang dihasilkan (Kat-Eks2,5), dan karbon ampas tebu yang
lebih murni. Selain itu, jika silika di dalam diektraksi silikanya dengan menggunakan NaOH
karbon diekstraksi maka akan terbentuk ruang 5 M (Kat-Eks5). Ketiga jenis karbon ini lalu
yang lebih banyak di dalam karbon. Pada dikarakterisasi kandungan senyawa oksidanya
penelitian ini dilakukan ekstraksi silika dengan dengan XRF sehingga diperoleh data pada
menggunakan larutan NaOH dengan variasi Tabel 1.
konsentrasi 2,5 M dan 5 M, serta tanpa ekstraksi Tabel 1. Kandungan senyawa oksida di dalam
silika sebagai pembanding. Variasi konsentrasi karbon setelah ekstraksi silika
dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi
optimum NaOH yang digunakan untuk Kat- Kat-
Kat-Eks0
Senyawa Eks2,5 Eks5
mengekstraksi semua silika. Ekstraksi silika (% b/b)
(%b/b) (%b/b)
dilakukan dengan mencampurkan 5 gram karbon SiO2 53,15 10,93 -
ampas tebu dengan 100 mL larutan NaOH. Fe2O3 29,16 64,08 72,53
Campuran ini kemudian diaduk dengan magnetik K2O 5,01 3,58 3,59
stirer selama 1 jam pada suhu 95 oC. Pengadukan CaO 4,90 0,974 10,81
bertujuan untuk mengefektifkan ekstraksi silika P2O5 3,11 0,94 0,83
pada karbon. Selain itu, pemanasan dilakukan MnO 2,52 6,17 6,94
untuk mempercepat laju ekstraksi serta kenaikan TiO2 1,45 3,75 4,33
suhu akan meningkatkan jumlah silika yang larut Cr2O3 0,194 - -
ke dalam ekstraktan. Berikut reaksinya. ZnO 0,169 0,232 0,185
SiO2 (s) + 2 NaOH (l)  Na2SiO3 (s) + H2O (aq) SrO 1,132 0,389 0,397
Pada silika (SiO2) atom O memiliki NiO 0,092 - 0,198
keelektronegatifan yang tinggi sehingga Si
menjadi lebih elektropositif dan terbentuk Senyawa-senyawa oksida yang dominan
intermediet [SiO2OH]- yang tidak stabil. Pada di dalam karbon ampas tebu adalah SiO2, Fe2O3,
proses ini, akan terjadi dehidrogenasi dan ion K2O, CaO, P2O5, MnO, TiO2, dan SrO.
Sedangkan senyawa-senyawa oksida lainnya Analisis Morfologi Permukaan Karbon Aktif
hanya pada konsentrasi kurang dari 1% dari berat Ampas Tebu
sampel yang dianalisis. Sampel Kat-Eks0 Morfologi permukaan dari karbon aktif ampas
mengandung 53,16% silika. Pada sampel Kat- tebu dilakukan dengan menggunakan instrument
Eks2,5 kandungan silika ini berkurang menjadi Scanning Electron Microscope (SEM) Tescan
10,93%, dan akhirnya habis pada sampel Kat- Vega3 Bruker.
Eks5. Hal ini membuktikan bahwa silika di
dalam karbon berhasil diekstraksi dengan
menggunakan NaOH 5M. Karbon bebas silika
selanjutnya akan diaktivasi.

Aktivasi
Aktivasi bertujuan untuk mengaktifkan
karbon dengan mengangkat residu-residu yang
menutupi permukaan pori sehingga bisa
dihasilkan karbon dengan luas permukaan yang
(a) (b)
besar (Aisah, 2010). Pada penelitian ini Gambar 3. Gambar hasil SEM karbon aktif
dilakukan aktivasi dengan menggunakan ZnCl2 ampas tebu pada skala 2 µm (a) tanpa iradiasi
10%. gelombang ultrasonik, (b) dengan iradiasi
Aktivasi karbon ampas tebu dilakukan gelombang ultrasonik
dengan mencampurkan 5 gram karbon ampas
tebu dengan 60 mL larutan aktivator ZnCl2 10% Gambar 3 menunjukkan hasil SEM dari
kemudian direndam selama 24 jam. Perendaman karbon aktif ampas tebu dengan perbesaran pada
dilakukan untuk memaksimalkan kontak antara skala 2 µm. Pada kedua jenis karbon aktif baik
karbon dengan aktivator sehingga residu-residu yang diberi perlakuan iradiasi maupun tidak,
yang menutupi pori karbon akan terangkat terbentuk pori yang disebabkan karena
sehingga pori-pori pada karbon akan terbuka. penguapan komponen volatil serta lepasnya
Dengan demikian terbentuk sisi aktif pada senyawa-senyawa anorganik sehingga
karbon . Semakin banyak pori yang terbentuk, menyebabkan terbentuknya pori pada karbon
maka akan semakin banyak ruang yang tersedia aktif.
untuk penyimpanan muatan listrik berupa ion-ion Terdapat perbedaan yang jelas antara
elektrolit di dalam karbon nanopori (Rosi, dkk., karbon aktif yang diiradiasi dengan karbon aktif
2013). Setelah direndam, karbon kemudian diberi yang tidak diiradiasi. Berdasarkan gambar maka
perlakuan dengan dan tanpa iradiasi gelombang diketahui pori yang terbentuk pada karbon aktif
ultrasonik. Setelah diberi perlakuan dengan dan yang diiradiasi memiliki diameter yang
tanpa iradiasi gelombang ultrasonik, karbon berukuran 1,5 sampai 2 µm. Sedangkan karbon
kemudian di bakar di dalam tanur pada suhu aktif yang tidak diiradiasi memiliki diameter pori
350 oC selama 1 jam. Hal ini dilakukan untuk sebesar 1,6 sampai 3 µm. Pada karbon aktif yang
menghilangkan pengotor-pengotor pada karbon diiradiasi, distribusi pori lebih merata, jumlah
aktif. Karbon aktif yang diperoleh dengan dan porinya lebih banyak, dan ukuran porinya
tanpa iradiasi gelombang ultrasonik kemudian cenderung lebih kecil dibandingkan
dikarakterisasi.

