Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PADA ANAK BALITA DAN ANAK SMA


DI PUSKESMAS AIR PUTIH

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘Praktikum Gizi’

Disusun Oleh:
Hesti Anggraini NIM. 16.13201.093
Dian Puspitasari NIM. 16.13201.039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam
bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat
badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, tinggi lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa
berdiri sendiri untuk menentukan status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U[1]
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang
berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
diklasifikasikan dari 1 percentile sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna
dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang
memakainya.[2]
Antropometri adalah pengukuran dimensi fisik tubuh manusia pada usia yang berbeda
Antropometri adalah kesehatan anak yang efektif dan sering dilakukan dan gizi skrining nilai
procedure.The data pertumbuhan fisik tergantung pada akurasi dan reliabilitas, bagaimana
mereka dicatat dan diinterpretasikan, dan apa tindak lanjut upaya yang dilakukan setelah
identifikasi gangguan pertumbuhan.[3]
Antropometri adalah ilmu pengukuran dan seni aplikasi yang menetapkan geometri fisik,
massa sifat dan kemampuan kekuatan tubuh manusia (Leilanie dan Prado, 2007). The
antropometri Data memberikan informasi penting dalam produk / peralatan dan tempat kerja /
workstation desain (Hanson et al, 2009.; Tayyari, 2000).[4]
Data antropometri dianggap lebih kritis dalam merancang untuk sekelompok penduduk yang
beragam seperti di Malaysia di mana ia melibatkan tiga kelompok etnis utama. Serupa dengan
Lin et al. (2004) studi, itu akan menarik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan dalam berarti dimensi tubuh dan proporsi tubuh ini tiga etnis. Namun, ada kekurangan
yang cukup Data antropometrik yang melibatkan para etnis di Malaysia. Hal ini mungkin karena
alasan pengeluaran tinggi dan waktu mengkonsumsi aspek dalam menjalankan data antropometri

2
proses pengumpulan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data
antropometri di Malaysia. Itu Tujuan dari studi ini adalah untuk mengembangkan antropometrik
database untuk Melayu, Cina dan India dewasa di Malaysia. Tujuan kedua adalah untuk identitas
statistik signifikan antara sarana antropometri dimensi antara ketiga etnis dan tujuan ketiga
adalah untuk mengidentifikasi mana perbedaan berbohong dan tingkat signifikansi dalam tiga
etnis.4
Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti berat, tinggi
badan, dan ukuran, termasuk ketak ketebalan, keliling, panjang, dan breadths. Antropometri
adalah komponen kunci dari penilaian status gizi pada anak-anak dan orang dewasa (1).
Antropometrik data untuk anak mencerminkan status kesehatan umum, kecukupan makanan, dan
pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Pada orang dewasa, tubuh data
pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan dan diet, risiko penyakit, dan
perubahan komposisi tubuh yang terjadi selama umur dewasa. Laporan ini menyediakan data
referensi antropometrik untuk anak-anak AS dan orang dewasa dari segala usia dilakukan di
pusat-pusat pemeriksaan mobile. Pusat-pusat penelitian yang dikelola oleh penuh-waktu
personil, termasuk teknisi kesehatan yang memperoleh pengukuran tubuh dari peserta survei.
Semua teknisi kesehatan NHANES menyelesaikan pengukuran tubuh program pelatihan
komprehensif yang digunakan rekaman video, demonstrasi, dan latihan praktek dengan
pemeriksa ahli. Kesehatan kinerja teknisi dipantau dengan cara pengamatan langsung, review
data, dan penilaian para ahli pemeriksa.4
Evaluasi yang akurat dari status gizi harus termasuk perkiraan kompartemen tubuh (massa
lemak bebas dan massa lemak) dengan metode instrumental seperti bioelectrical impedansi
analisis dan dual X-ray absorptiometry (Enzi et al. 1997). Namun demikian, dalam praktek klinis
dan survei epidemiologi, komposisi tubuh dapat tidak langsung diperkirakan oleh pengukuran
antropometri, yang non-invasif, mudah dan murah untuk mengumpulkan.[5]
Proses pengumpulan melibatkan modifikasi dalam gizi dan fisiologis status, seperti
penurunan berat badan dan tinggi (Dey et al. 1999), dan pengurangan massa lemak bebas terkait
dengan peningkatan massa lemak. Selain itu, redistribusi jaringan adiposa terjadi dengan
akumulasi di batang dan situs visceral (Steen, 1988; Schwartz, 1998). Tubuh terjadi perubahan
komposisi berbeda pada pria dan perempuan dan dalam berbagai tahapan penuaan,

