Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/298056761

Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan Pasien


Menjelang Ajal Nurses Perception toward End-of-Life Care

Article · April 2014

CITATIONS READS

0 2,203

3 authors, including:

Hana Agustina
Universitas Padjadjaran
17 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Care of the dying, dead and bereaved: developing a new curriculum for undergraduate nursing education in a public university in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Hana Agustina on 13 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan
Pasien Menjelang Ajal

Meilita Enggune1, Kusman Ibrahim2, Hana Rizmadewi Agustina2


1
Akademi Keperawatan Bethesda, 2Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: lita_lovejc@yahoo.co.id

Abstrak

Tingginya angka kematian yang terjadi di unit perawatan intensif, menuntut peningkatan pelayanan perawatan
paliatif termasuk perawatan pasien menjelang ajal, yang melibatkan perawat perawatan kritis. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap perawatan pasien menjelang ajal di
ruang Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU). Delapan perawat pelaksana di ruang NCCU RSHS Bandung
dilibatkan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini dengan rentang usia antara 27– 43 tahun, dan bekerja selama
3–20 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan jumlah informan dibatasi setelah
data jenuh. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur, dan analisis yang digunakan adalah
content analysis. Hasil penelitian didapatkan 4 tema dan 15 subtema yaitu: (1) Pemahaman perawat tentang
perawatan pasien menjelang ajal yaitu: membantu pasien meninggal dengan tenang, menghadirkan keluarga
untuk memberikan dukungan, dan lebih berfokus pada bimbingan spiritual; (2) Cara menghadapi kematian
yang sering terjadi yaitu: adaptasi perawat terhadap kondisi pasien menjelang ajal, kesulitan menentukan
fase menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam pengambilan keputusan, dan empati; (3) Peran perawat dalam
mempersiapkan pasien menjelang ajal yaitu: pembimbing spiritual pasien, komunikator, fasilitator, dan
pemberi dukungan emosional keluarga; (4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perawatan menjelang ajal
yaitu: diperlukan pelatihan perawatan paliatif pada pasien kritis, diperlukan ruangan khusus pasien menjelang
ajal, diperlukan pembimbing rohani khusus, dan diperlukan standar operasional prosedur (SOP) perawatan
pasien menjelang ajal. Perawat perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan tenang,
memberikan dukungan untuk keluarga, dan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

Kata kunci: Intensive Care Unit, perawatan akhir hidup, persepsi perawat.

Nurses Perception toward End-of-Life Care

Abstract

The high number of death that occurred in the Intensive Care Unit, strive to improve palliative care services including
the provision of care of dying patients by critical care nurses. The purpose of this study was to obtain a perception
of nurses toward the care of dying patients in the Neurosurgical Critical Care Unit ( NCCU ). Eight nurses who
work at NCCU were involved in this study, age between 27- 43 and have been working from 3 to 20 years. The
sampling technique used the purposive sampling method and a limited number of informants after data saturated.
Data collection was done by conducting semi- structured interviews, content analysis was used to analyse the data.
There are four themes with 15 sub-themes include: 1) Nurse understanding about caring for dying patients: help
the patients to die peacefully, presenting the family to provide supports, and more focused on spiritual guidance. 2)
Way of handling the frequent of death occurance: adaptation of nurses to dying condition, difficulty determining the
critical phase of the dying patient, dilemmas in decision-making, and empathy. 3) The role of nurses in preparing
for the dying patient: the patient spiritual guides, communicators, facilitators, and providers of family emotional
support. 4) The Things that need to be improved in end of life care: the palliative care training is required in critically
ill patients as well as separate unit for dying patients, exclusive spiritual guide, and standard operating procedures
(SOP) of care for the dying patients. It can be concluded that nurses need to provide treatment that helping patients
to die peacefully, and providing support for the family, which is focused on meeting the spiritual needs of patients.

Key words: Intensive Care Unit, end of life care, nurses perception.

