Anda di halaman 1dari 16

MODUL 3

PENGUKURAN REGANGAN

Oleh:
Dian Ardo
13617003
Kelompok 11

Tanggal Praktikum: 11 April 2019


Tanggal Pengumpulan: 18 April 2019

PROGRAM STUDI TEKNIK DIRGANTARA


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk:
Mengukur regangan pada spesimen Al-2024-T3 dengan uji tarik
menggunakan strain gage dan tanpa strain gage untuk mendapatkan
mechanical properties nya.

2. Dasar Teori
Terkait dengan analisis struktur telah dipelajari pentingnya mengetahui
harga regangan pada suatu struktur yang mendapat beban. Harga regangan ini
dapat dipakai langsung untuk menunjukkan regangan pada struktur atau dalam
kebanyakan aplikasi, berdasarkan hukum Hooke, dipakai untuk menghitung
tegangan.
Tegangan dan regangan saling memiliki hubungan yang ditunjukkan lewat
kurva stress-strain sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kurva stress-strain

Terdapat banyak metode dalam pengukuran regangan, salah satu yang paling
umum dengan menggunakan strain gage. Strain gage memiliki sifat mengubah
sinyal mekanik yang diakibatkan oleh perubahan panjang spesimen, regangan yang
dihasilkan, menjadi sinyal elektrik yang kemudian menjadi input ke sensor.
Kumparan kawat strain gage akan mengalami regangan yang sama dengan
regangan yang dialami spesimen. Perubahan hambatan elektrik akibat regangan
pada strain gage yang akan dihitung. Karena nilai yang dihasilkan kecil,
pengukuran hambatan ini dibantu dengan wheatstone bridge, seperti gambar
berikut:

Gambar 2.2 Wheatstone bridge

Perbedaan tegangan antara titik B dan titik D akan muncul akibat terjadinya
perubahan hambatan pada strain gage. Perbedaan tegangan tersebut dapat
dirumuskan melalui Hukum Kirchoff sebagai berikut:

Terdapat 3 cara merangkai wheatstone bridge, yaitu quarter bridge (mengganti


1 resistor dengan strain gage), half bridge (mengganti 2 resistor dengan strain
gage), dan full bridge (mengganti 4 atau semua resistor dengan strain gage). Half
bridge memiliki sensivitas 2 kali lipat dari quarter bridge, full bridge memiliki
sensivitas 4 kali lipat dari quarter bridge. Namun, penyusunan quarter bridge yang
merupakan paling sederhana sehingga pemilihan wheatstone bridge perlu
memperhatikan kebutuhan pengamatan. Gambar ketiga jenis rangkaian dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3 (a) quarter bridge (b) half bridge (c) full bridge
Sensitivitas dari setiap jenis rangkaian pada jembatan Wheatstone
didefinisikan sebagai rasio dari perubahan pada tegangan output dibandingkan
terhadap perubahan dari tahanan pada strain gage saat mengalami regangan. Half
bridge akan memiliki sensitivitas dua kali lipat dibandingkan dengan quarter bridge
untuk pengukuran regangan yang sama, dan full bridge memiliki sensitivitas empat
kali lipat dibandingkan quarter bridge.
Kemudian, besarnya regangan yang dapat dihitung dari analisis
menggunakan jembatan wheatstone dapat dirumuskan sebagai

Dimana n adalah jumlah strain gage aktif, ΔE merupakan beda tegangan


output, V merupakan tegangan input, dan S adalah strain gage factor atau sering
disebut juga sebagai gage factor yang besarnya tergantung dari karakteristik masing
– masing strain gage. Pada percobaan ini strain gage ditempel pada permukaan
spesimen yang akan ditarik.

Gambar 2.4 Batang yang diberi beban aksial

Dengan luas area penampang A dan panjang L diberi beban aksial F seperti
yangditunjukkan pada Gambar 4, maka tegangan aksial ( A) dan regangan aksial
( A) yang dialami oleh batang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
Selama material berada di dalam daerah elastisnya, maka Hukum Hooke
berlaku, dan dapat dinyatakan hubungan sebagai

dimana E adalah modulus Elastisitas material atau modulus Young. E memberikan


gambaran mengenai ukuran kekakuan suatu material.

3. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum pengukuran spesimen uji tarik dengan menggunakan
strain gage adalah sebagai berikut:
1. Mengukur dimensi specimen (Al-2024-T3) yaitu thickness (t), gage length
(G), dan gage width (W) menggunakan jangka sorong.