3
mempengaruhi antropometri. Akibatnya, standar antropometrik nilai-nilai yang berasal dari
populasi orang dewasa mungkin tidak berlaku untuk orang tua.5
Non-patologis faktor yang mempengaruhi distribusi antropometrik karakteristik, seperti usia,
jenis kelamin dan wilayah geografis, harus diperhitungkan. WHO Komite Ahli Status Fisik
menekankan perlunya lokal gender dan nilai-nilai referensi usia tertentu untuk lansia.5
Oleh karena itu, mahasiswa pelu meengetahui lebih lanjut mengenai antropometri
sehingga diperlukan praktikum pengukuran antropometri pada anak balita dan orang dewasa di
Puskesmas Air Putih.

B. Tujuan Percobaan
1. Tujuan Umum
Mengetahui status gizi melalui pengukuran antropometri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi melalui perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT)
b. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi melalui perhitungan Waist to Hip
Ratio (WHR)
c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi melalui perhitungan persentase Body
Fat (%BF)
d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi melalui pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA)
e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi melalui pengukuran lingkar Perut
f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi balita melalui pengukuran berat badan
dan umur
g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi balita melalui pengukuran tinggi badan
dan umur
h. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi balita melalui pengukuran berat badan
dan tinggi badan

4
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam

mengembangkan keilmuan yang berhubungan dengan ilmu gizi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

a. Bagi Institusi Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.

Laporan ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi Universitas Widya Gama

Mahakam Samarinda mengenai pengukuran antropometri pada anak balita dan

orang dewasa

b. Bagi Mahasiswa

Laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang telah diperoleh

oleh peneliti selama perkuliahan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi
menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status
gizi secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk
pelaksananya.[6]
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering
terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa
indeks antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan penggunaan
indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.6
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik
yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan
beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala,
tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi
dan anak.1
Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang
berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan
dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan
lainnya (Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri
secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk
maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.2
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain
dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti
mesin,equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi,

6
meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan
dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut.2
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri
adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalamBody Measurements and
Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe
(1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu:
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan
massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk
anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak
hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan
keadaan sakit yang baru dialami.3
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil.Kenyamanan
menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak
sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat
berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai
operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi
tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih menerima
getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding yang
posisi kerja berdiri.3
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan
yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya
IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
Rumus perhitungan IMT: BB/(TB)²

7
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko
kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.1
Tabel 2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:[7]
Kategori IMT
Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Kelebihan BB tingkat ringan 23 – 24,9
Gemuk Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I) > 25 – 29,9
Kelebihan BB tingkat berat (Obes II) > 30,0
Sumber. Sirajuddin 2012.
Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional
untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan
risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko
kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk
faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan
peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara
gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas
hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat
badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh
diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh
mempertahankan berat badan normal.7
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada
bayi baru lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah
2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema,
atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak

8
cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi
penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6
Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan
merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun
yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan
ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.[8]
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:6
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan.
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
5. KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan
anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan
terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur.
7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan
dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan
sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat dikesampingkan.6

