1
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 253
kedalam organisasi mereka.2 Indvidu-individu yang telah disaring secara teliti
berdasarkan spesifikasi pekerjaan yang telah dibuat kemungkinan besar akan lebih
siap mempelajari pekerjaan mereka, menjadi penghasil yang lebih baik, dan menjadi
lebih bagus dalam penyesuaian terhadap situasi pekerjaan mereka dibandingkan
orang-orang yang diangkat melalui jalur informal. Hasil seleksi yang cermat bakal
bermanfaat baik bagi individu maupun organisasi.
Proses seleksi melibatkan proses menduga yang temaik (best-quess) dari
penentuan bahwa seseorang kemungkinan besar dapat melaksanakan suatu pekerjaan
dan akan sukses pada pekerjaan tarsebut. Tidak ada cara yang bebas dari kegagalan
dalam menentukan orang terbaik untuk mengisi setiap posisi. Beberapa taktor
subyektif terlibat dalam, proses saleksi karena tidak ada tes atau pengukuran yang
sempuma terhadap pelamar-pelamar guna menentukan mana pelamar terbaik untuk
setiap posisi yang Iowong. Proses seleksi, barangkali merupakan jantung program
sumber daya manusia organisasi. Jika proses seleksi dilaksanakan secara baik, maka
karyawan akan mampu menyadari tujuan karir pribadi mereka. Sedangkan organisasi
menimba manfaat dari karyawan yang produktif dan puas.
Proses seleksi mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi sumber
daya manusia lainnya. Sebagai contoh, apabila proses seleksi hanya menyediakan
bagi perusahaan tenaga-tenaga yang memenuhi syarat dengan jumlah terbatas,
organisasi mungkin harus mengadakan progam pelatihan yang ekstensif. Jika paket
kompensasi Iebih rendah dibandngkan yang ditawarkan oleh perusahaan lain dalam
kompetisi, memikat para pelamar yang barkualitas terbaik mungkin sum atau
mustahil.3
Tujuan proses seleksi adalah mencocokkan secara benar orang-orang dengan
pekerjaan-pekerjaan. Jika individu-individu overqualified, underqualified, atau karena
beberapa sebab tidak “sesuai” dengan pekerjaan maupun organisasi, mereka
2
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 254
3
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 254
kemungkinan akan hengkang dari perusahaan. Walaupun beberapa pemutaran
karyawan mungkin positif bagi organisasi, perputaran dapat menjadi sangat mahal.
Tingkat perputaran yang tinggi akan membuat perusahaan mustahil mencapai kinerja
yang unggul. Sebagai contohnya, penelitian dan pengembangan produk bakal tertunda,
pabrikasi kehilangan efusiensinya, dan penetrasi pasar tersendat-sendat. Hal-hal
seperti inilah yang merupakan konsekuensi tersembunyi dari perputaran karyawan,
bukan hanya biaya-biaya rekrutmen, relokasi, dan pelatihan yang dapat dilihat yang
merupakan biaya-biaya pokok. 4
4
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 255
perusahaan agar secara sistematis mengevaluasi efektivitas prosedur-prosedur
seleksinya dalam rangka memastikan bahwa perusahaan tidak melakukan
praktik-praktik yang diskriminatif.
❖ Sasaran-sasaran Seleksi
Efisiensi seleksi menentukan siapa yang akan bergabung dengan organisasi.
Orang-orang yang baru diangkat kerap menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama
organisasi, dan mereka menjadi sumber daya organisasi akan tergantung pada kinerja,
keluwesan seiring perjalanan waktu, inovasi dan calon-calon untuk
penugasan-penugasan kerja lebih lanjut selama karir-karir mereka. Aktivitas-aktivitas
seleksi dapat memakan biaya-biaya sangat besar apabila diterapkan untuk menyeleksi
sejumlah besar pelamar.5 Sungguhpun begitu, karena karyawan-karyawan tersebut
mempengaruhi hasil-hasil organisasional selama bertahun-tahun, upaya yang sesekali
untuk menyeleksi secara hati-hati tersebut dapat membuahkan kembalian investasi
yang sangat tinggi.
Ekuitas Aktivitas-aktivitas seleksi adalah sinyal-sinyal paling kentara dan paling
penting tentang komitmen organisasi terhadap keadilan dan kepatuhan legal.
Aktivitas-aktivitas seleksi kerapa merupakan aktivitas pertama para pelamar dengan
organisasi, dan mereka memakai aktivitas-aktivitas seleksi sebagai sinyal-sinyal
tentang atribut-atribut organisasional.6
5
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 255
6
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1997), hlm 256
BERBAGAI JENIS METODE SELEKSI
Ada berbagai macam jenis seleksi Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang
terbatas, dan mempunyai tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat
diuraikan sebagai berikut:
Selain harus feasible penggunaan tes juga harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu
merupakan langkah pertama atau terakhir dalam proses seleksi. Akhirnya, tes
penerimaan hanya merupakan suatu teknis di antara berbagai teknik yang digunakan
dalam proses seleksi, karena tes hanya dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang
bisa diuji secara mudah.
Berdasarkan tahapan dalam penerimaan calon pegawai, proses seleksi dimulai
dari penerimaan lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut.
Langkah-langkah antara proses dimulai dan diakhiri merupakan usaha pengkaitan
antara kepentingan calon pegawai dan kepentingan organisasi.
Beberapa kualifikasi berikut ini menjadi dasar dalam proses seleksi, yaitu Keahlian,
Pengalaman, Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Kondisi fisik, Tampang, Bakat,
Temperamen, dan Karakter.
Ada beberapa cara seleksi dalam mengadakan pemilihan tersebut menurut
Drs.Manullang yaitu sebagai berikut.
a. Seleksi ilmiah,
b. Seleksi non ilmiah.
2. Penyelenggara ujian
Berbagai ujian diselenggarakan untuk memperoleh informasi yang obyektif
dan dengan tingkat akurasi yang tinggi tentang cocok tidaknya pelamardengan
jabatan yang akan dipercayakan kepadanya.
Ada 3 jenis tes yaitu :
Tes psikologi
Tes yang menguji pengetahuan pelamar
Tes pelaksanaan pekerjaan
3. Wawancara
Sebagai alat seleksi yang cukup penting. Karena dipandang sebagai langkah
penting, penggunaannya pun paling sering dan luas. Pada dasarnya wawancara
dilaksanakan dalam bentuk tatap muka antara seorang pewancara dalam
pelamar, ataupun perkelompok dengan mengadakan dialog dengan pelamar.
5. Evaluasi medis
Dimaksudkan untuk menjamin bahwa pelamar berada dalam kondisi fisik
yang sehat. Pertama pelamar harus melampirkan surat keterangan dari dokter.
Karena surat keterangan demikian bersifat umum, maka organisasi menempuh
cara kedua, melakukan sendiri evaluasi medis dengan mengharuskan pelamar
menjalani tes kesehatan menyeluruh di tempat pemeriksaan yang sudah
ditunjuk oleh organisai.
7. Keputusan seleksi
Langah terakhir dalam proses seleksi ialah pengambilan keputusan tentang
lamaran yang masuk. Siapapun yang akan diterima maupun yang ditolak yang
jelas ialah bahwa dua hal penting mendapat perhatian. Pertama, merupakan
tindakan yang etis serta merupakan langkah yang penting dalam menjaga citra
positif suatu organisasi apabila pelamar yang lamarannya tidak diterima segera
diberitahu tentang penolakan itu. Penekanan ini sangat penting karena praktek
yang sangat lumrah terjadi ialah bahwa mereka yang lamarannya diterima.
Padahal mereka yang lamarannya ditolak sebaiknya diberitahu dahulu.
Dengan itu mereka dapat mengambil keputusan maupun langkah baru, misal
melamar ke peruahaan lain. Kedua, seluruh dokumen lamaran dari para
pelamar yang diterima disimpan baik baik dan rapi karena berbagai informasi
terkandung dalam dokumen tersebut akan sangat bermanfaat dikemudian hari
dalam membina dan pengarahan karier pegawai yang bersangkutan.
*Dari Buku Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA Hal136 - 152
(1) Succesive-Hurdles, sistem seleksi yang dilaksanakan berdasarkan
urutan testing, yakni jika pelamar tidak lulus pada suatu testing, ia
tidak boleh mengikuti testing berikutnya dan pelamar tersebut
dinyatakan
(2) Gugur.
Analisis Jabatan
*Kegunaan dari Informasi Analisis Jabatan (diambil dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia
- Penilain kinerja suatu penilaian kinerja membandingkan setiap kinerja actual dari
masing-masing karyawan dengan standar kinerjannya. Sering melalui analisis
jabatan para ahli tersebut dapat menetapkan standar untuk dicapai dan kegiatan
spesifik untuk dilaksanakan.
- Pelatihan informasi analisis jabatan juga digunakan untuk merancang progam
pelatihan dan pengembangan karena analisis dan uraian jabatan yang dihasilkan
untuk menunjuk keterampilan dan oleh karena itu pelatihan yang dituntut
Jabatan Berdasarkan
Telaah-Persediaan
pegawai
Pengendalian
Keluaran Keluaran
Informasi ke Persediaan ke
Manajer pabrik Manajer Pabrik
2. Tinjaulah informasi latar belakang yang relavan seperti bagan organisasi, bagan
proses, dan uraian jabatan. Bagan organisasi memperlihatkan bagaimana jabatan
yang dipersoalkan berkaitan dengan jabatan-jabatan lain dan dimana itu dicocokkan
dalam keseluruhan organisasi. Sutau bagan proses menyajikan suatu pemahaman
yang lebih rinci tentang arus kerja dibanding yang dapat diperoleh dari bagan
organisasi sendiri.
3. Pilihlah posisi yang representatife untuk dianalisis. Sering terjadi apabila banyak
jabatan serupa itu dianalisis, dan terlalu memakan waktu untuk menganalisis.
4. Analisilah dengan sungguh sungguh jabatan dengan mengumpulkan data
berdasarkan kegiatan jabatan, menuntut perilaku karyawan, kondisi kerja, dan
kemampuan yabhg dibutuhkan dalam bidang tersebut
5. Tinjaulah informasi analisis jabatan untuk membantu mengkonfirmasi bahwa
informasi itu sungguh benar dan lengkap.
6. Kembangkan uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Uraian jabatan digunakan
untuk mengetahui aktifitas dan tanggung jawabnya. Spesifikasi jabatan meringkas
mutu pribadi, sifat, keterampilan, dan latar belakang yang dituntut untuk melakukan
suatu pekerjaan.
*Teknik Analisis Jabatan Kuantitatif (dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya
Manusia karangan Carry Dessler hal 99)
ORIENTASI
PENGERTIAN ORIENTASI
A. Menurut Cascio, orientasi adalah pengakraban dan penyesuaian dengan situasi
atau lingkungan.
B. Menurut Decenzo & Robbins, orientasi adalah aktivitas yang melibatkan
pengenalan karyawan baru kepada organisasi dan unit kerja mereka.
C. Menurut Wether & Davis, orientasi adalah mengakrabkan karyawan dengan
peran, organisasi, kebijakan organisasi, dan karyawan lain.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 114
TUJUAN ORIENTASI
Menurut Sedarmayanti (2010:115), tujuan orientasi adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan karyawan baru dengan ruang lingkup tempat bekerja, dan
kegiatannya.
2. Memberi informasi tentang kebijakan yang berlaku.
3. Menghindarkan kemungkinan timbul kekacauan yang dihadapi karyawan baru,
atas tugas atau pekerjaan yang diserahkan kepadanya.
4. Memberi kesempatan karyawan baru menanyakan hal berhubungan dengan
pekerjaannya.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 115
MANFAAT ORIENTASI
Manfaat pengaruh orientasi terhadap perilaku karyawan, antara lain
mengurangi perasaan diasingkan, kecemasan dan kebimbangan karyawan. Mereka
dapat menjadi bagian organisasi lebih cepat, merasa lebih yakin dan lebih senang.
Program orientasi membantu seseorang memahami aspek sosial, teknis dan
kebudayaan tempat kerja, mempercepat proses sosialisasi dan penerimaan menjadi
kerja sama dalam kelompok.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 117.
ASPEK-ASPEK ORIENTASI
Aspek-aspek orientasi antara lain:
a) Masalah yang dihadapi pegawai baru; biasanya berupa kecemasan (apakah saya
akan diterima oleh lingkungan?; apakah saya akan disukai oleh atasan atau rekan
kerja saya?; amankah saya dalam lingkungan kerja yang baru ini?).
b) Harapan yang tidak realistis, pegawai baru sering mempunyai harapan-harapan
yang tidakrealistis karena tidak memiliki gambaran atau informasi yang jelas dan
lengkap tentang lingkungan kerja yang sesungguhnya.
c) Lingkungan kerja pertama, seseorang yang pertama kali mengenal dunia kerja,
dapat mengalaminya karena perbedaan-perbedaan nilai/etos kerja, kebiasaan, dan
lain-lain antara dunia kerja dan lingkungan sebelumnya.
d) Diperlukannya proses sosialisasi karena adnaya perbedaan antara kepribadian
individu pekerja dan budaya/nilai organisasi diperlukan penyesuaian-penyesuaian
melalui proses sosialisasi.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Marwansyah hal 141.
LANGKAH-LANGKAH ORIENTASI
Langkah-langkah dalam orientasi adalah:
1) Penyuluhan pendahuluan.
2) Penunjukkan tempat tertentu (ibadah, kafetaria)
3) Mengadakan pertemuan kelas.