Gambar 3.1 Pengukuran spesimen

2. Memasang strain gage pada spesimen yang akan di uji.

Gambar 3.2 Strain gage pada spesimen


3. Merangkai kabel strain gage pada wheatstone bridge dengan jenis
rangkaian quarter bridge.

Gambar 3.3 Rangkaian kabel strain gage yang sudah terpasang

4. Menghidupkan mesin uji tarik, dan memasang spesimen dengan posisi


yang benar pada mesin uji tarik, sehingga tidak terjadi slip antara grip dan
spesimen.

Gambar 3.4 Pemasangan spesimen pada mesin uji Tarik

5. Memasukkan input dimensi spesimen (thickness, gage length, dan gage


width), gaya dan extension rate yang akan diberikan pada spesimen pada
Nexygen. Besaran gaya sebesar 2 kN sementara extension rate sebesar 0,5
mm/min.
Gambar 3.5 Pemasukan data ke software uji tarik

6. Melakukan balancing pada wheatstone bridge sehingga menunjukkan nilai


pada signal conditioner menunjukkan beda tegangan sebesar 0V (dalam
kasus ini kondisi awal yang baru adalah -0.505).

Gambar 3.6 Kalibrasi signal conditioner

7. Melakukan pengujian dan mencatat output setiap kenaikan gaya sebesar


100 N. Pengujian dilakukan hanya pada daerah linear.
8. Mengalikan nilai tegangan yang terbaca dengan 104 untuk mengkonversi
voltase menjadi regangan (με).
9. Ulangi langkah 1 dan 4 untuk uji tarik tanpa strain gage
10. Memasukkan input dimensi spesimen (thickness, gage length, dan gage
width), gaya dan extension rate yang akan diberikan pada spesimen pada
Nexygen. Besaran gaya sebesar 5 kN sementara extension rate sebesar 4
mm/min. Pengujian dilakukan hingga spesimen patah.
11. Menyimpan hasil akusisi data yang didapat.

4. Hasil dan Pengolahan Data


Berdasarkan pengukuran dimensi spesimen yang dilakukan, didapatkan
informasi seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 4.1. Dimensi spesimen uji Tarik


Spesimen 1 Spesimen 2
Tebal, t (mm) 0.8 0.8
Lebar, W (mm) 12.4 12.4
Gage Length, G
63.5 62.2
(mm)
Luas Area, A (mm2) 9.92 9.92

4.1 Pengukuran strain dengan strain gage


Data yang didapatkan setelah eksperimen pengukuran uji tarik dapat dilihat
pada Tabel 4.1.1 berikut:

Tabel 4.1.1. Pengukuran regangan dengan strain gage


Voltage Voltage
Renggangan Renggangan Tegangan
Gaya (Terbaca) (Real)
(N) (Voltage x
(μV) (μV) ε (MPa)
10^4) με
100 -0.496 0.013 130 0.00013 10.08065
200 -0.485 0.024 240 0.00024 20.16129
300 -0.477 0.032 320 0.00032 30.24194
400 -0.459 0.050 500 0.0005 40.32258
500 -0.446 0.063 630 0.00063 50.40323
600 -0.435 0.074 740 0.00074 60.48387
700 -0.421 0.088 880 0.00088 70.56452
800 -0.406 0.103 1030 0.00103 80.64516
900 -0.393 0.116 1160 0.00116 90.72581
1000 -0.380 0.129 1290 0.00129 100.8065
1100 -0.368 0.141 1410 0.00141 110.8871
1200 -0.350 0.159 1590 0.00159 120.9677
1300 -0.339 0.170 1700 0.0017 131.0484
1400 -0.325 0.184 1840 0.00184 141.129
1500 -0.314 0.195 1950 0.00195 151.2097
1600 -0.302 0.207 2070 0.00207 161.2903
1700 -0.291 0.218 2180 0.00218 171.371
1800 -0.273 0.236 2360 0.00236 181.4516
1900 -0.259 0.250 2500 0.0025 191.5323
2000 -0.248 0.261 2610 0.00261 201.6129

Berdasarkan hasil eksperimen pengukuran regangan dengan menggunakan


strain gage, dapat dibuat grafik stress (Pa) vs strain dari spesimen tersebut, seperti
di bawah ini:

250

200 y = 76046x + 2.6903


Stress (MPa)

150

100

50

0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
Strain

Grafik 4.1.1. Stress (MPa) vs Strain menggunakan strain gage

4.2 Pengukuran strain tanpa strain gage


Berdasarkan hasil eksperimen pengukuran regangan tanpa menggunakan
strain gage, didapatkan nilai-nilai stress dan strain lalu dibuat grafik stress (MPa)
vs strain dari spesimen tersebut,:
STRESS VS STRAIN - AL-2024-
T3
300
250

