Anda di halaman 1dari 23

Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkat rahmatnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul impaksi gigi insisivus
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah IlmucBedah mulut 2. Pembahasan dalam makalah ini ditekankan pada impaksi
gigi insisivus, baik mengenai etiologi, perawatan, serta prognosis dari perwatan yang
dilakukan. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang sudah bekerja sama
dalam penyusunan makalah ini serta kepada para staff pengajar yang telah membimbing
kami selama proses pembuatan makalah ini. Bagi para pembaca semoga makalah ini
dapat menambah refrensi dalam penyusunan karya tulis lainnya.
Kami tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam makalah ini
baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Atas perhatian para pembaca Kami ucapkan
terima kasih.

Palembang, Maret 2009

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Sekitar umur 6 tahun, gigi anterior pada anak-anak umumnya segera mengalami
pergantian, yaitu tanggalnya gigi insisivus desidui dan digantikan gigi insisivus
permanen. Gigi permanen yang pertama erupsi pada anak kecil adalah gigi insisivus
central bawah, meskipun gigi molar pertama permanen kadang-kadang tumbuh lebih
dulu. Gigi insisivus lateral bawah dan gigi insisivus sentral atas erupsi pada waktu yang
sama, sekitar umur 6,5 – 7 tahun. Jika gigi insisivus lateral erupsi, tetapi tidak terlihat
erupsinya satu atau kedua gigi insisivus sentral, maka perlu dipertimbangkan bahwa gigi
tersebut kemungkinan mengalami kelainan, dengan keadaan gigi insisivus sentral desidui
masih ada atau tidak, dan selanjutnya diperiksa untuk mengetahui penyebab
penyimpangan tersebut.
Gigi insisivus lateral atas merupakan gigi insisivus paling lambat erupsi, gigi
anterior terlihat lengkap sekitar setahun setelah erupsi gigi insisivus central yang
berdekatan. Kelainan congenital hilangnya gigi insisivus sentral permanen rahang atas
mengakibatkan gigi insisivus lateral permanen atas yang tumbuh menjadi jarang (aneh).
Pada kondisi dimana gigi insisivus sentral hanya erupsi satu gigi saja, bentuknya akan
sulit dibedakan gigi tersebut kiri atau kanan. Wajah pasien jadi terlihat abnormal.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai impaksi gigi insisivus yang
meliputi etiologi, tanda- tanda umum, penatalaksanaan, prognosis, dan beberapa contoh
kasus beserta perawatannya.

.
BAB II
ISI

1. Impaksi gigi
1. A. Pengertian Impaksi
Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu
erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami
pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing pada fase gigi
sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami
gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung
menuju fase gigi permanen sehingga gigi permanen tertentu tidak mengalami erupsi dan
bisa jadi terjadi impaksi.
Gigi impaksi atau gigi terpendam biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya oleh
sesuatu sebab terhalang sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai
oklusi yang normal di dalam urutan susunan gigi geligi.

1. B. Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger


a. Kausa Lokal
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut
5. Gigi desisui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan gigi yang prematur
7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa
sekeliling gigi
8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang
karena inflamasi atau abses yang ditimbulkannya
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem
pada anak-anak

b. Kausa Umur
Gigi terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal dan dapat disebabkan
karena :
1. Kausa Prenatal
a. Keturunan
b. “ Miscegenation “
2. Kausa Postnatal
a. Ricketsia
b. Anemia
c. Siphilis kongenital
d. TBC
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
3. Kelainan Pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau ketidakberesan dari pada
tulang cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan persistensi gigi susu dan tidak
erupsinya atau tidak terdapatnya gigi permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi
supernumeri yang rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong, diameter muka belakang sama
dengan dua kali kanan atau kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana penderita terlalu cepat tua. Kelainan ini merupakan
suatu bentuk infantilisme yang ditandai dengan :
- Tubuh yang tetap kecil
- Tidak ada tanda-tanda kedewasaan seperti bulu ketiak, bulu pubis dan lain
sebagainya
- Kulit berkerut, rambut putih, muka, kelakuan dan tindakan seperti
orang tua
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka yang dimulai dari fetus dan memberi bentuk kerdil,
tulang-tulang rawan tidak tumbuh normal.
Celah langit-langit :
Dimana tidak ada perlekatan antara tuber maksilaris dengan tuber palatinalis,
kebamyakan kasus ini penyebabnya herediter.

