Kimia Dasar I
NUR ANNISA
H061 18 11023
PENDAHULUAN
Dalam evaluasi suatu reaksi yang merupakan dasar suatu titrasi, salah satu
aspek yang sangat penting ialah jauhnya reaksi itu berjalan menuju kesempurnaan
kesetimbangan yang dituju oleh suatu reaksi kimia. Dalam stoikiometrik orang
lengkapnya reaksi itu terlaksana bila salah satu pereaksi mungkin harus sangat
berlebih, atau suatu hasil reaksi disingkirkan dari campuran. Umumnya karena
banyak-banyak pereaksi. Dan akan kita saksikan bahwa kelayakan suatu titrasi
bila kuantitas-kuantitas pereaksi yang setara dicampurkan. salah satu aspek yang
sangat pentig ialah jauhnya reaksi itu berjalan menuju kesempurnaan di dekat titk
kesetaraan
dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti pertanian, biologi, dan
kedokteran yang memanfaatkan kimia. Titrasi yang melibatkan asam dan basa
terhadap proses metabolik dalam sel hidup, maka dari itu dilakukanlah
percobaan berikut.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
proses pengenceran terhadap nilai pH, dan tetapan kesetimbangan ionisasi, dan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan pH suatu larutan asam lemah
dengan menggunakan kertas pH Universal yang terdiri dari larutan asam formiat
dan larutan asam cuka, serta pengaruh daripada pengenceran terhadap nilai pH
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi
partikel positif dan negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan
mendefinisikan asam dan basa. Rasa masam dan pengaruh terhadap zat warna
tumbuh-tumbuhan merupakan sifat asam. Asam lemah atau basa lemah dalam
larutan tidak terurai sempurna menjadi ion. Jumlah persen molekul atau fraksi
molekul yang terurai menjadi ion disebut derajat ionisasi atau dinyatakan
2.1. Asam
Istilah asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti cuka. Di
alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah
jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Sifat Asam secara
umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain
(yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu
basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk
membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)
dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Ciri-ciri asam yaitu
rasanya asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah,
senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air.
Beberapa senyawa bukan asam akan menunjukkan sifat asam jika dilarutkan ke
dalam air. Salah satu contohnya adalah gas hidrogen klorida. Jika gas HCl
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+) sehingga larutan HCl
Teori asam basa yang dikemukakan oleh Arrhenius dibatasi untuk larutan
dalam air. Ternyata ada banyak reaksi yang menunjukkan sifat reaksi asam
meskipun tidak dilarutkan dalam air atau bahkan tanpa pelarut sama sekali. Jadi,
dalam teori asam Bronstead-Lowry, asam adalah molekul atau ion yang
asam basa yang lebih luas. Menurut lewis, asam adalah senyawa yang dapat
oleh Lewis sama dengan definisi Bronstead-Lowry karena suatu zat yang
2.2. Basa
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir,
asam asin dan manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu sifat
yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat
yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan
bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai
rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika
asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga
sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut
garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara
Berikut adalah teori basa oleh beberapa ahli menurut (Kalsum, 2009) :
Menurut Arrhenius jika basa dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi
sebagai berikut :
Setiap basa menghasilkan ion OH–, karena itu ion OH– merupakan
dan kekuatannya.Berdasarkan ion OH– yang dilepaskan pada reaksi ionisasi, basa
terdiri dari basa monohidroksi dan basa polihidroksi. Basa monohidroksi yaitu
basa yang melepaskan satu ion OH–, sedangkan basa polihidroksi yaitu basa yang
H+ atau dinamakan dengan ekseptor proton. Pemindahan proton dari satu partikel
dinamakan autoprotolisis.
Lewis mengemukakan teori baru tentang asam-basa sehingga partikel ion atau
molekul yang tidak mempunyai atom hidrogen atau proton dapat diklasifikasikan
ke dalam asam dan basa. Menurutnya, basa adalah senyawa yang melepaskan
pasangan elektron.
atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Kaasaman adalah konsentrasi ion
hidrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu laarutan
dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai pH > 7 sifat basa, sedangkan
nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air
murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada
terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan
diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan
meningkatka konsentrasinya.
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya
tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus,
indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan
tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur
impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative
logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal
pH = -log[H+]
Ionisasi adalah proses mengubah sebuah atom atau molekul menjadi ion
ion. Proses ionisasi adalah proses terurainya suatu elektrolit menjadi partikel-
pertikel bermuatan listrik (ion). Ionisasi terjadi karena jumlah elektron partikel
elektron diisi lebih stabil debandingkan dengan kulit elektron yang hanya didisi
sebagian.