9
B. Prediksi Tinggi Badan
Mengukur Tinggi Lutut instrumen portabel pengukuran perangkat tinggi lutut (KHMD),
juga dirancang untuk mengukur pertumbuhan jangka pendek dari kaki bagian bawah. Perangkat
ini lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada knemometer tersebut. Sekali lagi,
pengukuran yang diambil pada saat anak duduk. Kursi yang digunakan dengan perangkat ini
harus memiliki ketinggian kursi 33 cm dan panjang 26 cm kursi.Tinggi lutut sangat berkorelasi
dengan tinggi dan dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan pada orang dengan
kelengkungan tulang belakang yang parah atau yang tidak mampu untuk berdiri. Tinggi lutut
diukur dengan kaliper yang terdiri dari tongkat pengukur disesuaikan dengan pisau melekat pada
masing-masing dan pada sudut 90O C.[9]
Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan ketika memilih indeks atau kombinasi dari
indeks, termasuk ketersediaan equitment pengukuran yang akurat, pelatihan penguji untuk
Cellect informasi yang akurat dan menafsirkan hasilnya benar, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pengukuran. Akhirnya, sering diabaikan adalah biaya tidak mengidentifikasi anak-
anak kekurangan gizi atau salah mengidentifikasi anak-anak cukup gizi seperti kurang gizi.9
Perkiraan parameter farmakokinetik dan evaluasi status gizi bergantung pada pengukuran
yang akurat tidak, hanya berat badan tetapi juga tinggi badan. Namun, sejumlah penyakit dapat
menyebabkan kesulitan dalam pengukuran tinggi badan secara akurat. Oleh karena itu, berbagai
rumus berdasarkan tulang yang tidak berubah panjang telah dikembangkan. Metode-metode
termasuk tinggi lutut, panjang lengan dan setengah rentang tangan.7
Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk
individu yang 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang belakang.7
Rumus nya yaitu :7
Female: Height in cm = 84.88- 0.24 x age) + (1.83 x knee height)
Male : Heigt in cm = 64.19 – (0.04 x age) + (2.02 x knee height).

C. WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)


Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus
memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi
perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar

10
pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol,
hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang
rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian
0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di
sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1
cm.[10]
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,
termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan
banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan
gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak
tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus
tetap, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.7
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular.7
Rumus Menghitung Nilai WHR: LPi/LPa

Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis
kelamin dan kelompok umur:7
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.

11
D. Lingkar Perut (LP)
Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur
lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan
tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.8
Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan
timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di
perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.8
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau
sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan
diabetes mellitus.1
Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.1
Klasifikasi Laki-laki Wanita
WHO 2000 94 cm 80 cm
Eropa 102 cm 88 cm
Asia Pasifik 90 m 80 m
Sumber: WHO

E. Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.7

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:7


Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal 9,5 cm

12
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.


LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:8
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:6
- Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia.
- Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
- Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan
dewasa.

F. Lemak Tubuh
Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan

untuk mengukur keadaan gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan

untuk memperkirakan jumlah lemak tubuh. Jumlah lemak dari seseorang tergantung dari

berat badan, jenis kelamin, umur dan aktivitas (Waspadji, 2003).

Perubahan jaringan lemak akan mempengaruhi perubahan keseimbangan energi,

sedangkan jaringan otot menggambarkan cadangan protein tubuh. Perubahan pada saat

terjadi kekurangan gizi menahun akan menyebabkan perubahan massa otot (muscular

wasting). Indikator status gizi dengan melihat komposisi tubuh dipergunakan untuk

mengidentifikasi kekurangan gizi atau kelebihan gizi, serta memantau perubahan komposisi

tubuh selama pemberian dukungan nutrisi. Jaringan lemak dapat digunakan untuk

menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang. Banyak dan besarnya sel lemak

menentukan gemuk atau kurusnya seseorang (Soetjiningsih, 2004).

13
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur cadangan lemak tubuh. Perhitungan

secara langsung menggunakan densitometry, cairan tubuh total, kalium tubuh total, dan

“uptake of lipid-soluble inert gases”. Secara tidak langsung cadangan lemak dapat dinilai

dengan mengukur ketebalan lipatan kulit serta indeks massa tubuh (IMT) (Arisman, 2010).

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) adalah metode langsung mengukur obesitas.

Prinsip metode ini adalah aliran listrik yang dilewatkan tubuh manusia dihambat oleh

jaringan lemak dan membran sel. Massa lemak tubuh sama dengan berat badan dikurangi

massa bebas lemak dalam kilogram (kg), sedangkan persentase lemak tubuh sama dengan

hasil pembagian massa lemak tubuh (kg) dan berat badan tubuh (kg) dikali 100 (Oetomo,

2011)

Maughan (1993 : 63-6) dan Stolarczyk et al. (1997 : 8-17) mengatakan bahwa metode

BIA dapat menilai komposisi badan dan lemak badan pada populasi yang heterogen dengan

menggunakan persamaan dari Segal, sehingga bisa digunakan untuk berbagai seks, etnik,

umur dan derajat perlemakan yang berbeda-beda.