1. C. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :


- Rasa sakit atau perih disekitar gusi
- Pembengkakan disekitar rahang
- Pembengkakan dan berwarna kemerahan pada gusi disekitar giig yang tersangka
impaksi
- Rahang sakit
- Bau mulut
- Rasa tidak nyaman ketika mengunyah sesuatu disekitar daerah tersangka impaksi
tersebut
- Sakit kepala yang lama atau sakit rahang

2. Impaksi Gigi Insisivus


Gigi insisivus yang memiliki prevalensi lebih tinggi untuk terjadinya impaksi
adalah gigi insisivus sentral. Jika gigi insisivus lateral erupsi, tetapi tidak terlihat
erupsinya satu atau kedua gigi insisivus sentral, maka perlu dipertimbangkan bahwa gigi
tersebut kemungkinan mengalami kelainan, dengan keadaan gigi insisivus sentral desidui
masih ada atau tidak, dan selanjutnya diperiksa untuk mengetahui penyebab
penyimpangan tersebut.

2.A Etiologi
Kasus tidak erupsinya gigi insisivus umumnya berhubungan dengan keadaan patologi
yang sangat jelas, seperti adanya jaringan keras yang menghalangi erupsinya gigi
(supernumerary teeth dan sisa jaringan gigi), adanya lesi jaringan lunak (kista dan
tumor), dan adanya bentuk abnormal akar atau mahkota yang menyebabkan gigi sukar
erupsi.
Insisivus sentralis di rahang atas adalah insisivus yang paling sering mengalami
impaksi. Frekuensi gigi insisivus sentralis RA yang mengalami impaksi adalah 0,06 –
0.2%. Penyebab yang paling umum tampaknya adalah odontoma, gigi supernumerari dan
kurangnya ruangan untuk erupsi. Penyebab lainnya adalah malformasi akar dan mahkota
insisivus permanen karena trauma dari benih gigi susunya dan kista folikuler apikal yang
menghambat erupsi gigi normal.

Obstruksi yang menyebabkan terjadinya impaksi


Gigi supernumerary
Ketika gigi insisivus sentral yang ada tidak erupsi dan diagnosis impaksi dibuat,
kebanyakan factor penyebabnya adalah kehadiran satu atau lebih gigi supernumerary
pada midline. Pada studi kasus, sample yang diambil di sekolah anak-anak, prevalensi
gigi suoernumerari ditemukan antara 1,5% dan 3,5%. Hasil ini juga terlihat pada
kelompok sample yang berbeda yaitu antara 28% dan 60% pada kasus gigi
supernumerary yang mengakibatkan gangguan erupsi gigi tetangganya.
Odontoma
Penyebab lainnya dan jarang terjadi yang menyebabkan obstruksi, sehingga
menghalangi erupsi gigi insisivus sentral normal adalah odontoma. Odontoma sangat
bervariasi dalam ukuran dan tipe, tetapi dibandingakan gigi supernumerary odontoma
tipe kompleks atau campuran lebih sering menghalangi erupsi gigi insisivus
Posisi ektopik pada benih gigi
Perkembangan benih gigi pada posisi abnormal atau pada angulasi yang abnormal
tidak jelas penyebabnya dan biasanya disertai traumatic atau factor genetic

Seperti pada kasus displacement, gigi tetangga memperikan hambatan fisik bagi
tempat erupsi gigi normal. Hambtan fisik lainnya seperti yang disebutkan diatas, yaitu
gigi supernumerary dan odontoma dapat juga menjadi pertimbangan. Penghilangan factor
penyebab nyata secara dini dilakukanjika mempunyai indikasi yang kuat karena tindakan
ini tidak akan mempengaruhi posisi benih gigi, tetapi mungkin dapat melanjutkan
perkembangan lokasi yang telah ada.
Variasi posisi pada perkembangan gigi akan menghasilkan variasi yang sama
dengan jalan erupsinya. Ketika jalan erupsi membelok sedikit, gigi biasanya tetap erupsi
tetapi dengan angulasi yang abnormal terhadap sumbu panjang gigi. Pada perkembangan
kearah vertical, ada kaitannya dengan posisi lateral, medial, atau lingual/labial gigi
desidui pendahulunya. Hal ini juga dapat menyebabkan resorpsi sebagian atau obliq pada
salah satu sisi akar gigi insisivus desidui. Selanjutnya gigi insisivus permanent akan
berkontak dengan mahkota bagian samping gigi desidui.
Gigi permanent kadang-kadang mengalami impaksi jika ruangan yang tersedia
tidak cukup. Kemunginan lain, gigi tetangga yang terakhir erupsi menahan secara
berlebihan gigi desidui, mungkin ada hubungannya dengan crosbite atau labioversion
atau diastema pada midline. Pada kondisi ini tidak dapat dikoreksi dengan sendirinya
walaupun telah dilakukan pencabutan gigi desiduinya.
Seharusnya gigi yang sedang berkembang ditandai dengan pergantian gigi. Tetapi pada
keadaan yang tidak biasa terjadi sedikit atau tidak ada resorpsi gigi desidui. Pada keadaan
ini, gerakan erupsi minmal dan gigi permanent tidak terjadi pergantian posisi dalam
jangka waktu yang lama.

