Anda di halaman 1dari 13

FI2202 Listrik Magnet: Magnetostatika

Agus Suroso
Sem. 2 2017-2018
Topik magnetostatika diawali dengan pembahasan mengenai gaya Pokok bahasan:
Lorentz (yaitu interaksi antara medan magnetik dengan muatan listrik 1. gaya Lorentz,
yang bergerak) dan aplikasinya pada muatan listrik (siklotron, gerak 2. hukum Biot-Savart,
spiral, gerak sikloid) dan kawat berarus listrik. Pada bagian tersebut,
3. hukum Ampere,
kita tidak membahas dari mana medan magnetik berasal. Bagian selan-
jutnya membahas medan magnetik yang dibangkitkan dari arus listrik, 4. Perbandingan medan magnetostati-
ka dan elektrostatika,
yang dirumuskan dalam hukum Biot-Savart dan hukum Ampere.
Melalui kedua hukum tersebut, kita memahami bahwa ternyata gejala 5. syarat batas medan magnetik pada
arus permukaan,
kemagnetan dan kelistrikan saling berhubungan. Pembahasan dilan-
6. uraian kutub jamak untuk vektor
jutkan dengan membandingkan sifat dari medan magnetik dengan
potensial magnet.
sifat medan listrik yang telah kita pahami dari kuliah-kuliah sebelum-
nya. Selanjutnnya, diperkenalkan besaran vektor potensial magnetik
yang memiliki kemiripan dengan potensial listrik yang bersifat skalar.
Pada bagian terakhir, dibahas mengenai syarat batas medan magnetik
di sekitar arus permukaan serta uraian kutub jamak (multipol) dari
vektor potensial magnetik.

Gaya Lorentz

Pada pembahasan mengenai elektrostatika, suatu partikel bermuatan


listrik yang diam menghasilkan medan listrik pada daerah di seki-
tarnya. Medan tersebut kemudian mempengaruhi muatan lain (kita
sebut muatan uji), sehingga muatan uji tersebut mengalami gaya
listrik. Lalu, bagaimana jika muatan bergerak? Apakah juga terjadi
interaksi dengan muatan lain?
Saat dua kawat yang sejajar dialiri arus dengan arah yang sama,
kedua kawat akan saling tarik menarik, dan sebaliknya akan tolak
menolak jika arus listrik pada kedua kawat berlawanan arah. Inte-
raksi pada kawat tersebut bukanlah interaksi elektrostatika karena
pada dasarnya kedua kawat tersebut tetap netral walaupun di da-
lamnya terdapat muatan yang bergerak. Jumlah muatan negatif (jika
pembawa muatan pada kawat adalah elektron) yang bergerak sama
dengan muatan positif yang diam. Gejala yang terjadi adalah arus
listrik menghasilkan medan magnetik di sekitar kawat dan medan
magnetik tersebut mempengaruhi muatan yang bergerak pada kawat
di sebelahnya. Munculnya medan magnetik di sekitar kawat berarus
tersebut dapat dikonfirmasi dengan menempatkan sensor medan
magnetik (atau kompas) di sekitar kawat berarus.
Gaya magnetik yang dialami oleh muatan listrik Q yang bergerak
dengan kecepatan ~v dalam daerah bermedan magnetik ~B adalah

~FB = Q~v × ~B. (1) J hukum gaya Lorentz


fi2202: magnetostatika 2

Siklotron
Partikel bermuatan yang bergerak dalam medan magnetik menga-
lami gerak melingkar, dengan gaya magnetik berperan sebagai gaya
sentripetal,
mv2
QvB = ⇒ QBR = mv = p, (2)
R
dengan m, R, dan p secara berurutan adalah massa, jari-jari, dan mo-
mentum partikel. Persamaan di atas disebut sebagai formula siklotron.

Gerak spiral
Berdasarkan hukum gaya Lorentz, hanya komponen kecepatan yang
tegaklurus dengan medan magnetik menghasilkan gaya magnetik,
sedangkan komponen sejajar tidak terpengaruh oleh medan mag-
netik. Jika sebuah partikel memiliki kedua komponen kecepatan
tersebut, maka gerak partikel pada arah sejajar medan magnetik ti-
dak berubah, sementara pada arah tegaklurus menghasilkan gerak
melingkar. Jadi, secara total partikel bergerak dalam lintasan berupa
spiral.

Gerak sikloid Gambar 1: Lintasan spiral partikel


bermuatan yang bergerak dalam medan
Gerak sikloid terjadi pada partikel yang berada dalam pengaruh magnetik.
medan listrik ~E dan medan magnetik ~B yang saling tegaklurus. Se-
bagai contoh, kita ambil ~E = Ek̂ dan ~B = Bî pada suatu koordinat
Kartesis. Mula-mula partikel bermuatan Q diam di titik asal O, ke-
mudian dipercepat oleh medan ~E ke arah k̂. Setelah memiliki kece-
patan arah k̂, partikel kemudian mengalami gaya magnetik ke arah ĵ
akibat ~v × ~B 6= 0. Saat itu, kecepatan partikel menjadi
~v = vy ĵ + vz k̂. (3)
Selanjutnya, interaksi antara vy ĵ dengan Bî menghasilkan gaya Lo-
rentz lagi dengan arah ĵ × î = −k̂. Gaya ini kemudian melawan gaya
elektrostatik QEk̂. Kedua gaya ini mempengaruhi partikel selama
gerakannya.
Mari kita pelajari persamaan gerak partikel secara lebih lengkap.
Berdasarkan hukum Newton, ∑ ~F = m~a,
h   i  
Q Ek̂ + vy ĵ + vz k̂ × Bî = m a x î + ay ĵ + az k̂
h  i  
Q E − vy B k̂ + vz B ĵ = m a x î + ay ĵ + az k̂ . (4)
Mengingat a = v̇ persamaan vektor di atas dapat diuraikan dalam
tiap komponennya menjadi
QE − Qvy B = mv̇z , (5)
QBvz = mv̇y . (6)
fi2202: magnetostatika 3

Turunkan persamaan (5) terhadap waktu untuk memperoleh


m
v̇y = − v̈z . (7)
QB
Kemudian substitusikan hasil di atas ke persamaan (6) untuk menda-
patkan
Q2 B2 vz + m2 v̈z = 0. (8)
Solusi umum dari persamaan di atas berbentuk

vz (t) = C1 sin ωt + C2 cos ωt, (9)

dengan ω = QBm . Substitusikan solusi tersebut ke persamaan (6),


kemudian integralkan terhadap waktu t, menghasilkan

vy = −C1 cos ωt + C2 sin ωt + C3 , (10)

dengan C3 suatu konstanta integrasi. Posisi partikel sebagai fungsi


waktu diperoleh dengan mengintegralkan kecepatan terhadap waktu,
diperoleh
C1 C2
Z
y= vy dt = −
cos ωt + sin ωt + C4 , (11)
ω ω
C C2
Z
z = vz dt = − 1 sin ωt − cos ωt + C3 t + C5 , (12)
ω ω
dengan C4 dan C5 masing-masing merupakan konstanta integrasi.
Dengan menerapkan syarat batas bahwa partikel mula-mula diam di
titik asal,
y(0) = z(0) = vy (0) = vz (0) = 0,
diperoleh solusi akhir berbentuk
E
y= (ωt − sin ωt) , (13)
ωB
E
z= (1 − cos ωt) . (14)
ωB
Terakhir, dengan memanfaatkan identitas trigonometri sin2 ωt +
cos2 ωt = 1, diperoleh persamaan lintasan

(y − Rωt)2 + (z − R)2 = R2 , (15)


E
dengan R = ωB .

Kerja oleh gaya Lorentz


Gambar 2: Lintasan sikloid partikel
Untuk suatu perpindahan infinitesimal d~r, kerja oleh gaya magnetik bermuatan dalam medan listrik dan
magnetik.
adalah
dWB = ~FB · d~r. (16)
Mengingat gaya magnetik selalu tegaklurus dengan kecepatan F̂B =
v̂ × B̂ dan perpindahan searah dengan kecepatan d~r = ~vdt, maka
kerja infinitesimal di atas akan selalu bernilai nol. Dengan demikian,
gaya Lorentz tidak menghasilkan kerja.
fi2202: magnetostatika 4

Gaya magnetik pada kawat berarus listrik


Tinjau suatu kawat dengan rapat muatan per satuan panjang λ. Mu-
atan dari suatu potongan kecil sepanjang dl dari kawat adalah

dq = λdl. (17)

