Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

A. Definisi
Spasme adalah kejang otot setempat yang mengenai sekelompok atau beberapa
kelompok otot, yang timbul secara involunter. Adanya kejang otot disebabkan oleh
gangguan otot atau karena gangguan persyarafannya (Muttaqin, 2014). Buttock
adalah bagian belakang pinggul yang membentuk salah satu bagian berdaging
tempat seseorang duduk (Cambridge, 2018).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Os. Pelvis

Gambar 1.1. Os. Pelvis (Paulsen, 2012)


2. M. iliopsoas terbentuk dari M. iliacus dan M. psoas mayor. M. iliopsoas
merupakan otot ventral satu-satunya yang menyebrangi sendi panggul untuk
berinserasi di ekstremitas bawah (Paulsen, 2012).
Gambar 1.2. M. Iliopsoas (Paulsen, 2012)
a. M. iliacus, Rr. Musculares (plexus lumbalis)
O: Fossa iliaca
I: Trochanter minor
F: Columna vertebra lumbalis: fleksi lateral, sendi panggul: fleksi (otot
yang sangat penting), rotasi lateral dari posisi rotasi medial (Paulsen, 2012).
b. M. psoas mayor, Rr. Musculares (plexus lumbalis)
O: lapisan superfisial: permukaan lateral Corpus vertebrae thoracica 12-
lumbal 4, diskus intervertebralis, lapisan dalam: proc costalis vertebra
lumbal 1-4
I: trochanter minor dan daerah dekat Labium media linea asperae
F: Columna vertebralis lumbalis: fleksi lateral, sendi panggul: fleksi (otot
sangat penting) rotasi lateral dari posisi rotasi medial (Paulsen, 2012).
3. M. Gluteus

Gambar 1.3. M. Gluteus, A. Medius B. Maximus C. Minimus (Paulsen, 2012)


a. M. gluteus maximus, N. gluteus inferior (Plexus sacralis)
O: facies glutea alae ossis ilium di sebelah dorsal Linea glutea posterior,
facies posterior ossis sacri, fascia thoracolumbalis, lig. Sacrotuberale
I: bagian kranial Tractus iliotibialis bagian kaudal: tuberositas glutea
F: sendi panggung: ekstensi, rotasi lateral, abduksi; bagian kranial: abduksi,
bagian kaudal: adduksi; sendi lutut: bagian kranial via Tractus iliotibialis,
stabilisasi pada posisi ekstensi, efek tali pegencang pada Femur (Paulsen,
2012).
b. M. Gluteus medius, N. gluteus superior (Plexus sacralis)
O: Facies glutea alae ossis ilium di antara Lineae gluteae anterior dan
posterior
I: Ujung Trochanter major
F: sendi pinggul: abduksi (otot yang sangat penting) bagian ventral: fleksi,
rotasi medial (otot yang sangat penting); begian dorsal: ekstensi, rotasi
lateral (Paulsen, 2012).
c. M. gluteus minimus, N. gluteus superior (plexus sacralis)
O: facies glutea alae ossis ilium di antara Lineae gluteae anterio dan inferior
I: ujung trochanter major
F: sendi pinggul: abduksi (otot yang sangat penting) bagian ventral: fleksi,
rotasi medial (otot yang sangat penting); bagian dorsal: ekstensi, rotasi
lateral (Paulsen, 2012).
4. M. Piriformis, N. musculi piriformis (plexus sacralis)

Gambar 1.4. M. Piriformis (Paulsen, 2012)


O: Facies pelvica ossis sacri
I: ujung Trochanter major
F: sendi pinggul: rotasi lateral, abduksi (Paulsen, 2012).
5. M. Hamstring/ M. ischiocrurales terdiri dari M. bisep femoris, M.
semitendinous, dan M. Semimembranosus
Gambar 1.5. M. Hamstring (Paulsen, 2012)
a. M. biseps femoris (caput longum: melintasi dua sendi, caput breve: meintasi
satu sendi)
Caput longum: n. ischiadicus, tibia part (plexus sacralis)
Caput breve: n. ischiadicus, fibular part (plexus sacralis)
O: caput longum: tuber ischiadicum bersama dengan M. semitendinosus,
caput breve: sepertiga tengah Labium laterale lineae asperae
I: caput fibulae
F: sendi pinggul: ekstensi, rotasi lateral, adduksi; sendi lutut: fleksi, rotasi
lateral (otot yang sangat penting) (Paulsen, 2012).
b. M. semitendinous, n. ischiadicus, cabang tibia (plexus sacralis)
O: tuber ischiadicum
I: superfisial pada condyles medialis tibiae
F: sendi pinggul: ekstensi, rotasi medial, sendi lutut: fleksi, rotasi medial
(Paulsen, 2012).
c. M. Semimembranosus, n. Ischiadicus, cabang tibia (plexus sacralis)
O: tuber ischiadicum
I: produndus di bawah condyles medialis tibiae
F: sendi pinggul: ekstensi, rotasi medial; sendi lutut: fleksi rotasi medial
(Paulsen, 2012).
6. Ischiogluteal bursa
Bursa terbentuk dalam beberapa bentuk: adventitious, subcutaneous,
submuscular, dan synovial. Ischial bursa merupakan synovial, artinya bursa ini
terdiri dari kapsul jaringan ikat lemak yang terisi dengan cairan synovial
(Johnson, 2018).