Traumatik menyebabkan gigi impaksi


Terhambatnya perbaikan jaringan lunak yang semestinya
Traumatik yang tiba-tiba dan disertai kehilangan dini gigi insisivus desidui sering
terjadi biasanya disebabkan kecelakaan pada saat anak sedang bermain. Kemungkinan
juga disebabkan ekstraksi gigi karena karies yang dalam atau trauma. Khususnya terjadi
pada umur 3-4 tahun, dimana gigi insisivus permanent belum siap erupsi dan terjadi
penyembuhan jaringan gingival yang berlebihan, tanpa erupsi gigi terlebih dahulu. Pada
saat yang sama terjadi pergantian jaringan ikat pada gigi yang berlebihan, sehingga
menghambat benih gigi menembus mukosa. Pada usia 7-8 tahun, akan terlihat dan dapat
teraba profil pembengkakan pada gigi insisivus sentral (lihat gambar 3.2a).

Dilaserasi
Dalam perkembangannya, gigi insisivus
permanent rahang atas terletak pada lingual dan
superior akar gigi insisivus desidui. Pada
perkembangan selanjutnya, posisi mereka akan
bertukar, dengan migrasi kearah labial dan
inferior. Kemudian terjadi resorpsi obliq pada
akar gigi desidui.
Pada proses perkembangan kista yang aktif, odontoma atau gigi supernumerary
menghasilkan fenomena displacement mahkota gigi atau interferensi dan arah akar gigi,
tetapi paling sering disebabkan trauma. Ini juga dapat mengakibatkan angulasi pada
bagian akar gigi berbentuk kurva menyambung atau sempit. (gambar 5.4).
Root sheath hanya memperbaiki sebagian dari benturan, yang dapat mengakibatkan
produksi dentin pada bagian labial gigi mengikuti bentuk akhir akar gigi yang akan
menyesuaikan dengan membentuk kurva secara terus-menerus kea rah labial (gambar
5.6).

Perkembangan gigi yang tertahan


Ketika anak prasekolah yang menderita benturan pada gigi anterior rahang atas,
sering mengakibatkan kehilangan gigi insisivus anterior dan dapat menyebabkan fraktur
satu atau kedua rahang. Gangguan pada sel yang membentuk akar yaitu hertwig’s sheath
dapat menyebabkan perhentian pertumbuhan akar.
Fenomena ini ditemukan ketika gigi-gigi tidak erupsi, area vertical kurang dan
daerah buccopalatal sempit, edentulous, alveolar ridge jelas.
Radiograf biasanya menampakkan mahkota gigi mempunyai inklinasi axial yang
normal, tetapi gigi terletak sangan tinggi pada premaxilla, dengan minimal atau tidak ada
formasi akar, tergantung berapa banyak akar yang sedang berkembang pada waktu
terjadinya kecelakaan.
Intrusi traumatic akut (luksasi intrusi)
Traumatic injury terjadi pada anak kecil sebagai akibat dari aktivitas bermain di
sekolah dan di rumah, dalam kecelakaan yang disertai jatuh atau adakalanya disebakan
kekerasan fisik yang disengaja. Efek pada gigi berupa inflamasi pulpa

2. C Diagnosis
Impaksi gigi permanen jarang terdiagnosa selama tahap gigi campuran, namun
biasanya pada insisivus sentralis RA yang impaksi akan dapat terdiagnosa secara akurat
ketika terjadi keterlambatan pada erupsi gigi tersebut.
Riwayat Medik
Medical history dari pasien harus dicatat dengan hati-hati. Harus diingat bahwa
intervensi dari tindakan bedah sangat dibutuhkan. Berdasarkan, aspek-aspek seperti
penyakit sebelumnya, terutama rheumatic heart disease, konsumsi obat dan
kecenderungan pendarahan, bersa dengan informasi penting dan relevan, harus
mendapatkan jalan keluarnya. Orang tua harus ditanyai dengan cermat untuk mengetahui
apakah anak mereka termasuk accident-prone.
Pemeriksaan klinik
Banyak dari keadaan-keadaan gigi pada masa lalu dapat diketahui dengan cara
melihat keadaan gigi itu sendiri. Adanya dari sealent dan restorasi, hilangnya gigi,
inflamasi gingival dan level dari oral hygiene biasanya sering kali memberitahukan
tentang keadaan yang lalu dari kebiasaan pasien dan dokter gigi yang menyertai dalam
perawatan preventif dan terapi prosedur. Ada tidaknya insisivus desidui biasanya
irrelevant. Insisivus sentral dari daerh yang berseberangan dan insisivus lateral dari
daerah yang sama sering kali saling tumpang-tindih satu sama lain dan biasanya akan
terjadi ketidakcukupan space untuk gigi yang akan erupsi di tempat tersebut.
Palpasi
Di dalam kasus obstruksi gigi yang belum erupsi biasanya terletak tinggi di
bagian labial dari alveolar ridge, pada daerah tersebut biasanya ada suatu keadaan yang
irregular seperti tonjolan pada alveolus yang cenderung ke arah inferior, keadaan ini
sangat mudah diidentifikasikan dengan keadaan palpasi.
Pemeriksaan radiografi
Dalam kasus gigi insisivus sentral yang tidak erupsi dapat dilihat pada gambaran
radiografi terjadin obstruksi jaringan keras, lesi dari jaringan lunak, dan akar dan
morfologi mahkota yang tidak normal dari gigi yang belum erupsi. Dari gambaran
tersebut biasanya kita dapat menyimpulkan penyebab dari kegagalan erupsi tersebut.
Jika supernumerary teeth atau odontoma terlihat di gambaran radiografis informasi yang
akan dibutuhkan tergantung berdasarkan ukuran, banyaknya, relasi mesio-distal ke
midline dan gigi insisivus, dan semuanya tampakjelas dari gambaran ini.
Gigi insisivus sentral yang mengalami dilaserasi disertai pemindahan labial mempunyai
karakteristik yang special di periapikal radiograf. Kita telah mendeskripsikan bahwa
mahkota dan bagian akar yang tumbuh yang berotasi ke arah labial dan superior ketika
terjadi trauma atau akibat tidaklangsung dari trauma tersebut. Sumbu panjang dari bagian
gigi berada dalam garis langsung dari tembakan sinar –X, yang diarahkan ke periapikal,
dan gambaran yang sesuai akan keluar sebagai penglihatan cross-sectional dari mahkota,
dan menentukan atas gambaran cross-sectional dari bagian terlebar akar.
Waktu perawatan
Obstruksi harus dihilangkan sebisa mungkin sebelum obtruksi berkesempatan
untuk membuat situasi dari erupsi yang tertunda, untuk mencegah perawatan orthodonti.
Tidak ada perawatan preventif yang direkomendasikan ketika trauma telah menyebabkan
dilaserasi, dan pasien harus menunggu sampai waktu perawatan yang dianjurkan.
Ketika pasien dengan satu insisivus sentral dan dua insisivus lateral erupsi, waktu
erupsi normal dari insisivus sentral yang kedua akan terlewati. Gigi impaksi akan terlihat
dari periapikal radiograf yang terlihat kurang lebih dua per tiga akarnya, yang merupakan
tanda yang menentukan bahwa gigi itu harusnya erupsi. Orthodonti dan perawatan bedah
diindikasikanpada kasus ini, keduanya dipakai untuk menanggulangi impaksi obstruktif
dan gigi dilaserasi
Pertimbangan perawatan
Ada beberapa standar protocol dari perawatan yang digunakan selama beberapa
decade dalam profesi orthodontic di eropa dengan memperhatikan perkembangan normal
gigi insisivus sentral yang impaksi. Saran yang direkomendasikan :
 Persiapkan space yang cukup untuk gigi dalam lengkung rahang
 Penyebab dari erupsi (biasanya supernumerary tooth) harus dihilangkan

Gigi insisivus sentral yang impaksi biasanya erupsi secara spontan. Dimana tidak
adanya ruangan yang cukup dilaporkan bahwa erupsi jarang terjadi.
Studi telah mendata beberapa pasien yang telah melakukan perawatan tipe ini dan
telah menunjukkan hasil yang mengecewakan dengan memperhatikan 3 parameter:
1. Tidak erupsi
2. Erupsi yang terlambat
3. Deretan gigi

