Anda di halaman 1dari 4

C.

Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Pertama, Partisipasi diartikan sebagai pemekaan (membuat peka) pihak


masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan. Pemaknaan seperti ini agaknya kurang
tepat karena memaknai partisipasi hanya sekedar meminta dukungan masyarakat
terhadap semua program yang telah disiapkan. Kedua, Partisipasi diartikan sebagai
kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam
pengambilan keputusan. Pemaknaan ini hampir sama dengan pemaknaan yang
pertama, yang membedakan adalah kontribusi sukarela masyarakat kepada proyek.
Karena itu akhir capaian dari partisipasi jenis ini adalah penghematan biaya. Ketiga,
Partisipasi adalah suatu proses keterlibatan secara aktif dalam pengambilan kepurusan
bersama dengan pemerintah. Pemaknaan seperti ini memberikan keterlibatan yang
luas dalam tiap proses pembangunan yaitu mulai dari: 1). Keterlibatan pada
identifikasi masalah, dimana masyarakat bersama-sama dengan para perencana atau
pemegang otoritas kebijakan mengidentif ikasi persoalan, mengidentifikasi peluang,
potensi dan hambatan. 2). Proses perencanaan, dimana masyarakat dilibatkan secara
aktif dalam penyusunan rencana dan strategi berdasar pada hasil identifikasi
sebelumnya. 3). Pelaksanaan proyek pembangunan. 4). Evaluasi,yaitu masyarakat
dilibatkan untuk menilai hasil pembangunan yang telah dilakukan, apakah
pembangunan memberikan manfaat bagi masyarakat atau justru sebaliknya
masyarakat dirugikan dengan proses yang telah dilakukan. 5). Monitoring dan 6).
Mitigasi, yaitu terlibat dalam mengukur dan mengurangi dampak negatif yang
diakibatkan oleh proyek yang sedang dilaksanakan. Keempat, Partisipasi diartikan
sebagai keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya
sendiri. Inti dari partisipasi ini adalah sikap sukarela masyarakat untuk membantu
keberhasilan program pembangunan yang telah ditentukan sendiri. Kelima, Partsipasi
adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan
mereka.
Partisipasi oleh banyak kalangan disamakan pengertiannya dengan
keikutsertaan, turut serta mengambil bagian. Hal ini menunjukkan adanya unsure
keterlibatan dari dalam suatu kegiatan. Secara Etimilogi kata partisipasi berasal dari
bahasa inggris yaitu :

“Participation ialah kata benda orang ikut mengambil bagian, peserta, TO


Participate adalah kata kerja, ikut mengambil bagian,“participation” adalah hal
mengambil bagian”. (Wojowasito W.J.S. Poerwadarminto: 243)

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam partisipasi itu terkandung


adanya keterlibatan diri dari seseorang atau kelompok orang dalam suatu kegiatan.
Pernyataan ini kemudian di dukung oleh defenisi yang dikemukakan oleh The Liang
Gie Bahwa :

“Participation adalah peserta, setiap orang yang turut serta dalam suatu
kegiatan, participation adalah pengikut sertaan suatu aktifitas untuk membangkitkan
persamaan serta dalam kegiatan organisasi, turut dalam serta dalam organisasi”.( The
Liang Gie:103)

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan


masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat


dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas
pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran).
Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M,
yakni manpower(tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu,
bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan).
D. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penciptaan Suasana Kondusif

Salah satu pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat agar dapat


berlangsung dan mencapai keberhasilan dilakukan melalui pemberian bimbingan dan
dukungan oleh pemangku kepentingan pembangunan yang berpihak kepada
masyarakat agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupan
masyarakat (Suharto 2005: 58).

Pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan suasana kondusif dapat


dilakukan melalui pemberian dukungan dari pemangku kepentingan pembangunan
yang berpihak kepada masyarakat. Dukungan utama diberikan oleh pihak pemerintah
dalam bentuk kebijakan pengarusutamaan pembangunan daerah melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat. dalam implementasi kebijakan tersebut harus
dilaksanakan program-program nyata serta pengalokasian sumber daya yang
benar-benar berpihak kepada masyarakat sehingga dapat membangkitkan atau
menguatkan kepercayaan masyarakat dan berminat untuk mengembangkan
program-program dalam rangka pemberdayaan diri masyarakat yang bersangkutan.
Dukungan yang diberikan lembaga sosial kemasyarakatan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat berupa pemberian advokasi dan fasilitator dalam berbagai
program pemberdayaan masyarakat.

Sasaran pembangunan daerah memalui program pemberdayaan masyarakat


yang menciptakan suasana kondusif, dapat dilakukan dengan mewujudkan
perkembangan ekonomi yang tetap (steady sosial economic growth), melalui
peningkatan produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat dan perbaikan lembaga ekonomi masyarakat daerah yang lebih
menunjang pada kegiatan pembangunan. Dengan demikian terdapat kesempatan kerja
bagi masyarakat di daerah melalui program pemberdayaan (Bintoro, 1976).

Pemberdayaan sebagai alat pembangunan masyarakat memberikan peran


suasana kondusif dengan melakukan pendekatan pada sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menentukan
masa depan masyarakat untuk berperan serta di dalamnya, sehingga memberikan
pengaruh pada kehidupan di komunitasnya (Ife, 1995:5).

Prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat adalah mendorong minat


masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya, khususnya bagi masyarakat lapisan
bawah, pinggiran dan perdesaan yang memiliki kelemahan dan kekurangan dalam
keswadayaan, kemandirian, partisipasi, solidaritas sosial, sikap kritis, dan taraf hidup
yang rendah. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan juga untuk membebaskan
masyarakat dari pembatasan-pembatasan yang memperlambat respon dan merintangi
kerja masyarakat dengan memilah seluruh peraturan-peraturan, prosedur-prosedur,
perintah-perintah dan sebagainya yang tidak perlu (Stewart, 1998: 2).

Dengan demikian peran pemberdayaan masyarakat membentuk suasana


kondusif kaitannya dengan menumbuhkan minat masyarakat untuk meningkatkan
taraf hidupnya, dapat diketahui dengan mengukur respon masyarakat dalam
kesempatan yang diberikan melalui pemberdayaan untuk meningkatkan taraf
hidupnya, disamping itu adanya minat masyarakat meningkatkan taraf hidup dapat
didekati dengan wujud minat yang dilakukan oleh masyarakat baik melalui partisipasi
secara mandiri maupun bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai