Anda di halaman 1dari 12

II BAB

PEMBAHASAN

RAF'A-AL SURAT 80-81

َ ‫سبَقَكُم بِ َها ِمن أ َ َحد ِم َن العَالَ ِم‬


)80( ‫ين‬ َ ‫احشَةَ َما‬ َ ُ ‫طا إِذ قَا َل ِلقَو ِم ِه أَتَأت‬
ِ َ‫ون الف‬ ً ‫َولُو‬
} )81( ‫ون‬ َ ُ‫اء بَل أَنتُم قَوم ُمس ِرف‬ ِ ‫س‬ ِ ‫الر َجا َل شَه َوةً ِمن د‬
َ ِ‫ُون الن‬ ِ ‫ون‬ َ ُ ‫إِنَّكُم لَتَأت‬

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?" Sesungguhnya kalian
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita,
bahkan kalian ini adalah kaum yang melampaui batas."

A.Tafsir Ibn Katsir


Allah Ta’ala befirman,(‫“) َو‬dan,”sungguh telah kami utus,Luth.” Atau dan ingatlah
“Luth ketika ia berkata kepada kaumnya.” Luth adalah Ibnu Haaran bin Aazar , yaitu anak
saudara (kemenakan)Ibrahim. Ia telah beriman bersama Ibrahim dan ikut berhijrah
bersamanya ke Syam. Kemudian Allah mengurus Nabi Luth kepada penduduk sedum dan
daerah sekitarnya untuk mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, serta menyuruh
mereka berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran yang mereka kerjakan, baik berupa
dosa, berbagai macam larangan dan perbuatan keji yang mereka lakukan yang belum pernah
dilakukan seorang pun sebelumnya, yaitu hubungan badan antara laki-laki dengan laki-laki
(homoseks). Perbuatan ini sama sekali belum pernah dikenal, dikerjakan dan bahkan terbesit
dalam hati umat manusia, anak keturunan Adam kecuali setelah dilakukan oleh penduduk
sedum.

Mengenai firman Allah )‫ين‬ َ ‫سبَ َقكُم بِ َها ِمن أ َ َحد ِم َن العَا َل ِم‬
َ ‫ “ ( َما‬Yang belum pernah
dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Amr bin Dinar mengtakan, “ Tidak
ada seorang laki-laki berhubungan badan dengan laki-laki lain, sehingga terjadi apa yang
dilakukan kaum Luth .”

2
Al-Walid bin Abdul Malik, seorang khilafah Bani Umayyah, pembangun masjid jami’
Damaskus mengatakan, “Seandainya Allah tidak menceritakan kisah kaum Nabi Luth kepada
kita, niscaya aku tidak akan membayangkan adanya laki-laki yang bersetubuh dengan laki-
laki lain.”

Oleh karena itu, Nabi Luth mengatakan kepada mereka

َ ‫احشَةَ َما‬
)‫سبَقَكُم بِ َها ِمن أ َ َحد ِم َن العَالَ ِمين‬ َ ُ ‫أَتَأت‬
ِ َ‫ون الف‬
‫اء‬
ِ ‫س‬ ِ ‫شه َوةً ِمن د‬
َ ِ‫ُون الن‬ َ ‫الر َجا َل‬
ِ ‫ون‬َ ُ ‫( إِنَّكُم لَتَأت‬
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (perbuatan keji) itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka) bukan kepada wanita.” Maksudnya, kalian
berpaling dari wanita dan apa yang telah diciptakan Rabb kalian untuk kalian pada wanita
tersebut dan justru cenderung pada sesama laki-laki. Yang demikian itu benar-benar
perbuatan melampaui batas dan bodoh, karena telah menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya.1

1
DR. Abdullah bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibn Katsir, ( Bogor:Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2003), hal 415.
B.Tafsir Al Azhar
“ Dan Luth! Tatkala dia berkata kepada kaumnya: Apakah kamu perbuat suatu
kekejian, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari isi ala mini?” (ayat 80)