2. D. Penatalaksanaan
Anomali erupsi pada gigi anterior berpengaruh pada estetika wajah seseorang.
Berbagai macam teknik telah dikembangkan sebagai pilihan perawatan untuk gigi
impaksi. Jika gigi yang mengalami impksi dicabut, kehilangan tulang alveolar harus
diantisipasi. Selama masa penyembuhan alveolar ridge menjadi tipis dan berkurang. Oleh
karena itu perawatan orthodontic akan membantu erupsi gigi secara alami dan
memperbaiki estetika. Pembedahan dan terapi ortodontik menjadi pilihan untuk
mengatasi gigi impaksi.
Prosedur pembedahan pada gigi impaksi
Pengambilan gigi insisivus yang impaksi dapat dengan menggunakan teknik
pengambilan dari palatinal dan teknik pengambilan dari labial. Pada teknik pengambilan
dari palatinal sebaiknya diperhatikan lokasi foramen incicifum.
Tahap pembedahan
1. Pembukaan flap
2. Tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil dengan bur atau chisel,
tulang-tulang yang menghalangi juga diambil. Gigi dijepit dengan tang sisa akar
kemudian dikeluarkan.
3. Bersihkan luka dan jahit dengan ” interupted suture ” pada posisi semula
4. Bila gigi tidak dapat keluar, gigi diseparasi, korona dipisah dari radiks dan
diambil.
5. Beri tampon
untuk menjaga kebersihan luka operasi dan supaya lebih cepat sembuh.
6. Perawatan pasca bedah
Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan vitamin. Setelah 2 hari pasien
dikontrol, dilakukan pembersihan luka dan aplikasi gentian violet 1 – 2%. Setelah
5 – 7 hari jahitan dapat dibuka.

Teknik orthodonsi pada penanganan gigi impaksi


Memberikan space bagi gigi insisivus permanent yang belum erupsi dengan cara
menggeser gigi supernumerary adalah syarat untuk dilakukan perawatan ortodonsi.
Simple removable plate adalah cara yang kurang tepat karena menghaslikan lateral
tipping walaupun cara ini memberikan tempat bagi gigi impaksi. Control vertical force
pada gigi impaksi sulit dicapai dengan removable plate.
Pada gigi impaksi insisivus akan membagi lebar labio lingual dari alveolar ridge
dengan gigi supernumerary. Pembagian tempat ini menyebabkan akar insisivus menjadi
displaced begitu juga pada labio ligual dan mesio distal menjadi malposisi. Selain itu juga
akan terjadi root movement pada labio lingual dan mesio distal ( torqueing ). Empat
aspek yang harus diperhatikan untuk merawat gigi impaksi dengan supernumerary:
1. Aplikasi yang kita terapkan harus menyediakan space yang cukup untuk
mengontrol perpindahan mahkota dan akar gigi tetangganya sehingga ada
space bagi gigi impaksi.
2. Dengan surgical disertai bonding pada mahkota gigi impaksi akan
menghasilkan prognosis periodontal yang baik.
3. Kontrol eksrusive force.
4. Akhirnya posisi impaksi dan gigi tetangga yang sudah erupsi tidak terjadi
perubahan posisi yang meliputi pergeseran mahkota dan akar.
Pada tahap alignment insisivus, arch wire harus fine gauge. Distorsi sulit dihindari
dan akibatnya alignment dari wire menjadi berubah. Karena long span, ini akan
memberikan efek vertikal ekstrusive force yang sedikit dari molar tube meskipun
archwire gauge ditingkatkan. Anchorge dari ekstrusive movement pada gigi impaksi di
eksploit sedikit dan dibatasi sampai gigi insisivus terdekatnya dimana proses
treatmentnya menghasilkan progresive itrude.
Johnson’s ( Modified ) Twin-Wire Arch
Johnson’s twin wire diaplikasi pada vertikal plane. Aplikasi ini berdasarkan foixed
molar bands yang dihubungkan melalui solder palatal arch ( figure 5.7 ). Long narrow
gauge (0,0200 internal diameter ) tube dibebaskan melingkari molar buccal tube
( 0,0360 ) dan membuat bagian anterior menjadi luas ke area gigi caninus desidui.
Tahap pertama yaitu mencetak dental arch pasien lalu letakkan molar bands. Band
dipindahkan dari gigi dengan hati-hati. Lalu di cetak sebelum dicor. Pada model, palatal
arch dibuat dan di solder ke lingual di samping molar band, untuk menyediakan resisten
ke ekstrusive force. Bucal tube disolder untuk menjamin aligment menjadi tepat dengan
posisi anterior bracket. Atur molar tube sesuai kasus ( figure 5.7b ), akan menghasilkan
komponen intrusive atau ekstrusive vertical force pada gigi anterior. Labial archwire
dibuat.
Pada beberapa kali kunjungan akan dicapai alignment erupsi tiga gigi insisivus
dengan baik dan multistranded wire dibuang. Jika pasien ingin dioperasi dimana gigi
insisivus desidui dan supernumerary dibuang. Gigi insisivus permanent disingkapkan.
Cara ini dilakukan tanpa pemindahan aplikasi ortodonsi. Akibat dari operasi ini adalah
delaserasi incisor. ( figure 5.8 & 5.9 ). Ketika gigi mencapai oklusal dimana terjadi
torqueing dan rotasi. Jika demikian bracket diletakkan pada gigi untuk mencapai posisi
ideal ( figure 5.10 ).
Orthodontic treatment sangat simple. Di laboratorium dibuat palatal arch dan hati-hati
dalam alignment bucal tube. Pada mulut pasien, sementasi band dan bonding bracket dan
aplikasi archwire dan long span antara molar tube dan incisor bracket.