Volume 2 Nomor 1 April 2014 35


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

Pendahuluan kritis memegang peran penting dalam


mengelola tujuan-tujuan untuk pasien yang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan unit berhubungan dengan perawatan akhir hidup
rumah sakit yang memberikan perawatan yang nyaman dan menghentikan pengobatan
intensif dan monitoring yang ketat bagi untuk memperpanjang hidup. Mereka dapat
pasien. ICU memiliki teknologi yang canggih menjadi advokat pasien ketika mereka yakin
seperti monitor jantung dengan dukungan dan kondisi pasien menunjukkan bahwa
mesin komputer dan ventilator mekanis perawatan yang nyaman seharusnya menjadi
(Potter & Perry, 2010). Ilmu pengetahuan dan tujuan utama.
teknologi kesehatan di unit perawatan intensif Pemberi perawatan profesional, termasuk
telah mengalami banyak perkembangan perawat dapat mengalami ketegangan peran
dan kemajuan yang diharapkan dapat karena interaksi berulang dengan pasien
memberikan pelayanan kesehatan yang yang menjelang ajal beserta keluarga pasien
lebih baik, termasuk perawatan untuk tersebut. Sebagian besar perawat yang
meningkatkan harapan hidup. Kenyataannya bekerja di unit onkologi, hospice, perawatan
hal tersebut tidak dapat mencegah kematian intensif, kedaruratan, atau area lain di tempat
sehingga pelayanan kesehatan yang termasuk kematian pasien biasa terjadi telah memilih
didalamnya mengenai bagaimana cara tugas tersebut, namun mereka masih merasa
untuk mempersiapkan pasien menghadapi gagal dalam melaksanakan tugas jika pasien
kematian dengan damai dan bermartabat yang ditanganinya meninggal (Kozier,
dinilai penting. Di Thailand, angka kematian Erb, Berman, & Snyder, 2010). Lebih
di ruang perawatan intensif sebesar 14% lanjut Kozier, dkk. (2010) menyatakan
(Kongsuwan, Keller, Touhy, & Schoenhofer, bahwa perawat memerlukan waktu untuk
2010), sedangkan data angka kematian di menganalisis perasaan mereka sendiri
ruang Neurosurgical Critical Care Unit mengenai kematian sebelum mereka dapat
(NCCU) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung secara efektif membantu orang lain yang
pada tahun 2012, sebesar 21,5%. mengalami penyakit terminal. Perawat yang
Perawatan akhir hidup adalah perawatan tidak nyaman dengan pasien sekarat cenderung
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas menghambat upaya pasien untuk mendiskusikan
hidup pasien dan keluarga dengan membantu kematian menjelang ajal. Gelinas, Fillion,
mengatasi berbagai masalah penderitaan Robitaille, dan Truchon (2012) dalam
fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada penelitiannya menyimpulkan berbagai
pasien yang tidak lagi responsif terhadap penyebab stres yang dialami oleh perawat
tindakan kuratif (WHO, 2000). Penelitian dalam memberikan perawatan menjelang
Schell dan Puntillo (2006) mengungkapkan ajal di ruangan ICU dikelompokkan dalam
bahwa meskipun semua pasien kritis harus tiga kategori yaitu organisasi (kurangnya
menerima perawatan yang agresif, tujuan pendekatan perawatan paliatif), profesional
dari perawatan agresif pada akhir kehidupan (kurangnya kompetensi perawatan paliatif
harus menekankan bagaimana memfasilitasi atau akhir hidup, kesulitan berkomunikasi
kematian yang damai. dengan keluarga serta bekerja sama dengan
Perawatan akhir hidup melibatkan tenaga tim medis), dan emosional (adanya konflik
kesehatan dari berbagai disiplin ilmu nilai, kurangnya dukungan emosional, juga
termasuk di dalamnya perawat yang memiliki ketika berhadapan dengan penderitaan pasien
banyak waktu bersama pasien. Perawat yang dan keluarga pasien).
bekerja di unit perawatan intensif disebut Calvin, Kite-Powel, dan Hickey (2007)
perawat perawatan kritis. Perawat perawatan melakukan penelitian dengan menggunakan
kritis berperan penting dalam merawat metode deskriptif kualitatif pada 12 orang
pasien kritis dan mempunyai kemampuan perawat Neuroscience Intensive Care Unit
serta pengalaman dalam merawat pasien (NICU) tentang persepsi perawat terhadap
sekarat dan mengamati kematian orang yang peran dan tanggung jawab dalam pembuatan
dicintai (Ferell, Virani, Paice, Malloy, & keputusan selama proses dari perubahan
Dahlin, 2010). Schell dan Puntillo (2006) perawatan intensif dan perawatan akhir hidup
mengatakan bahwa perawat perawatan pasien. Penelitian ini menyimpulkan tiga