Sekarang bekisar pula kepada Nabi Luth dan kaumnya, menurut ranji-ranji Nasab,
baik yang ada di dalam ingatan orang Arab, ataupun yang tersebut di dalam “perjanjian lama”
(kitab kejadian), Nabi luth adalah anak-anak saudara dari Nabi Ibrahim, yang bernama Haran.
Ketika Nabi Ibrahim berpindah meninggalkan kampong halamannya yang bernama Ur
Kaldan itu, ditanah Babil, kemenkannya Luth itu telah beliau bawa bersama dia (lihat surat
al-Anbiya’ , surat 21 ayat 71). Nabi Ibrahim memilih tanah kapaan menjadi tempat
kediamannya, dan Luth beliau tetapkan tanah Syarqil Urdon (Trans Yordania). Di tepi-tepi
laut mati itu terdapat lima buah negeri, yaitu Sadum, Amurrah, Adma, Sabubim dan Bala’.
Nabi Luth tinggal di desa yang paling besar di antara kelima desa itu, yaitu Sadum (Sodom).
Penghidupan beliau ialah memelihara ternak, kambing dan lembu sampai berkembang. Maka
dipilih Tuhanlah Luth menjadi Rasul buat kaum itu. Tetapi di dalam kelima negeri itu,
terutama sekali di negeri yang lebih besar itu, yaitu Sadum ( Sodom), telah berjangkit suatu
kehancuran akhlak yang sangat rendah, yaitu orang laki-laki lebih bersyahwat memandang
sesama laki-laki, terutama daripada yang lebih tua kepada yang lebih muda. Penyakit ini
pindah memindah, menular dan menjalar, sebab pemuda yang sudah pernah dibegitukan oleh
yang lebih tua, berbuat begitu pula kelak kepada yang lebih muda, demikian terus menerus,
sehingga perempuan tidak begitu diperdulikan lagi. Maka diutus Allah Luth ke negeri itu,
beliau diberi Risalat (tugas suci) oleh Allah, mengajak kaum itu kembali kepada tauhid,
mengesakan Allah dan meninggalkan perangai yang sangat buruk dan busuk itu belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun seisi alam yang ada pada waktu itu . sehingga bolehlah
disebutkan bahwa kaum yang mula-mula berbuat demikian di dunia ini ialah penduduk
Sodom dan Gemorrah (Sadum dan Amurrah) itu.

“ Sesunggunya kamu mendatangi laki-laki dengan syahwat, bukan kepada


perempuan.” (pangkal ayat 81). Apakah penyakit jiwa yang lebih busuk dan buruk dari ini?
Tidak timbul syahwat melihat perempuan, tetapi terbit nafsu dan menjelijih (ngiler) selera
melihat laki-laki muda? Kata orang sekarang, jiwa orang yang semacam ini sudah sangat
abnormal. Kalau akhlak sudah demikian rusak, martabat manusia sudah jatuh lebih hina
daripada binatang.

Meskipun binatang itu mempunyai syahwat hendak bersetubuh, namun tujuan setubuh
mereka sangat terang, yaitu karena hendak mendapat keturunan . Kalau manusia timbul
syahwat setubuh terhadap sesama laki-laki, nyatalah betul-betul syahwat yang telah
melampaui batas kemanusiaan, bahkan telah melampaui pula dari batas kebinatangan. Sebab
itu maka ujung teguran nabi Luth ialah : “ Bahkan kamu ini adalah suatu kaum yang telah
terlampau.”
3

Di dalam ayat Nabi Luth menyebut mereka kaum yang Musrifuun. Kita ambil saja
satu di antara artinya , yaitu sudah terlampau, atau sudah terlalu. Kalimat inipun dapat
diartikan melampaui batas. Dan terdapat juga diartikan berlebih-lebihan, boros, membuang-
buang harta atau membuang-buang tenaga kepada yang tidak berfaedah. Dengan membaca
musrifuun terkandunglah semua arti untuk kaum Luth itu. Orang yang sudah sangat durhaka
dan tidak ditegur memang disebut terlampau. Sebab dengan menyetubuhi sesama lelaki
mereka telah jadi musrifuun, membuang-buang air mani, yang terbuang percuma sebab tidak
dipertemukan dengan mani perempuan untuk jadi keturunan yang baik. Sebab menurut
penyelidikan ahli-ahli ilmu jiwa, baik yang lama atau modern, orang seperti ini tidak ada
keinginannya hendak menikah dan hendak kawin dengan perempuan lagi.2

C.Tafsir Al- Maraghi


Luth, yang dimaksud ialah Luth bin Haran. Yaitu kemenakan Ibrahim as. Ia lahir di
Ourkaldaniyin, diujung Timur Selatan Irak, yang dulu disebut tanah Babil.

Setelah orang tuanya meninggal dunia, Luth merantau bersama pamannya, Ibrahim ke
daerah yang terletak antara dua sungai yang disebut Jazirah Qaura. Dan disanalah letak
kerajaan Asyur. Oleh Ibrahim kemudian Luth itu ditempatkan di sebelah Timur Yordan,
karena lahan penggembalaan di sana cukup baik. Dan di tempat itu, yaitu tempat yang disebut
‘Umqus-Sadim dekat laut mati atau laut Luth, terdpat lima perkampungan. Luth tinggal di
salah satu antara lima perkampungan itu, yang disebut Sadum. Penduduk sadum melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji, dan sekarang tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan di
mana letak Sadum itu secara pasti , tetapi sebagian orang mengatakan bahwa Sadum itu telah
digenangi laut. Namun demikian, mereka tidak mempunyai dalil atas kebenaran kata-kata itu.