2. E. Prognosis
Prognosis dari perawatan gigi impaksi tergantung dari beberapa faktor berikut
Impaksi yang disebabkan oleh penyumbatan
Panjang akar
Pada gigi impaksi, panjang akar gigi hampir selalu normal, namun pada beberapa kasus
akar dapat lebih pendek dari normal karena masih dalam perkembangan.Jika terlihat
jaringan sekitar tertekan karena pertumbuhan akar tersebut, sebaiknya utamakan untuk
dilakukan perawatan. Meskipun begitu, hal ini tidak memberi prognosis yang buruk
untuk kembali pada keadaan normal.
Perlekatan jaringan periodontal
Jika pada pembedahan pembukaan flap mukosa mulut dilakukan secara langsung pada
daerah tepat di atas gigi yang impaksi di atas daerah attachment gingiva, prognosis
cendrung buruk. Tahap pembukaan flap muko-gingival harus di perhatikan agar dapat
memberikan jaringan lunak yang cukup, dengan mengangkat flap secara utuh dan setelah
prosedur bedah, flap diharapkan dapat menutup luka dengan sempurna. Pada akhirnya
gigi akan erupsi dengan gingiva dan jaringan periodontal yang baik
Puncak tulang alveolar
Ketika gigi impaksi dipisahkan dengan memberi kekuatan erupsi tambahan diikuti
pengambilan jaringan yang menutupi gigi impaksi, akan terlihat bahwa tulang pendukung
gigi tersebut lebih besar dari gigi sebelahnya yang dapat erupsi normal.
Pemeliharaan vitalitas
Selama prosedur bedah, pengambilan gigi supernumerary dapat menyebabkan
devitalisasi gigi yang impaksi. Begitu juga pada pemberian kekuatan tambahan untuk
ekstrusi gigi impaksi, jaringan pulpa dapat mangalami kerusakan.
Oral hygiene
Selama fase awal erupsi gigi impaksi, gingiva biasanya sensitif , lunak, dan mudah
mengalami pendarahan.hal ini dapat membuat pasien terutama anak-anak akan malas
untuk menyikat gigi secara teratur. Inflamasi sekunder dari gingiva dan penyimpangan
efek regenerasi tulang dapat terjadi. Karena alasan ini perawatan harus direncanakan
dengan baik, hindari tindakan bedah dan pengaplikasian tekanan extrusive dapat
menyebabkan sulitnya pembersihan.
Impaksi yang disebabkan oleh trauma
Penyumbatan oleh jaringan lunak
Perawatan yang diperlukan untuk membuka mukosa tebal yang resisten adalah tindakan
bedah.
Dilaserasi insisivus sentral dan gigi dengan terhambatnya perkembangan akar
Sudah jelas bahwa kelanjutan prognosis rendah untuk kasus dilaserasi gigi dan gigi
dengan terhambatnya perkembangan akar dimana pada prosedur pengambilana serta
pemindahannya kemungkinan memerlukan langkah yang panjang.
Dilaserasi Akar bagian apical

Pada pasien yang sangat muda, perawatan dari pembedahan akar dilaserasi hampir sama
langkah-langkahnya dengan bedah akar yang terobstruksi.
Sebelum hal tersebut dilakukan, pelajari gambaran radiografi tangenisial dengan teliti
untuk mengetahui bentuk dan orientasi dari akar. suatu dilaserasi akar terhadap sepertiga
atas suatu akar, prognosisnya akan semakin baik. Dan bisa diperkirakan, jika dilaserasi
ada pada mahkota dari suatu gigi, prognosis akan memperbaiki penutupan pada tepi
insisal.
Jika dilaserasi ada pada keseluruhan panjang akar, perawatan ortodonsi akan memberikan
prognosis yang sangat baik. Gigi harus dibongkar dengan pembedahan dan tertutup
dengan baik. Pada sebagian besar kasus, satu-satunya permukaan mahkota yang tersedia
untuk eyelet (simpul) adalah permukaan palatal.

