Anda di halaman 1dari 10

1.

Mekanisme Bentuk Interaksi Mutualisme


Simbiosis mutualisme Kelapa sawit dengan Elaeidobius kamerunicus

Dalam simbiosis tersebut serangga Elaeidobius kamerunicus membantu


penyerbukan dari kelapa sawit dan dapat meningkatkan produksi tandan buah dan
juga adanya E. kamerunicus sangat signifikan dalam meningkatkan nilai fruit
set tandan kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena serangga penyerbuk ini mampu
menjangkau buah bagian dalam, sehingga proses penyerbukan bunga pada tandan
sebelah dalam dapat terjadi. Jadi hubungan mereka sangat penting bagi kehidupan
satu sama lain, serangga mendapatkan nutrisi dari buah sawitnya, sedangkan tanaman
kelapa sawit sendiri dibantu penyerbukannya. Cara alami tersebut menggantikan cara
penyerbukan buatan ‘assisted pollination’ yang selama ini kurang efektif dan mahal.

Keterkaitan simbiosis mutualisme antara Elaeidobius kamerunicus dengan


kelapa sawit dalam jaring-jaring makanan sangatlah penting. Kelapa sawit sebagai
produsen memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup konsumennya. Ulat bulu,
serangga Elaeidobius kamerunicus, dan serangga lainnya (konsumen 1)
membutuhkan makanan dari kelapa sawit. Lalat Tachinid dari ordo Diptera dan
burung merupakan konsumen tingkat dua yang memakan ulat dan kumbang,
sedangkan ular sebagai konsumen tingkat 3 memakan burung, katak, kelelawar buah,
dan tikus. Beragamnya tingkat spesies pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
musim berbuah tanaman kelapa sawit. Setelah ular mati akan diuraikan oleh mikroba
pengurai. Kedua organisme tersebut (kelapa sawit dan Elaeidobius kamerunicus)
memiliki pengaruh penting dalam jaring-jaring makanan dan ekosistemnya. Jika
kelapa sawit tidak berbunga maka kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai
konsumen tingkat 1 tidak akan mendapat makanan sehingga nantinya populasi dari
kumbang Elaeidobius kamerunicus menurun. Seperti dalam piramida rantai makanan,
jika salah satu komponen mengalami masalah maka jaring-jaring makanan itu akan
bermasalah. Dan juga jika kumbang Elaeidobius kamerunicus mengalami penurunan
populasi karena populasi tikus (konsumen tingkat 2) meningkat, maka kelapa sawit
tidak akan bisa mengalami pembuahan dan merugikan bagi manusia secara ekonomis.

Sumber :

Riki Juliansen Girsang, Maryani Cyccu Tobing, dan Yuswani Pangestuningsih. 2017.
Biology of Insect Pollinator Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae)
after 33 Years beingIntroduced in North Sumatera. Jurnal Agroekoteknologi FP USU
Vol.5.No.2,April 2017 (44): 348 -354. https://studylibid.com/doc/1140279/biologi-
serangga-penyerbuk-elaeidobius-kamerunicus

.
2. Mekanisme Bentuk Interaksi Sinergisme

Simbiosis Sinergisme Antar Isolat Bakteri Antagonis dalam mengendalikan


Penyakit layu Bakteri pada sistem Budidaya Aeroponik Tanaman Kentang

Mekanismenya sebagai berikut :

Uji Sinergisme Isolat Bakteri ,Pemberian bakteri antagonis dilakukan 7 hst


dengan kepadatan 108 cfu/ml. Pemberian bakteri patogen dilakukan 30 hst dengan
kepadatan populasi 108 cfu/ml. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dengan 4 kali ulangan.

1. Pembuatan Formulasi Bakteri

Isolat-isolat bakteri NG02, NS01, S06, dan G06 yang telah diperbanyak pada
media Nutrien Agar (NA) diencerkan dalam 1 liter larutan MgSO47H20 dengan
kepadatan 108. lalu ditambahkan bahan formulasi berupa larutan Carboxyl Metil
Cellulose (CMC), glycerol, Na alginat, tween 80, dan sorbitol. Selanjutnya isolat-
isolat tersebut dicampur sesuai perlakuan dalam wadah (botol) steril dengan volume
1 liter, lalu wadah (botol) ditutup rapat. Semua perlakuan diinkubasi selama tiga hari
pada shaker
2. Uji Daya Simpan Formulasi Bakteri Antagonis
Untuk mengetahui daya simpan persistensi formulasi bakteri antagonis perbulan
maka dilakukan dengan cara mengambil 1 ml formulasi bakteri pada setiap
perlakuan lalu dilakukan metode pengenceran 10-1 sampai 10-8. Selanjutnya pada
setiap pengenceran diambil 0,1 ml suspense bakteri untuk ditumbuhkan pada media
NGA (Nutrien Glukosa Agar) dan diinkubasi selama 2-3 hari. Penelitian ini terdiri
dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan, pengamatan dilakukan selama 4 bulan untuk
mengetahui viabilitas/daya tumbuh pada media formulasi bakteri.
Hasil dari formulasi bakteri antagonis menunjukkan bahwa keempat
isolat bakteri Clostridium sp yang dikombinasikan dapat tumbuh dengan baik
pada media formulasi, terlihat pada perlakuan isolat NG02+NS01+G06 masih
meningkat jumlah populasinya pada bulan keempat yaitu 1,3x1012cfu/ml
(Tabel 2.)