Metode BIA lebih nyaman digunakan oleh klien dikarenakan metode ini tidak

memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, metode ini dapat digunakan untuk

memperkirakan komposisi tubuh seseorang apakah obesitas atau tidak serta metode ini dapat

digunakan secara kontinyu untuk orang yang sedang diet (Segal, 1988)

Seiring perkembangan jaman Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) mempunyai

berbagai jenis produk. BIA dengan pengukuran klient berdiri di atas pelat elektroda dan BIA

dengan metode genggaman atau biasa disebut body fat analyzer.

Salah satu cara perhitungan persentase lemak tubuh menggunakan alat body fat

analyzer. Otot, pembuluh darah dan tulang adalah jaringan tubuh yang memiliki kandungan

14
air yang tinggi sehingga dapat menghantarkan listrik. Lemak tubuh adalah jaringan yang

memiliki sedikit daya konduktivitas listrik. Body fat analyzer mengirimkan arus listrik yang

sangat lemah dari 50 kHz dan 500 μA melalui tubuh untuk menentukan jumlah jaringan

lemak. Arus listrik ini sangat lemah sehingga tidak dirasakan saat mengoperasikan Body fat

analyzer. Namun, alat ini tidak bisa digunakan pada anak kecil, orang tua (menopause),

oedema, osteoporosis, bodybuilder, pasien jantung dan pasien dialisis (Segal, 1988).

Walau kelebihan lemak tubuh dapat membuat resah, tetapi tetap membutuhkan sejumlah

lemak agar tubuh dapat berfungsi normal. Lemak atau jaringan adiposa adalah bagian

penting bagi syaraf kita, urat syaraf tulang belakang, otak dan selaput sel. Di dalam tubuh

lemak mengisi ginjal dan organ-organ lain, sedangkan di luar lemak melapisi kulit

melindungi terhadap cuaca dingin (Clark, 1996).

Tabel. Klasifikasi lemak tubuh


Klasifikasi % Lemak
Laki-laki Wanita
Normal 10-20 20-30
Overfat 20-25 30-35
Obesitas >25 >35
Sumber : Omron, 2006

15
BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan di Puskesmas Air Putih pada Rabu, 25 September 2017.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital Seca,microtoice, metlin,
pita LiLA, pita circumference, dan body fat analyzer.

C. Prosedur Kerja
a. Pengukuran Barat Badan (BB)
1. Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Responden
tidak menggunakan alas kaki.
2. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.
3. Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua kaki
dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
4. Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar responden tetap
tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan).
5. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai angka tidak berubah
(statis).
6. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat.
7. Responden diminta turun dari alat timbang.

b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)


1. Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala). Posisikan
responden tepat di bawah microtoice.
2. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
3. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding
tempat microtoise di pasang.
4. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan menghadap paha.

16
5. Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan tulang rusuk.
Usahakan badan tetap santai.
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada
tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap
menempel pada dinding.
7. Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah).
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata
petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar
hasil pembacaannya benar. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

c. Pengukuran Tinggi Lutut


1. Responden duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 900proximal hingga
patella.
2. Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki responden membentuk
sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang alat ukur.
3. Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berada pada angka yang
ditunjukkan oleh alat ukur. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

d. Pengukuran Lingkar Pinggang


1. Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang
digunakan.
2. Responden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3. Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal
dimana merupakan bagian paling kecil dari tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir.
Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4. Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur tidak menekn kulit.
5. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

17
e. Pengukuran Lingkar Panggul
1. Responden mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan
2. Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3. Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari penggul terlihat
4. Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu
diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat
5. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

f. Pengukuran Lingkar Perut


1. Mintalah dengan cara yang santun pada responden untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan
titik pengukuran.
2. Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
3. Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
4. Ditetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
5. Responden diminta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
6. Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar
horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
7. Pengukuran juga dapat dilakukan pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan dan
melingkarkan alat ukur secara horizontal
8. Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian
yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
9. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.

g. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)


1. Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1. Responden diminta berdiri tegak.
2. Responden dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas (bagi yang
kidal gunakan lengan kanan).