3. Trauma akut pada gigi yang mengalami instrusi

Pada gigi yang mengalami instrusi diharapkan kembali erupsi pada posisi yang
normal. Untuk mengembalikan ke posisi yang normal dibutuhkan perawatan ortodontik.
Untuk perawatan darurat prosedur restorative awal dilakukan oleh ahli pedodonsi atau
ahli bedah mulut dan pasien tidak akan merasa sakit pada saat dilakukan perawatan
ortodontik.
Apabila gigi telah berhasil diambil dengan baik, maka tulang di sekeliling gigi
akan mengalami penyembuhan dengan sendirinya atau penyembuhan dengan resorpsi
permukaan. Berdasarkan Andreasen dan Andreasen (1994) penyembuhan tanpa resorpsi
permukaan tidak mungkin dilakukan pada keadaan klinis, tetapi penyembuhan mungkin
terjadi apabila tidak ada injuri pada lapisan yang paling dalam dari ligamen periodontal.
Bagaimanapun penyembuhan dengan resorpsi permukaan akan mengakibatkan gigi
mengalami luksasi soketnya dengan ligamen periodontal yang normal dan sementum
baru. Penyembuhan melalui resorpsi penggantian, ada penyatuan langsung antara akar
dan tulang disekelilingnya. Perbaikan akan terhitung berhasil, tapi gigi tidak akan pernah
mendapatkan kekuatan ortodontik. Gigi kadang-kadang perlekatannya kembali normal
(resorpsi penggantian sementara) meskipun ini tidak berarti apa-apa, dan kemungkinan
besar akan muncul area ankylosis pada permukaan akar dan gigi kemudian tetap instrusi
permanen. Pada kondisi ini diindikadikasikan untuk pencabutan.
Perawatan ortodontik akan dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan
bersamaan dengan prosedur restorative minor, dimana akan memberikan hasil yang baik
sekali dengan prognosis yang baik pula. Perawatan khusus harus dilakukan ketika
menggunakan alat cekat (Andreasan dan Andreasan, 1994). Pertama, dengan atau tanpa
menggunakan braket orhtodontik, ada beberapa jenis rangka resisten yang membutuhkan
perlekatan pada gigi sebelahnya, yang mana dibuatkan unit jangkar multiple dimana
kekuatannya digunakan pada gigi instrusi. Ini mungkin membutuhkan beberapa braket
dan sebuah lengkung kawat, meskipun bonding komposit dilakukan secara langsung pada
lapisan enamel di bagian labial gigi hasilnya akan kelihatan memuaskan.
BAB III
KESIMPULAN

Impaksi gigi anterior perlu mendapat perhatian khusus oleh dokter gigi. Hal ini
dikaitkan dengan posisi gigi tersebut yang berpengaruh terhadap estetik. Gangguan erupsi
pada umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen
sehingga gigi permanen tertentu tidak mengalami erupsi dan bisa jadi terjadi impaksi.
Penanganan yang dilakukan untuk marawat gigi anterior yang impaksi adalah
dengan prosedur ortodontik dan bedah. Pengawasan terhadap gigi anak ketika priode gigi
bercampur harus dilakukan untuk diketahui sedini mungkin apakah terjadi impaksi.
Sehingga secepatnya perawatan dapat dilakukan. Hal ini juga dimaksudkan untuk
menghindari komplikasi lebih lanjut akibat adanya gigi yang impaksi. Untuk
mendiagnosa secara jelas apakah seseorang memiliki gigi impaksi adalah dengan rontgen
foto.
Contoh Kasus
Anak perempuan berumur 10 tahun 4 bulan, dirujuk ke orthodontist dengan keluhan
utama adalah erupsi terlambat dari gigi kedua insisivus sentralis RA. Anak tersebut
berada dalam kondisi sehat dan tidak pernah mengalami trauma terhadap giginya. Dari
riwayat medisnya, anak tersebut dapat diindikasikan untuk dilakukan terapi orthodontik

Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan anak tersebut mengalami tahap gigi campuran


yang terjadi dini dengan kesehatan rongga mulut jelek, hubungan molar kelas II angle,
overjet 3 mm dan overbite 4 mm
. Radiografis panoramik menunjukkan kedua gigi insisivus sentralis maksila
mengalami impaksi karena keberadaan 2 gigi supernumerari yang impaksi dan terletak
pada arah kedua gigi tersebut erupsi di rongga mulut. Kedua gigi insisivus sentralis
maksila yang mengalami impaksi tersebut berada dalam posisi vertikal dan gigi
supernumerari terletak diantara mahkota kedua gigi tersebut

. Rencana perawatan adalah pembedahan, ekstraksi gigi supernumerari dan penarikan


kedua gigi gigi insisivus sentralis ke dalam rongga mulut dan memfiksasinya dengan
perawatan orthodontik.

Perawatan
Pasien dirujuk dahulu ke Departemen Bedah Mulut dan Oromaksilofasial untuk
mengangkat gigi-gigi supernumerari dan membuka jalan bagi turunnya kedua gigi
insisivus sentralis maksila untuk erupsi dengan cara pembedahan. Anestetikum lokal
yang digunakan adalah Articaine dengan 0,006 mg/ml adrenalin. Ahli bedah membuat
flep mukoperiosteal untuk mengangkat gigi supernumerari . Agar gigi insisivus sentralis
maksila yang impaksi dapat terlihat, maka sejumlah tulang diangkat dengan
menggunakan bur bulat. Setelah gigi supernumerari diangkat, attachment gingiva
diikatkan ke permukaan labial gigi insisivus yang impaksi dengan kawat 0,01 inchi
selama prosedur pembedahan berlangsung
Traksi orthodontik dari kedua gigi insisivus sentralis yang impaksi dilakukan dengan
menggunakan alat lepasan maksila yang terdiri dari ” high labial arch wire “. Tekanan
ringan kira-kira 60-90 g diaplikasikan pada tali elastik 1/8 inci dengan berat 2,5 ons yang
dipasang di dalam mulut dan terletak diantara kawat-kawat ligatur dan “ high labial arch
wire “
Ketika kedua gigi insisivus tersebut telah mencapai dataran oklusal, alat yang
diaplikasikan pertama kali dilepas dan dipasang alat orthodontik permanen 2x2. Band
molar ditempatkan pada kedua gigi molar satu permanen maksila dan braket ditempatkan
pada kedua gigi insisivus sentralis permanen maksila yang telah erupsi.kemudian “
cervical headgear “ digunakan untuk distalisasi molar satu permanen maksila untuk
memperbaiki hubungan molar kelas II dan membuka ruang untuk erupsi gigi-gigi
permanen di rahang atas yang lainnya. 5 bulan kemudian, hubungan molar kelas I
didapat. Setelah tahap ini, lengkung gigi kiri dn kanan maksila dihubungkan dengan
pengikatan alat berupa kawat lurus yang dibengkokkan untuk meutup ruang dan koreksi
akhir anteroposterior dengan tali elastik kelas II dilakukan. Pasien diaplikasikan retainer
Hawley di maksila dan mandibula dengan instruksi penggunaan alat tersebut sepanjang
waktu kemudian penggunaan alat btersebut pada waktu malam saja. Total waktu
perawatanadalah 32 bulan.
Hasil
Kedua gigi insisivus sentralis maksila telah berada pada posisinya dilengkung rahang,
overbite, over jet dan hubungan antar cusp yang normal tercapai.
Hubungan kaninus kelas I dan hubungan molar tercapai. Perubahan yang paling
signifikan adalah perkembangan dramatik terhadap senyum anak perempuan tersebut dan
tampilan gigi secara estetik sesuai dengan margin gingiva dan ukuran mahkota klinis gigi
di sekitarnya.

Setelah perawatan selesai, insisivus yang telah baik posisinya memiliki kontur gingiva
yang baik dan attached gingiva yang lebarnya normal. Radiografis pasca perawatan
menunjukkan tidak ada kehilangan tulang priodontal, resorbsi akar minimal dan bentuk
akar normal pada kedua gigi insisivus sentralis yang posisinya telah baik.
Daftar Pustaka
Becker, Adrian.1998. The Orthodontics Tretment Of Impacted Teeth. Israel : University
Hadassah School Of Dental Medicine.
Pranjoto, Herdi Eko dan Jusuf Djamsudin. Perawatn Gigi Impaksi Gigi Anterior Rahang
Atas Pada Remaja. Surabaya : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai