Anda di halaman 1dari 19

KEANEKARAGAMAN HAYATI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah “Kapita Selekta Biologi I”
yang diampu oleh dosen

Disusun oleh :

Novia Nurul Awaliyah (17543013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA ( IPI ) GARUT

Jl. Pahlawan No.32, Sukagalih , Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat 44151,
Indonesia

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “keanekaragaman hayati” ini dengan lancar.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen Kapita selekta Biologi I.

Makalah ini disusun dengan maksimal dan terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunaan
kalimat ataupun tata bahasanya.Oleh karena itu penulis menerima segala saran
dan kritik dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat khusunya untuk penulis sendiri maupun untuk pembaca.

Garut, April 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup


yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor
genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil
pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman
hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman
untuk sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi
pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap
keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan teknologi telah mengubah
fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa
mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu
keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari keanekaragaman hayati
2. Untuk mengetahui tentang tingkat keanekaragaman hayati
3. Untuk mengetahui fungui dan manfaat keanekaragaman hayati di
Indonesia
4. Untuk mengetahui faktor penyebab menghilangnya
keanekaragaman hayati
5. Untuk mengetahui usaha pelestarian keanekaragaman hayati
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati

Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah


keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di
antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-
kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,
mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem.”

Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut


keunikan suatu spesies dan genetik di mana mahluk hidup tersebut berada.”

Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik


merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi
yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu
populasi.”

Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies


mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan,
yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting
berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau
biokimia.”

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman


organisme yang menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan
ekosistem pada daerah. Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan
kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua
gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
o Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi


dalam suatu jenis atau spesies mahluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio
ziberhinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal,
berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil. Sementara
keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada
kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan
cokelat.

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh


gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom
tersebut diperoleh dari kedua induknya dari pewarisan sifat. Namun demikian,
ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
tempat hidupnya.

Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau


perkawinan silang antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau
melalui proses domestikasi atau budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh
manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-
organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu
spesies disebut varietas atau ras.

o Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat


ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup
disuatu tempat. Contohnya disuatu halaman terdapat pohon mangga, kelapa,
jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung,
kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.
o Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang


melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai
sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup
lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air,
tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik maupun abiotik sangat
bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang merupakan kesatuan dari biotik dan
abiotik pun bervariasi pula.

Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan


komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap
bertahan hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan
oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik
sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kualitas dan
kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut
mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan
ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman hayati
pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem yang berbeda.

Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan


buatan. Secara garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat
dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut.
 Ekosistem Alam
a) Ekosistem Darat (Terestrial)

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa


daratan. Ber-dasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat
yaitu sebagai berikut.

1) Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah
hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan
malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam dapat turun
sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus,
sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni daerah
gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh
bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun
Anzo Borrega di Amerika.
2) Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub
tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm per
tahun dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah
rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau,
anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang
rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan
Indonesia (Sumbawa).
3) Ekosistem Lumut
Ekosistem lumut merupakan ekosistem yang mayoritas lingkungannya
ditumbuhi oleh tumbuhan lumut. Biasanya ekosistem ini terdapat di daerah
yang bertemperatur rendah, seperti di puncak gunung, perbukitan, dan di
daerah dekat kutub. Hewan yang berada di ekosistem ini biasanya adalah
hewan yang berbulu tebal dan toleran terhadap suhu yang dingin
4) Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand,
Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 –
255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan
sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh
dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat
sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah
kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan
tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain,
misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah
berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa
dan hewan yang bersifat nokturnal.
5) Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang
utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm
per tahun. Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim
gugur dan musim semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah
daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak,
beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-
hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung
pelatuk, dan serangga.
6) Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi se-belah utara dan di pegunungan daerah
tropik, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-
cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan
hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer (pohon spruce, alder,
dan birch), pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-
burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
7) Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim
kutub, sehingga selalu tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan
lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang
ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub,
reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa).
8) Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir
sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi,
mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh
bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.

b) Ekosistem Perairan (Akuatik)


1) Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki
kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan
suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air
tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya
danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir)
misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar
meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan
yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air
tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang
berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan
diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan,
dan serangga.
2) Ekosistem Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air
laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut
adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut
adalah 35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya
lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut
memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi
dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.