36 Volume 2 Nomor 1 April 2014


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

tema utama yaitu memberikan bimbingan, atas izin informan. Wawancara dilakukan
berada pada posisi di tengah dalam proses sampai dengan mendapatkan data yang
komunikasi, dan perasaan emosi. Perawat diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian,
NICU yang memberikan bimbingan kepada kemudian dilakukan verifikasi data untuk
pasien dan keluarga dalam proses akhir membuktikan kebenaran data. Setiap
kehidupan merupakan bagian dari peran informan dilakukan wawancara sebanyak dua
perawat sebagai pendidik. Selama proses sampai dengan tiga kali. Wawancara pertama
pengambilan keputusan perawatan akhir dilakukan untuk memperoleh gambaran
hidup, perawat membimbing keluarga pasien persepsi perawat terhadap perawatan pasien
dengan mendorong atau mendesak mereka menjelang ajal yang dilakukan dengan cara
untuk membuat keputusan. Peran perawat mengajukan pertanyaaan semi terstruktur.
dalam proses komunikasi yaitu sebagai Wawancara kedua dilakukan setelah proses
perantara atau penerjemah komunikasi analisis data, yakni untuk mengklarifikasi
antara pasien dan keluarga dengan dokter. kebenaran ungkapan informan. Terdapat dua
Kadang-kadang keluarga pasien takut untuk informan yaitu informan dua dan delapan
bertanya kepada dokter atau tidak mengerti yang dilakukan tiga kali wawancara karena
penjelasan dari dokter sehingga dibutuhkan ada jawaban informan yang kurang jelas
perawat sebagai komunikator. Perasaan yang terdengar pada hasil rekaman wawancara.
berbeda-beda diungkapkan oleh perawat Tempat pelaksanaan wawancara sesuai
dalam merawat pasien menjelang akhir kesepakatan dengan informan, yaitu ruang
kehidupan. Merawat pasien menjelang ajal perawat, ruang perawatan dan ruang pojok
merupakan tantangan yang membutuhkan ASI.
tanggung jawab, tingkat kenyamanan dalam Penelitian ini telah mendapatkan ethical
merawat pasien menjelang ajal berbeda-beda clearance yang didapatkan dari komite etik
pada tiap perawat. Fakultas Kedokteran Universitas Padadjaran.
Peran perawat dalam perawatan paliatif Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat
menjadi salah satu latar belakang pentingnya yang bekerja di ruang NCCU dan mempunyai
untuk dilakukan penelitian kualitatif dengan pengalaman merawat pasien menjelang ajal,
judul persepsi perawat terhadap perawatan sampel diambil dengan teknik purposive
pasien menjelang ajal di ruang Neurosurgical sampling.
Critical Care Unit (NCCU) RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Tujuan penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran Hasil Penelitian
persepsi perawat terhadap perawatan pasien
menjelang ajal di ruang Neurosurgical Hasil penelitian ini menemukan empat tema
Critical Care Unit (NCCU) RSUP Dr. Hasan yang menggambarkan persepsi perawat
Sadikin Bandung. terhadap perawatan pasien menjelang ajal
di ruang NCCU RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung, adapun empat tema tersebut yaitu
Metode Penelitian pengetahuan perawat tentang perawatan
pasien menjelang ajal, dampak menghadapi
Metode penelitian yang digunakan adalah kematian yang sering, peran perawat dalam
metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mempersiapkan pasien menjelang ajal, dan
mengungkap persepsi perawat terhadap beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam
perawatan pasien menjelang ajal. Cara yang perawatan menjelang ajal.
dilakukan untuk mendapatkan gambaran Pengetahuan tentang perawatan pasien
persepsi perawat terhadap perawatan pasien menjelang ajal dalam penelitian ini adalah
menjelang ajal adalah dengan melakukan persepsi perawat sebagai informan tentang
wawancara semi terstruktur, menggunakan perawatan pasien menjelang ajal yang mereka
panduan yang telah disusun. Lama ketahui. Ungkapan dari delapan informan
wawancara dilakukan sekitar 45–60 menit pada saat wawancara menunjukkan hasil
untuk masing-masing informan. Semua hasil yang beragam. Pertanyaan yang diberikan
wawancara direkam dengan perekam suara saat wawancara berasal dari berbagai

