Anda di halaman 1dari 21

Laporan Hasil Praktikum

Kimia Dasar I

KESETIMBANGAN ASAM BASA

NUR ANNISA

H061 18 11023

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam evaluasi suatu reaksi yang merupakan dasar suatu titrasi, salah satu

aspek yang sangat penting ialah jauhnya reaksi itu berjalan menuju kesempurnaan

di dekat titik kesetaraan. Perhitungan stoikiometrik tidak memperhitungkan letak

kesetimbangan yang dituju oleh suatu reaksi kimia. Dalam stoikiometrik orang

menghitung rendemen hasil reaksi atau dikonsumsinya pereaksi dengan

pengandaian tersirat bahwa reaksi berjalan sempurna, sedangkan sebenarnya

lengkapnya reaksi itu terlaksana bila salah satu pereaksi mungkin harus sangat

berlebih, atau suatu hasil reaksi disingkirkan dari campuran. Umumnya karena

sifat dasarnya titrimetri menghingdari pemaksaan lengkapnya reaksi dangan

banyak-banyak pereaksi. Dan akan kita saksikan bahwa kelayakan suatu titrasi

bergantung (sekurangnya sebagian) pada letak kesetimbangan yang ditegakkan

bila kuantitas-kuantitas pereaksi yang setara dicampurkan. salah satu aspek yang

sangat pentig ialah jauhnya reaksi itu berjalan menuju kesempurnaan di dekat titk

kesetaraan

Kesetimbangan asam basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya

dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti pertanian, biologi, dan

kedokteran yang memanfaatkan kimia. Titrasi yang melibatkan asam dan basa

dipergunakan secara meluas dalam pengawasan analitis banyak produk dalam

perdagangan, dan disosiasi asam basa menunjukkan pengaruh yang penting

terhadap proses metabolik dalam sel hidup, maka dari itu dilakukanlah

percobaan berikut.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang

cara menentukan pH suatu larutan asam lemah dengan menggunakan kertas pH

Universal. Selain itu, dalam praktikum ini memberitahukan tentang pengaruh

proses pengenceran terhadap nilai pH, dan tetapan kesetimbangan ionisasi, dan

derajat ionisasi larutan asam lemah.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Menentukan pH suatu larutan asam lemah dengan menggunakan kertas pH

Universal, dan pH meter.

2. Menentukan pengaruh proses pengenceran terhadap nilai pH, dan tetapan

kesetimbangan ionisasi, dan derajat ionisasi larutan asam lemah.

3. Menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nila pH.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan pH suatu larutan asam lemah

dengan menggunakan kertas pH Universal yang terdiri dari larutan asam formiat

dan larutan asam cuka, serta pengaruh daripada pengenceran terhadap nilai pH

tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tahun 1887 Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan

bahwa apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi

partikel positif dan negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan

beberapa hal misalnya elektrolisis dan hantaran elektrolit. Sebelum W. Ostwald

dan Arrhenius menjelaskan penguraian elektrolit, orang telah berusaha untuk

mendefinisikan asam dan basa. Rasa masam dan pengaruh terhadap zat warna

tumbuh-tumbuhan merupakan sifat asam. Asam lemah atau basa lemah dalam

larutan tidak terurai sempurna menjadi ion. Jumlah persen molekul atau fraksi

molekul yang terurai menjadi ion disebut derajat ionisasi atau dinyatakan

dengan α (Chang, 2006).

2.1. Asam

Istilah asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti cuka. Di

alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah

jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Sifat Asam secara

umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan

menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern,

asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain

(yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu

basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk

membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)

dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Ciri-ciri asam yaitu
rasanya asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah,

mempunyai pH kurang dari 7, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan

elektrolit), dan bersifat korosif atau merusak bahan-bahan atau benda-

benda yang dikenainya (Mulyanti, 2015).

1. Teori Asam Arrhenius

Ahli kimia Swedia, Svante Arrhenius (1884) mendefinisikan asam sebagai

senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air.

Beberapa senyawa bukan asam akan menunjukkan sifat asam jika dilarutkan ke

dalam air. Salah satu contohnya adalah gas hidrogen klorida. Jika gas HCl

dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+) sehingga larutan HCl

yang terbentuk dikatakan bersifat asam (Chandra dan Cordowa, 2012).

2. Teori asam Bronstead-Lowry

Teori asam basa yang dikemukakan oleh Arrhenius dibatasi untuk larutan

dalam air. Ternyata ada banyak reaksi yang menunjukkan sifat reaksi asam

meskipun tidak dilarutkan dalam air atau bahkan tanpa pelarut sama sekali. Jadi,

dalam teori asam Bronstead-Lowry, asam adalah molekul atau ion yang

memberikan proton (donor proton) yaitu ion H+ (Hall, 2010).

3. Teori asam Lewis

Ahli kimia Amerika bernama Gilbert N. Lewis (1923) mengemukakan teori

asam basa yang lebih luas. Menurut lewis, asam adalah senyawa yang dapat

menerima pasangan elektron. Pada dasarnya, definisi asam yang dikemukakan

oleh Lewis sama dengan definisi Bronstead-Lowry karena suatu zat yang

memberikan proton dapat dipandang sebagai penerima pasangan elektron

(Chandra dan Cordowa, 2012).

2.2. Basa
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir,

asam asin dan manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu sifat

yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat

yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan

bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai

rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika

asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga

sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut

garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara

bersama-sama. Seperti yang dijelaskan bahwa asam mempunyai rasa asam,

sedangkan basa mempunyai rasa pahit (Chang, 2006).

Berikut adalah teori basa oleh beberapa ahli menurut (Kalsum, 2009) :

1. Teori Basa Arrhenius

Basa yang banyak digunakan adalah NaOH, Ca(OH)2, dan Mg(OH)2.

Menurut Arrhenius jika basa dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi

sebagai berikut :

NaOH (aq) Na+ (aq) + OH– (aq)

Ca(OH)2 (aq) Ca2+ (aq) + 2OH– (aq)

Mg(OH)2 (aq) Mg2+ (aq) + 2OH– (aq)

Setiap basa menghasilkan ion OH–, karena itu ion OH– merupakan

pembawa sifat basa. Ionisasi basa secara umum dapat ditulis:

L(OH)x (aq) L+ (aq) + xOH– (aq)

Basa dapat digolongkan berdasarkan jumlah ion OH– yang dilepaskannya

dan kekuatannya.Berdasarkan ion OH– yang dilepaskan pada reaksi ionisasi, basa
terdiri dari basa monohidroksi dan basa polihidroksi. Basa monohidroksi yaitu

basa yang melepaskan satu ion OH–, sedangkan basa polihidroksi yaitu basa yang

melepaskan ion OH– lebih dari satu.

2. Teori basa Bronstead-Lowry

Menurut Bronstead-Lowry, basa adalah senyawa yang dapat menerima ion

H+ atau dinamakan dengan ekseptor proton. Pemindahan proton dari satu partikel

ke partikel lainnya dinamakan protolisis. Proses protolisis antara molekul

dinamakan autoprotolisis.

3. Teori basa Lewis

Lewis mengemukakan teori baru tentang asam-basa sehingga partikel ion atau

molekul yang tidak mempunyai atom hidrogen atau proton dapat diklasifikasikan

ke dalam asam dan basa. Menurutnya, basa adalah senyawa yang melepaskan

pasangan elektron.

2.3. Derajat Keasaman (pH)

Ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingakt keasaman

atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Kaasaman adalah konsentrasi ion

hidrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu laarutan

dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai pH > 7 sifat basa, sedangkan

nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air

murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada

jumlah yang sama yaitu 10-7 pada kesetimbangan.Penambahan senyawa ion H+

terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan
diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan

meningkatka konsentrasinya.

pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14

menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang

digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya

tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus,

indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan

prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai

tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur

impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative

logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal

tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah

singkatan dari power of Hydrogen.

pH = -log[H+]

2.4 Derajat Ionisasi (α)

Ionisasi adalah proses mengubah sebuah atom atau molekul menjadi ion

dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau

ion. Proses ionisasi adalah proses terurainya suatu elektrolit menjadi partikel-

pertikel bermuatan listrik (ion). Ionisasi terjadi karena jumlah elektron partikel

yang dimiliki. Partikel dengan berpasangan (bahkan bernomor) elektronnya lebih

stabil dibandingkan dengan elektron tidak berpasangan, atom dengan kulit

elektron diisi lebih stabil debandingkan dengan kulit elektron yang hanya didisi

sebagian.
Terdapat sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit dapat

menghantarkan arus listrik. Teori ini dekemukakan oleh seorang ilmuan Swedia

bernama Svante August Arrhenius pada tahun 1887. Menurut Svante August

Arrhenius larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, dikarenakan dalam

larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion

inilah yang dapat menghantarkan arus listrik.

Derajat ionisasi merupakan persentase jumlah dari molekul-molekul

senyawa elektrolit yang berubah menjadi ion-ion, artinya ialah derajat ionisasi itu

menunjukkan jumlah dari molekul-molekul senyawa elektrolit yang berubah

menjadi ion-ion.Biasanya derajat ionisasi dilambangkan dengan (α) yang memiliki

rentang nilai 0 -1. Jika nilai derajat ionisasi suatu senyawa elektrolit bernilai 1, itu

artinya seluruh molekul-molekul dari senyawa elektrolit tersebut akan berubah

menjadi ion-ion, dan jika nilai derajat ionisasi suatu senyawa elektrolit bernilai

0,5 itu artinya 50% dari seluruh molekul-molekul dari senyawa elektrolit tersebut

akan berubah menjadi ion-ion, sedangkan 50%-nya lagi tidak berubah menjadi

ion-ion (Stewart, 2009).

2.5. Tetapan Kesetimbangan Asam Basa

Reaksi kesetimbangan menyiratkan adanya derajat ionisasi karena tidak

seluruh konsentrasi mula-mula yang ada diubah sampai kesetimbangan dinamis

tersebut dicapai. Akan ada kesamaan laju ke kanan dan laju ke kiri, sehingga

persamaan reaksi kesetimbangan dituliskan dalam bentuk dua arah tanda anak

panah. Dengan perkataan lain, dalam reaksi kesetimbangan konsentrasi yang

terurai hanya sebagian saja. Jika senyawa yang hanya terurai sebagian ini

dilarutkan dalam air dan menghasilkan ion H+, larutan senyawa bersifat asam
lemah dilihat dari besarnya nilai pH (dibandingkan pH asam kuat) dan daya hantar

listrik yang rendah.

Jika senyawa yang hanya terurai sebagian dilarutkan dalam air dan

menghasilkan ion OH- larutan senyawa ini bersifat basa lemah dilihat dari

kecilnya nilai pH (dibandingkan pH basa kuat) dan daya hantar listrik yang

rendah. Larutan asam dapat bereaksi dengan beberapa logam menghasilkan gas

hidrogen dan garam dari logam bersangkutan. Ciri khas reaksi logam dengan

larutan asam adalah terbentuknya gelembung gas hidrogen yang mudah dilihat

secara kasat mata, larutan asam juga dapat dicirikan ketika bereaksi dengan

senyawa yang mengandung ion karbonat (CO32-) seperti kalsium karbonat

(CaCO3) (Mulyanti, 2015).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan asam formiat

(CHOOH) 0,1 M, larutan asam cuka (CH3COOH) 0,1 M, aquadest (air

suling), kertas pH Universal, pH meter, dan tissu.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlemeyer 100 mL, pipet

volume 50 mL, labu takar 100 mL, pipet tetes, plat tetes, buld, dan termometer

100o C.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Larutan Asam Formiat (CHOOH)

Diambil 5 mL larutan asam formiat 0,1 M dengan menggunakan pipet

volume 50 mL masukkan ke dalam labu takar 50 mL, ditambahkan air suling

sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut

dengan menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL

larutan asam formiat sisa dari percobaan tadi dengan menggunakan pipet volume

50 mL masukkan ke dalam labu takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai

batas tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan

menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam

formiat sisa dari langkah (2) dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan

ke dalam labu takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok

sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet

tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam formiat sisa dari

langkah (3) dengan menggunakan pipet volume 50 mL masukkan ke dalam labu

takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata,
ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan

simpan pada plat tetes.

Setelah langkah di atas, uji pH larutan dari larutan yang disimpan pada plat

tetes dengan menggunakan kertas pH Universal. Dicelupkan ujung kertas tersebut,

warna yang dihasilkan dari pencelupan tadi disesuaikan dengan kelompok warna

pH suatu larutan yang telah disediakan. Catat hasil percobaan pada tabel yang

telah di buat.

3.3.2 Larutan Asam cuka (CH3COOH)

Diambil 5 mL larutan asam cuka 0,1 M dengan menggunakan pipet volume

50 mL masukkan ke dalam labu takar 50 mL, ditambahkan air suling sampai batas

tanda. Kocok sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan

menggunakan pipet tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam

cuka sisa dari percobaan tadi dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan

ke dalam labu takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok

sampai merata, ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet

tetes dan simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam cuka sisa dari

langkah (2) dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan ke dalam labu

takar 50 mL lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata,

ambil beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan

simpan pada plat tetes. Diambil 5 mL larutan asam cuka sisa dari langkah (3)

dengan menggunakan pipet volum 50 mL masukkan ke dalam labu takar 50 mL

lain, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil

beberapa tetes larutan tersebut dengan menggunakan pipet tetes dan simpan pada

plat tetes.
Setelah langkah di atas, uji pH larutan dari larutan yang disimpan pada plat tetes

dengan menggunakan kertas pH Universal. Dicelupkan ujung kertas tersebut,

warna yang dihasilkan dari pencelupan tadi disesuaikan dengan kelompok warna

pH suatu larutan yang telah disediakan. Catat hasil percobaan pada tabel yang

telah di buat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data hasil pengamatan

No. Nama Senyawa pH Suhu( ̊C )

1. Asam formiat 0,1 M 1 27o


2.
Asam formiat 0,01 M 3 27o
3. 3 27o
Asam formiat 0,001 M

4. Asam formiat 0,0001 M 4 27o

5. Asam formiat 0,00001 M 6 27o

6. Asam cuka 0,1 M 3 27o

7. Asam cuka 0,01 M 27o


4

8. Asam cuka 0,001 M 27o


5

9. Asam cuka 0,0001 M 27o


6

Asam cuka 0,00001 M 27o


10. 6

4.2 Reaksi
a. Asam Formiat
HCOOH + H2O CH3COO- + H+
b. Asam Asetat
CH3COOH + H2O CH3COO- + H3O+
4.3 Perhitungan
1. Pengenceran

A. Asam Formiat B. Asam Asetat


Pengenceran I Pengenceran I
M1 x V 1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 5 = M2 x 50 0,1 x 5 = M2 x 50
M2 = 0,01 M M2 = 0,01 M
Pengenceran II Pengenceran II
M1 x V 1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
0,01 x 5 = M2 x 50 0,01 x 5 = M2 x 50
M2 = 0,001 M M2 = 0,001 M
Pengenceran III Pengenceran III
M1 x V 1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
0,001 x 5 = M2 x 50 0,001 x 5 = M2 x 50
M2 = 0,0001 M M2 = 0,0001 M
Pengenceran IV Pengenceran IV
M1 x V 1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
0,0001 x 5 = M2 x 50 0,0001 x 5 = M2 x 50
M2 = 0,00001 m M2 = 0,00001 m

2. Derajat Ionisasi
A. Asam Formiat α = [H+]/[M Asam Formiat III]
α = [H+]/[M Asam Formiat I] = 10-4/0,001
= 10-2/0,1
= 10-1
-1
= 10
α = [H+]/[M Asam Formiat IV]
= 10-5/0,0001
α = [H+]/[M Asam Formiat II]
= 10-1
= 10-3/0,01
= 10-1 α = [H+]/[M Asam Formiat V]
= 10-6/0,00001

B. Asam Asetat = 10-1


α = [H+]/[M Asam Asetat I]
= 10-2/0,1 α = [H+]/[M Asam Asetat III]
= 10-4/0,001
= 10-1 = 10-1
α = [H+]/[M Asam Asetat IV]
= 10-5/0,0001
α = [H+]/[M Asam Asetat II]
= 10-1
= 10-3/0,01 α = [H+]/[M Asam Asetat V]
= 10-1 = 10-6/0,00001
= 10-1
3. Tetapan Kesetimbangan
A. Asam Formiat B. Asam Asetat

Ka = [H+]2/[Asam Formiat I] Ka = [H+]2/[Asam Asetat I]

= (10-2)2/0,1 = (10-2)2/0,1

= 10-3 = 10-3

Ka = [H+]2/[Asam Formiat II] Ka = [H+]2/[Asam Asetat II]

= (10-3)2/0,01 = (10-3)2/0,01

= 10-4 = 10-4

Ka = [H+]2/[Asam Formiat III] Ka = [H+]2/[Asam Asetat III]