STRESS (MPA) 200


150
100
50
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
STRAIN

Grafik 4.2.1 Stress (MPa) vs Strain tanpa strain gage

4.3 Ketidakpastian
4.3.1 Spesimen 1
Ketidakpastian dalam pengukuran luas penampang:
- Ketidakpastian dalam jangka sorong, umic = ± 0.0015 mm
- Ketidakpastian dalam operator, uopm = ± 0.005 mm
- Ketidakpastian dalam panjang dan lebar spesimen,

uG = uW = 0.00522 mm
Sehingga diperoleh ketidakpastian dalam pengukuran luas
penampang:

uA = 5.25 x 10-4 mm2

Ketidakpastian dalam pengukuran gaya :


- Ketidakpastian dalam mesin uji
- Ketidakpastian dalam alat ukur
- Ketidakpastian dalam operator
Sehingga diperoleh ketidakpastian dalam pengukuran gaya :

Ketidakpastian secara umum dalam eksperimen uji tarik :

uRm = 5.33 x 10-3

Maka, modulus elastisitas yang diperoleh berdasarkan pengukuran uji


tarik:

E’= E ± (E x 5.33 x 10-3)

4.3.2 Spesimen 2
Ketidakpastian dalam pengukuran luas penampang:
- Ketidakpastian dalam micrometer, umic = ± 0.0015
- Ketidakpastian dalam operator, uopm = ± 0.005
- Ketidakpastian dalam panjang dan lebar spesimen,

uG = uW = 0.00522 mm

Sehingga diperoleh ketidakpastian dalam pengukuran luas


penampang :

uA = 5,22 x 10-4 mm2

Ketidakpastian dalam pengukuran gaya:


- Ketidakpastian dalam mesin uji
- Ketidakpastian dalam alat ukur
- Ketidakpastian dalam operator

Sehingga diperoleh ketidakpastian dalam pengukuran gaya :


Ketidakpastian secara umum dalam eksperimen uji tarik :

uRm = 5.32 x 10-3

Maka, modulus elastisitas yang diperoleh berdasarkan pengukuran uji


tarik:

E’= E ± (E x 5.32 x 10-3)

5. Analisis
Kurva tegangan – regangan dari pengukuran regangan menggunakan strain
gage dapat dilihat pada Grafik 4.1.1 dan pengukuran regangan tanpa
menggunakan strain gage dapat dilihat pada Grafik 4.2.1 yang telah
ditunjukkan di pengolahan data.
Pada eksperimen menggunakan strain gage, dengan menggunaknan fungsi
trendline pada pengolahan data tersebut, modulus elastisitas yang didapat
sebesar 76046 MPa. Sementara tegangan luluh (yield stress) dan tegangan tarik
maksimum (ultimate stress) tidak dapat diketahui nilainya karena spesimen
masih dalam daerah elastis.
Pada eksperimen kedua, diambil pada daerah elastis, nilai modulus
elastisitas yang didapat sebesar 76118 MPa. Tegangan luluh (yield stress) dari
spesimen ini sebesar 236.05 MPa. Tegangan tarik maksimum (ultimate stress)
dari spesimen ini sebesar 287.7 MPa.
Berikut data mechanical properties dari hasil eksperimen dan
perbandingannya dengan referensi pada literatur.

Tabel 5.1 Data sifat mekanik tiap percobaan serta teoritis


Sifat Mekanik Eksperimen 1 Eksperimen 2 Referensi
E (MPa) 76046 76118 73100
σy (MPa) - 236.05 345
σu (MPa) - 287.7 483

300

Using Stain Gage

250
Referensi
y = 76118x + 4.4536

200 without strain gage


Stress (MPa)

wo linear
150 y = 76046x + 2.6903
Linear (Using Stain Gage)

100 Linear (Using Stain Gage)


y = 73100x
Linear (Using Stain Gage)
50
Linear (Referensi)