Volume 2 Nomor 1 April 2014 37


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

sudut pandang berbeda yang bertujuan untuk perawatan intensif yang menyatakan bahwa
menggali lebih dalam tentang persepsi informan membantu memfasilitasi kematian yang
yang berhubungan dengan pengetahuan tentang bermartabat dan damai adalah satu tujuan
perawatan pasien menjelang ajal. Pengetahuan untuk meningkatkan perawatan akhir hidup.
perawat tentang perawatan pasien menjelang Hasil dari penelitian Milligan (2011)
ajal yang ditemukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sekarat dan kematian
berdasarkan ungkapan informan dibagi dalam adalah saat-saat ketika setidaknya beberapa
tiga subtema, yaitu membantu pasien meninggal pasien akan mengalami penderitaan rohani
dengan tenang, menghadirkan keluarga pasien yang dapat menyebabkan penderitaan dan
untuk memberikan dukungan, dan lebih usaha kerja spiritual, seperti menyelesaikan
memfokuskan pada bimbingan spiritual. masalah spiritual dan datang untuk berdamai
Persepsi perawat terhadap dampak dengan realitas kematian secara pribadi.
menghadapi kematian yang sering, dari hasil Ini akan bermanifestasi sebagai kebutuhan
analisis data didapatkan empat subtema, perawatan spiritual. Sebagian besar informan
yaitu adaptasi perawat terhadap kondisi mengungkapkan bahwa perawatan pasien
menjelang ajal, kesulitan menentukan fase menjelang ajal adalah perawatan yang
menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam lebih difokuskan pada bimbingan spiritual
pengambilan keputusan, dan empati. Hasil atau kerohanian pada pasien tersebut.
penelitian ini untuk tema peran perawat Perawatan spiritual untuk pasien menjelang
dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal ajal memang penting tetapi harus seimbang
berdasarkan persepsi perawat didapatkan dengan pemenuhan kebutuhan lain misalnya
empat subtema, yaitu pembimbing spiritual kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial, yang
pasien, komunikator, fasilitator, dan pemberi sesuai dengan tujuan perawatan menjelang
dukungan emosional keluarga. ajal. Sebagian besar informan menganggap
Persepsi hal-hal yang perlu diperbaiki bahwa perawatan menjelang ajal itu lebih
dalam perawatan menjelang ajal berdasarkan kepada pemenuhan kebutuhan spiritual, hal
analisis data didapatkan empat subtema, ini dikarenakan pengetahuan yang dimiliki
yaitu diperlukan pelatihan perawatan paliatif informan tentang perawatan menjelang ajal
pada pasien kritis, diperlukan ruangan khusus yang masih kurang atau terbatas.
pada pasien menjelang ajal, diperlukan Persepsi perawat terhadap dampak
pembimbing rohani khusus, dan diperlukan menghadapi kematian yang sering seperti
SOP perawatan pasien menjelang ajal. diungkapkan oleh informan dalam penelitian
ini adalah adaptasi perawat terhadap kondisi
pasien menjelang ajal, kesulitan menentukan
Pembahasan fase menjelang ajal pada pasien kritis,
dilema dalam pengambilan keputusan, dan
Persepsi perawat tentang hal yang diketahui empati. Bentuk adaptasi yang dirasakan oleh
mengenai perawatan pasien menjelang ajal informan adalah lebih tenang dalam merawat
adalah membantu meninggal dengan tenang, pasien yang menjelang ajal dan menghadapi
damai, bermartabat dan terhormat. Kematian kematian karena hal ini sudah sering dialami
yang tenang, damai dan bermartabat yaitu oleh informan.
ketika pasien bebas dari penderitaan fisik Sebagian besar informan menyatakan
dan terpenuhi apa yang menjadi hak-haknya. bahwa mereka merasa biasa saja selama
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan apa proses merawat pasien yang menjelang
yang disampaikan oleh Schell dan Puntillo ajal dan menghadapi kematian. Menurut
(2006) yang menyatakan bahwa tujuan dari informan perasaan biasa saja terjadi karena
perawatan akhir kehidupan pada pasien sering menghadapi hal tersebut. Berbeda
kritis adalah mempersiapkan kematian yang dengan apa yang disampaikan oleh Hudak
damai, meskipun semua pasien kritis tetap & Gallo (2010), tujuan dari perawatan kritis
menerima perawatan yang agresif. Sejalan adalah memperpanjang hidup dan membantu
dengan hasil penelitian yang dilakukan penyembuhan, sehingga perawat sering
oleh Beckstrand, Callister, dan Kirchhoff merasa kecewa dan gagal ketika pasien yang
(2006), pada perawat perawatan kritis di unit dirawat meninggal. Perbedaan ini mungkin

