Anda di halaman 1dari 2

KOMENTAR / PENDAPAT

Pertemuan : Kedua (2)


Hari/Tanggal : 19 September 2018
Materi : Pengertian Sosiologi

Dari yang saya tangkap selama mata kuliah ini berlangsung, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara berbagai macam gejala sosial. Misalnya gejala sosial
yang di timbulkan antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum
dengan ekonomi, ataupun gerak masyarakat dan politik dan lain sebagainya.

Saya ingin mengutarakan pendapat atau komentar saya mengenai sosiologi sebagai
hubungan timbal balik antara bidang hukum dan bidang ekonomi. Hal ini berkaitan dengan
belum tegaknya keadilan hukum di negeri ini. Kita sering mendengar pepatah “Hukum tumpul
keatas, lancip ke bawah” pepatah tersebut memiliki makna bahwa hukum dan ekonomi
memiliki kaitan yang sangat erat. Mengapa demikian?

Fenomena yang berkaitan dengan pepatah tersebut dapat dengan mudah kita temui di
negeri ini, contohnya adalah kasus hukum yang menimpa Nenek Asyani pada tahun 2015.
Nenek Asyani divonis oleh hakim dengan hukuman 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1
tahun 3 bulan, serta denda Rp 500 ribu. Nenek 63 tahun tersebut didakwa atas pencurian dua
batang pohon jati milik perhutani untuk dijadikan sebagai tempat tidur.

Mari kita bandingkan kasus tersebut dengan kasus korupsi yang di lakukan oleh Ketua
DPRD Bengkalis Riau, Heru Wahyudi yang terbukti melakukan tindak korupsi dana bansos
sebesar Rp. 31 Milyar. Heru Wahyudi di vonis mendapatkan hukuman penjara selama 1,5
tahun, dan hendak melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Pekan Baru. Hukuman tersebut
jauh lebih ringan daripada hukuman yang di berikan kepada Nenek Asyani. Jika kita
kalkulasikan, menurut Kementrian Kehutanan (Kemenhut) harga satu pohon jati memiliki harga
3 juta rupiah/pohon, maka Nenek Asyani telah melakukan tindak pencurian sebesar 6 juta
rupiah dengan hukuman 1 tahun penjara. Dan Heru Wahyudi seorang pejabat negara yang
melakukan tindak korupsi sebesar 31 milyar rupiah dengan hukuman 1,5 tahun penjara.
Dimana letak keadilan hukum bangsa ini?

Atau contoh lain, akhir-akhir ini pemberitaan ramai dengan tagline “Pura-pura Penjara”
tagline ini bersangkutan dengan sel/bui/penjara yang di huni oleh para koruptor di Lapas
Sukamiskin Bandung, Jawa Barat. Pasalnya penjara yang di huni oleh para koruptor ini memiliki
fasilitas yang tergolong mewah, dimana para narapidana koruptor menempati sel layaknya
apartemen versi mini serta diperbolehkan untuk memiliki peralatan elektronik seperti laptop,
handphone, kulkas, televisi serta boleh memegang uang cash dengan ketentuan para
narapidana harus membayar uang (menyuap) dengan nominal yang cukup besar kepada aparat
di lapas. Sementara para pencuri jalanan yang tentunya tidak mampu menyuap para aparat
harus menerima pahitnya hukum negeri ini.

Dari contoh yang telah saya paparkan diatas, kita dapat menyimpulkan sebuah fakta
pahit mengenai hubungan timbal balik antara hukum dan ekonomi: bahwa orang yang memiliki
kemampuan ekonomi diatas rata-rata (mapan) akan mendapatkan hukuman yang ringan,
begitupula sebaliknya, orang yang memiliki kemampuan ekonomi dibawah rata-rata
(lemah/miskin) akan mendapatkan hukuman yang berat.

Anda mungkin juga menyukai