PERCOBAAN 2
Disusun oleh:
NPM : 10060317064
Shift/Kel : C/2
BANDUNG
2019 M/1440 H
PERCOBAAN 2
I. Tujuan Percobaan
1. Mengkalibrasi termometer dengan cara panas
2. Memurnikan asam benzoat dengan cara rekristalisasi
3. Memurnikan kamfer dengan cara sublimasi
4. Uji kemurnian dengan cara uji titik leleh
3.3.2 Sublimasi
Sublimasi dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang dapat
menyublim dari campurannya yang tidak menyublim. Proses dimana molekul-
molekul langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap disebut peyubliman
(sublimation), dan proses kebalikannya (yaitu, dari uap langsung menjadi padat)
disebut penghabluran (deposition). Naftalena (zat yang digunakan untuk
membuat kamper) mempunyai tekanan uap yang cukup tinggi untuk suatu
padatan (1 mmhg 530C); jadi uapnya yang tajam dengan cepat menyebar dalam
ruangan tertutup. Secara umum, karena molekul-molekul terikat lebih kuat dalam
padatan, tekanan uap padatan jauh lebih kecil dari pada tekanan uap cairnya
(Chang, 2007).
V. Prosedur Percobaan
5.1 Kalibrasi Termometer
Tabung reaksi diisi dengan 10 mL aquadest, kemudian batu didih
dimasukkan. Tabung diklem tegak lurus lalu dipanaskan perlahan sampai
mendidih. Termometer diposisikan pada uap di atas permukaan air yang
mendidih tersebut. Untuk memeriksa titik didih yang sebenarnya dari air, harus
diperiksa tekanan barometer.
6.3 Sublimasi
Adapun hasil pengamatan sublimasi kamfer sebagai berikut:
Berat awal = 1,01 gram
Berat kaca arloji kosong = 35,98 gram
Berat kaca arloji + kamfer = 36,86 gram
Berat kristal = (berat kaca arloji + sampel) – (berat kaca arloji kosong)
= 36,86 gram – 35,98 gram = 0,88 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 0,88 𝑔𝑟𝑎𝑚
% rendemen = 𝑥 100% = x 100 % = 87,13%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 1,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
VII. Pembahasan
7.1 Kalibrasi Termometer
Kalibrasi termometer dilakukan supaya termometer yang akan digunakan
dapat dan layak dipakai sehingga pengukuran temperatur mendapatkan hasil yang
sesuai. Sebab, apabila tidak dilakukan kalibrasi, kita tidak akan tahu apakah
besaran suhu yang kita dapat itu akurat atau tidak, apalagi jika nilai suhu pada
trayek termometer menjadi faktor penting untuk percobaan yang selanjutnya,
misalnya mengukur titik didih senyawa pada destilasi sederhana dan bertingkat.
Adapun dalam pengkalibrasian termometer ada 2 cara, yaitu cara dingin
dan cara panas. Cara dingin dilakukan dengan cara mencelupkan termometer pada
campuran air-es yang diaduk homogen, adapun tujuan dari penambahan es untuk
menurunkan suhu mendekati suhu es tersebut. Seperti yang telah diketahui es
merupakan air yang berubah dari fasa cair ke fasa padat akibat penurunan suhu.
Es disini merupakan H2O padat sehingga titik bekunya 0˚C sesuai dengan trayek
suhu yang digunakan menggunakan skala celcius. Penambahan air dilakukan
karena dengan kondisi tersebut, mencelupkan termometer dapat dengan mudah
dilakukan dibandingkan dengan memasukkan termometer ke es padat.
Pengadukan bertujuan supaya suhu campuran homogen yaitu 0˚C. Setelah bagian
sensor termometer tercelup dan suhu tidak turun lagi selama 10-15 detik
didapatkan trayek suhu.
Sedangkan cara panas dilakukan dengan cara mengisi air sebanyak 10 mL
ke dalam tabung reaksi besar dan batu didih dimasukkan. Adapun batu didih
berperan dalam mempercepat pemanasan, sebab batu didih biasanya mudah
menyerap panas secara langsung dari bawah wadah yang dipanaskan sehingga
panas yang diserap diharapkan dapat menyebar ke seluruh wadah dan
mempercepat pemanasan/reaksi. Kemudian tabung diklem tegak lurus, karena
posisi tegak lurus akan membuat uap air bergerak lurus pula. Setelah itu tabung
dipanaskan dan termometer diposisikan diatas uap pada permukaan air mendidih
tersebut. Untuk menentukan titik didih air yang sebenarnya, wajib diketahui
tekanan barometer. Barometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan. Titik didih air akan terjadi saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan
tekanan luar, sehingga tempat dilakukannya pemanasan air/tekanan suatu tempat
yang diukur dengan barometer sangat berpengaruh pada nilai titik didih (Wahyu,
2018). Pada percobaan ini skala pada termometer hanya mencapai suhu 88˚C.
Untuk dapat dikatakan termometer layak pakai atau tidak trayek skala seharusnya
menunjukkan angka kurang dari 3˚C.
Supaya termometer tidak menunjukkan hasil yang salah saat dikalibrasi,
maka diperlukan perawatan khusus. Misalnya dengan: memerhatikan permukaan
kaca termometer. Setelah dipakai, kaca dibersihkan dari kotoran atau endapan
yang mungkin menempel dengan kain, termometer disimpan setelah dipakai
dalam wadah penyimpanannya. Sebelum disimpan, sebaiknya termometer
didinginkan terlebih dahulu. Termometer diperiksa secara berkala, jangan sampai
terjadi anomali atau kerusakan pada termometer tersebut.
Adapun terjadi kesalahan dalam pengkalibrasian dapat mempengaruhi
pembacaan skala yang digunakan. Misalnya, perlakuan termometer yang salah
yaitu pada percobaan ini termometer terendam, seharusnya ujung termometer
harus diposisikan diatas uap permukaan air.
7.2 Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air
Pada percobaan kristalisasi bertujuan untuk memurnikan asam benzoat
kotor. Asam benzoat merupakan bahan kimia yang digunakan untuk pengawet,
bentuk garam dari asam benzoat adalah natrium benzoat (Wati & Guntarti, 2012).
Dimana untuk mendapat asam benzoat yang tidak terkontaminasi atau murni
maka harus dilakukan proses kristalisasi. Selain dengan proses kristalisasi asam
benzoat dapat dimurnikan dengan uji titik leleh, penyaringan, dekantansi,
absorpsi, dan ekstraksi. Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat
dimurnikan dengan cara rekristalisasi dari air, karena asam benzoat larut dengan
baik dalam air panas namun sukar dalam air dingin. Penghindaran penggunaan
pelarut organik untuk rekristalisasi membuat percobaan ini aman dan ekonomis.
Pelarut lainnya yang memungkinkan diantaranya meliputi asam asetat, benzena,
eter petrolium, dan campuran etanol dan air. Ada beberapa syarat agar suatu
pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan
daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor,
tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari
kristalnya. Air digunakan sebagai pelarut asam benzoat karena titik didih air lebih
rendah dari pada titik leleh asam benzoat yang sebesar 249 ˚C. Sesuai dengan
persyaratan sebagai pelarut yang sesuai yaitu titik didih pelarut harus rendah
untuk mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk (Wati & Guntarti,
2012).