) َ‫احشَة‬ َ ُ ‫طا ِإذ قَا َل ِلقَو ِم ِه أَتَأت‬


ِ َ‫ون الف‬ ً ‫(ولُو‬
َ
Dan sebutlah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya seraya mengecam mereka
apakah kamu sekalian melakukan perbuatan yang teramat buruk dan keji itu?

َ ‫سبَقَكُم ِب َها ِمن أ َ َحد ِم َن العَالَ ِم‬


)‫ين‬ َ ‫( َما‬
Yang tak pernah dilakukan seorang pun sebelum kamu di zaman apapun. Tapi,
perbuatan itu termasuk hal-hal baru yang kamu buat dalam soal kerusakan. Sehingga kalian
merupakan contoh dan teladan dalam perbuatan yang jahat, sehingga kalian akan mendapat
dosanya dan dosa dari siapa pun yang mengikuti kamu dalam perbuatan-perbuatan jahat itu
sampai hari kiamat.

2
Prof.Dr.Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hal 413
4

Ini merupakan keterangan bahwa keburukan-keburukan yang mereka lakukan adalah


bertentangan dengan tuntutan-tuntutan fitrah. Oleh karena itu tidak diingini oleh hati siapa
pun dari umat sebelum mereka, di samping hal itu bertentangan dengan petunjuk agama.

ِ ‫الر َجا َل شَه َوةً ِمن د‬


)‫ُون‬ ِ ‫ون‬َ ُ ‫(إِنَّكُم لَتَأت‬
Yang dimaksud Al-Ityan (mendatangi) ialah mencari kenikmatan yang telah dikenal,
sesuai dengan tuntutan fitrah antara suami istri yang disebabkan oleh syahwat dan keinginan
untuk memperoleh keturunan.

Namun perlu dicatat di sini mengenai mereka, bahwa mereka hanya menginginkan
pelampiasan syahwat semata-mata. Oleh karena itu mereka lebih rendah kelakuannya dari
pada jenis binatang, karena binatang-binatang jantan pun mencari betinanya karena dorongan
syahwat dan keturunan yang dapat memelihara jenisnya. Bukankah anda tahu, bahwa burung-
burung dan serangga memulai kehidupan suami istri di antara mereka terlebih dahulu dengan
membangun sarang-sarang di pucuk pohon atau sarang-sarang di pucuk pohon atau sarang-
sarang di puncak gunung atau batu-batu di perut bumi. Akan tetapi orang-orang yang durhaka
itu tidak mempunyai tujuan lain kecuali memperturutkan syahwat-syahwat mereka belaka.
Dan barang siapa yang menginginkan kelezatan-kelezatan semata, tidak menginginkan
keturunan berlebih-lebihan dalam menikmati kelezatan itu, sedang manfaatnya berubah
menjadi bahaya dan kebaikannya menjadi keburukan.

Hal ini menambahi kecaman dan celaan terhadap mereka, seakan-akan hal itu tidak
patut dilakukan siapa pun. Adapun firman Allah Ta’ala Min Dunin-Nisa’ (bukan kepada
wanita) adalah merupakan jihar, bahwa mereka melampaui orang-orang perempuan yang
sebenarnya mereka adalah tempat pelampiasan syahwat bagi orang-orang yang mempunyai
fitrah yang sehat. Tetapi mereka, mengalihkan syahwat kepada selain wanita.

َ ُ‫(بَل أ َنتُم قَوم ُمس ِرف‬


)‫ون‬
Sesungguhnya kalian melakukan kekejian ini, namun kalian tidak menyesal atas
perbuatanmu itu. Bahkan kalian adalah kaum yang berlebih-lebihan dalam melakukan
kekejian dan dalam melakukan berbagai perbuatan yang lain, dan kalian tidak berhenti dalam
hal itu pada batas keseimbangan.3

3
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang:PT.Karya Toha Putra Semarang,1986), hal 361.
D.Tafsir Jalalain

{ ‫أدبار أي } الفاحشة أتأتون لقومه قال إذ { منه ويبدل } لوطا { اذكر } و‬


‫والجن اإلنس } العالمين من أحد من بها سبقكم ما { الرجال‬
(Dan) ingatlah (Luth) kemudian disebutkan badainya yaitu, (tatkala dia berkata
kepada kaumnya, “ mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu yakni mendatangi
dubur/anus laki-laki (yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini
sebelummu?) dari kalangan manusia dan jin. (ayat 80)

‫{ أإنكم } بتحقيق الهمزتين وتسهيل الثانية وإدخال األلف بينهما على الوجهين‬
} ‫وفي قراءة إنكم { لتأتون الرجال شهوة من دون النساء بل أنتم قوم مسرفون‬
‫متجاوزون الحالل إلى الحرام‬