Terdapat sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik. Teori ini dekemukakan oleh seorang ilmuan Swedia
bernama Svante August Arrhenius pada tahun 1887. Menurut Svante August
larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion
senyawa elektrolit yang berubah menjadi ion-ion, artinya ialah derajat ionisasi itu
rentang nilai 0 -1. Jika nilai derajat ionisasi suatu senyawa elektrolit bernilai 1, itu
menjadi ion-ion, dan jika nilai derajat ionisasi suatu senyawa elektrolit bernilai
0,5 itu artinya 50% dari seluruh molekul-molekul dari senyawa elektrolit tersebut
akan berubah menjadi ion-ion, sedangkan 50%-nya lagi tidak berubah menjadi
tersebut dicapai. Akan ada kesamaan laju ke kanan dan laju ke kiri, sehingga
persamaan reaksi kesetimbangan dituliskan dalam bentuk dua arah tanda anak
terurai hanya sebagian saja. Jika senyawa yang hanya terurai sebagian ini
dilarutkan dalam air dan menghasilkan ion H+, larutan senyawa bersifat asam
lemah dilihat dari besarnya nilai pH (dibandingkan pH asam kuat) dan daya hantar
Jika senyawa yang hanya terurai sebagian dilarutkan dalam air dan
menghasilkan ion OH- larutan senyawa ini bersifat basa lemah dilihat dari
kecilnya nilai pH (dibandingkan pH basa kuat) dan daya hantar listrik yang
rendah. Larutan asam dapat bereaksi dengan beberapa logam menghasilkan gas
hidrogen dan garam dari logam bersangkutan. Ciri khas reaksi logam dengan
larutan asam adalah terbentuknya gelembung gas hidrogen yang mudah dilihat
secara kasat mata, larutan asam juga dapat dicirikan ketika bereaksi dengan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan asam formiat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlemeyer 100 mL, pipet
volume 50 mL, labu takar 100 mL, pipet tetes, plat tetes, buld, dan termometer
100o C.
sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut
dengan menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL
larutan asam formiat sisa dari percobaan tadi dengan menggunakan pipet volume
batas tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan
menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam
formiat sisa dari langkah (2) dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan
ke dalam labu takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok
sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet
tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam formiat sisa dari
takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata,
ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan
Setelah langkah di atas, uji pH larutan dari larutan yang disimpan pada plat
warna yang dihasilkan dari pencelupan tadi disesuaikan dengan kelompok warna
pH suatu larutan yang telah disediakan. Catat hasil percobaan pada tabel yang
telah di buat.
50 mL masukkan ke dalam labu takar 50 mL, ditambahkan air suling sampai batas
tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan
menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam
cuka sisa dari percobaan tadi dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan
ke dalam labu takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok
sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet
tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam cuka sisa dari
takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata,
ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan
simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam cuka sisa dari langkah (3)
lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil
beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan simpan pada
plat tetes.
Setelah langkah di atas, uji pH larutan dari larutan yang disimpan pada plat tetes
warna yang dihasilkan dari pencelupan tadi disesuaikan dengan kelompok warna
pH suatu larutan yang telah disediakan. Catat hasil percobaan pada tabel yang
telah di buat.
BAB IV
4.2 Reaksi
a. Asam Formiat
HCOOH + H2O CH3COO- + H+
b. Asam Asetat
CH3COOH + H2O CH3COO- + H3O+
4.3 Perhitungan
1. Pengenceran
2. Derajat Ionisasi
A. Asam Formiat α = [H+]/[M Asam Formiat III]
α = [H+]/[M Asam Formiat I] = 10-4/0,001
= 10-2/0,1
= 10-1
-1
= 10
α = [H+]/[M Asam Formiat IV]
= 10-5/0,0001
α = [H+]/[M Asam Formiat II]
= 10-1
= 10-3/0,01
= 10-1 α = [H+]/[M Asam Formiat V]
= 10-6/0,00001
= (10-2)2/0,1 = (10-2)2/0,1
= 10-3 = 10-3
= (10-3)2/0,01 = (10-3)2/0,01
= 10-4 = 10-4
= (10-4)2/0,001 = (10-4)2/0,001
= 10-5 = 10-5
= (10-5)2/0,0001 = (10-5)2/0,0001
= 10-6 = 10-6
= (10-6)2/0,00001 = (10-6)2/0,00001
= 10-7 = 10-7
4.3 Pembahasan
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan dilaboratorium yaitu pembuatan
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari
bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan
atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada
larutan tersebut semakin encer, atau pH nya semakin tinggi. Dengan demikian
perubahan suhu. Nilai Ka dari konsep teoritis ialah jika konsentrasi berubah maka
konsentrasi berubah harga Ka juga berubah. Nilai Ka akan semakin kecil jika
5.1 Kesimpulan
1. Semakin rendah konsentrasi suatu larutan asam lemah maka nilai pH akan
semakin tinggi.
2. Pengenceran suatu larutan asam lemah dapat mempengaruhi nilai pH, tetapan
larutan asam lemah, dan hal ini menyebabkan tingginya nilai pH larutan itu.
3. Larutan asam lemah yang telah diketahui nilai pH-nya. Maka dapat pula
5.2 Saran
mengerti mengenai prosedur kerja, agar saat praktikum semua dapat berjalan
Saran saya untuk asisten yaitu sebaiknya lebih tepat waktu memasuki
A. Asam formiat
HCOOH 0,1 M
HASIL
B. Asam cuka
CH3COOH 0,1 M