Gambar 1.6. ischiogluteal bursa (Paulsen, 2012)

B. KELAINAN
1. OA Hip
Definisi: Osteoartritis merupakan bentuk artritis yang paling umum, yang
mempengaruhi penduduk setengah baya dan lansia. Penyakit ini bersifat kronis,
degenerative, penyakit sendi progresif dan multifactorial (Lozada, 2017).
Anamnesis: usia tua, nyeri sendi yang bertambah dengan pemakaian yang
ekstensif, gerakan terbatas, kekakuan selama istirahat, dapat berkembang,
kekakuan sendi pagi hari biasanya kurang dari 30 menit, bengkak (CDC, 2018).
Gambar 1.7. Osteoartritis (Lozada, 2017)
Faktor Resiko (CDC, 2018):
1. Cidera sendi atau pemakaian berlebih
2. Usia, resiko OA bertambah seiring dengan bertambahnya usia
3. Gender, perempuan lebih banyak daripada laki-laki, terutama setelah usia
50 tahun
4. Obesitas
5. Genetik, orang yang memiliki keluarga dengan OA lebih sering terkena
OA. Orang yang memiliki OA tangan lebih sering terkena OA lutut.
6. Ras, beberapa populasi Asia memiliki resiko yang lebih rendah
7. Prosedur operasi sebelumnya
8. Kelainan tulang (contoh: Penyakit Paget dan nekrosis avaskular)
Pemeriksaan Fisik: berkurangnya ROM dan krepitasi
Parameter nilai ROM normal Hip joint :
a. Fleksi : 0 – 120o
b. Ekstensi : 5 – 20o
c. Abduksi : 0 – 40o
d. Adduksi : 0 – 25o
e. Internal rotasi (knee 90o) : 0 – 45o
f. Eksternl rotasi (knee 90o) : 0 – 45o
g. Internal rotasi (knee ekstensi) : 0 – 35o
h. Eksternal rotasi (knee ekstensi): 0 – 45o
2. Iliopsoas tendinitis
Definisi: inflamasi pada tendon atau area disekitar tendon iliopsoas (Garry,
2017).
Etiologi: trauma akut, pemakaian berlebih dari fleksi hip berulang (Garry,
2017).
Anamnesis: nyeri berbarengan dengan aktivitas olahraga seperti jogging, lari,
dan menendang, memakai sepatu, saat mau berdiri dari duduk, naik tangga,
nyeri dapat menjalar ke paha depan sampai lutut, dapat terdengar suara “snap”
atau “click” pada piggul, atau daerah selangkangan (Garry, 2017).
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Pinggul terlihat agak fleksi dan rotasi eksternal untuk meringankan
tegangan musculotendinous, gaya jalan terlihat melangkah lebih pendek pada
sisi yang terkena (Garry, 2017).
Palpasi:
Menilai kemiringan pelvis anterior akibat pengetatan m. iliopsoas.
Pasien berbaring dan lutut difleksikan. Kemudian paha di fleksikan lebih lanjut
sambil ditahan (Lumbantobing, 2014).

Gambar 1.8. Pemeriksaan otot iliopsoas (L1-L3, saraf femoralis). Pasien


berbaring terlentang sambil lutut difleksikan. Pahan yang terfleksi ini
difleksikan lagi lebih jauh (sambil ditahan oleh pemeriksa) (Lumbantobing,
2014)
Palpasi dalam pada area femoral tiangle (ligament ilioinguinal pada
superior, m. adductor longus pada medial, dan m. Sartorius pada lateral),
menyebabkan palpasi langsung pada iliopsoas musculotendinous junction.
Limfe nodi inguinal seharusnya tidak teraba dan tidak nyeri. Nyeri tekan pada
insersi tendon iliopsoas dapat dicatat dengan mempalpasi trochanter dibawah
lipatan pantat dengan posisi pasien tengkurap (Garry, 2017).
Tes fungsi
Memfleksikan hip 15o dengan palpasi pada otot psoas dibawah setengah
ke lateral dari ligament inguinal. Pasien juga dapat diminta duduk dengan lutut
ekstensi dan kemudian elevasi tumit pada sisi yang terkena. Nyei akibat
maneuver ini disebut Ludloff sign positif, sesuai dengan iliopsoas tendinitis
karena iliopsoas satu-satunya fleksor hip yang aktif pada posisi ini. Tanda hip
“snap” atau tes ekstensi juga dapat di lakukan. Dimulai degan hip yang terkena
di fleksikan, adduksi, dan posisi rotasi eksternal (lutut difleksikan untuk
mempermudah tes), dan gerakkan secara pasif hip ke posisi ekstensi. Hal ini
akan menyebabkan suara “snap” atau impulse yang dapat diraba pada region
inguinal. Nyeri berhubungan dengan maneuver ini mengarah kuat ke iliopsoas
tendinitis atau bursitis (Garry, 2017).
3. Piriformis syndrome