Tabel 2. Jumlah Populasi Koloni Bakteri Antagonis pada Media Formulasi


dari Bulan Januari Sampai April 2011

Jumlah Koloni (cfu/ml)/bulan ke


Perlakuan
………
1 2 3 4

NG02+NS01 3x 4x 1.3 3x
+S06 101 1011 x 109
1
101
2

NG02+NS01 3x 5x 1.0 1.3


+G06 101 1011 x x
1
101 101
2 2

NS01+S06+ 5x 1.0 x 3x 2x
G06 101 1012 101 101
1 0 0

NG01+S06+ 9x 1.3 x 2.8 1.6


G06 101 1012 x x
1
109 109

NG02+NS01 1.3 1.7 x 9x 3x


+S06+G06 x 1012 101 109
101 1

Hasil dari Tabel 2 diatas dapat dilihat kurva pertumbuhan isolat bakteri
antagonis pada media formulasi (Gambar 4)
14.00
Log Jumlah Koloni (cfu/ml)

12.00

10.00

8.00

6.00
0 1 2 3 4
4.00
Bulan ke-
NG02+NS01+S06 G02+NS01+G06
N
2.00 NS01+S06+G06 NG02+S06+G06
0.00

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Isolat Bakteri Antagonis Pada Media


Formulasi
Keempat isolat bakteri tersebut dikombinasikan dalam bentuk formulasi
cair sesuai dengan perlakuan yang digunakan, dan ternyata kombinasi dari
isolat bakteri tersebut dapat tumbuh dengan baik pada media CMC, alginat,
glycerol, tween, dan sorbitol sesuai dengan komposisi yang diberikan. Hal ini
membuktikan bahwa Clostridium sp mampu bertahan hidup dalam media dan
jumlah populasi pertumbuhan koloninya dapat dilihat pada Tabel 2.

Pertumbuhan populasi bakteri pada media formulasi (Gambar 4),


memperlihatkan adanya sinergisme isolat Clostridium sp yang digunakan pada
media formulasi, perlakuan NG02+NS01+G06 pada bulan keempat masih
memperlihatkan fase pertumbuhannya, dibandingkan dengan perlakuan yang
lain. Pertumbuhan mikroorganisme sangat diperlukan untuk menunjang
bioproses. Perilaku dinamik sel mikroorganisme secara garis besar mengalami
empat fase pertumbuhan yang meliputi fase lag (adaptasi), fase eksponensial dan
fase stasioner serta fase kematian. Didalam proses kultivasi fase eksponensial
dan stasioner pada umumnya merupakan titik kritis kultivasi, dimana
mikroorganisme menghasilkan metabolit. Setelah fase adaptasi selesai,
mikroorganisme memasuki fase eksponensial dimana laju pertumbuhan
maksimum dan konstan, sehingga jumlah biomassa maksimum terdapat pada
fase late exponential (Atlas et al, 1998 dalam Nurhamida 2009). Sinergisme
isolat Clostridium sp yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukkan
perlakuan dengan kombinasi isolat NG02+NS01+G06 cenderung lebih baik
karena masih memperlihatkan fase pertumbuhannya dari bulan pertama jumlah
koloninya 3x1011 cfu/ml hingga bulan keempat 1,3x1012 cfu/ml, pertumbuhan
eksponensial untuk perlakuan isolat NG02+NS01+S06 berada pada bulan ketiga
dengan jumlah koloni 1,3x1012 cfu/ml, dan fase eksponensial pada perlakuan
NS01+S06+G06, NG02+S06+G06, NG02+NS01+S06+G06 terjadi pada bulan
kedua dengan masing-masing jumlah koloninya 1,0x1012 cfu/ml, 1,3x1012
cfu/ml, dan 1,7x1012 cfu/ml. Akhir fase pertumbuhan eksponensial dimana
massa sel maksimum ini merupakan penentu waktu panen pada proses
perbanyakan inokulum.
Hasil dari uji viabilitas bakteri Clostridium sp dalam media formulasi