38 Volume 2 Nomor 1 April 2014


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

dikarenakan oleh alasan yang berbeda dari dan tidak larut dalam kesedihan. Makna
informan. Informan mengatakan bahwa empati yang lain diungkapkan oleh informan
selama mereka sudah memberikan yang adalah perasaan sedih dan kehilangan ketika
terbaik dalam perawatan pasien menjelang pasien yang dirawat meninggal. Secara wajar
ajal, mereka tidak akan merasa kecewa atau perawat mengalami kesedihan ketika pasien
gagal. mereka meninggal, hal ini didukung oleh
Beberapa informan juga mengungkapkan Hudak & Gallo (2010) yang menyatakan
kesulitan menentukan fase menjelang ajal bahwa perawat yang matanya berkaca-kaca
untuk pasien kritis. Pasien yang dirawat saat kejadian adalah perawat yang peka
di ruang NCCU RSUP Dr. Hasan Sadikin dalam membangun rasa empati pada pasien,
adalah pasien kritis dengan terpasang alat dan bukan perawat yang kehilangan kendali.
monitor sehingga informan hanya melihat Sasaran utama untuk kebanyakan perawat
kondisi pasien dari monitor dan tanda-tanda adalah belajar untuk menunjukkan rasa
vital, dan informan tidak bisa menentukan nyaman terhadap masalah dan rasa haru
fase-fase menjelang ajal. Keadaan tersebut yang telah menjadi bagian integral kondisi
akan memberikan dampak yang kurang baik emosional mereka. Pencapaian kenyamanan
seperti hasil penelitian dari Li dan Ng (2008), adalah sasaran utama keperawatan bagi
yang menyatakan bahwa perawat sering pasien sekarat.
terlambat dalam mengidentifikasi penyakit Salah satu peran perawat menurut Potter dan
pasien dan tindakan yang diberikan karena Perry (2010) adalah peran pemberi perawatan
kurangnya pengetahuan tentang patofisiologi dimana perawat memfokuskan asuhan pada
penyakit, sehingga diperlukan pelatihan kebutuhan kesehatan pasien secara holistik,
tentang cara mengidentifikasi pasien dengan meliputi upaya mengembalikan kesehatan
kondisi menjelang akhir hidup yang dirawat emosi, spiritual dan sosial. Sejalan dengan
di ruangan perawatan kritis. tujuan dari perawatan paliatif, dalam
Ungkapan menarik yang disampaikan oleh penelitian ini informan mengungkapkan
informan adalah dilema dalam pengambilan bahwa peran perawat dalam mempersiapkan
keputusan tindakan yang harus didahulukan pasien menjelang ajal adalah pembimbing
untuk diberikan kepada pasien menjelang spiritual pasien, komunikator, fasilitator, dan
ajal, misalnya pada saat pasien sekarat di satu pemberi dukungan emosional keluarga.
sisi perawat tahu bahwa kehadiran keluarga Bimbingan spiritual yang dimaksudkan
penting untuk mendampingi dan memberikan oleh informan adalah bimbingan rohani
bimbingan spiritual kepada pasien, tetapi di dengan membacakan doa-doa sesuai dengan
sisi lain perawat merasa terganggu dengan agama informan dan pasien. Sejalan dengan
kehadiran keluarga pada saat tindakan life pendapat Kozier, dkk. (2010), bahwa perawat
support. Penelitian yang dilakukan oleh memiliki tanggung jawab untuk memastikan
Latour, Fulbrook, dan Albarran (2009), bahwa kebutuhan spiritual pasien diberikan
menyatakan bahwa sebagian besar perawat baik melalui intervensi langsung ataupun
intensive care Eropa terlibat dalam diskusi dengan mengatur akses terhadap individu
tentang akhir kehidupan dan proses yang dapat memberikan perawatan spiritual.
pengambilan keputusan. Terdapat perbedaan Milligan (2011) mengungkapkan pengkajian
dalam sikap yang dipengaruhi oleh berbagai dan perawatan spiritual adalah merupakan
faktor seperti etika, keyakinan dan pandangan bagian integral dari peran perawat, namun
keagamaan yang memengaruhi pengambilan informan dalam penelitian menyatakan
keputusan. Kebanyakan perawat merasa masih kurang yakin dengan peran sebagai
bahwa diskusi tentang perawatan akhir hidup pembimbing spiritual yang mereka jalankan
menjadi terlambat dan ini mungkin salah selama ini. Hasil penelitian ini menjadi salah
satu satu alasan bahwa perawat merasa perlu satu dasar dibutuhkan SOP untuk bimbingan
untuk memulai diskusi dengan dokter. spiritual pada pasien menjelang akhir hidup
Bentuk lain dari dampak dari seringnya yang dirawat di ruang perawatan kritis.
menghadapi kematian adalah empati. Empati Seluruh informan menyatakan bahwa
yang dimaksudkan oleh informan adalah dalam perawatan pasien menjelang ajal,
dapat menerima apa yang dialami oleh pasien perawat berperan sebagai komunikator. Peran