= (10-4)2/0,001 = (10-4)2/0,001

= 10-5 = 10-5

Ka = [H+]2/[Asam Formiat IV] Ka = [H+]2/[Asam Asetat IV]

= (10-5)2/0,0001 = (10-5)2/0,0001

= 10-6 = 10-6

Ka = [H+]2/[Asam Formiat V] Ka = [H+]2/[Asam Asetat V]

= (10-6)2/0,00001 = (10-6)2/0,00001

= 10-7 = 10-7
4.3 Pembahasan
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan dilaboratorium yaitu pembuatan

larutan dan pengenceran.Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu

dilakukan di dalam laboratorium. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi

suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan

penggunaannya. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau

lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang

komposisinya dapat berpariasi.Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan.

Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari

bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan

atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada

tujuan penggunaannya. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat

(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume

akhir yang lebih besar.

Pada percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa pengenceran asam

lemah larutannya semakin bersifat netral atau semakin mendekati pH 7 artinya

larutan tersebut semakin encer, atau pH nya semakin tinggi. Dengan demikian

terjadi perbedaan pH karena disebabkan perbedaan konsentrasi. Pengenceran

terhadap asam menghasilkan kesetimbangan asam demikian pula pada senyawa

basa akan menghasilkan kesetimbangan basa. Pengenceran dilakukan berbeda-

beda, hal ini menjelaskan bahwa pengenceran dapat menyebabkan terjadinya

perubahan suhu. Nilai Ka dari konsep teoritis ialah jika konsentrasi berubah maka

harga Ka tetap, namun yang terjadi pada pengamatan ialah kebalikannya,

konsentrasi berubah harga Ka juga berubah. Nilai Ka akan semakin kecil jika

larutan semakin diencerkan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin rendah konsentrasi suatu larutan asam lemah maka nilai pH akan

semakin tinggi.

2. Pengenceran suatu larutan asam lemah dapat mempengaruhi nilai pH, tetapan

kesetimbangan ionisasi, dan derajat ionisasi. Semakin banyak jumlah

pengenceran yang diberikan maka semakin rendah harga konsentrasi suatu

larutan asam lemah, dan hal ini menyebabkan tingginya nilai pH larutan itu.

3. Larutan asam lemah yang telah diketahui nilai pH-nya. Maka dapat pula

dicari nilai derajat ionisasi larutan itu.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Percobaan

Sebaiknya sebelum melakukan percobaan praktikan sudah memahami dan

mengerti mengenai prosedur kerja, agar saat praktikum semua dapat berjalan

lancar dan dimudahkan.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya sarana dan prasarana di laboratorium dilengkapi untuk

memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum.

5.2.3 Saran Untuk Asisten

Saran saya untuk asisten yaitu sebaiknya lebih tepat waktu memasuki

ruang praktikum agar percobaan lebih cepat di mulai.


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, A, C dan Cordowa, H, 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self


Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control.Jurnal Teknik
Pomits.1(1),1-6.
Chang. R., 2006, KIMIA DASAR JILID 2, Jakarta : Erlangga.
Hall.F. M., 2010, The Theory Of Acids And Bases 1.SC.Wollongong University
College, N.S. W.,Australia.

Hurley. C. N.,dan Masterton.W. L., 2009, Chemistry, Principles and


Reactions,Sixth Edition, Books/Cole, Cengage Learning.

Mulyanti.S.,2015, Kimia Dasar jilid 1,Bandung:Alfabeta.

Ngafifuddin. M., Sunarno dan Susilo ,2017, Penerapan Rancang Bangun pH


Meter Berbasis Arduino Pada Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X,
Jurnal Sains Dasar, 6(1), 66-67.

Stewart, P., 2009, Stewart’s Textbook of Acid–Base, Kidney International.


Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Asam formiat
HCOOH 0,1 M

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml tambahakan air suling

sampai batas tanda. Dikocok sampai merata.

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

Dilakukan dengan hal yang sama sebanyak 5 kali dengan

mengambil sampel dari larutan sebelumya.

HASIL

B. Asam cuka

CH3COOH 0,1 M

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml tambahakan air suling

sampai batas tanda. Dikocok sampai merata.

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

 Diambil 10 ml dimasukkan ke erlenmeyer ukur pH

Dilakukan dengan hal yang sama sebanyak 5 kali dengan

mengambil sampel dari larutan sebelumya.


HASIL

Anda mungkin juga menyukai