Gambar 1.9. Piriformis Syndrome (Shah, 2017)


Definisi: kelainan yang tidak biasa ketika otot piriformis menekan nervus
sciatic.
Etiologi: duduk terlalu lama
Anamnesis: nyeri yang menjalar ke kaki bawah dan memburuk jika berjalan
squatting, nyeri pada labia mayor pada wanita dan nyeri pada skrotum pada
pria, dyspareunia pada wanita, nyeri saat bangun dari tidur, nyeri berulang
ketika adduksi hip dan rotasi internal, tidak nyaman saat duduk (Shah, 2017).
Pemeriksaan Fisik: faktor yang paling penting yang membedakan nyeri sciatic
dari sindrom piriformis adalah tidak adanya defisit neurologis pada sindrom
pirifomis. Herniasi atau kompresi diskus menyebabkan kekacauan pada
struktur cabang saraf, sedangkan sindrom piriformis menyebabkan iritasi
epineural kualitatif (Shah, 2017).
Pada sindrom piriformis, tanda positif nyata adalah nyeri tekan pada
daerah pantat. Nyerinya dapat dibuat dengan peregangan maksimal pada otot
piriformis pada fleksi, adduksi, dan rotasi internal dari hip (Shah, 2017).
Tanda-tanda sindrom piriformis:
Lasegue sign: nyeri dirasakan saat mengektensikan lutut dengan hip fleksi
sampai 90o, nyeri tekan saat palpasi pada greater sciatic notch.
Pace sign: nyeri dan kelemahan muncul pada penahanan paha pada posisi
abduksi-rotasi eksternal
Freiberg sign: Nyeri muncul dengan rotasi internal pasif dari ekstensi paha
ketika pasien telentang.
Menurut Robinson, ada 6 tanda cardinal dari sindrom piriformis:
1. Lasegue sign positif
2. Terdapat massa berbentuk sosis pada otot piriformis
3. Atropi pantat pada kasus kronis
4. Trauma
5. Nyeri pada daerah sacroiliac joint, otot pantat, atau greater sciatic notch
4. Ischial Bursitis
Definisi: Ischial bursitis atau ischiogluteal bursitis atau “weaver’s bottom”
adalah kondisi dimana bursa yang terletak diantara ischial tuberosity dan otot
gluteus maximus meradang. Bursitis adalah peradangan atau degenerasi
struktur seperti kantung yang melindungi jaringan lunak dari jaringan tulang
yang menonjol (Johnson, 2018).
Etiologi: duduk terlalu lama, bersepeda, penyakit autoimun (rematoid artritis,
sistemik lupus eritematosus, skleroderma) (Johnson, 2018).
Anamnesis: nyeri saat duduk dan berbaring, nyeri menjalar di belakang paha,
bengkak dan kemerahan, pasien dapat mengeluhkan nyeri saat tidur
Pemeriksaan Fisik: nyeri tekan pada daerah pantat, pasien tidak dapat
merentangkan pinggul, pasien merasa nyeri saat diregangkan (Johnson, 2018).
5. High Harmstring Tendinopathy
Definisi: proximal hamstrig tendinopathy atau high hamstring tendinitis
mengarah ke inflamasi pada origo (ishial tuberosity) dari otot hamstring
(Garber, 2013).
Etiologi: Penggunan berlebih, contoh pada pelari jarak jauh, squat,. Iritasi pada
saraf sciatic. Trauma atau onset tiba-tiba. Kemungkinan karena kontraksi tiba-
tiba tarikan otot bisep femoris dan iritasi pada tendon (Garber, 2013).
Anamnesis: nyeri pada pantat bawah
Pemeriksaan Fisik: Tungkai bawah difleksikan sambil ditahan

Pemeriksaan otot “Hamstring” (L4,L5,S1,S2, saraf siatika). Pasien tengkurap,


kemudian lutut disuruh fleksikan (sambil ditahan oleh pemeriksa)
(Lumbantobing, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

1. Cambridge, Dictionary. 2018. Diakses di:


https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/buttock#dataset-cald4.
Diakses pada tanggal 15/9/2018.
2. CDC. 2018. Osteoartritis. Diakses di:
https://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.htm. Diakses pada tanggal
13/9/2018.
3. Garber, Doniel. 2013. High Hamstring Tendinopathy. Diaksis di:
http://osteopathglasgow.co.uk/high-hamstring-tendinopathy/. Diakses pada
tanggal 16/9/2018.
4. Garry, Joseph P. 2017. Iliopsoas Tendinitis. Medscape.
5. Johnson, Donavon B, William G. Gossman. 2018. Bursitis Ischial. Diakses di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482285/. Diakses pada tanggal
15/9/2018.
6. Lozada, Carlos J. 2018. Osteoartritis. Medscape.
7. Lumbantobing, S.M. 2014. Neurologi Klinik. Jakarta: Badn Penerbit FKUI.
8. Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
9. Paulsen, F., J. Waschke. 2012. Sobotta. Jakarta: EGC
10. Shah, Shishir. 2017. Piriformis Syndrome. Medscape.

Anda mungkin juga menyukai