Volume 2 Nomor 1 April 2014 39


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

sebagai komunikator menurut informan kritis, diperlukan ruangan khusus pasien


dilakukan baik terhadap pasien, keluarga menjelang ajal, diperlukan pembimbing
maupun terhadap dokter. Seluruh informan rohani khusus, dan diperlukan SOP perawatan
menyatakan bahwa mereka berkomunikasi pasien menjelang ajal.
dengan keluarga pasien untuk menjelaskan Penelitian Mc Ilfatrick, Mawhinney, dan
kondisi pasien dan memberikan dukungan Gilmour (2010) mengatakan pendidikan dan
emosional. Penelitian Kozier, dkk. (2010) pelatihan sangat penting untuk meningkatkan
mengungkapkan bahwa salah satu aspek kualitas paliatif dan perawatan akhir-
terpenting dalam menyediakan dukungan hidup bagi pasien. Pengembangan perawat
untuk anggota keluarga dari pasien yang profesional perawatan paliatif memiliki
menjelang ajal adalah melibatkan penggunaan potensi untuk mengatasi beberapa tantangan
komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan yang ada dalam pemberian perawatan paliatif
dalam memfasilitasi ekspresi perasaan dan membantu menjembatani kesenjangan
mereka. antara spesialis juga generalis penyedia
Peran perawat yang lain adalah sebagai perawatan paliatif, hal ini sangat penting
fasilitator. Menurut informan, salah satu untuk memberikan perubahan yang nyata
bentuk peran sebagai fasilitator adalah dan berkelanjutan dalam praktek. Sejalan
perawat memberikan waktu kunjungan yang dengan penelitian yang dilakukan oleh
lebih lama bagi keluarga pasien menjelang ajal Friedenberg, Levy, Ross, dan Evans (2011),
sehingga pasien dan keluarganya memiliki yang menyatakan bahwa perlunya pelatihan
lebih banyak kebersamaan. Ruangan NCCU untuk penyediaan perawatan akhir hidup
menetapkan waktu kunjungan keluarga pada yang optimal di ICU.
jam-jam tertentu sehingga keluarga tidak Aslakson, dkk. (2012) dalam penelitiannya
bisa setiap saat berada disamping pasien menyatakan bahwa persepsi perawat bedah
namun perawat dapat memfasilitasi untuk ICU tentang hambatan dalam memberikan
kebersamaan keluarga dan pasien menjelang perawatan akhir hidup yang optimal adalah
ajal. Didukung oleh penelitian yang dilakukan ketrampilan dan pelatihan yang kurang
oleh Calvin, Lindy, dan Clingon (2009), memadai, hal ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa perawat berusaha Ferell, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa
menghadirkan keluarga untuk mempersiapkan perawat tidak dapat mempraktikkan apa yang
keluarga menerima kematian pasien karena mereka tidak ketahui, sehingga dibutuhkan
sulit bagi keluarga untuk menerima kondisi peningkatan pengetahuan perawat melalui
pasien. Penelitian lain menyebutkan bahwa kegiatan seminar atau pelatihan, misalnya
menyedihkan apabila membiarkan pasien pelatihan tentang pengelolaan nyeri.
meninggal dalam keadaan tanpa didampingi Beberapa informan menyatakan kesulitan
oleh keluarga. Peran perawat apabila pasien mengidentiifikasi nyeri pada pasien kritis.
tidak mempunyai keluarga adalah perawat Persepsi sebagian besar informan adalah
harus berperan untuk mendampingi pasien diperlukan ruangan khusus untuk pasien
(Fridh, Forsberg, & Bergbom, 2009). yang menjelang ajal. Didukung oleh
Perawat juga berperan dalam memberikan hasil penelitian Fridh, dkk. (2009), yang
dukungan kepada keluarga pasien yang menyebutkan bahwa lingkungan fisik dari
menjelang ajal. Sejalan dengan penelitian ruang perawatan intensif memiliki dampak
Wright, Bourbonnais, Brajtman, Gagnon yang besar pada kemampuan perawat untuk
(2011), menggambarkan bahwa kepuasan menyediakan perawatan akhir hidup yang
yang didapatkan perawat perawatan kritis bermartabat bagi pasien sekarat dan keluarga
pada saat merawat pasien dan keluarga dalam mereka. Hambatan terbesar adalah kurangnya
perawatan akhir hidup adalah dengan hadir kamar pribadi, yang berarti bahwa perawat
mendampingi keluarga dan memberikan harus berupaya untuk menjaga privasi
dukungan melewati fase tersebut. Hal-hal keluarga. Merawat pasien yang meninggal
yang perlu diperbaiki dalam perawatan di kamar dengan banyak tempat tidur,
menjelang ajal berdasarkan analisis data menyebabkan frustasi karena perawat harus
didapatkan empat subtema, yaitu diperlukan fokus pada keluarga pasien sekarat disamping
pelatihan perawatan paliatif pada pasien kesejahteraan sesama pasien dan keluarga

40 Volume 2 Nomor 1 April 2014


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

yang lain. Kamar dengan banyak tempat improving end of life care. American Journal
tidur membatasi jumlah anggota keluarga of Critical Care, 15(1), 38–45.
yang dapat mendampingi pasien di samping
tempat tidur dan mengurangi kesempatan Calvin, A.O., Kite-Powell, D.M., & Hickey,
mereka untuk memberikan ekspresi penuh J.V. (2007). The neuroscience ICU nurse’s
kesedihan. Ketika satu ruangan tersedia perceptions about end-of-life care. Jurnal of
bagi pasien menjelang ajal, hal tersebut Neuroscience Nursing; 39 (3).
dapat memungkinkan beberapa kerabat
untuk duduk dengan pasien sehingga dapat Calvin, A.O., Lindy, C.M., & Clingon, S.L.
menciptakan lingkungan yang lebih tenang (2009). The cardiovascular intensive care
dan damai. Oleh karena itu, kurangnya kamar unit nurse’s experience with end-of-life care:
pribadi dapat menyebabkan anggota keluarga A qualitative descriptive study. Intensive and
sering diminta untuk menunggu di koridor. Critical Care Nursing, 25, 214–220.
Perawat yang bekerja di ruang perawatan
intensif tanpa kamar yang dirancang khusus Ferrell, B.R., Virani R., Paice, J.A., Malloy,
untuk perpisahan, mengalami stres saat P., & Dahlin, C. (2010). Statewide efforts to
pasien telah meninggal karena mereka tahu improve palliative care. Critical Care Nurse,
bahwa pasien lain menunggu untuk dirawat 30 (6). Diakses dari http://www.ccnonline.
di ruang tersebut. org.

