Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran Biologi merupakan pembelajaran yang memiliki fungsi yang
penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta inovatif, agar
tercapainya kemampuan tersebut, dalam menghadapi perkembangan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang maka diperlukan berbagai macam
strategi pembelajaran dalam penyampaian materi atau ilmu kepada siswa.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Para pendidik hendaknya memposisikan peserta didik
sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya
suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai.
Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih beberapa model
pembelajaran. Model pembelajaran banyak sekali macamnya. Masing-masing model
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu model dapat ditutup dengan
model yang lain, sehingga guru dapat menggunakan beberapa model dalam melakukan
proses pembelajaran. Pemilihan suatu model perlu memperhatikan beberapa hal seperti
yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata
pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan
dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu pada makalah ini
akan dijelaskan macam-macam model pembelajaran dalam biologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Search, Solve, Create, and
Share (SSCS)?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran PQ4R (Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, Review)?
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning)?
4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning)?
5. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran ERCore?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran STAD?
7. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Inquiry?
8. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran TGT?
9. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Make A Match?
10. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Discovery?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran SSCS.
2. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran PQ4R.
3. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran PBL.
4. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran PjBL.
5. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran ERCore.
6. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran STAD.
7. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran Inquiry.
8. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran TGT.
9. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran Make A Match.
10. Dapat mengetahui tentang model pembelajaran Discovery.
BAB II
ISI

2.1 Model Pembelajaran SSCS


Model Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah model yang memakai
pendekatan problem solving, didesain untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis
dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model Search, Solve, Create and
Share melibatkan mahasiswa dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya
serta memecahkan masalah-masalah yang nyata.
Tahap search bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, yaitu siswa menggali
informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang akan dipecahkan. Tahap solve
bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah. Pada tahap ini siswa dapat
merencanakan berbagai macam cara untuk menyelesaikan permasalahan. Tahap create
bertujuan untuk melaksanakan penyelesaian masalah, siswa menhasilkan produk yang
berupa solusi masalah. Tahap share bertujuan untuk mengomunikasikan penyelesaian
masalah yang dilakukan.1
Ada 4 tahapan atau fase yang terdapat dalam model ini
 Fase search membantu mahasiswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang
terkandung dalam permasalahan ke dalam konsep-konsep sains yang relevan.
 Fase solve berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada
fase search dan mengharuskan mahasiswa untuk menghasilkan dan menerapkan
rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban.
 Fase create mengharuskan mahasiswa untuk menghasilkan suatu produk terkait
dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan
generalisasi, jika perlu diperlukan memodifikasi.
 Prinsip dasar fase share adalah untuk melibatkan mahasiswa dalam
mengkomunikasikan jawaban terhadap permasalahan atau jawaban pertanyaan.
Fase share tidak hanya sebatas mengkomunikasikan ke mahasiswa lainnya.
Mahasiswa juga menyampaikan buah pikirannya melalui komunikasi dan
interaksi, menerima dan memproses umpan balik.

1
Hatari Niki, Arif Widiyatmoko, dan Parmin “Keefektifan Model Pembelajaran Search,Solve,
Create and Share (SSCS) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa” Jurnal Science Education
Vol 5. No 2. 2016 hal 1255
Berikut adalah keunggulan model SSCS problem solving:
A. Bagi Pengajar
 Dapat melayani minat mahasiswa yang lebih luas
 Dapat melibatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA.
 Melibatkan semua mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaraN.
 Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan
memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari

B. Bagi Pelajar / Mahasiswa


 Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses
pemecahan masalah.
 Kesempatan untuk mempelajari dan memantapkan konsep-konsep IPA
dengan cara yang lebih bermakna
 Menggunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
 Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan-peralatan
laboratorium.

2.1 Model Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
Strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dicetuskan
oleh Thomas dan Robinson (1972).Strategi ini didasarkan pada strategi PQRST
(Preview, Question, Read, State and Test) dari Thomas F. Staton dan strategi
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) dari Francis Robinson. Strategi
ini membantu peserta didik memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca
dan dapat membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan
kegiatan membaca buku. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari
sampai tuntas bab demi bab suatu buku pelajaran. 2

 Kelebihan Strategi Pembelajaran PQ4R:


 Dapat digunakan untuk materi-materi yang mengandung fakta- fakta, rukun-
rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.
 Mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari materi yang bersifat
menguji pengetahuan kognitif.

2
Trianto. Model-model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher. 2007 hal 65
 Cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus
perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang
berhubungan dengan mata pelajaran untuk kemudian dikembangkan menjadi
konsep atau bagan pemikiran yang lebih ringkas.
 Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan
mengembangkan diri, diharapkan mampu memecahkan masalah sendiri dengan
menemukan dan bekerja sendiri.

 Kekurangan Strategi Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read,Reflect,


Recite, Review) sebagai berikut:
 Jika PQ4R digunakan sebagai strategi pembelajaran pada setiap materi
pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
 Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
 Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar
yang telah ditetapkan.

2.2 Pembelajaran berbasis proyek (PjBL)


Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pembelajaran
Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik
dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai
dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin
yang sedang dikajinya. 3

Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :

3
Trianto. Model-model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher. 2007 hal 67
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara


lain berikut ini.

1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan


untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya
untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong


kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai.
 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
 Meningkatkan kolaborasi.
 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


 Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.

2.3 Model Pembelajaran PBL

PBL adalah metode pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan


strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.4

Tujuan utama dari model PBL adalah pengembangan kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan pemecahan masalah, sekaligus mengembangkan kemampuan peserta
didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian
belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi
untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk
menyelesaikan masalah5

Ciri-ciri model pembelajaran PBL

- Pengajuan pertanyaan atau masalah

4
Suharsimi, dkk.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara 2008. Hal 73

5
Maharani Gultom1 dan Dini Hariyati Adam “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Di MTS Negeri Rantauprapat” Jurnal STKIP Labuan
Batu, Vol 4. No 2. 2018 hal 2.
- Berfokus pada keterkaitan antar disiplin (tematik)

- Penyelidikan autentik dalam Model Pembelajaran PBL

- Menghasilkan produk dan memamerkannya

- Model Pembelajaran PBL melatih Kolaborasi dan kerja sama

 Kelebihan Model Pembelajaran PBL


 Pemecahan masalah sangat efektif digunakan untuk memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah akan mendobrak dan menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Menjadikan aktivitas pembelajaran siswa lebih meningkat.
 Dapat membantu siswa mengetahui bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
 Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

 Kekurangan Model Pembelajaran PBL


 Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
 Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan model pembelajaran ini
cukup lama.

2.4 Model Pembelajaran ERCore


Model Pembelajaran sebaiknya mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi
misalnya dengan pemberdayaan ketrampilan metakognitif. Model pembelajaran
ERCore terdiri dari sintaks terdiri dari Eclitation, Restructuring, Confimation,
Reflection yang merupakan model pembelajaran baru yang berlandaskan pada
filosofis konstruktivistik yang berpotensi meningkatkan keterampilan metakognitif.
Sintaks Pembelajaran ERCoRe (Elicitation, Restructuring, Confimation, Reflection)
 Tahapan pertama yaitu Elicitation merupakan kata kerja yang artinya
mendapatkan informasi. Kegiatan ini berupa pemberian aktivitas kepada siswa
untuk mengamati bacaan/video/mengunjungi lokasi tertentu berdasarkan
keterkaitan materi pembelajaran, dari hasil kegiatan ini siswa diharapkan memiliki
pengetahuan tambahan yang sebelumnya siswa telah memiliki pengetahuan
awal.
 Tahap kedua yaitu Restructuring mengarahkan siswa untuk mengklarifikasikan
ide lama, membangun ide yang baru, menggunakan ide dalam banyak situasi.
Kegiatan tersebut membantu siswa untuk belajar tidak dengan paksaan, tetapi
mengajak siswa untuk menyusun kembali pengetahuan awal mereka secara
mandiri ataupun berkelompok melalui mind mapping.
 Tahap ketiga Confirmation dilakukan dalam bentuk presentasi depan kelas.
Masing-masing kelompok memperesentasikan hasil diskusi mereka berupa mind
mapping di depan kelas dan di konfirmasi oleh kelompok lain dan guru.
 Tahap keempat Reflection yang dilakukan dalam kegiatan ini ada dua yaitu
dengan melihat pengetahuan siswa yang dilakukan dengan membuat catatan
perbandingan perubahan pengetahuan siswa dan menuliskan kegiatan
aplikasinya pada jurnal belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Hatari Niki, Arif Widiyatmoko, dan Parmin “Keefektifan Model Pembelajaran


Search,Solve, Create and Share (SSCS) Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa” Jurnal Science Education. Vol 5. No 2. 2016

Gultom Maharani dan Dini Hariyati Adam “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Di MTS Negeri
Rantauprapat” Jurnal STKIP Labuan Batu, Vol 4. No 2. 2018

Suharsimi, dkk.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara 2008

Trianto. Model-model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi


Pustaka Publisher. 2007

Anda mungkin juga menyukai