18
3. Tekukan tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan menghadap ke atas.
Pengukur berdiri dibelakang dan menentukan titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri
dan siku.
4. Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
2. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1. Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke
bawah.
2. Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit dan
dilingkarkan secara hotizontal pada lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau
ada rongga antara kulit dan pita.
3. Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat

h. Penentuan Lemak Tubuh


(1) Menyalakan body fat analyzer dengan cara menekan tombol power.

(2) Masukkan data subyek penelitian berupa jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi

badan pada body fat analyzer.

(3) Memastikan subyek penelitian berdiri tegap dengan pandangan menatap lurus ke depan

dan kedua tangan lurus kedepan memegang body fat analyzer.

(4) Menekan tombol start.

(5) Menunggu beberapa saat sampai angka pada body fat analyzer berhenti.

(6) Membaca angka yang nampak pada body fat analyzer. Angka tersebut menunjukkan

persentase lemak tubuh subyek penelitian.

(7) Mencatat hasilnya.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil Pengukuran Antropometri dan Status Gizi Siswi SMA
NAMA Nn. E Nn. R Nn. M Nn. RY Nn. TP Nn. L Nn. RL Nn. AN Nn. NP Nn RF
Jenis kelamin P P P P P P P P P P
Umur 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Tinggi Lutut
43 44 40 48 42 46 43 49 43 44
(cm)
Estimasi TB
153.25 155.8 148.48 160.96 149.98 158.98 152.29 164.47 151.81 155.8
(cm)
Berat badan
66 53.4 46 72.5 66 56.7 54.3 78 72 57
(kg)
Tinggi badan
154 156 150 161 150 159 153 168 150 157
(cm)

IMT 27.83 21.94 20.44 27.97 29.33 22.43 23.20 27.64 32.00 23.12

obesitas obesitas obesitas obesitas


Status Gizi normal normal normal overweight obesitas II overweight
I I I I

Lingkar
78 61 63 83 84 58 63 78 89 62
pinggang (cm)

Lingkar
90 85 87 95 96 83 85 90 95 83
panggul (cm)
WHR 0.87 0.72 0.72 0.87 0.88 0.70 0.74 0.87 0.94 0.75
very very very very
Status Gizi low low low moderate very high moderate
high high high high
Lingkar perut
85 76 78 93 93 73 83.5 89 91 80
(cm)

obesitas obesitas obesitas obesitas


Status Gizi normal Normal normal normal normal normal
sentral sentral sentral sentral

% lemak
32.4 25.3 25.6 33.5 35 27.4 27.4 32.3 36.7 27.4
tubuh

Status Gizi overfat normal normal Overfat overfat normal normal overfat obesitas normal

Lila (cm) 30 30 25 31 32 28 27 30 33 27

NON NON NON NON NON NON NON


Status Gizi NON KEK NON KEK NON KEK
KEK KEK KEK KEK KEK KEK KEK

20
Hasil Pengukuran Antropometri dan Status Gizi Balita
UMUR
TANGGAL BB TB Status Status Status
NO NAMA JK (BULAN TB/U BB/TB
LAHIR (KG) (CM) BB/U Gizi Gizi Gizi
)
An. 24-Nov-
1 AH P 13 47 13 100 -1.48 normal -0.46 normal -1.79 normal
20-Sep-
2 An. A L 13 49 16 96 -0.1 normal -1.66 normal 1.34 normal
27-Aug-
3 An. CF P 13 50 5 96 -0.63 normal -1.76 normal 0.64 normal
An. 21-Nov-
4 CN P 12 59 15 98 -1.28 normal -2.29 pendek 0.24 normal
An. gizi
5 DA L 10-Jan-13 57 12 98 -2.86 kurang -2.13 pendek -2.31 kurus
28-Aug-
6 An. F L 13 50 17 98 0.27 normal -1.29 normal 1.59 normal
An. 18-Dec- gizi
7 FW L 12 58 13 101 -2.49 kurang -1.71 normal -2.31 kurus
8 An. H L 26-Oct-12 60 15 100 -1.49 normal -2.11 pendek -0.29 normal
An.
9 HM P 4-Sep-13 49 17 100 0.29 normal -0.81 normal 1.19 normal
10 An. K P 5-Sep-13 49 14 95 -1.12 normal -1.95 normal 0.09 normal

B. Pembahasan
1. Pengukuran Antropometri dan Status Gizi Siswi
Pengukuran antropometri pada orang dewasa menggunakan indicator tinggi lutut,
berat badan, tingi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, lingkar perut, persentase
lemak dan lingkar lengan atas.
Tinggi lutut direkomendasi oleh World Health Organization (WHO) untuk
digunakan sebagai prediktor dari tinggi badan pada seseorang yang berusia ≥60 tahun
(lansia). Prosesbertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang yang panjang
seperti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh terhadap tulang belakang. Tinggi
lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk
individu yang ≥ 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang
belakang.

21
Menurut jurnal dan pengarangnya bernama Esmaillzadeh, dkk.,
(2004), menyatakan bahwa Cara melakukan pengukuran pada beberapa subjek,
mengemukakan bahwa tinggi lutut merupakan faktor prediktor tinggi badan terbaik pada
lansia laki-laki dan perempuan. Sedangkan usia juga merupakan faktor prediktor tinggi
badan pada lansia perempuan. Koefisien regresi faktor prediktor usia yang negatif pada
lansia perempuan konsisten dengan studi sebelumnya.
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri tinggi lutut yang kemudian
diproyeksikan sebagai tinggi badan adalah terdapat perbedaan 1- 3 cm dari tinggi badan
yang sesungguhnya.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema,
asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat
badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan yang
kemudian diproyeksikan sebagai IMT adalah diketahuinya status gizi yang bervariasi
yaitu normal, overweight, obesitas I, dan obesitas II.
Jumlah lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metaolisme,
termasuk terhadap insulin dan miningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding
dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Ukuran yang umur
digunakan adalah rasio lingkar pinggang-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan
pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri lingkar pinggang dan pinggul
yang kemudian diproyeksikan sebagai WHR adalah diketahuinya status gizi yang
bervariasi yaitu low, moderate, dan very high.
Dalam memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut.
Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak
lebih dari 80 cm untuk perempuan, pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui penyakit
obesitas sentral pada lingkar perut seseorang.

22
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri lingkar perut adalah diketahuinya
status gizi yang bervariasi yaitu normal dan obesitas sentral.
Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang
digunakan untuk mengukur keadaan gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya
digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak tubuh. Jumlah lemak dari seseorang
tergantung dari berat badan, jenis kelamin, umur dan aktivitas.
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri lemak tubuh adalah diketahuinya
status gizi yang bervariasi yaitu normal, obesitas dan overfat.
LILA merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan gizi Wanita Usia
Subur (WUS) yang paling sederhana dengan cara melingkarkan pita lila di bagian lengan
kiri ibu. Dalam pengamatan dengan menggunakan parameter LILA (lingkar lengan atas)
angka atau batas normal untuk LILA yaitu ≥ 23,5 cm.
Hasil dari praktikum pengukuran antropometri LILA (lingkar lengan atas) adalah
semua responden tidak KEK.
Analisa responden :
a. Nn. E
Responden memiliki status gizi menurut IMT obesitas I, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul very high dan status gizi menurut lemak tubuh overfat.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut.
Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan
diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak
memberikan hasil terbaik. Untuk itu diperlukan intervensi berupa pendekatan
psikologis betapa pentingnya menjaga berat badan untuk kesehatan. Jika pendekatan
secara psikologis sudah berhasil lakukan anjuran perlahan-lahan untuk merubah
perilaku remaja yang cenderung gemar mengkonsumsi junk food, fast food, soft
drink, snack, dan kue-kue manis. Selain itu anjurkan untuk melakukan diet rendah
kalori serta melakuka aktivitas fisik.

23
b. Nn. R
Responden memiliki status gizi menurut IMT normal, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul low dan status gizi menurut lemak tubuh normal.
Responden sudah memiliki berat badan yang normal maka berikan pujian dan anjuran
untuk konsisten menjaga pola makan dan tetap melakukan aktivitas fisik minimal 60
menit dan rutin 3 kali dalam seminggu.
c. Nn. M
Responden memiliki status gizi menurut IMT normal, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul low dan status gizi menurut lemak tubuh normal.
Responden sudah memiliki berat badan yang normal maka berikan pujian dan anjuran
untuk konsisten menjaga pola makan dan tetap melakukan aktivitas fisik minimal 60
menit dan rutin 3 kali dalam seminggu.
d. Nn. RY
Responden memiliki status gizi menurut IMT obesitas I, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul very high dan status gizi menurut lemak tubuh overfat.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut.
Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan
diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak
memberikan hasil terbaik. Untuk itu diperlukan intervensi berupa pendekatan
psikologis betapa pentingnya menjaga berat badan untuk kesehatan. Jika pendekatan
secara psikologis sudah berhasil lakukan anjuran perlahan-lahan untuk merubah
perilaku remaja yang cenderung gemar mengkonsumsi junk food, fast food, soft
drink, snack, dan kue-kue manis. Selain itu anjurkan untuk melakukan diet rendah
kalori serta melakuka aktivitas fisik.
e. Nn. TP
Responden memiliki status gizi menurut IMT obesitas I, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul very high dan status gizi menurut lemak tubuh overfat.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut.

24
Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan
diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak
memberikan hasil terbaik. Untuk itu diperlukan intervensi berupa pendekatan
psikologis betapa pentingnya menjaga berat badan untuk kesehatan. Jika pendekatan
secara psikologis sudah berhasil lakukan anjuran perlahan-lahan untuk merubah
perilaku remaja yang cenderung gemar mengkonsumsi junk food, fast food, soft
drink, snack, dan kue-kue manis. Selain itu anjurkan untuk melakukan diet rendah
kalori serta melakuka aktivitas fisik.
f. Nn. L
Responden memiliki status gizi menurut IMT normal, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul low dan status gizi menurut lemak tubuh normal.
Responden sudah memiliki berat badan yang normal maka berikan pujian dan anjuran
untuk konsisten menjaga pola makan dan tetap melakukan aktivitas fisik minimal 60
menit dan rutin 3 kali dalam seminggu.
g. Nn. RL
Responden memiliki status gizi menurut IMT overweight, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul moderate dan status gizi menurut lemak tubuh normal.
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun sampai
tidur kembali. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk menggerakkan badan.
Perbaikan tingkat hidup dan kemajuan teknologi telah memacu perubahan pola
kebiasaan hidup atau gaya hidup. Dalam kehidupan remaja saat ini dengan dukungan
teknologi dan sarana yang mutakhir, meyebabkan menurunnya aktivitas fisik
sehingga membentuk tubuh menjadi overweight meskipun lemak dalam tubuh
normal. Oleh karena itu, pada responden ini diperlukan anjuran untuk melakukan
aktivitas fisik minimal 60 menit dan rutin 3 kali dalam seminggu.
h. Nn. AN
Responden memiliki status gizi menurut IMT obesitas, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul very high dan status gizi menurut lemak tubuh overfat.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut.

25
Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan
diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak
memberikan hasil terbaik. Untuk itu diperlukan intervensi berupa pendekatan
psikologis betapa pentingnya menjaga berat badan untuk kesehatan. Jika pendekatan
secara psikologis sudah berhasil lakukan anjuran perlahan-lahan untuk merubah
perilaku remaja yang cenderung gemar mengkonsumsi junk food, fast food, soft
drink, snack, dan kue-kue manis. Selain itu anjurkan untuk melakukan diet rendah
kalori serta melakuka aktivitas fisik.
i. Nn. NP
Responden memiliki status gizi menurut IMT obesitas II, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul very high dan status gizi menurut lemak tubuh obesitas.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut.
Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan
diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak
memberikan hasil terbaik. Untuk itu diperlukan intervensi berupa pendekatan
psikologis betapa pentingnya menjaga berat badan untuk kesehatan. Jika pendekatan
secara psikologis sudah berhasil lakukan anjuran perlahan-lahan untuk merubah
perilaku remaja yang cenderung gemar mengkonsumsi junk food, fast food, soft
drink, snack, dan kue-kue manis. Selain itu anjurkan untuk melakukan diet rendah
kalori serta melakuka aktivitas fisik.
j. Nn RF
Responden memiliki status gizi menurut IMT overweight, status gizi menurut rasio
lingkar pingganng pinggul moderate dan status gizi menurut lemak tubuh normal.
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun sampai
tidur kembali. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk menggerakkan badan.
Perbaikan tingkat hidup dan kemajuan teknologi telah memacu perubahan pola
kebiasaan hidup atau gaya hidup. Dalam kehidupan remaja saat ini dengan dukungan
teknologi dan sarana yang mutakhir, meyebabkan menurunnya aktivitas fisik

26
sehingga membentuk tubuh menjadi overweight meskipun lemak dalam tubuh
normal. Oleh karena itu, pada responden ini diperlukan anjuran untuk melakukan
aktivitas fisik minimal 60 menit dan rutin 3 kali dalam seminggu.

2. Pengukuran Antropometri dan Status Gizi Balita


Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.. Ukuran-ukuran antropometri tersebut
bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi berupa indeks dengan membandingkan
ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U.
Hasil dari praktikum pengukuran berat badan dan umur diperolehnya status gizi
balita yaitu normal dan gizi kurang. Hasil dari praktikum pengukuran tinggi badan dan
umur diperolehnya status gizi balita yaitu normal dan pendek. Hasil dari praktikum
pengukuran berat badan dan tinggi badan diperolehnya status gizi balita yaitu normal
dan kurus.
Analisa responden :
a. An. AH
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.
b. An. A
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.

27
c. An. CF
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.
d. An. CN
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi pendek, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang tinggi ptotein dan
kalsium untuk menunjang pertumbuhan tinggi badan.
e. An. DA
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi kurang, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi pendek, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi kurus. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang tinggi karbohidrat,
vitamin dan mineral. Juga beri suplemen dan susu untuk menunjang asupan.
f. An. F
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.
g. An. FW
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi kurang, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi kurus. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.

28
h. An. H
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi pendek, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang tinggi ptotein dan
kalsium untuk menunjang pertumbuhan tinggi badan.
i. An. HM
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.
j. An. K
Responden berat badan menurut umur memiliki status gizi normal, tinggi badan
menurut umur memiliki status gizi normal, dan berat badan menurut tinggi badan
memiliki status gizi normal. Pada responden ini intervensi yang dilakukan adalah
anjuran kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang bervariasi dan memiliki
gizi seimbang untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap sesuai.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam
bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Pengukuran antropometri pada orang dewasa mrnggunakan berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lemak tubuh, tinggi lutut, lingkar pinggang, lingkar panggul dan lingkar
perut.
Pengukuran antropometri pada orang dewasa menggunakan berat badan, tinggi badan,dan
umur yang kemudian digunakan menentukan status gizi berupa indeks dengan
membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U.
Status gizi pada balita dan remaja sangat dipengaruhi oleh asupan makanan dan aktiitas
sehari-hari.

B. Saran
Dengan diketahuinya status gizi diharapkan responden remaaja dapat menjaga kesehatannya
dan pada responden ibu balita dapat memahami kebutuhan gizi anak balita mereka.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Kompas.
2. Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International
Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran.XI : 678-745.
3. Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
4. Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang
berbedaetnis di Malaysia.
5. Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and gender
differences.
6. Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
7. Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan
Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
8. Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press.
9. Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan
Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X
:ISSN 1693-6728.
10. Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan
Elektrolit. Yogyakarta : Citra Pustaka.
11. Steven, june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L. Wood,
M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index And
Mortality. The New England Journal Of Medicine Vol. 338 Januari 1, 1998no.1.
12. Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening
Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian
Adult Men” International Journal Of Obesity (2004) 28,1325–1332.
13. Campbell., Avenel. A & A.E. Walker. (2002). Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-
Patients. Q J Med 2002; 95:83–87.
14. Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan, vol. IV. No.01, Juni 2012. Hungan
lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.

31
15. Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference
(MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa,
Ethiopia”. PLoS ONE www.plosone.org June 2012, Vol. 7 Issue 6 e39957.
16. Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body
composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and
subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.

32

Anda mungkin juga menyukai