dengan pori pada karbon aktif tanpa iradiasi. terbentuk hingga ke bagian dalam karbon.
Selain itu, pori pada karbon aktif yang diiradiasi Berbeda dengan karbon aktif ampas tebu yang
tidak diiradiasi, dimana pori yang terbentuk tidak gelembung pada karbon aktif sehingga terbentuk
terlalu baik dan hanya terbentuk di bagian pori yang lebih banyak pada karbon yang
permukaan karbon saja. Distribusi pori yang diiradiasi daripada karbon aktif tanpa iradiasi
lebih baik ini membuktikan bahwa perlakuan gelombang ultrasonik.
iradiasi ultrasonik memberikan efek kavitasi,
dimana terjadi pembentukan dan pemecahan

Analisis Luas Permukaan Karbon Aktif Ampas Tebu dengan dan Tanpa Iradiasi gelombang
Ultrasonik
Tabel 2. Data Luas Permukaan Karbon Aktif Ampas Tebu dengan dan Tanpa Iradiasi Gelombang
Ultrasonik
Volume Massa (Na.a)
Akhir Awal Xm
Sampel Absorbansi Larutan Karbon /Mr S (m2/g)
(ppm) (ppm) (mg/g)
(L) (g)
Setelah
46,217
Aktivasi 3,706 171,2802
4,388 22,69791 300 0,05 0,3 00
(dengan
Iradiasi)
Setelah
Aktivasi 46,196
4,412 21,81770 300 0,05 0,3 3,706 171,2030
(Tanpa 20
Iradiasi)

Hasil penentuan luas permukaan dengan pori yang terbentuk, sehingga nilai luas
metode metilen biru menunjukkan bahwa karbon permukaan dari karbon aktif semakin besar.
aktif ampas tebu yang diiradiasi memberikan
luas permukaan yang lebih besar yakni Penentuan Nilai Kapasitansi Spesifik Karbon
171,2802 m2/gram daripada karbon aktif ampas Aktif Ampas Tebu
tebu tanpa iradiasi yakni sebesar 171,2030 Karbon aktif ampas tebu yang telah disintesis
m2/gram, meskipun perbedaannya tidak terlalu kemudian dibuat menjadi elektroda dan dicetak
signifikan yakni hanya sebesar 0,0772 m2/gram. untuk membuat kapasitor elektrokimia
Hal ini membuktikan bahwa pemberian sederhana. Kapasitor elektrokimia berbentuk
perlakuan iradiasi gelombang ultrasonik seperti sandwich, dimana terdapat dua lapisan
mempengaruhi luas permukaan karbon aktif. elektroda yang mengapit lapisan hidrogel
Karbon dengan iradiasi gelombang ultrasonik elektrolit. Kapasitor elektrokimia yang dibuat
mengalami efek kavitasi yaitu pembentukan dan memiliki diameter 3,5 cm, dengan ketebalan
pemecahan gelembung. Pemecahan gelembung 0,6 cm, dan berat 3,3 gram, ditunjukkan pada
inilah yang kemudian membentuk pori yang gambar 4.
lebih banyak di dalam karbon aktif, sehingga
luas permukaan dari karbon aktif yang diiradiasi
lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif
tanpa iradiasi gelombang ultrasonik. Data ini
sesuai dengan data karakterisasi pori dengan
SEM pada pembahasan sebelumnya, dimana
semakin kecil ukuran pori maka semakin banyak
KESIMPULAN
Perlakuan iradiasi gelombang ultrasonik
memberikan pengaruh terhadap morfologi pori
pada karbon aktif ampas tebu. Karbon aktif yang
diiradiasi memberikan struktur pori yang lebih
kecil, banyak, dan terdistribusi secara merata
dibandingkan karbon aktif ampas tebu tanpa
iradiasi.
Gambar 4. Kapasitor elektrokimia dari karbon Luas permukaan karbon aktif ampas tebu
aktif ampas tebu dengan iradiasi gelombang ultrasonik pada
Kapasitor elektrokimia yang telah kondisi optimum pada suhu 30 oC selama 60
dibuat kemudian diukur kapasitas menit yaitu 171,2802 m2/g dengan nilai
penyimpanannya menggunakan LCR-meter, kapasitansi spesifik sebesar
-5
sehingga diperoleh data nilai kapasitas 0,3284 x 10 F/gram, sedangkan luas
penyimpanan karbon aktif ampas tebu dengan permukaan karbon aktif tanpa iradiasi gelombang
dan tanpa iradiasi gelombang ultrasonik pada ultrasonik yaitu 171,2030 m2/g dengan nilai
Tabel 3. kapasitansi spesifik sebesar 0,4624 x 10-5
F/gram.
Tabel 3. Nilai kapasitansi spesifik karbon ampas
tebu dengan dan tanpa iradiasi gelombang DAFTAR PUSTAKA
ultrasonik 1. Aisah, S., Yulianti, E., san Fasya, A.G.,
2010, Penurunan Angka Peroksida dan
Nilai kapasitansi Asam Lemak Bebas(FFA) pada Proses
Sampel kapasitor
penyimpanan BleachingMinyak Goreng Bekasoleh
elektrokimia
(F/gram) KarbonAktif Polong Buah Kelor
Karbon tanpa iradiasi (Moringa oleifera. Lamk) dengan
0,4624 x 10-5 Aktivasi NaCl, Alchemy, 1( 2), 53-103.
gelombang ultrasonik
Karbon dengan iradiasi
0,3284 x 10-5 2. Frackowiak, E., dan Beguin, F., 2001.
gelombang ultrasonik
Carbon materials for the electrochemical
storage of energi in capacitors, Carbon,
Tabel 3 menunjukkan nilai kapasitansi
39(1): 937-950.
spesifik dari kapasitor elektrokimia karbon
3. Kristianingrum, S., Siswani, E.D.,
ampas tebu dimana karbon aktif ampas tebu Fillaeli, A., 2011, Pengaruh Jenis Asam
tanpa iradiasi memiliki nilai penyimpanan yang pada Sintesis Silika Gel dari Abu
lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif Bagasse dan Uji Sifat adsorptifnya
ampas tebu dengan iradiasi gelombang ultrasonik Terhadap Ion Logam Tembaga (II),
meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hal ini menunjukkan perlakuan iradiasi 4. Mujiyanti, Nuryono, Kunarti, 2010,
Sintesis dan karakterisasi Silika Gel dari
gelombang ultrasonik mempengaruhi nilai
Abu
kapasitansi spesifik penyimpanan karbon aktif 5. Sekam Padi yang diimobilisasi dengan 3-
sebagai elektroda kapasitor. Hal ini mungkin saja (Trimetoksisilil)-1-propantiol. Jurnal
dipengaruhi oleh kandungan kimia di dalam Sains, 4(2), 150-167.
kedua karbon aktif akibat efek kavitasi pada
perlakuan iradiasi ultrasonik.
6. Prabowo, A. L., 2009, Pembuatan
Karbon Aktif dari Tongkol Jagung serta
Aplikasinya untuk Adsorbsi Cu, Pb, dan
Amonia, Skripsi, Universitas Indonesia,
Depok.
7. Rosi, M. Iskandar, F., Abdullah, M.,
Khairurrijal., 2013, Sintesis nanopori
Karbon dengan Variasi Jumlah NaOH
dan aplikasinya sebagai Superkapasitor,
Seminar Nasional Material, ITB.
8. Sembiring dan Sinaga R., 2003, Arang
Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya), USU Digital Library,
Medan,
http://library.usu.ac.id/download/ft/indust
ri-meilita.pdf.
9. Shofa, 2012, Pembuatan Karbon Aktif
Berbahan Baku Ampas Tebu dengan
Aktivasi Kalium Hidroksida, Skripsi,
Universitas Indonesia, Depok.
10. Wei, X., Xiao, Li., Jin Zhou, dan Ping, Z.
S., 2011, Nanoporous Carbon Derived
from Risk Husk for Electrochemical
Capacitor Application, Adv. Mater. Res.
J., 239-242, www.scientific.net
11. Sudibandriyo, M., dan Lydia, 2011,
Karakteristik Luas Permukaan Karbon
Aktif dari Ampas Tebu dengan Aktivasi
Kimia, Skripsi, Universitas Indonesia,
Depok.
12. Winter, M., dan Brodd, R.J., 2004., What
are batteries, fuel cells, and
supercapacitors?, Chem. Rev., (104),
4245-4269.

Anda mungkin juga menyukai