Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKUNTANSI

PERSEDIAAN BARANG

Disusun Oleh :
Nur Fadhilla Alifia Nabila
151811413047
Pariwisata 2

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
A. PENGERTIAN

Dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang akan dijual. Barang-barang yang dibeli dengan
tujuan akan dijual kembali dinamakan persedian barang. Berikut jenis-jenis persediaan dalam perusahaan
manufaktur :

bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi


bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat
Bahan Baku Dan Penolong diikuti biayanya. Sedangkan bahan penolong adalah
barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk
jadi tetapi jumlahnya relative kecil.
adalah barang-barang yang mempunyai fungsi
Supplies Pabrik
melancarkan proses produksi misalnya oli mesin.

adalah barang-barang yang sedang dikerjakan


(diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang
Barang Dalam Proses
tadi belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijual
masih perlu dikerjakan lebih lanjut.
Produk Selesai yaitu barang-barang yang sudah selesai dikerjakan
dalam proses produksi dan menunggu saat penjualan.

B. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN


1. Metode Fisik
Penggunaan Metode Ini Mengharuskan Adanya Perhitungan Barang Yang Masih Ada
Pada Tanggal Penyusunan Laporan. Perhitungan Persediaan (Stock Opname) Ini Diperlukan
Untuk Mengetahui Berapa Jumlah Barang Yang Masih Ada Dan Kemudian Diperhitungkan
Harga Pokoknya.

Persediaan awal Rp. xxx


Pembelian (neto) xxx (+)

Tersedia untuk dijual Rp. xxx


Persediaan barang akhir xxx (-)

Harga pokok penjualan Rp. xxx


Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan menyusun
laporan keuangan jangka pendek (interim) misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan
perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya
banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan
keuangan juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan
metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan
pencatatan penjualan.

2. Metode Buku (Perpetual)

Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang
merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening
control persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat
persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian,
penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan
dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan
melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.

Dibandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik
untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan
rugi laba, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.

C. MASALAH PEMILIKAN PERSEDIAAN BARANG


Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang
digunakan adalah hak pemilikan. Barang-barang akan dicatat sebagai persediaan pihak yang memiliki
barang-barang tersebut, sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak
pemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan dimana sulit untuk menentukan hak pemilikan
barang sehingga dalam peraktek akan ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan. Kesulitan
menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan berikut ini:

I. Goods in Transit (Barang-barang dalam perjalanan)


Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam perjalanan menimbulkan masalah
apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Cara yang paling
praktis untuk mengetahui status kepemilikan dari barang-barang seperti itu adalah dengan mencari
informasi mengenai syarat pengiriman barang-barang tersebut.
Status kepemilikan persediaan - good in transit. Ada 2 syarat pengiriman barang-barang, yaitu :
 Syarat. F.O.B shipping point
Bila barang-barang dikirim dengan syarat f.o.b shipping point maka hak atas barang yang
dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang tersebut diserahkan kepada pihak
pengangkut. Untuk mengetahui proses dan diagram alur ( flowchart) sistem akuntansi pembelian
barang. Pada saat terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk menggunakan syarat
pengiriman barang dengan f.o.b shipping point maka :
Penjual :
> Mencatat penjualan
> Mengurangi persediaan barangnya

Pembeli :
Mencatat pembelian
Menambah persediaan barangnya

 Syarat F.O.B destination


Bila syarat pengiriman barang adalah f.o.b destination maka ini berarti bahwa hak atas
barang baru berpindah pada pembeli bila barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli.
Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Saat terjadi
kesepakatan untuk menggunakan syarat f.o.b destination maka :
Penjual :
> Mencatat penjualan
> Mengurangi persediaan barangnya

Pembeli :
> Mencatat pembelian
> Menambah persediaan barangnya

II. Segregated Goods (Barang-barang yang dipisahkan)


Seringkali terjadi pada saat terjadi kontrak penjualan barang dalam jumlah yang besar,
pengiriman barangnya tidak bisa dilakukan sekaligus.
Status kepemilikan persediaan - Barang yang dipisahkan: Walaupun belum dikirimkan,
barang-barang yang sudah dipisahkan tersendiri dengan tujuan untuk memenuhi kontrak-kontrak
atau pesanan dari pembeli tersebut maka hak kepemilikannya sudah berpindah ke pembeli.
Sehingga pada saat penyusunan laporan keuangan jika ada barang-barang yang sudah dipisahkan
harus dikeluarkan dari jumlah persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu juga dengan
pembeli sudah dapat mencatatkan sebagai pembelian dan menambah persediaan barangnya.