0 Without strain gage (linear


0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 section)
Strain

Grafik 5.1 Perbandingan eksperimen tanpa SG, dengan SG, dan referensi

Nilai modulus young yang didapat dari hasil eksperimen menggunakan SG


dan tanpa SG sudah mendekati nilai referensi. Namun, tidak pada data
tegangan luluh dan tengangan ultimate. Munculnya perbedaan dari data yang
didapatkan dari eksperimen dan data referensi dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Pertama saat pemasangan specimen ke alat, kurang kuatnya grip pada
spesimen dapat menyebabkan terjadinya slip sehingga pengukuran kurang
akurat,. Hal tersebut dibuktikan dari hasil patahnya spesimen tidak tepat di
tengah-tengah gage length. Daerah patahan berada lebih dekat ke daerah
dengan grip yang lebih. Spesimen yang seharusnya hanya diuji dengan beban
axial ternyata juga mendapatkan beban torsi sehingga tentunya hasil pengujian
tidak dapat memberikan data yang sesuai dengan referensi yang ada.
Gambar 5.1 Spesimen yang patah hasil uji tarik

6. Kesimpulan dan Saran


6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen pengukuran regangan, dapat disimpulkan
beberapa hal diantaranya:
1. Hasil pengukuran regangan spesimen 1 dengan menggunakan strain gage
pada spesimen uji tarik ditunjukkan pada Tabel 2 di atas.
2. Tegangan luluh (σy) spesimen 2 adalah 354.46 MPa.
3. Tegangan tarik maksimum (σu) spesimen 2 adalah 472.83 MPa.
4. Modulus elastisitas (E) spesimen 1 adalah 29462 MPa.
5. Modulus elastisitas (E) spesimen 2 adalah 78490 MPa.

6.2 Saran
1. Merawat serta meningkatkan pengadaan peralatan praktikum terutama
signal conditioner yang sudah sulit menunjukkan angka 0 saat balancing.
Tentunya akan memberikan nilai yang lebih akurat apabila balancing dapat
terjadi dengan baik
2. Merawat serta meningkatkan kualitas grip pada alat uji tarik untuk
menghindari munculnya torsi.
7. Referensi
[1] ASTM E8/E8 M – 09, Standard Test Method for Tensile Testing for Metallic
Materials.
[2] Hong Kong Callister, William. 2007. Materials Science and Engineering: An
Introduction 7th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
[3] ILAC COMMITTEE 2 (1994), Committee Papers Supplement Appendix 2.5
Annex H.

8. Lampiran
Sebuah rangkaian jembatan wheatstone memiliki 4 buah resistor yaitu R1,
R2, R3,R4. Tahanan R1 dan R2 dirangkai seri antara titik A dan C serta R3 dan
R4 yang juga dirangkai seri antara titik A dan C, kemudian dirangkai lagi
secara parallel. Antara titik A dan C diberi medan tegangan arus searah sebesar
V, sedangkan keluaran jembatan dinyatakan sebagai beda tegangan (𝛥E) antara
titik B dan D. Pada saat tahanan (strain gage) mengalami perubahan panjang,
antara titik B dan D akan terjadi hukum Kirchoff.

Sensor strain gauge adalah grid metal-foil yang tipis yang dilekatkan pada
permukaan dari struktur. Apabila komponen atau struktur dibebani, terjadi
strain dan ditransmisikan ke foil grid. Tahanan foil grid berubah sebanding
dengan strain induksi beban. Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe
metal-foil, dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching. Karena
prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam macam ukuran gauge dan
bentuk grid. Untuk macam gauge yang terpendek yang tersedia adalah 0,20
mm; yang terpanjang adalah 102 mm. Tahanan gauge standard adalah 120 mm
dan 350 ohm, selain itu ada gauge untuk tujuan khusus tersedia dengan tahanan
500, 1000, dan 1000 ohm.
Gaya yang diberikan pada suatu benda logam (material ferrit / konduktif),
selain menimbulkan deformasi bentuk fisik juga menimbulkan perubahan sifat
resistansi elektrik benda tersebut.
Dengan menempelkan jenis material tersebut pada suatu benda uji
(specimen) menggunakan suatu perekat yang isolatif terhadap arus listrik,
maka material tadi akan menghasilkan adanya perubahan resistansi yang
nilainya sebanding terhadap deformasi bentuknya.
Apabila ada gaya akan mengubah nilai resistansinya, perubahan
resistansinya sesuai dengan gaya yang diberikan. Prinsip dasar dari
penggunaan hambatan listrik strain gauge merupakan fakta bahwa hambatan
dari perubahan kawat sebagai fungsi tegangan, meningkat dengan tekanan dan
menurun dengan adanya pemampatan. Perubahan dalam hambatannya diuur
dengan menggunakan rangkaian jembatan Wheatstone. Strain gauge terikat
pada spesimen dan kemudian pengukur (gauge) dikenanan pada tekanan yang
sama sebagaimana spesimen yang sedang dalam pengujian (U.A.Bakshi,
2008).

Anda mungkin juga menyukai