Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERPETAAN DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


(INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH)

DISUSUN OLEH :

1. DWI FEBRIOKO (163800028)


2. JAKA RIYANA (163800037)
3. M. SYAFI’I (163800046)
4. M. Fanni Aziz A (163800024)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Aktivitas industri yang terus berjalan akan memberikan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia, namun dalam aktivitas produksi tersebut terdapat bahan buangan
yang disebut limbah, dimana limbah tersebut harus dilakukan treatment terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah cair atau air limbah merupakan salah satu jenis limbah
yang banyak dihasilkan dalam kegiatan perindustrian. Secara normatif pemerintah telah
membuat aturan tentang pengolahan limbah cair, antara lain Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Gubernur Jawa Timur
No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha
Lainnya.
PT SIER-PIER memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang menggunakan
pengolahan air limbah dengan metode fisik (primary treatment) dan metoda biologi (secondary
treatment) tanpa menggunakan atau menambahkan bahan kimia. Pengolahan awal dalam
sebuah pengolahan air limbah adalah pengolahan dengan metode fisik, hal ini
dikarenakan metode fisik berfungsi untuk mengendapkan, menyaring dan menghilang- kan
partikel-partikel pasir atau pertikel dan benda yang lebih besar yang terapung atau tenggelam
yang dapat menghambat bahkan merusak kinerja mesin pada pengolahan selanjutnya.
Instalasi Pengolahan Air Limbah di kawasan industri Rembang ini telah berdiri sejak
tahun 1989. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan dan perkembangan industri yang berada
di kawasan tersebut semakin meningkat. Dibuktikan dengan semakin banyak jumlah industri
yang bernaung didalamnya. Hal tersebut berpotensi akan menambah kuantitas limbah yang
harus diolah oleh IPAL PT SIER-PIER. Dilain sisi bertambahnya usia IPAL dapat menyebab-
kan efisiensi IPAL PT SIER-PIER mengalami penurunan. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu dilakukan penelitian evaluasi kinerja instalasi yang mengolah limbah dari proses awal
limbah masuk instalasi sampai dengan limbah tersebut dibuang ke lingkungan.

2. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah menghasilkan sebuah sistem informasi yang dapat
membantu mengetahui luas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. SIER. Dan
bagaimana cara mendapatkan luasan daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Air Limbah Industri

Air limbah merupakan air yang keluar dan tidak terpakai lagi dari suatu aktivitas
(Industri, rumah tangga, supermarket, hotel dan sebagainya). Air limbah ini biasanya
mengandung berbagai zat pencemar (kontaminan) seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut,
logam berat, bahan organik, bahan beracun, dan dapat bertemperatur tinggi. Air limbah ini
umumnya akan dibuang ke badan air penerima seperti sungai, laut dan kedalam tanah.
Pembuangan air limbah dengan kandungan berbagai zat pencemar mengakibatkan terjadinya
pencemaran pada sungai, laut, tanah dan bahkan mencemari udara.
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal
dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang
sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia.
Menurut Mulia (2005), air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya
pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi
berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses
industri.
2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan
sebagainya.
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi.

Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara langsung
maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari kegiatan industri
yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung, dimana
produk dan limbah hadir pada saat yang sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi
sebelum proses maupun sesudah proses produksi.
2. Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah
mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi,
secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data dikelompokkan seperti pada skema
berikut ini:

Air Limbah

Air (99,9%)
Bahan Padat (0,1%)

Organik Anorganik

Protein (65%)
Karbohidrat (25%) Butiran
Lemak (10%) Garam
Metal

3. Tahapan Pengolahan Air Limbah

Menurut Achmad 2008, bahwa metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang
telah dikembangkan sangat beragam. Merode ditetapkan berdasarkan parameter fisika, kimia
dan biologi yang terkandung dalam air limbah. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-
proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi
beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari :
Pengolahan Primer (primary treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika :

1. Penyaringan (Screening)
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah.

2. Pengolahan Awal (Pretreatment)


limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke
dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

3. Penyaringan (Screening)
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah.

4. Pengolahan Awal (Pretreatment)


limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke
dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
5. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau
bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang
paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki
pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi
dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapan partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain
untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
6. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel – partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

4. Sistem Pengolahan Air Limbah di IPAL PT.Sier (persero) Surabaya

Manajemen pengolahan limbah di kawasan industry dibagi menjadi 2 kelompok kegiatan


yaitu : sanitasi dan pengolahn limbah yang berasal dari seluruh kawasan industry.
Untuk mendukung kelancaran proses dikenakan biaya pemeliharaan dan operasi dari system
pengolahan limbah yang dikenal dengan istilah BPO kepada semua pabrik yang ada di kawasan
industry yang dikeloal oleh PT. IPAL SIER (Persero) sesuai dengan Pasal 11 surat perjanjian sewa
– menyewa pabrik dan Pasal 8 surat perjanjian sewa – menyewa SUIK. BPO ini berlaku selama 1
tahun dan diadakan peninjauan kembali setiap tahun.
Penentuan besarnya BPO yang harus dibayar oleh tiap pabrik didasarkan pada :
1. Besarnya beban polusi air (limbah yang dibuang ke saluran air limbah PT. IPAL SIER
(Persero))
2. Besarnya volume atau debit air limbah di pabrik.
Sumber air limbah yang diolah di PT. IPAL SIER (Persero) berasal dari seluruh pabrik
dan perkantoran yang berada di kawasan Rungkut dan Brebek. Jumlah pabrik dan perkantoran
yang membuang air limbah di PT. IPAL SIER (Persero) sebanyak 393 perusahaan. Nama – nama
perusahan tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Sumber air limbah yang masuk ke PT. IPAL SIER (Persero) Surabaya beraneka ragam.
Air limbah yang masuk ke IPAL berasal dari berbagai jenis industry diantaranya :
a. Industry kayu dan rotan
b. Industry plastic
c. Industry logam
d. Industry kimia
e. Industry makanan dan minuman
f. Industry tembakau
g. Industry tekstil
h. Industri karet
i. Industry penyamakan kulit

Air limbah sebelum masuk ke saluran air limbah yang ada di PT. IPAL SIER (Persero)
maka tiap – tiap industry harus memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak PT.
IPAL SIER (Persero). Hal ini dilakukan agar tidak merusak saluran, mesin, dan peralatan yang
ada di PT. IPAL SIER (Persero), dimana persyaratan dan ketentuan untuk karakteristik air limbah
tersebut dibuat menyesuaikan dengan design bangunan pengolahan air limbah di PT. IPAL SIER
(Persero).
Ketentuan itu dapat diuraikan sebagai berikut :
Ketentuan umum
Bahan yang dilarang dibuang ke dalam system saluran air limbah kawasan industry yang
dikelola PT. SIER (Persero) antara lain :
a) Air hujan, air tanah, air dari talang, air dari pekarangan.
b) Kalsium karbida
c) Bahan yang mudah terbakar
d) Cairan, zat padat dan gas yang karena jumlahnya sudah cukup untuk dapat menimbulkan
kebakaran atau ledakan yang dapat menyebabkan kerusakan system saluran air limbah.
e) Bahan baku yang karena kondisinya sendiri atau penggabungan atau reaksi elemen dengan
air limbah lainnya dapat menimbulkan gas, uap, bau, atau bahan semacamnya yang dapat
membahayakan kehidupan masyarakat.
f) Ragi, ter, aspal, minyak mentah, minyak pelumas, solar, karbon disulfida, hidro sulfida,
poli sulfida.
g) Bahan radioaktif.
h) Semua limbah yang dapat menimbulkan pelapisan keras, atau endapan di dalam system
saluran air limbah.
i) Limbah yang mengandung bahan pewarna yang tidak dapat diolah secara biologis.
j) Bahan yang dapat merusak atau mengganggu mesin maupun peralatan yang terpasang
dalam saluran dan system pengolahan air limbah.
k) Pestisida, fungisida, herbisida, insektisida, radentisida, fumigans.
l) Limbah padat.

5. Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. IPAL SIER

Bangunan pengolahan air limbah dan spesifikasinya


Berikut ini akan diuraikan mengenai : fungsi, kapasitas, spesifikasi, utilitas penunjang masing
– masing bangunan pengolahan air limbah yang ada di PT. IPAL SIER (Persero).

1. Sumur pengumpul
Sumur pengumpul ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air limbah yang
bersunber dari semua industri –industri di kawasan PT. IPAL SIER (Persero). Namun, air limbah
atau air buangan dari setiap industry harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh PT.IPAL
SIER (Persero). Sumur ini berbentuk lingkaran (circular) dengan diameter 5 m dan kedalaman ±
8 m. Sumur ini terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh beton setebal 30 cm,kedua bagian
tersebut adalah :
• Dua buah pipa yang besarnya masing – masing 400 mm dan 600 mm yang berfungsi
sebagai saluran buangan industry dan perkantoran.
• Dua buah rel yang terpasang pada dinding sumur dan papan yang terbentang ± 4 m
yang digunakan sebagai pijakkan petugas yang akan membersihkan sumur.
• Saringan kasar yang terpasang pada piapa induk dan berfungsi untuk menahan benda
–benda besar yang masuk dalam sumur basah seperti : kayu, plastic, kaleng, dan lain
– lain.
Debit yang masuk ke sumur pengumpul ini ±8000 l/hari. Jumlah debit yang masuk
tergantung pada aktifitas perkantoran dan pabrik disekitar PT. IPAL SIER (Persero). Dalam sumur
pengumpul limbah cair akan mengalami homogenisasi sehingga pada saat dialirkan ke proses
selanjutnya akan mempunyai kondisi dan beban pencemaran yang sama. Limbah cair di sumur
pengumpul ini dipompa menggunakan pompa sentrifugal dengan debit 60 l/ detik.

Gambar II.1 : Sumur pengumpul


Pada sumur ini diambil sample influent limbah cair untuk diteliti di dalam laboratorium untuk
diketahui jumlah COD, DO, dan lain – lain. Hal tersebut dilakukan karena limbah cair yang masuk
ke dalam PT. IPAL SIER (Persero) harus memenuhi standart yang telah ditentukan.

2. Sumur kering
Sumur yang ada di IPAL adalah sumur yang sering disebut dengan rumah pompa.Perlu kita
ketahui bahwa di dalam rumah pompa tersebut ada 4 pompa yang berfungsi membantu jalannya
pengolahan limbah yang ada dii IPAL. Pompa tersebut adalah pompa centrifugal yang secara
otomatis dapat bekrja dengan sendirinya dengan level control untuk memompa air limbah ke bak
pengendap pertama (primary settling tank).
Pompa ini masing – masing dapat bekerja dalm mengalirkan air limbah dengan debit 60
liter/dt. Dan peralatan yang digunakan di rumah pompa ini antara lain :
• Crane untuk mengangkat
• Vertical centrifugal pump untuk pemomopaan air limbah.
Secara keseluruhan sumur pengumpul ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Sebagai tempat penampung sementara dari limbah industry di kawasan PT. IPAL SIER
(Persero) Surabaya. Sumur ini mampu menampung buangan industry dan perkantoran dengan
debit sebesar 10.000 m3/hari. Limbah yang terkumpul disumur pengumpul ini dialirkan secara
otomatis oleh pompa sentrifugal (centrifugal pump) berdasarkkan level control menuju bak
pengendap pertama (primary settling tank).
b) Pembersihan sampah – sampah atau kotoran yang mengapung dilakukan secara manual oleh
operator melalui dua buah rel (jet savelling/ crame)
c) Pada sumur pengumpul ini juga terjadi proses homogenesis air limbah yaitu pemerataan.

3. Bak pengendap pertama (primary settling tank)


Bak pengendap pertama atau settling tank mempunyai fungsi umum yaitu :
a) Mengendapkan pertikel – partikel terutama zat padat tersuspensi secara gravitasi
b) Penyaringan kotoran terapung
c) Sebagai tempat homogenisasi air limbah sebelum masuk ke oxidation ditch.
d) Pemerataan beban hidrolisis dan organic sehingga tidak akan terjadi shock loading pada
proses selanjutnya akibat flokulasi beban.
Bak pengendap pertama berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan buffle serta tiga
bak kecil yang memiliki fungsi tertentu.
Gambar II.2 Primary Sattling Tank

Bak pengendap pertama ini dilengkapi dengan :


a) Meter air yang dihubungkan dengan baling – baling yang fungsinya untuk mengetahui debit
air (influent) dengan jelas.
b) Penyekat (skimmer) yang mempunyai ketebalan 80 cm, berjumlah dua buah dan terpasang
secara simetris. Alat ini digunakan untuk menghalangi benda – benda yang terapung agar
tidak masuk ke tahap slanjutnya, misalnya : plastic, busa deterjen, minyak dan partikel
terapung lainnya. Dan kemudian dibelokkan ke selokan dan di alirrkan ke bak floating
(floating tank) ini benda – benda tterapung tersebut akan diambil secara mekanik sedangkan
air yang berada dibawah akan dialirkan kedalm oxidation ditch.
c) Pompa yang dipasang pada bagian bak besar (bak pengendapp pertama) yang berfungsi untuk
mengalirkan partikel terapung lumpur hasil dari pengendapan ke bak penampung partikel –
partikel terapung ini dilengkapi dengan saluran air yang berbentuk selokan (parit) sehingga
aliran air limbah dapat berjalan mudah dan lancar sehingga operator mudah mengontrolnya
d) Lumpur hasil pengendapan dibawa ke bak pengering lumpur (sludge drying bed) Factor.

4. Parit oksidasi (oxidation ditch)


Pada oxidation ditch ini, air limbah diolah secara biologis dengan bantuan mikroorganisme
pengurai air limbah, sehingga dibutuhkan oksigen untuk aktivitas organisme dalam menguraikan
bahan organic dalam air limbah. Kebutuhan oksigen diperoleh dari proses aerasi dengan
menggunakan Mammoth Rotor.

Gambar II.3 Oxidation Ditch


Oxidation ditch ini berbentuk parit melingkar memenjang yang berjumlah 4 buah. Oxidation
ditch ini mampu mengolah air limbah sebanyak 9000 m3/hari. Oxidation ditch ini memiliki tepian
permukaan kolam yang kasar serta dilapisi dengan batu kali sebagai tempat menempelnya
mikroorganisme.
Pada setiap unit oxidation ditch dilengkapi dengan unit mammoth rotor yang berfungsi
untuk mengaduk limbah sehingga dapat diperoleh oksigen yang cukup untuk proses pengolahan.
Pada oxidation ditch ini harus diteliti kadar lumpur yang masuk ke dalam bak oksidasi karena jika
terlalu banyak ataupun terlalu sedikit lumpur yang ada maka proses pengolahan tidak akan
berjalan dengan baik.

5. Distribution box
Di dalam bak pembagi ini lumpur aktif yang masih tercampur dengan air limbah dari
oxidation ditch akan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian akan dialirkan ke bak pengendap
kedua (clarifier) dan satu bagian lagi akan dialirkan kedalam oxidation ditch (di recycle) sebesar
30% dari total lumpur yang masuk ke bak pembagi (distribution box).

Gambar II.4 Bak pembagi (Distribution Box)

Lumpur aktif dikembalikan ke oxidation ditch dengan bantuan return sludge pump tipe screw
pump conveyor, sedangkan air limbah dan lumpur aktif yang dialirkan menuju bak pengendap
kedua dilakukan dengan menggunakan prinsip perbedaan tekanan yaitu prinsip perbedaan
diameter dua buah pipa (yaitu pipa menuju secondary clarifier dan pipa menuju distribution box).
Fungsi dari bak ini adalah
a. Sebagai tempat penampung sementara air limbah dari oxidation ditch sebelum masuk ke
secondary clarifier.
b. Sebagai pembagi lumpur aktif yang akan dialirkan ke secondary clarifier yang akan
dikembalikan ke oxidation ditch.

Bak ini dilengkapi dua pompa yang berfungsi submersible yang berfungsi mengalirkan lumpur
yang akan dibuang ke bak pengering lumpur dan srew pump yang berfungsi untuk mengembalikan
lumpur ke oxidation ditch sebagai return sludge.
Spesifikasi pompa adalah :
a. Screw pump
- Daya : 17 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
- Kapasitas : 60 m3/menit
b. Submersible pump
- Daya : 3,75 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
- Kapasitas : 50 m3/ menit
c. Spesifikasi bak distri busi adalah :
- Panjang : 7,2 m
- Lebar :4m
- Kedalaman :3m

6. Bak pengendap kedua (secondary clarifier)


Bak pengendap kedua ini berfungsi sebagai pengendap lumpur yang terkandung dalam air
limbah setelah melewati proses oksidasi sehingga air menjadi bersih untuk dibuang ke sungai.
Pada bak pengendap kedua ini dilengkapi dengan alat pengeruk lumpur atau scrapper. Alat ini
berbentuk jembatan (scrubber bridge) yang mampu membentang dari arah tengah bak seperti jari
– jari lingkaran yang mampu mengintari bak.

Gambar II.5 bak pengendap II (secondary claryfier)

Alat ini biasanya digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0,25 KW dan frekuensinya 50 Hz.
Gerakan pada alat ini sangat lambat dikarenakan untuk mencegah terjadinya gelombang pada air
saat pemutaran. Gelombang air akan dapat mengganggu pengendapan (sedimentasi).
Spesifikasi dari bak pengendap kedua ini antara lain ;
Bentuk : cicular

Jumlah : 2 buah

Diameter : 21 m

Kemiringan dasar (slope) : 1,24

Kedalaman tepi : 2,5 m

Kedalaman tengah :3m

: 0,7
Kecepatan pelimpahan air m3/jam

Bak pengendapan kedua ini memiliki dua bagian yaitu :


a. Bagian dasar yang memiliki lengkungan yang berfungsi sebagai tempat penampungan
lumpur serta sekaligus meninggikan tekanan air sehingga lumpur tersebut dapat dialirkan
secara alami ke bak distribusi dengan menerapkan hukum bejana yang didasarkan akan
perbedaan tekanan.
b. Bagian tengah bak dimana terdapat pipa dengan diameter 5 m dengan panjang 2,5 m yang
berfungsi seperti buffel berfungsi sebagai pencegah aliran putaran olahan yang berasal
dari bak pendistribusi yang masuk ke bak ini.

7. Bak pengering Lumpur (sludge drying bed)

Bak ini berbentuk persegi panjang yang memiliki dasar kemiringan. Bak ini dilengkapi pasir
kasar, pasir halus dan batuan sebagai penyaring. Pasir ini harus terus diisi saat pengerukan limbah
cair karena jumlahnya akan terus berkurang pada saat pengerukan. Pengeringan di bak ini
dilakukan dengan bantuan dari sinar matahari langsung.
Di IPAL PT. SIER (Persero) Surabaya terdapat 2 jenis bak pengering yaitu:
 Bak pengering Primer yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari bak
pengendap pertama.
 Bak pengering sekunder yaitu bak pengering yang digunakan untuk mengeringkan
lumpur yang berupa return sludge dari bak pembagi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mangantisifikasi
masalah (Sugiyono, 2009:2). 2010:309). Obyek dalam penelitian ini adalah pengukuran
luas Instalasi IPAL PT. SIER Surabaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono 2009:69).

Metode penelitian ini untuk menganalisis interpretasi citra satelit menjadi informasi
geografi. Sehingga peneliti dapat mengetahui perubahan luas hutan mangrove dari
tahun 1994-2014 di wilayah Instalasi IPAL PT. SIER Surabaya.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit
ke dalam peta tematik antara lain sebagi berikut :

1. Bahan

Gambar atau foto dari satelit IPAL PT. SIER yang diperoleh dari aplikasi ArcMap.10

2. Alat

Untuk menunjang keberhasilan penelitian diperlukan beberapa alat pendukung, baik


berupa hardware maupun Software yaitu sebagai berikut :

a . Seperangkat komputer/laptop untuk mengolah citra satelit menjadi informasi.


b. Perangkat lunak berupa software Arcgis 10.1, dan ArcMap 10.1 untuk mengolah
hasil citra.
c. Perangkat lunak berupa software Microsoft Office 2010, untuk membuat
laporan.
d. Printer digunakan untuk proses output hasil citra dan peta.
e. Alat survey digunakan berupa alat tulis, Global Position Sistem (GPS) dan kamera
digital sebagai alat untuk mendokumentasikan gambar situasi di lapangan.
3.3 Metode Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Tahap ini terdiri dari tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan

jauh. Kegiatan studi pustaka dilakukan dengan mempersiapkan literatur dan data

sekunder dari berbagai sumber yang berhubungan dengan topik penelitian, berupa

dokumen, buku teks, jurnal, tesis, skripsi dan peta. Data penginderaan jauh berupa

Citra Satelit Landsat.

2. Tahap Pengolahan Data

A. Pengolahan Data Citra

Pengolahan citra satelit Landsat multiwaktu dilakukan dengan software Arcgis

10.1 untuk mendapatkan hasil interpretasi luas IPAL PT. SIER.

Berikut langkah kerja yang dilakukan:

 Menyamakan sistem koordinat citra satelit dengan data shapefile (shp)

lokasi penelitian menjadi WGS 1984 UTM Zone 49S.

 Melakukan pemotongan citra menggunakan tool extract by mask dengan

tujuan memudahkan menginterpretasi citra di daerah penelitian.

 Melakukan penajaman citra dengan cara mengatur kecerahan citra dan

kontras di tool Image Analysis.

 Mendapatkan hasil interpretasi citra berupa sebaran dan luas IPAL

PT. SIER di lokasi penelitian.


BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum IPAL PT. SIER

Gambar IPAL PT. SIER

Sistem pengolahan air limbah, PT. SIER (Persero) menggunakan system


pengolahan secara fisika-biologis. Dalam hal ini tanpa menggunakan atau
menambahkan bahan kimia. Pembuangan air limbah industri (waste water disposal)
dialirkan melalui pipa dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang
sepanjang jalan di depan kavling pabrik yang terletak di Kawasan Industri
Rungkut, volume limbah yang masuk IPAL PT. SIER 7000-8000 m3/hari dari 350
industri.

B. Luas IPAL PT. SIER

Dari penelitian pada makalah ini maka IPAL PT. SIER memiliki luas sebesar
744.810 m2 berikut adalah gambar luas yang didapakan dengan aplikasi ArcMap
10 :
BAB V

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa IPAL PT. SIER

memiliki luas sebesar 744.810 m2 dan untuk memperoleh luasan tersebut dapat

dilakukan dengan cara Data penginderaan jauh berupa Citra Satelit Landsat

kemudian dilakukan pengolahan data citra tersebut dengan menggunakan aplikasi

software Argis 10.1 dan ArcMap 10.1.

Anda mungkin juga menyukai