Anda di halaman 1dari 2

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Perlu

Pahami Kesehatan Reproduksi


Masalah kesehatan reproduksi perlu mendapat sosialiasi yang luas agar Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) umumnya, dan yang sedang sekolah di SLB/SMPLB/SMALB khususnya,
sebagai calon bapak/Ibu mengetahui persoalan reproduksi yang akan dialaminya berikut
mendapatkan jalan keluar dari persoalan tersebut.

Guru dan orang tua berkewajiban membimbing mereka karena anak-anak akan lebih bisa
memahami manakala guru dan orang tua yang memberi penjelasan dan bimbingan. Adapun
tekniknya disesuaikan dengan kondisi anak dengan tetap berpedoman pada etika komunikasi
social yang berlaku di lingkungan kita.

Agar ABK mampu memahami dirinya dalam hal kesehatan reproduksi dengan benar mutlak
harus kita kenalkan apa yang ada pada dirinya dengan benar pula. “Tanpa mengenal organ
kesehatan reproduksi dengan baik maka dikhawatirkan para calon ibu buta sama sekali dan
akhirnya bisa berakibat pada keharmonisan hubungan suami isteri,” kata Kepala BKKBN
Provinsi Bengkulu, Hilaluddin Nasir di Bengkulu.

Menurut Hilaluddin Nasir, kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang baik, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga sehat dari
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

Pada umumnya yang dimaksud dengan permasalahan kesehatan reproduksi, adalah


terganggunya sistem, fungsi dan proses alat reproduksi, yang dapat berakibat pada
keharmonisan hubungan suami-isteri bahkan dapat mengganggu kelancaran proses kehamilan
dan persalinan.

Anak Berkebutuhan Khusus sangat membutuhkan bimbingan guru dan orang tua, sehingga tidak
mengenal kesehatan reproduksi secara sempit, bahkan sepotong-sepotong. Kepada anak harus
dikenalkan hal-hal terkait dengan kesehatan reproduksi secara lengkap. Dengan demikian
mereka dapat menghadapi apa yang ada pada dirinya termasuk dalam menghadapi dampak dari
kondisi organ reproduksi yang dimilikinya.

Sebagai contoh anak Tunadaksa, dari segi anatomi biologi kondisi organ reproduksinya secara
fisiknya dalam kondisi standar apa tidak. Terus kalau tidak apa tindakan yang harus dilakukan
dan apa akibatnya, termasuk dampak psikologis yang ditimbulkan. Anak membutuhkan
informasi dan bimbingan yang lengkap untuk menerima dirinya dengan benar. Bahkan kita
dituntut memberikan gambaran apa yang harus dikerjakan anak.Dengan informasi dan
bimbingan yang lengkap dan benar, secara psikologis kita menyiapkan mental anak menerima
keadaan dirinya sebagai anugrah dari-Nya. Tidak ketinggalan yang lebih penting, secara religi
akan menanamkan niat dalam diri anak nahwa merawat kesehatan reproduksi pada dirinya
adalah ibadah kepada-Nya.
Oleh karena itu demi masa depan anak yang lebih baik, tak ada alasan mengenalkan kesehatan
reproduksi itu sebagai sesuatu yang tabu. Satu hal yang penting bagaimana cara kita
menyampaikan dan membimbing mereka masih tetap dalam koridor etika sosial. Seorang
Guru/orang tua sangat diharapkan mampu menempatkan diri sebagai pusat informasi dan
pembimbing bagi anak dalam hal keseharan reproduksi.

Oleh karena itu berikan pengetahuan dan bimbingan bagi Anak Bekebutuhan Khusus khususnya
dalam hal merawat organ kesehatan reproduksi masing-masing agar tetap sehat dan berfungsi
dengan baik dan normal. Hal ini sangat penting bagi kita karena usia biologis tidak mengalami
perubahan akibat ketunaan mereka. Perkembangan fungsi biologis sama dengan anak-anak pada
umumnya, hal yang membedakan hanya kemampuan pengendalian dirinya.

Mengingat di Indonesia usia ideal perkawinan untuk laki-laki minimal 25 tahun dan perempuan
minimal 21 tahun, maka siapkanlah mereka sebelum terlambat. Bagi perempuan usia 21 tahun
sudah dianggap matang secara biologis, emosi, kepribadian dan sosialnya.Sedangkan apabila
usia kurang dari 21 tahun, rahim dan pinggulnya belum berkembang dengan baik, sehingga
kemungkinan terjadi kesulitan dalam persalinan akan terjadi. Bagi anak laki-laki usia 25 tahun
sudah dianggap matang dari segi emosi, ekonomi dan sosial”.

Terkait kehamilan ada beberapa pendapat Hilaluddin Nasir Kepala BKKBN Bengkulu, yang
dapat kita jadikan refrensi diantara refrensi lainnya yakni:

1. Dikatakan sebagai kondisi kehamilan yang sehat yaitu suatu kondisi sehat fisik dan
mental ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan yang sehat dicirikan oleh cukup
bulan (matur) sekitar 38 sampai 40 minggu (280 hari). “Berat badan ibu idealnya
meningkat 0,5 kg perminggu atau 6,5 sampai 16 kg selama masa kehamilan dengan
disertai peningkatan berat badan janin yang sesuai dengan umur kehamilan”.
2. Mengenai tekanan darah tidak lebih dari 120/80 mm Hg. Untuk itu maka selama masa
kehamilan perlu istirahat yang cukup, minum tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan.
3. Dalam hal kehamilan :

 Perlunya menghindari terlalu muda untuk hamil yakni usia kurang dari 21 tahun, dan
terlalu tua untuk hamil yakni usia lebih dari 35 tahun.
 Terlalu sering hamil dan terlalu rapat jarak kehamilan sangat beresiko.

Menyadari betapa pentingnya pengetahuan dan bimbingan kesehatan reproduksi bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah sangat bijaksana manakala para orang tua dan guru
berkenan menempatkan diri sebagai pusat informasi dan pembimbing dalam hal kesehatan
reproduksi bagi anak-anak .

Sumber ; https://bakorplbbanyumas.wordpress.com/2013/01/28/anak-berkebutuhan-khusus-abk-
perlu-pahami-kesehatan-reproduksi/

Anda mungkin juga menyukai