Hal yang pertama dilakukan adalah menimbang asam benzoat. Setelah 2
gram asam benzoat kotor dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL, air panas
ditambahkan sedikit demi sedikit sampai asam benzoat tepat larut, bertujuan untuk
memecah struktur kristal asam benzoat. Kemudian campuran dididihkan di atas
kasa asbes dengan pembakar Bunsen dan ditambahkan 0,25 gram karbon,
penambahan karbon bertujuan untuk menyerap warna dari asam benzoat sehingga
akan berubah menjadi lebih putih. Karbon aktif merupakan senyawa karbon
amorph, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dan berhubungan
dengan struktur internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai
adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-
pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu, 25 - 100 %
terhadap berat karbon aktif (Arsad & Hamdi, 2010). Setelah dididihkan kemudian
disaring dengan kertas saring yang ukurannya sesuai dengan corong kaca agar
semua campuran tersaring. Setelah dituangkan dalam erlenmeyer kemudian
dibiarkan mendingin pada suhu kamar, sebaiknya sebelum dituang ke dalam
erlenmeyer, erlenmeyer harus di gores permukaan bagian dalamnya agar menjadi
tempat pelekatan bagi kristal asam benzoat. Terdapat 2 tahap kristalisasi larutan,
yaitu nukleasi/nucleation (pembentukkan inti kristal) dan pertumbuhan
kristal/crystal growth. Apabila belum terbentuk kristal, dapat direndam dalam air
es. Apabila masih belum terbentuk kristal, ini menandakan larutan kurang jenuh
maka pelarut harus diuapkan sebagian. Jika kristal sudah terbentuk maka
digunakan corong Buchner dan suction, alat ini memiliki keuntungan untuk
menyerap pelarut lebih cepat dibandingkan dengan hanya memanfaatkan gaya
gravitasi saja. Selanjutnya kristal dalam corong Buchner dicuci dengan sedikit
pelarut dan ditekan dengan spatula untuk mempercepat penghilangan pelarut (air).
Setelah itu, kristal ditebarkan pada kertas saring lebar dan ditekan untuk
menghilangkan sisa pelarut. Setelah ditimbang pada percobaan didapat berat
kristal sebesar 2 gram. Rendemen yang didapat sebesar 88,89%. Nilai ini
menunjukkan bahwa terdapat zat pengotor sebesar 100%-88,89%= 11,11%.
Adapun zat pengotor dapat berasal dari pelarut yang digunakan untuk membuat
asam benzoat. Pada skala industri, Asam benzoat diproduksi secara komersial
dengan oksidasi parsial toluena dengan oksigen. Proses ini dikatalisis oleh kobalt
ataupun mangan naftenat. Selain secara industri, asam benzoat dapat dibuat
dengan cara hidrolisis, dari benzaldehida, dari bromobenzena, dan dari benzil
alkohol (Perrin, 1988).
7.3 Sublimasi
Pada percobaan ini bertujuan untuk memurnikan kamfer dengan cara
sublimasi. Adapun prinsip pada percobaan ini yaitu pemurnian zat padat dengan
cara merubah langsung menjadi fasa gasnya tanpa melalui fasa cair dan kemudian
terkondensasi menjadi padatan kembali. Ini bisa terjadi apabila tekanan udara
pada zat tersebut terlalu rendah untuk mencegah molekul-molekul ini melepaskan
diri dari wujud padat. Sublimasi juga dapat diartikan sebagai metode pemisahan
campuran yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu zat yang dapat
menyublim(perubahan wujud padat ke gas), sedangkan zat lainnya tidak dapat
menyublim. Misalnya, kamfer, kamfer diproduksi dari geranyl pyrophosphate,
melalui siklisasi linaloyl pyrophosphate menjadi bornyl pyrophosphate, diikuti
oleh hidrolisis menjadi borneol dan oksidasi menjadi kamfer (Mann et al, 1994).
Kamfer berguna untuk bahan baku plastik, pencegah hama dan pengawet (Ghosh,
2000).