III. Consignment Goods (Barang-barang konsinyasi)


Penjualan dengan sistem konsinyasi atau titipan maka status barang-barang yang dititipkan
untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan (consignor) sampai
barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi
persediaan pihak yang menitipkan.
Status kepemilikan persediaan – konsinyasi : Pihak yang menerima titipan (consignee)
tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatatkan barang-barang
tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang menerima
titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang
menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya.

IV. Installment Sales (Penjualan Angsuran)


Dalam penjualan angsuran hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya
dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan
jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya
sejumlah yang sudah dibayarkannya.

Apabila dianggap bahwa kemungkinan pembatalan penjualan tersebut adalah kecil maka
penjual dapat mengakuinya sebagai penjualan biasa yang diangsur dan pembeli dapat mencatatnya
sebagai pembelian biasa yang pembayarannya diangsur.
> Ada beberapa cara penjualan angsuran di mana masing-masing cara akan ditentukan cara
mencatatnya.Berikut ini contoh-contohnya :
a. Dibeli mesin dengan harga Rp 50.000.000 yang pembayarannya akan diangsur selama 5 tahun, tiap
tahun sebesar Rp. 10.000.000 ditambah bunga 10% per tahun.

Status Kepemilikan Persediaan - Pembelian Mesin


Jurnal yang dibuat oleh pembeli untuk mencatat pembelian mesin dan pembayaran angsuran adalah
sebagai berikut :

Pembelian mesin:

Mesin Rp. 50.000.000


Utang Rp. 50.000.000

Akhir tahun pertama :


Utang Rp. 10.000.000
Biaya bunga Rp. 5.000.000
Kas Rp. 15.000.000

Perhitungan bunganya :
10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000

Akhir tahun kedua :

Utang Rp. 10.000.000


Biaya bunga Rp. 4.000.000
Kas Rp. 14.000.000

Perhitungan bunganya :
10% x Rp. 40.000.000 = Rp. 4.000.000

Dan seterusnya …

b. . Mesin dibeli dengan harga Rp. 60.000.000 di angsur lima tahun, di mana setiap tahunnya Rp
12.000.000 tanpa bunga.

Jika dibeli tunai maka harga mesin itu Rp. 50.000.000. Dengan sistem penjualan seperti itu bunga
selama masa angsuran inklusif dengan harga mesin. Harga perolehan (cost) mesin adalah sebesar
harga tunainya dan selisihnya dicatat sebagai bunga. Jurnal pembelian mesin yang dibuat oleh
pembeli untuk mencatat pembelian mesin dan angsuran setiap tahun sebagai berikut :

Pembelian mesin :

Mesin Rp. 50.000.000


Biaya bunga Rp. 10.000.000
Utang Rp. 60.000.000

Akhir tahun pertama :

Utang Rp. 12.000.000


Kas Rp. 12.000.000

Jurnal penyesuaian :

Cadangan bunga Rp. 8.000.000


Biaya bunga Rp. 8.000.000

Cadangan bunga dalam neraca dikurangkan pada jumlah utang pembelian mesin sehingga dapat
menunjukkan nilai tunai utang pada tanggal neraca.

Pada awal tahun berikutnya dibuat jurnal penyesuaian kembali sebagai berikut :
Biaya bunga Rp. 8.000.000
Cadangan bunga Rp. 8.000.000

Akhir tahun kedua :

Utang Rp. 6.000.000


Kas Rp. 6.000.000
Jurnal penyesuaian :

Cadangan bunga Rp. 6.000.000


Biaya bunga Rp. 6.000.000

Jurnal penyesuaian kembali :

Biaya bunga Rp. 6.000.000


Cadangan bunga Rp. 8.000.000

D. METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG

Sangat dibutuhkan untuk menunjang tujuan manajemen yang berkaitan dengan laba karena
dengan adanya laporan harga pokok persediaan dapat dihitung berapa besar jumlah laba jika untung
dan berapa besar rugi

Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua factor, yaitu kuantitas dan harga
pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik.
Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga
beli, termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan
persediaan siap dijual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.

Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu periode, barang
yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian ,perlu ditentukan harga
yang akandigunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan.

Dalam hal ini, pencatatan persediaan dibagi menjadi dua macam metode, yaitu: Metode Perpetual
dan Metode Periodik, Kedua metode ini memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya.
Penjelasan tentang kedua metode ini adalah sebagai berikut:
A. Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah) dimonitor setiap
saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Apabila ada selisih
dalam pencatatan persediaan maka pada jurnal dicatat sebagai selisih pencatatan
persediaan.Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual, memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan
perpetual adalah sebagai berikut:

 Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan, bukan rekening
pembelian.
 Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan dicatat dengan mendebet
rekening Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit rekening persediaan.

Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku pembantu persediaan yang
berisi catatan untuk tiap jenis persediaan. Selain itu, perusahaan yang menggunakan jurnal sistem
perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:

 Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang ada pada akhir tiap bulan,
dengan tidak perlu menggunakan perhitungan fisik.
 Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan barang dagangan, sehingga laba
kotor penjualan dapat diketahui, tampa menunggu sampai akhir periode.

Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal penyesuaian
pada akhir periode tidak diperlukan lagi. Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dan penjualan
pada metode perpetual berbeda dengan jurnal system periodik. Dalam system persediaan perpetual
pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaaan sebesar harga
perolehannya.

B. Metode Periodik
Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) baru dihitung dan dicatat pada akhir
periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas barang yang ada di
gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga pokok per unitnya. Dengan cara
ini maka jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat
Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi oleh system ini Untuk dapat
menghitung Harga Pokok Penjualan dan harga Pokok Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara
yaitu:

 Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Tiap
jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan
sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe 123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.Harga pokok
penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual, dan sisanya merupakan persediaan
akhir.
Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan
dengan cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan
tambahan maupun gudang yang luas maka jarang digunakan.Metode ini biasanya diterapkan pada
perusahaan yang menjual produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.

 FIFO (First In First Out)

FIFO merupakan singkatan dari First in first out atau dalam bahasa Indonesia, Pertama
masuk pertama keluar yang berarti bahwa persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama
kali dicatat sebagai barang yang dijual. Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk
menentukan harga pokok penjualan apabila terjadi penjualan.
Ada 2 Metode:
1. Metode fisik
2. Metode buku (perpetual)

contoh: pada bulan juni perusahaan membeli barang dagangan dengan harga @ Rp 5000, bulan juli
membeli barang dagangan sejenis dengan harga @ Rp 6000. Pada bulan agustus terjadi penjualan
barang dagangan. Maka harga yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan adalah @
Rp 5000, baru kemudian @ Rp 6000 apabila produk dengan harga beli Rp 5000 sudah habis dijual.

 LIFO (Last In First Out)

LIFO merupakan singkatan dari Last in first out atau dalam bahasa Indonesia, Terakhir
masuk pertama keluar yang berarti bahwa persediaan yang terakhir masuk adalah barang yang
pertama kali dicatat sebagai barang yang dijual. Sejak tahun 1970-an, perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat memilih untuk menggunakan sistem LIFO untuk mengurangi pajak pada saat
terjadi inflasi.

Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO, barang yang
paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan lebih dulu. Harga perolehan barang yang dibeli
terakhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan.

LIFO Dapat digunakan dengan metode nilai rupiah dari persediaan dimana rupiah
digunakan sebagai pengukur. Semua jenis barang yang sama dimasukkan dalam satu kelompok dan
kenaikan persediaan dengan indeks dihitung atas dasar perubahan jumlah rupiahnya.

Pengelompokkan brang bisa dilakukan atas dasar kelompok-kelompok besar atau bagian-
bagian dalam perusahaan. Metode ini memerlukan data indeks harga pada setiap periode yang
digunakan untuk membandingkan persediaan dalam 2 tanggal yang berbeda agar dapat diketahui
apakah ada kenaikan atau penurunan persediaan.

Ada 2 Metode :
1. Metode Fisik
2. Metode Buku (Perpetual): akhir periode dan setiap kali ada barang yang dikeluarkan.

 Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok
rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga
perolehan dengan kuantitasnya. Artinya harga perolehan barang di gudang ditambah harga
perolehan barang yang baru dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di gudang dan jumlah barang
yang dibeli. Hasil pembagian inilah yang akan digunakan sebagai pedoman menghitung harga
pokok penjualan.Metode ini disebut juga rata-rata bergerak karena harganya berubah-ubah setiap
terjadi pembelian. Artinya setiap ada pembelian akan merubah harga pokok barang yang tersedia
untuk dijual.

Ada 2 Metode :

1. Metode Fisik
2. Metode Buku (Perpetual)

 PERSEDIAAN BESI/MINIMUM
Dalam metode ini dipakai anggapan bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah
persediaan minimum (besi) untuk menjaga kontinuitas.

 BIAYA STANDAR (STANDARD COSTS)


Dalam perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya standar, persediaan barang
dinilai dengan biaya standar, yaitu biaya-biaya yang seharusnya terjadi.

 HARGA POKOK RATA-RATA SEDERHANA


Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan menghitung rata-rata nya
tanpa memperhatikan jumlah barangnya.

 HARGA BELI TERAKHIR


Dalam metode ini persediaan barang yang ada pada akhir periode dinilai dengan harga
pokok pembeli terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi
jumlah yang dibeli terakhir.

 METODE NILAI PENJUALAN RELATIF


Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint costs) kepada masing-
masing produk yang dihasilkan/dibeli.

Metode nilai penjualan relative digunakan untuk menilai Persediaan pada saat pembelian
secara borongan (lump-sum). Alokasi Biaya Persediaan didasarkan pada perbandingan total harga
jual masing-masing item Persediaan dengan keseluruhan harga jual. Rasio itu kemudian dikalikan
dengan total harga beli seluruh Persediaan.

 METODE BIAYA VARIABEL


Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan
hanya dibebani dengan biaya produksi yang variable nya yaitu bahan baku, upah langsung, dan
biaya produksi tidak langsung variable.

C. METODE POTONGAN PEMBELIAN

Dalam pembeliaan barang sering ada ketentuan mengenai cara pembayaran, apabila dibayar
dalam jangka waktu tertentu akan diberi potongan (potongan seperti ini disebut potongan tunai yang
dalam akuntansi dicatat dalam rekening potongan pembelian).

Pembelian dicatat dengan harga bruto

Telah dibeli barang dagang pada tanggal 1 Desember 2018, dengan nominal harga faktru sebesar
Rp.500.000,- syarat pembayarannya 2/10, n/30. Perusahaan membayar hutang pada tanggal 10
Desember 2018 sehingga diperoleh potongan pembelian sebesar 2%.

Jawab :

Mencari potongan harga:

2% dari Rp.500.000 adalah Rp.10.000

Pembelian dicatat denga harga neto

Jika pembayaran utang dilakukan setelah tanggal 10 Desember 2018, berarti tidak
mendapatkan potongan. Maka jumlah pembayaran utang sebesar Rp.500.000 adalah sebagai
berikut :
D. DAMPAK KESALAHAN PENCATATAN AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP
LAPORAN KEUANGAN

Akuntansi persediaan berperan penting terhadap kewajaran laporan keuangan. Kesalahan dalam
akuntansi pembelian, penjualan, dan persediaan akhir akan mempunyai dampak atas laporan posisi
keuangan (neraca) atau perhitungan laba rugi. Beberapa alasan yang sering menimbulkan kesalahan
terhadap pencatatan persediaan adalah sebagai berikut.

a. Kesalahan menghitung persediaan fisik yang ada di tangan.

b. Kesalahan pengalokasian biaya-biaya persediaan.

c. Kesalahan memasukkan jumlah persediaan yang ada di pengiriman.

d. Pencatatan persediaan konsinyasi yang tidak benar.


Untuk menimbulkan sikap hati-hati dan mengurangi dampak kerugian dalam melakukan
pencatatan akuntansi persediaan, macam-macam dampak kesalahan pencatatan persediaan terhadap
laporan keuangan bisnis.