(Tiada lain kamu itu) dengan menetapkan dua hamzah yang ditashilkan nomor duanya
serta memasukkan alif di antara keduanya, menurut dua bacaan (mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu kepada mereka bukan kepada wanita, melainkan kamu itu adalah orang-
orang yang melampaui batas) melewati batas kehalalan menuju kepada keharaman. (ayat 81)4

E.Persamaan
Persamaan diantar keempat kitab yang tertulis dalam makalah yaitu

1. Membahas tentang penyuka sesama jenis


2. Menggunakan surah Al-A’raf ayat 80-81
3. Keempat kitab tersebut menjelaskan bahwa kaum luth sudah melampaui batas, sudah
bertentangan dengan tuntunan fitrah, dan perbuatan yang dilakukan kaum luth
terdahulu merupakan perbuatan yang belum dikenal sama sekali dan belum dikerjakan
bahkan belum terbesit dalam hati umat manusia, anak keturunan Adam.

4
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Almuhalli, Tafsir Jalalain, (Cairo: Perpustakaan As-Syuruq Ad-dauliyah,
2012), hal 163 .
F.Perbedaan
1. Tafsir Al Maraghi

Mengatakan bahwa kaum luth hanya menginginkan pelampiasan syahwat.

2. Tafsir Al Azhar

Kaum luth telah berjangkit suatu kehancuran akhlak yang sangat rendah, yaitu laki-
laki bersyahwat memandang sesama laki-laki.

3. Tafsir Ibn Katsir

Mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsu merupakan perbuatan yang sangat keji

4.Tafsir Jalalain

Kaum luth yang sudah melewati batas kehalalan menuju keharaman.

6
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Apa yang dilakukan oleh kaum luth pada jamannya merupakan perbuatan yang sangat
keji, yang sudah melampaui batas, keburukan-keburukan yang dilakukan adalah bertentangan
dengan tuntunan-tuntunan fitrah. orang-orang yang durhaka itu tidak mempunyai tujuan lain
kecuali memperturutkan syahwat-syahwat mereka belaka. Dan barang siapa yang
menginginkan kelezatan-kelezatan semata, tidak menginginkan keturunan berlebih-lebihan
dalam menikmati kelezatan itu, sedang manfaatnya berubah menjadi bahaya dan kebaikannya
menjadi keburukan. Dari keempat kitab saya lebih berpihak kepada tafsir Ibn Katsir yang
menjelaskan secara teperinci dan mudah dipahami.

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyusunan makalah dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah mabahits
kutubut tafsir at-turats. Tugas ini disusun dengan mempelajari materi tentang “manusia
dan kemanusiaan (HAM)”, yang didalamnya akan fokus membahas tentang penyuka
sesama gender. Dimana materi ini akan mengkaji yang ada didalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana isu gender menurut penafsiran kitab tafsir ibn katsir?
2. Bagaimana isu gender menurut penafsiran kitab tafsir al-azhar?
3. Bagaimana isu gender menurut penafsiran kitab tafsir al-maraghi?
4. Bagaimana isu gender menurut penafsiran kitab tafsir jalalain?
5. Apa saja persamaan dan perbedaan keempat kitab?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui penafsiran tentang penyuka sesama jenis menurut tafsir ibn
katsir, tafsir al-azhar, tafsir al-maraghi, tafsir jalalain. Dan untuk mengetahui
persamaan dan perbedaanya, dan juga mengetahui kesimpulan dari keempat kitab.

1
Daftar Pustaka

Muhammad,,Jalaluddin, bin Ahmad, Almuhalli. 2012. Tafsir Jalalain. Cairo: Perpustakaan


As-Syuruq Ad-dauliyah.

Al-Maragi, Mustafa, Ahmad. 1986. Tafsir Al-Maragi. Semarang:PT.Karya Toha Putra


Semarang.

Hamka, Prof,.Dr. 1982. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

DR. Abdullah bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. 2003. Tafsir Ibn Katsir. Bogor:Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.

8
PENYUKA SESAMA JENIS

Disusun Oleh :

RAHMA JUWITA (1820304048)

Dosen Pengampu :

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2018/2019
Daftar Isi

DAFTAR ISI …………………………………………………………. i


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..1
 A. Latar Belakang …………………………………………..1
 B. Rumusan Masalah ……………………………………..1
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………2
 A. Tafsir Ibn Katsir …………………………………..2
 B. Tafsir Al-Azhar …………………………………….3
 C. Tafsir Al-Maraghi………………………………………4
 D. Tafsir Jalalain ………………………………6
 E. Persamaan…………………………….6
 F. Perbedaan………………………..6
BAB III PENUTUP ………………………………………………7
 A. Kesimpulan ………………………………………………..7
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….8

Anda mungkin juga menyukai