Anda di halaman 1dari 5

Tanda-Tanda Jodoh: sebuah Notifikasi bisa Jadi adalah Kode Awal

yang Diberikan Allah, ini bukti nyatanya!

Apakah kamu sedang bimbang dengan siapa sebenarnya jodohmu?

Ada seseorang yang seolah-olah dimudahkan mendekat denganmu?

Atau malah seseorang yang sebelumnya kamu yakini jodohmu justru menjauh?

Memang begitulah jodoh, kadang seolah serasa dekat tapi tak dapat-dapat,
kadang ada yang tak terduga yang tiba-tiba datang malah bersanding akhirnya.

Saya akan berbagi kisah nyata tentang perjalanan pencarian jodoh seseorang
yang membuktikan bahwa jodoh itu memang tidak kemana, namun tetap harus
ada usaha untuknya.

Mari kita mulai kisah ini, kisah nyata yang menceritakan tentang perjalanan Mas
Rojul menemukan belahan cintanya Mbak Nisa.

Kisah ini akan menjadi beberapa part karena cukup panjang jika jadi satu part
saja.

Pada akhirnya semua yang menentukan adalah niat.

Saya adalah rojul, laki-laki, umur 26 tahun lebih namun tidak banyak, masih
layak disebut 26 tahun.

Saat ini saya sudah membangun keluarga kecil bersama istri tercinta, Nisa dan
alhamdulillah kami baru saja dikaruniai jagoan kecil calon ulama, Hadid.

Segitu dulu perkenalan singkatnya, seiring dengan tulisan ini saya akan
memperkenalkan hal lain dari kami.

Apakah saat ini kamu sedang mencari belahan jiwamu?


Atau sedang bingung karena begitu banyak “calon” yang seolah semuanya mau
menjadi belahan jiwamu?

Atau malah sama sekali tidak ada?

Tidak perlu risau, saya juga pernah mengalaminya dulu.

Saya pernah mengalami fase dimana ada beberapa pilihan yang seolah semua
sebanding dan sulit memilihnya.

Lalu saya juga pernah mengalami fase dimana semua seolah menjadi tidak
relevan dan tidak mungkin dia jodohku, entah karena prinsip, restu, maupun hal
lain.

Kamu yang sedang mengalami fase-fase itu, coba tanyakan kembali kepada
dirimu apakah kamu sudah benar-benar berniat menikah?

Ataukah niatmu hanya setengah-setengah?

Apakah jika ada seseorang yang mau menjadi pasanganmu di pelaminan saat ini
juga, kamu siap mengiyakan dengan segala konsekuensiny?

Jika jawabannya belum, rasanya pencarianmu juga belum akan menemukan


tujuannya.

Percayalah, bahwa niat itu yang akan membimbing kita dari alam bawah sadar.

Percayalah, Allah akan mempermudah jalan bagi orang yang benar-benar sudah
berniat untuk menikah.

Saya berani bilang begini karena saya pernah mengalaminya dan pengalaman
teman-teman maupun para senior saya juga begitu.

Saat fase dimana seolah sudah tidak ada lagi seseorang yang “dijagakne” untuk
menjadi calon istri, saya merenungkan lagi niat.
Apakah benar saya akan menikah saat seseorang menjawab lamaran saya
dengan kata “iya”.

I asked and she said yes.

Saat itu jawaban saya adalah belum, dalam hati saya masih banyak hal yang
mendahului sebelum kata menikah itu.

Saya masih berpikir, “ya setahun lagi, masa ketemu terus mau nikah”.

Kemudian pertanyaan menggelitik muncul dalam pikiran saya.

“hey, terus selama setahun kalian mau ngapain guys? Pacaran? Itu dosa jol,
rojul.”

Setelah itu saya tersadar bahwa ternyata alasan mengapa selama berbulan-
bulan bahkan tahun setelah saya “berniat menikah” belum juga dipertemukan
dengan si dia adalah “berniat menikah” saya belum benar-benar “berniat
menikah”.

Akhirnya saya memutuskan untuk benar-benar berniat menikah.

Ajaibnya, setelah saya bersungguh-sungguh niat ingin menikah, “urusan-


urusan” yang sebelumnya ada dalam daftar prioritas sebelum menikah secara
bertahap tercapai.

Dan yang paling mempesona, si dia tiba-tiba muncul dari langit.

Iya, mbak Nisa tiba-tiba didatangkan Allah dari langit.

Yang benar dari langit? Itu kiasan saja.

Mbak Nisa datang dari langit. Mempesona!

Hati terkadang bergerak begitu saja karena Sang Penciptanya.


Dan saya yakin yang menggerakkan mbak Nisa mengklik tanda jempol dalam
postingan foto FB saya adalah Allah.
Ya, benar sekali.
Awal perjumpaan (hati) kami adalah sebuah notifikasi dalam facebook.
Saat itu adalah masa liburan hari raya idul fitri.
Saya sedang cuti kerja dan berada di kampung halaman.
Sekitar jam 10 pagi, muncul notifikasi facebook.
“mbak Nisa menyukai foto Anda” kurang lebih begitu notifikasinya.
Awalnya saya terkejut, karena selama ini mbak Nisa mondok di luar kota dan
tidak pernah pegang handphone.
Sejurus setelah notifikasi itu, saya mengirimkan ucapan selamat hari raya ke dia
melalui inbox.
Saya tidak terlalu berharap awalnya.
Karena saya tahu bahwa dia paling hanya akan menjawab sekadarnya ala-ala
gaya santri pondok.
Benar saja, dia menjawab ucapan saya dengan singkat padat dan jelas.
Setelah itu saya tidak banyak berharap berkomunikasi dengan mbak Nisa
(sekarang sudah istriku – sekadar mengingatkan).
Namun, setelah beberapa lama tiba-tiba muncul notifikasi pesan dari dia.
“wow, dia bertanya balik” kurang lebih itu yang ada dalam pikiranku.
Kemudian obrolan menjadi cair dan mengalir sebagaimana obrolan teman.
“saya kembali ke pondok besok pagi mas, sebelum subuh”.
Kalimat ini tiba-tiba membuat saya meningkatkan adrenalin.
Entah faktor apa yang berpengaruh, saya langsung berpikir untuk menemuinya
di stasiun besok pagi.
Semua faktor kesulitan saya kesampingkan saat itu.
Yang jelas saya harus ke stasiun besok pagi sebelum subuh.
Fakta bahwa saya harus sampai di stasiun dini hari dengan menempuh jarak
kurang lebih 80 km terabaikan dan bukan menjadi masalah.

Ketika hatimu sudah berkata iya, maka usahakanlah.

Saat itu saya heran dengan keputusan yang saya ambil. Bahkan sampai hari ini.
Semua mengalir begitu saja.
Membeli jam beker untuk alibi.
Meminta izin kepada orang tua.
Meminta bantuan teman untuk menginap di kosnya.
Semua terjadi begitu saja.
Semua mudah saja.

Anda mungkin juga menyukai