1. Dampak Pencatatan Kesalahan Persediaan Akhir Terlalu Rendah

Bila terjadi kesalahan persediaan akhir dihitung terlalu rendah, akan berdampak dalam
laporan posisi keuangan (neraca) yaitu jumlah persediaan, aset lancar, total aset, saldo laba akan
menjadi dinyatakan terlalu rendah, dan modal kerja bersih serta saldo lancar akan menjadi lebih
rendah pula dari seharusnya. Dalam laporan laba-rugi hasil perhitungan harga pokok penjualan,
laba kotor, dan laba bersih bisnis menjadi dinyatakan terlalu tinggi.

Laporan Neraca Laporan laba-rugi

Persediaan akhir rendah HPP tinggi

Aset lancar rendah Laba kotor tinggi

Total aset rendah Laba bersih usaha tinggi

Saldo laba rendah Presentase laba tinggi

Modal kerja bersih rendah

Rasio lancar rendah

2. Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Tinggi


Laporan Neraca Laporan laba rugi

Persediaan akhir tinggi HPP rendah

Aset lancar tinggi Laba kotor rendah

Total aset tinggi Laba bersih rendah

Saldo laba tinggi Presentase laba rendah

Modal kerja bersih tinggi

Rasio lancar tinggi

Karena persediaan awal suatu periode akan terbawa menjadi persediaan akhir pada periode
berikutnya, maka kesalahan perhitungan persediaan akhir juga akan berdampak pada periode
berikutnya. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka perlu langkah langkah
mengantisipasinya seperti.

a. Jadilah tenaga profesional dengan selalu teliti dalam menghitung persediaan.

b. Tentukan mana sistem persediaan yang cocok digunakan dalam perusahaan. Ada dua
sistem yakni perpetual dan periodik. Tentukan juga metode HPP seperti FIFO, LIFO, dan
Average.

c. Buatlah proyeksi persediaan. Dengan adanya proyeksi ini kita bisa mengestimasikan
jumlah minimum stok di gudang menjadi tolok ukur saat yang tepat untuk memesan barang.

d. Gunakan software yang mengakomodasi semua kebutuhan pengendalian persediaan baik


dari proyeksi, manajemen persediaan, penghitungan HPP, sampai dengan kontrol stok dalam
bentuk laporan dan grafik analisis.

Jurnal software akuntansi online, menyediakan semua kebutuhan untuk menghindari


kesalahan pencatatan persediaan. Dengan fitur stok yang dimilikinya, Jurnal akan membantu
pencatatan persediaan di gudang maupun toko dan melakukan kontrol stok secara otomatis. Jurnal
juga menyediakan pelaporan akuntansi keuangan persediaan, penghitungan HPP, hingga
menyediakan grafik analisis untuk memudahkan perusahaan Anda mengetahui kesalahan
pencatatan akuntansi persediaan sedini mungkin. Dapatkan semua informasi penting tentang
Jurnal di sini. Karena persediaan awal suatu periode akan terbawa menjadi persediaan akhir pada
periode berikutnya, maka kesalahan perhitungan persediaan akhir juga akan berdampak pada
periode berikutnya. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka perlu langkah langkah
mengantisipasinya seperti.

a) Jadilah tenaga profesional dengan selalu teliti dalam menghitung persediaan.


b) Tentukan mana sistem persediaan yang cocok digunakan dalam perusahaan. Ada dua sistem
yakni perpetual dan periodik. Tentukan juga metode HPP seperti FIFO, LIFO, dan Average.
c) Buatlah proyeksi persediaan. Dengan adanya proyeksi ini kita bisa mengestimasikan jumlah
minimum stok di gudang menjadi tolok ukur saat yang tepat untuk memesan barang.
d) Gunakan software yang mengakomodasi semua kebutuhan pengendalian persediaan baik dari
proyeksi, manajemen persediaan, penghitungan HPP, sampai dengan kontrol stok dalam
bentuk laporan dan grafik analisis.

Jurnal software akuntansi online, menyediakan semua kebutuhan untuk menghindari


kesalahan pencatatan persediaan. Dengan fitur stok yang dimilikinya, Jurnal akan membantu
pencatatan persediaan di gudang maupun toko dan melakukan kontrol stok secara otomatis. Jurnal
juga menyediakan pelaporan akuntansi keuangan persediaan, penghitungan HPP, hingga
menyediakan grafik analisis untuk memudahkan perusahaan Anda mengetahui kesalahan
pencatatan akuntansi persediaan sedini mungkin. Dapatkan semua informasi penting tentang
Jurnal di sini.

Anda mungkin juga menyukai