4) Pengenalan dengan karyawan lama.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 115.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 118
SOSIALISASI
PENGERTIAN SOSIALISASI
Proses sosialisasi adalah proses yang membantu organisasi mempertemukan
kebutuhannya akan karyawan baru yang produktif, tempat bertemunya antara budaya
organisasi dengan kepribadian individu (karyawan) melalui metode formal dan
informal.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 119
TUJUAN SOSIALISASI
Tujuan sosialisasi sebagai berikut :
● Memberikan keterampilan yang dibutuhkan kepada seseorang untuk dapat
hidup bermasyarakat.
● Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
● Membantu mengendalikan fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui
latihan-latihan mawas diri yang tepat.
● Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok
yang ada di masyarakat.
● Menanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas
pokok dalam masyarakat.
Proses sosialisasi diperlukan karena terdapat perbedaan antara kepribadian individu
karyawan dan budaya atau nilai organisasi. Proses sosialisasi efektif dapat
mempercepat waktu penyesuaian karyawan dengan budaya organisasi. Proses
sosialisasi membantu organisasi mempertemukan kebutuhannya akan karyawan baru
yang produktif, tempat bertemunya antara budaya organisasi dengan kepribadian
individu (karyawan) melalui metode formal, seperti program orientasi dan program
informal lainnya. Sosialisasi membawakan tiga macam informasi, yaitu:
1. Informasi umum tentang pekerjaan biasa sehari-hari.
2. Tinjauan tentang sejarah, tujuan, operasi, dan produk atau jasa organisasi, serta
bagaimana sumbangan kerja karyawan terhadap kebutuhan organisasi dan
3. penyajian terinci, mungkin lewat brosur, mengenai kebijaksanaan organisasi,
aturan kerja dan tunjangan untuk karyawan.
Sosialisasi biasanya berlangsung ketika individu pertama kali memasuki sebuah
organisasi. Karyawan baru menjumpai anggota – anggota organisasi yang lain,
mempelajari kebijakan yang berhubungan dengan kehadiran dan keterlambatan, dan
mendengarkan filosofi dan tujuan organisasi. Untuk terus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan karyawan maka diperlukan pelatihan dan pengembangan.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Penulis Sedarmayanti Hal 119 thn 2008
TAHAPAN SOSIALISASI
Menurut Wexley dan Latham sosialisasi dapat digambarkan sebagai sebuah proses
yang terdiri dari tiga tahap yaitu:
● Pre arrival: hal-hal yang dipelajari karyawan baru sebelum ia bergabung dengan
organisasi.
● Encounter: karyawan baru mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang
organisasi dan dihadapkan pada situasi bahwa harapan dan realita bisa jadi
berbeda.
● Metamorphosis: karyawan baru harus belajar mengatasi berbagai inkonsistensi
yang mereka temukan dalam perjumpaan. Disini, karyawan baru telah
benar-benar terlatih dalam pekerjaan mereka, menunjukkan kinerja efektif, dan
telah menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan normapara rekan kerja.
*Dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Marwansyah hal 142
PENDEKATAN SOSIALISASI
Tidak ada jalan tunggal terbaik dlam mensosialisasikan karyawan. Manager harus
memilih dari bermacam-macam pendekatan sosialisasidan menentukan yang mana
yang paling baik bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Manager harus membuat
7 pilihan ketika mendesain program sosialisasi, yaitu:
1. Formal vs. informal. Dalam strategi formal, pendatang baru dipisahkan dari
anggota perusahaan yang lain. Dalam strategi informal, pendatang baru
digabungkan bersama anggota perusahaan yang lain; banyak pelajaran yang dapat
dipetik dari lingkungan sebenarnya.
2. Individual vs. collective. Pendatang baru memilih salah satu diantara terus
melewati sosialisasi sendirian atau menjadi bagian dari grup.
3. Sequential vs. non-sequential.pendatang baru harus melewati tahapan berbeda
yang diidentifikasi atau proses melewati tahapan transisi tunggal.
4. Fixed vs. variable. Strategi tetap mempunyai jadwal untuk beberapa jenis training;
variable tidak mempunyai jadwal.
5. Tournament vs. contest. Di turnamen, pendatang baru yang berhasil beralih ke
tahap berikutnya. Dalam contest, pendatang baru diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan.
6. Serial vs. disjunctive. Serial strategy melibatkan karyawan lama unutk
mengajarkan karyawan yang baru untuk “melakukan apa yang kita lakukan”;
disjunctive strategy membolehkan perilaku yang baru.
7. Investiture vs. divestiture. Dalam investiture, prosesnya adalah satu orang
memberikan informasi ke karyawan baru. Pada divestiture, prosesnya adalah
salah satu menjelaskan kebiasaan perusahaan tersebut.