Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
pulalah makalah Periode Sastra Indonesia ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah yang saya susun ini khusus membahas tentang periode sastra dari sejarahnya, nama
pengarang dan sastranya,perbandingan antar angkatan, dan analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik salah
satu karya pengarang.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan,
khususnya masalah pembahasan periodisasi sastra yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya
pengetahuan, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
2
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi
dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13)
membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:
1. Masa Kelahiran mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa
periode, yaitu:
2. Masa Perkembangan mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi
beberapa periode, yaitu
1. Periode 1945-1953.
2. Periode 1953-1961.
3. Periode 1961-1968.
Menurut Ajip, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan
adat yang sedang menghadapai akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi
kelangsungan eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai
dengan pencarian tempat di tengah pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan
pandangan romantic-idealis.
Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang
melahirkan warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan
pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya
warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak
menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak
menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan
sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan
sastra.
3
Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10–
15 tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut:
Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo didasarkan pada nama badan
penerbitan yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti Penerbit Balai Pustaka, majalah
Pujangga Baru, majalah Kisah, dan majalah Horison, kecuali angkatan 45 yang menggunakan
tahun revolusi Indonesia. Ada juga penamaan angkatan 66 yang dicetuskan H.B. Jassin dengan
merujuk pada gerakan politik yang penting di Indonesia sekitar tahun 1966.
Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu
(1) menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan, dan (2) menerapkan teori
penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke angkatan. Di
samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis.
Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau
periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat
perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir.
Setelah meninjau periodisasi sejarah sastra Indonesia dari Jakob Sumardjo dan Ajip Rosidi,
maka muncullah tawaran lain dari Rachmat Djoko Pradopo mengenai periodisasi sejarah sastra
Indonesia sebagai berikut:
Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut:
4
1. Angkatan Balai Pustaka
5
2. Pujangga Baru
6
3. Angkatan 1945
6. Asrul Sani, Rivai Apin, dan Chairil Tiga Menguak Takdir (1950)
Anwar
7
4. Angkatan 1950 - 1960
8
5. Angkatan 1966 - 1970
9
6. Angkatan 1980 - 1990
Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan 1990
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra
Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado,
Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi,
Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya
Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga
tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi
gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Ada nama-nama terkenal
muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La
Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
10
B. Ciri-Ciri Angkatan dan Perbandingan
Periode ‘45
Disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar kerna perjuangan Chairil Anwar dalam
melahirkan angkatan ’45 ini. Disebut juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan
pada tahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
11
Tiga Menguak Chairil Anwar,
Bebas
Takdir Asrul Sani, Riayi Apin
Angkatan ‘66
Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul
Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI.
Angkatan ’70-an
Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana
tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra
kontemporer.
12
Dalam drama, pemain
sering improvisasi
Angkatan ’80-an
Karya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan
karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.
Tumbuh sastra
beraliran pop Ronggen Dukuh Ahmad Tohari
Paruk
Lupus Hilman Hariwijaya
Karya sastra
tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan
umum
13
C. ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
14
15
16
17
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Periodesasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai
dengan ciri-ciri tertentu. Dalam periodesasi sastra Indonesia dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan Pujangga Lama, angkatan
Balai Pustaka, angkatan Pujangga baru, Angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan
1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan reformasi, dan angkatan 2000-an.
Berdasarkan analisis “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” Cerpen ini memaparkan bahwa
menjalani kehidupan di dunia ini dengan menerapkan kejujuran itu tidaklah mudah, sebab tidak
semua orang dapat menerima kejujuran tersebut.
Saran
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi saran adalah perlu ditinjau kembali secara
mendalam tentang pengertian periodisasi sastra, masa berkembangnya angkatan, ciri-ciri tiap
angkatan, dan analisis unsur intrinsik dan eksrinsik sebuah karya sastra.
Saya membuat tugas ini berdasarkan sumber sumber yang ada. Saya juga menyadari, masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan tugas ini. Maka dari itu, saya memerlukan saran
dari para pembaca supaya menjadikan makalah ini lebih baik. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima
kasih.
18