menunjukan bahwa adanya ketersediaan nutrisi yang baik pada media formulasi
sehingga jumlah koloni bakteri pada semua perlakuan masih memenuhi standar,
belum adanya indikasi kompetisi antagonis antar bakteri Clostridium sp pada
setiap isolat dari pengamatan populasi, sehingga pada media formulasi masih
ditemukan adanya aktivitas pertumbuhan antar isolat bakteri yang dicampurkan,
diduga antagonisme bakteri Clostridium sp bersifat total antar bakteri yang satu
terhadap bakteri yang lainnya. Viabilitas bakteri ini di pengaruhi oleh bahan
organik yang berupa partikel yang mudah larut dan bahan yang digunakan
merupakan sumber karbon dan energi utama bagi aktifitas mikroorganisme.
Selain itu viabilitas bakteri yang baik dan stabil ditentukan pula oleh
komposisi zat yang digunakan serta kemampuan isolat Clostridium sp untuk
memanfaatkan bahan-bahan yang digunakan pada media formulasi sebagai
sumber karbon dan sumber energi, serta strategi bertahan isolat Clostridium sp
dengan menggunakan mekanisme efisiensi yang dimiliki oleh bakteri tersebut.
Bahan-bahan yang terdapat pada media formulasi bakteri dapat digunakan
sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Daya simpan formulasi dari
isolat bakteri Clostridium sp untuk perlakuan pada formulasi NG02+NS01+S06,
NS01+S06+G06, NG02+S06+G06 dan NG02+NS01+S06+G06 bertahan
sampai lebih dari tiga bulan karena populasi isolat bakterinya masih dalam batas
maksimum, sedangkan perlakuan pada formulasi NG02+NS01+G06 diduga
memiliki daya simpan lebih dari enam bulan.

Sumber : Artikel Ilmiah

Nurbaya, M. Danial Rahim, Tutik Kuswinanti, Baharuddin. Tanpa tahun . Sinergisme


Antar Isolat Bakteri Antagonis dalam mengendalikan Penyakit layu Bakteri
(Ralstonia solanacearum) pada sistem Budidaya Aeroponik Tanaman Kentang. Pasca
UNHAS.
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37de438e5d26f9f47fc1426a9be75d1b.pdf
3. Mekanisme Bentuk Interaksi Komensalisme
Simbiosis Paku tanduk rusa dan inangnya

Tanaman paku tanduk rusa merupakan tanaman yang unik terkecuali diamati dari faktor
bentuk daunnya, perihal ini membawa dampak beberapa orang menjadikannya sebagai tanaman
hias untuk ditanaman pekarangan tempat tinggal mereka. Jika diamati di dalam lingkungan
kurang lebih kita, tentu dulu menyaksikan tanaman paku tanduk rusa yang melekat erat di pohon
inangnya.

Tumbuhan paku tanduk rusa adalah tumbuhan yang mempunyai sifat seperti anggrek.
Tumbuhan ini pada umumnya hidup menempel pada tumbuhan lain sepeti pohon jambu, pohon
nagka, dan pohon mangga, akan tetapi tumbuhan paku tanduk rusa tidak menyerap nutrisi
maupun sari-sari makanan pada pohon inagnya. Tumbuhan paku tanduk rusa diuntungkan
dengan keberadaan inangnya, akan tetapi pohon inangnya tidak dirugikan juga tidak
menguntungkan. Tumbuhan paku rusa yang menempel pada inangnya tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon inangnya. Tumbuhan paku tanduk rusa tidak
jarang digunakan untuk tanaman hias dan sengaja di tempel pada pohon inangnya. Karena
bentuk daunnya yang unik tumbuhan oaku tanduk rusa sering di tanam di taman maupun
pekarangan rumah.
Dalam persoalan ini, paku rusa juga mempunyai karakter yang serupa dengan tanaman
anggrek, yaitu mereka akan melekat atau ditempelkan pada suatu pohon dengan obyek untuk
mendapatkan sinar matahari yang lebih baik dan beberapa bahan lain untuk
fotosintesis.Meskipun tanaman ini melekat di suatu pohon, akan tetapi tanaman ini tidak
merugikan tanaman yang ditempelinya sebab tidak menyita cadangan makanan dari tanaman
yang ditempelinya.

Sumber:

Dewi Elfidasari. 2007. Type of intraspecific and interspecific interaction among three heron
species, while oraging around Pulau Dua Nature Reserve, Serang, Banten's provin. Jurnal
Biodervitas Volume 8, Nomor 4 Oktober 2007 Halaman: 266-269.
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0804/D080404.pd
TUGAS MIKROBIOLOGI PERTANIAN

MEKANISME BENTUK INTERAKSI


MUTUALISME,SINERGISME,DAN KOMENSALISME PADA
TANAMAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Natasya Fachira Annisa


NIM : E 281 17 161
Kelas : B04 (AGT 1)

UNIVERSITAS TADULAKO PALU


FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGROTEKNOLOGI
2019

Anda mungkin juga menyukai