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan yaitu menimbang 1 gram
kamfer kotor. Pada penimbangan didapat kamfer sebesar 1,01 gram. Kemudian
kamfer dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu ditutup dengan kaca arloji dan
diletakkan es diatasnya. Es berperan untuk mendinginkan kamfer yang menguap
dan kemudian terkondensasi menjadi kristal yang menempel pada bagian bawah
kaca arloji. Setelah itu dipanaskan di atas kasa asbes, kasa asbes berperan untuk
menghantarkan panas dari pemanas Bunsen. Kemudian setelah semua kamfer
terkondensasi. Kristal ditimbang. Ada 2 cara untuk mendapat nilai bobot kristal,
yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan
menggerus kristal yang menempel pada kaca arloji kemudian ditimbang, namun
hasil ini dapat tidak akurat sebab dikhawatirkan masih ada kristal yang menempel
pada kaca arloji. Cara tidak langsung dengan cara menimbang wadah terlebih
dahulu, baik cawan porselen maupun kaca arloji. Pada percobaan ini,
penimbangan dilakukan dengan cara tidak langsung melalui penimbangan kaca
arloji bobot akhir campuran dikurang dengan bobot kaca arloji kosong didapat
bobot kristal yaitu 0,88 gram. Maka rendemen yang didapat sebesar 87,13%.
Maka terdapat zat pengotor sebesar 100%-87,13% = 12,87% yang dapat berasal
dari proses pembuatan kamfer maupun dari kontaminasi zat selama penyimpanan.
7.4 Uji Titik Leleh
Penentuan titik leleh dapat dikategorikan metode yang baik untuk
mengetahui kemurnian dari suatu sampel. Suatu senyawa murni biasanya
memiliki trayek titik leleh yang sempit yaitu kurang dari 2˚C (Tim Kimia
Organik, 2019). Zat pengotor dalam sampel akan mempengaruhi titik leleh
dengan cara menurunkan suhu titik leleh atau melebarkan trayek titik leleh
menjadi > 3˚C. Sehingga untuk menentukan apakah senyawa tersebut murni atau
tidak maka dibandingkan dengan titik leleh senyawa murninya.
Percobaan dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam pipa kapiler
hingga tingginya 0,5 cm agar mudah teramati karena menggunakan alat yang
bernama melting block, dimana dalam melting block ini terdapat celah dengan
diameter yang kecil sehingga apabila sampel terlalu banyak akan sulit diamati.
Kemudian pipa kapiler dan termometer dimasukkan ke dalam melting block.
Melting block merupakan alat untuk titik leleh 25-400˚C. Lalu melting block
dipanaskan.
Pada pengukuran titik leleh asam benzoat didapat suhu pada tetes pertama
yaitu 59˚C dan meleleh keseluruhan pada suhu 120˚C ini berarti rentang titik
lelehnya lebih dari 3˚C menandakan sampel tidak murni. Namun, sampel yang
dipakai merupakan hasil rekristalisasi yang telah dimurnikan seharusnya sampel
sudah dalam keadaan murni, sehingga terdapat faktor kesalahan dalam percobaan,
misalnya pengamatan suhu saat tetes pertama tidak akurat karena menurut
literatur (Harris, 2010) titik leleh asam benzoat sebesar 249 °C.
Pada pengukuran titik leleh kamfer didapat suhu pada tetes pertama yaitu
46˚C dan meleleh keseluruhan pada suhu 76˚C ini menandakan bahwa rentang
titik lelehnya lebih dari 3˚C menandakan sampel tidak murni. Namun, sampel
yang digunakan merupakan hasil dari sublimasi yang telah dimurnikan seharusnya
sampel sudah dalam keadaan murni. Menurut literatur (Harris, 2010) titik leleh
kamfer sebesar 175˚C.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah :
1. Termometer yang dikalibrasi tidak layak digunakan
2. Rendemen asam benzoat yang dikristalisasi didapat sebesar 88,89%
3. Rendemen kamfer yang disublimasi didapat sebesar 87,13%
4. Titik leleh asam benzoat adalah 59˚C dengan rentang titik leleh 59˚C-
120˚C. Titik leleh kamfer adalah 46˚C dengan rentang titik leleh 46˚C-
76˚C.