Friedenberg, A.S., Levy, M.M., Ross, S., &


Simpulan Evans, L.E. (2011). Barriers to end-of-life
care in the Intensive Care Unit: Perceptions
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa vary by level of training, discipline, and
perawat perlu memberikan perawatan yang institution. Journal of Palliative Medicine,
membantu pasien meninggal dengan tenang, 15(4).
memberikan dukungan untuk keluarga, dan
perawat lebih difokuskan untuk memenuhi Fridh, I., Forsberg, A., & Bergbom, I. (2009).
kebutuhan spiritual pada pasien, sehingga Doing one’s utmost: Nurses’ descriptions of
diperlukan pengetahuan yang baik tentang caring for dying patients in an Intensive Care
perawatan pasien menjelang ajal termasuk Environment. Intensive and Critical Care
pengetahuan tentang bimbingan spiritual. Nursing; 25, 233–241.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
data awal untuk penelitian tentang perawatan Gelinas C., Fillion L., Robitaille M. A., &
paliatif khususnya perawatan menjelang Truchon M. (2012). Stressors experienced by
akhir hidup, misalnya kebutuhan perawatan nurses providing end-of-life palliative care
paliatif di ruang intensif dari sisi keluarga in the Intensive Care Unit. Can J. Nurs Res,
pasien ataupun profesi lain seperti dokter. 44(1), 18–39.

Hudak, C., & Gallo, B. (2010). Keperawatan


Daftar Pustaka kritis pendekatan holistik (Edisi 6. Vol. 1).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Aslakson, R. A., Wyskiel, R., Thornton, I.,
Copley, C., Shaffer, D., Zyra, M., & Pronovost, Kongsuwan, W., Keller, K., Touhy, T. &
P.J. (2012). Nurse perceived barriers to Schoenhofer, S. (2010). Thai buddhist
effective communication regarding prognosis Intensive Care Unit nurses’ perspective
and optimal end-of-life care for surgical ICU of a peaceful death: An empirical study.
patients: A qualitative exploration. Journal of International Journal of Palliative Nursing.
Palliative Medicine 15 (8), 910–915. 16(5).
Beckstrand, R. L., Callister L. C., & Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.
Kirchhoff K. T. (2006). Providing a “good (2010). Buku ajar fundamental keperawatan.
death”: Critical care nurses’ suggestions for Dalam E.Wahyuningsih, D. Yulianti,

Volume 2 Nomor 1 April 2014 41


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

Y.Yuningsih & A Lusyana (Eds.), Buku ajar Care Needs of People Near the End Of Life.
fundamental keperawatan : Konsep, proses Nursing Standard / RCN Publishing 26 (4),
dan praktik (Vol. 2). New Jersey: EGC. 47–56.

Latour J. M., Fulbrook, P., & Albarran, J. W. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
(2009). EfCCNa survey: European intensive Fundamental Keperawatan (Edisi ketujuh).
care nurses’ attitudes and beliefs towards Penerbit: Salemba Medika.
end-of-life care. Nursing in Critical Care , 14
(3), 110–121. Schell, H.M. & Puntillo, K.A. (2006).
Critical care nursing secrets (2nd ed.). St.
Li, S., & Ng, J. (2008). End-of-care: Nurses’ Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
experiences in caring for dying patients with
profound learning disabilities a descriptive World Health Organization (WHO). (2000).
case study. Palliative Medicine, 22, 949–955. Definition of palliative care. Diakses dari http://
www.who.int/cancer/palliative/definition/en.
McIlfatrick, S., Mawhinney, A., & Gilmour,
F. (2010). Assessing the educational needs Wright, B.V., Bourbonnais, F.F., Brajtman,
of palliative care link nurses. International S., & Gagnon, P. (2011). Caring for patients
Journal of Palliative Nursing, 16(11). and families at end of life: The experiences of
nurses during withdrawal of life-sustaining
Milligan, S. (2011). Addressing the Spiritual treatment. Dynamics, 22 (4), 31–35.

42 Volume 2 Nomor 1 April 2014

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai