Sindrom Dispepsia
Sindrom Dispepsia
Dispepsia dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan non-organik:
Dispepsia organik adalah dispepsia yang disebabkan oleh adanya kelainan organik atau
penyakit tertentu, seperti tukak lambung, penyakit asam lambung (GERD), radang
pankreas, radang empedu, kanker lambung, dan lain-lain. Dispepsia organik paling
sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang paling sering dialami banyak orang dan
terjadi tanpa adanya kelainan atau gangguan kesehatan tertentu.
Penyebab dispepsia fungsional yang sering dialami oleh banyak orang adalah sebagai berikut:
Membiasakan diri untuk makan secara teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung.
Karena dengan begitu, lambung dapat mudah mengenali waktu makan sehingga produksi asam
lambung terkontrol. Tidak memiliki waktu makan yang teratur justru bisa memicu produksi
asam lambung meningkat dan menimbulkan sindrom dispepsia.
Kebiasaan mengunyah makanan yang tidak baik, seperti makan sambil berbicara atau sering
menelan makanan tanpa dikunyah, bisa membuat kamu menelan terlalu banyak udara.
Akibatnya, perut akan terasa kembung dan tidak enak.
Makanan yang berminyak dan berlemak bisa jadi penyebab dispepsia karena kedua jenis
makanan tersebut membutuhkan waktu lama untuk dicerna. Dampaknya, makanan tersebut
akan berada di lambung lebih lama dari makanan lainnya. Akibatnya, asam lambung pun bisa
naik. Begitu juga bila kamu sering mengonsumsi jenis minuman yang berisiko memicu asam
lambung meningkat, seperti kopi, teh, atau minuman beralkohol.
Obat-obatan Tertentu
Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti golongan antibiotik dan kortikosteroid juga bisa
menimbulkan efek samping, yaitu meningkatnya produksi asam lambung. Hal itu
menyebabkan terjadinya sindrom dispepsia.
Stres
Rasa stres juga bisa memicu produksi asam lambung yang berlebihan.
Pengobatan sindrom dispepsia tergantung dari apa penyebabnya dan seberapa parah gejala
yang dirasakan. Bahkan, kebanyakan orang bisa sembuh dari sindrom ini hanya dengan
mengubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih baik. Berikut pola makan dan gaya hidup
yang bisa diterapkan untuk mengatasi sindrom dispepsia:
Makan dalam porsi yang sedikit, tetapi sering dan kunyah makanan secara perlahan.
Hindari makanan berlemak dan pedas serta minuman berkafein, soda, dan alkohol.
Menjaga agar berat badan tetap ideal dengan cara berolahraga secara teratur.
Hindari kebiasaan segera berbaring setelah makan. Setidaknya, tunggu dua sampai tiga
jam setelah makan bila ingin berbaring.
Hindari stres.
Selain dengan perubahan pola makan dan gaya hidup, sindrom dispepsia juga bisa diatasi
dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat golongan antasida. Namun,
sebaiknya kamu membicarakan terlebih dahulu dengan dokter tentang gejala yang dirasakan,
agar dokter bisa meresepkan obat yang sesuai untuk kamu.