3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara
sungai dan laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai
lumpur.Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di
antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan
rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di
wilayah ini seperti ikan, gang-gang, dan fitoplankton, udang dan moluska
yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
4) Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI– mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25
°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas
antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di
bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena
yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea
pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.
Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
5) Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai
dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran
air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komposisi
komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di
anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan
lele dan gurame. Bebe-rapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura
dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-
lumba.
6) Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang
terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini
disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus
cahaya matahari sehingga foto-sintesis dapat berlangsung.Terumbu karang
didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini
bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang
lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata,
mikro-organisme, dan ikan hidup di antara karang clan ganggang.
Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita,
bintang laut, dan ikan karnivor.
7) Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000
m dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh
karena itu produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme
kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri
yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
8) Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal.
9) Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi
dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia,
dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
 Bendungan.
 Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
 Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.
 Sawah
 Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.
 Ekosistem ruang angkasa

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati


Tuhan Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi,
yaitu sebagai berikut.

1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati


Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai
kemanfaatan dari berbagai sumber hayati yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan.
Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai
bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek
budaya.
2. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di
konsumsi oleh manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung,
singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan lain lain sedangkan dari
hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut dan telur.
3. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan

Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-


obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
kina untuk obat malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol
tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu
lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian
daging dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit

4. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik


Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai
berikut misalnya: Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning
dimanfaatkan untuk wewangian (parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat,
dan beras digunakan sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit.
Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah
buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.
5. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami,
kapas, pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk
membuat kain atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera
yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk
membuat jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.
6. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk
membuat rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka,
meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya untuk
membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.
7. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya
nyeka (ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar,
kenanga, kuntil, dan melati. Umat islam menggunakan heawan ternak
seperti sapi, kambing dan kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di
Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri
yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih,
dan cendana.
8. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
manusia. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan
percobaan untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen tertentu.
9. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan
terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari
kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir
atau tanah longsor.

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan


oleh beberapa faktor berikut ini :

 Hilangnya Habitat

Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature)


menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian
dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya
kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin
bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk
kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat
tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau dijadikan
lahan industri.

 Pencemaran Tanah, Udara, dan Air

Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari


aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara.
Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan
membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Pembuangan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer
berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat
dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai
makanan organisme.

 Perubahan Iklim

Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas
karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven
(1995), “ efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100
tahun.” Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan
fungsi ekosistem lautan.

 Eksploitasi Tanaman dan Hewan

Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan


terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan
yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya
mahal dan banyak diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang
berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila
tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.

 Masuknya Spesies Pendatang

Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies


lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut.
Beberapa spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai
ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan
spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah
karena dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan
menjadi spesies invasif di danau tersebut.

 Industrilisasi Pertanian dan Hutan

Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang


bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang
kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu
lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu jenis tanaman
(monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula


manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat
dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati.
Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai
berikut :

1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;


2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali;
3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
4. Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung
jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan
melibatkan banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu
pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek Situ.

1. Pelestarian Secara In Situ

Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang
dilakukan di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu,
badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk
pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ yaitu :

 Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam


berkembang secara alamiah.
 Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh
para ahli.
 Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi
(tanah).
 Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan
hampir punah serta perkembangbiakannya.
 Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
 Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
 Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
 Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda
alam yang terpencil.
 Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari
perburuan.
2. Pelestarian Secara Ek Situ

Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati


yang dilakukan di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain.
Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun
plasma nuftah, dan kebun raya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman


organisme yang menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan
ekosistem pada daerah. Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu
keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
ekosistem.

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan


menjadi tiga tingkatan yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman
spesies (jenis), dan Keanekaragaman ekosistem.

Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai


ekonomi sebagai sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang,
papan dan memiliki aspek budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga
memiliki nilai pendidikan dan ekologi.

Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di


suatu daerah disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan
air, perubahan iklim, eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies
pendatang dan industrilisasi pertanian dan hutan.

Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha


untuk melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan
alam serta pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara
in situ maupun ek situ.
Daftar Pustaka

https://gudanglagudanmakalah.wordpress.com/2017/05/24/makalah-
keanekaragaman-hayati/

[diakses pada tanggal 15 April 2019 pada pukul 16.32 WIB]

https://foresteract.com/keanekaragaman-hayati/

[diakses pada tanggal 15 April 2019 pada pukul 16.32 WIB]

Anda mungkin juga menyukai