Arus yang melalui kawat adalah

dq dl
I= = λ = λv, (18)
dt dt
dengan v adalah kecepatan alir (drift velocity) muatan dalam kawat.
Dalam bentuk vektor, persaman di atas dapat dituliskan

~I = λ~v. (19)

Jika kemudian kawat ditempatkan pada daerah dengan medan


magnetik ~B, maka muatan dalam potongan kawat dl mengalami gaya
magnetik,
d~FB = dq~v × ~B = λdl~v × ~B. (20)
Gaya total yang dialami kawat diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan di atas sepanjang kawat,
Z   Z  
~FB = λ~v × ~B dl = ~I × ~B dl. (21)

Karena arah arus listrik juga searah dengan arah potongan kawat,
ˆ maka gaya magnetik di atas dapat juga dituliskan dalam
Î = dl,
bentuk Z
~FB = I d~l × ~B. (22)

Gaya magnetik pada arus permukaan


Tinjau suatu lembaran yang dialiri arus listrik. Misal permukaan ter-
sebut terletak pada bidan x − y dari suatu koordinat Kartesis, dan
arus mengalir dengan arah sejajar sumbu y. Kita dapat mendefinisik-
an rapat arus per satuan lebar lembaran,

dI
K≡ . (23)
dx
Jika rapat muatan pada permukaan tersebut adalah σ maka muat-
an dalam suatu luasan kecil da dari lembaran tersebut adalah Gambar 3: Sebuah lembaran yang
dialiri arus listrik total I. Jika arus
mengalir searah sumbu-y, mapat arus
dq = σda = σdxdy. (24) per satuan lebar lembaran dituliskan
dI
sebagai K ≡ dx .
Arus yang mengalir pada potongan lembaran tersebut adalah

dq dy
dI = = σdx = σdxv. (25)
dt dt
fi2202: magnetostatika 5

Dengan demikian diperoleh K = σv atau dalam bentuk vektor

~ = σ~v.
K (26)

Jika lembaran tersebut berada dalam daerah bermedan magnetik


~B, maka gaya total yang dialami oleh lembaran tersebut adalah
Z   Z  
~FB = dq ~v × ~B = ~ × ~B da.
K (27)

Gaya magnetik pada arus volume


Tinjau suatu kawat berbentuk tabung dengan luas penampang da
dan panjang l. Muatan yang terkandung dalam volume kecil dτ
(yaitu sebuah tabung kecil dengan luas alas da dan panjang dl) dari
kawat tersebut adalah

dq = ρdτ = ρdadl, (28)

dengan ρ adalah rapat muatan per satuan volume kawat. Jika arus
ˆ maka kita dapat mendefinisikan
listrik mengalir searah dengan l,
rapat arus per satuan luas,

dI dl
J= = σ = σv ⇒ ~J = ρ~v. (29)
da dt

Jika ditempatkan pada suatu daerah bermedan magnetik ~B, kawat


akan mengalami gaya total
Z   Z  
~FB = dq ~v × ~B = ~J × ~B dτ. (30)

Gaya magnetik total yang bekerja pada arus satu, dua, maupun
tiga dimensi memiliki bentuk yang mirip. Kita dapat melihat adanya
kesebandingan
Z Z Z
( )~Idl ∼ ~ ∼
( )Kda ( )~Jdτ (31)
garis permukaan volume

Konservasi muatan
Untuk sebuah benda tiga dimensi yang mengalir padanya arus lis-
trik, kita dapat menentukan arus total yang melalui sembarang luas-
an da pada benda tersebut menggunakan persamaan
Z
I= ~J · d~a. (32)

Untuk sebuah permukaan tertutup, berlaku teorema divergensi


I Z  
I= ~J · d~a = ~ · ~J dτ.
∇ (33)
fi2202: magnetostatika 6

Arus total yang melalui sebuah permukaan tertutup haruslah sama


dengan pengurangan muatan yang terlingkupi oleh permukaan
tertutup tersebut, sehingga
dq dρ
Z
I=− =− dτ. (34)
dt dt
Berdasarkan dua persamaan terakhir, konservasi muatan dapat di-
nyatakan dalam bentuk

~ · ~J = − dρ .
∇ (35)
dt

Hukum Biot-Savart

Pada pembahasan mengenai elektrostatika, kita dapati bahwa mu-


atan stasioner menghasilkan medan listrik ~E yang konstan. Hal
serupa juga terjadi pada medan magnetik. Medan magnetik kon-
stan dihasilkan oleh arus listrik yang tunak (steady), yang memenuhi
dρ ~ ~
dt = − ∇ · J = 0. Medan magnetik yang oleh arus listrik yang tunak
diberikan oleh hukum Biot-Savart,

~B (~r ) = µ0
Z ~
I× r̂ dl =
µ0 I
Z
d~l × r̂ , (36)
4π r 2 4π r 2

dengan µ0 = 4π × 10−7 Tm/A, ~r posisi pengamat, r~ posisi relatif


~
pengamat terhadap sumber, dan dl elemen kecil kawat.
Dengan memperhatikan kesebandingan yang diberikan pada per-
Gambar 4: Hukum Biot-Savart mem-
samaan (31), kita dapat menuliskan persamaan hukum Biot-Savart berikan medan magnetik di suatu titik
untuk sumber arus tunak berupa luasan atau volume, secara berurut- pada posisi ~r dalam ruang akibat kawat
an berarus listrik. Vektor ~l searah dengan
r
arus listrik, sedangkan ~ adalah posisi
K (~r ) × r̂
Z ~ 0 titik pengamatan terhadap partisi kawat
~B (~r ) = µ0
4π r 2 da, (37) yang menjadi sumber medan magnetik.

J (~r ) × r̂
Z ~ 0
~B (~r ) = µ0
4π r 2 dτ, (38)

dengan ~r 0 vektor posisi partisi dalam koordinat sumber medan.


Tugas
Tugas:

1. Tentukan medan magnetik akibat kawat lurus.

2. Tentukan pula gaya yang bekerja pada dua kawat sejajar yang
dialiri arus listik.

Hukum Ampere

Tinjau medan magnetik akibat kawat lurus yang panjang. Jika kawat
terletak pada sumbu-z dari suatu koordinat silinder (s, φ, z) dan arus
fi2202: magnetostatika 7

listrik searah dengan k̂, maka medan magnetik pada titik berjarak s
dari kawat adalah
~B = µ0 I φ̂. (39)
2πs
Untuk sembarang perpindahan dalam ruang d~l = dsŝ + sdφφ̂ +
dzk̂, integral dari ~B · d~l sepanjang lintasan tertutup menghasilkan
Z 2π Gambar 5: Medan magnetik di sekitar
µ0 I µ0 I
I I
~B · d~l = kawat berarus listrik.
sdφ = dφ = µ0 I. (40)
2πs 2π 0

Jika lintasan tertutup yang dipilih tidak melingkupi kawat, maka


integrasi akan dilakukan dari φ1 ke φ2 , kemudian kembali ke φ0 ,
sehingga dφ = 0 dan ~B · d~l = 0.
R H

Jika terdapat beberapa kawat, maka medan total akan merupakan


jumlahan dari medan oleh tiap-tiap kawat. Hasil integrasi sepanjang
lintasan tertutup untuk medan dari masing-masing kawat akan se- Gambar 6: Jika lintasan Ampere tidak
melingkupi arus listrik, maka d~l = 0.
H
banding dengan arus yang dilingkupi. Sebagai contoh, jika lintasan
yang dipilih melingkupi arus I1 dan I2 namun tidak melingkupi I3 ,
I I I I
~B · d~l = ~B1 · d~l + ~B2 · d~l + ~B3 · d~l

= µ0 I1 + µ0 I2 + 0
= µ0 ( I1 + I2 ) . (41)

Sehingga, secara umum dapat dituliskan Gambar 7: Jika lintasan Ampere hanya
melingkupi I1 dan I2 , maka berlaku
~B · d~l = µ0 ( I1 + I2 ).
H
I
~B · d~l = µ0 Ienc , (42)

dengan Ienc adalah arus total yang dilingkupi oleh lintasan tertutup.
Persamaan terakhir adalah hukum Ampere.
Mengingat kembali teorema Stokes, ruas kiri persamaan hukum
Ampere dapat diubah menjadi
I Z  
~B · d~l = ~ × ~B · d~a.
∇ (43)

Sementara itu, pada suatu arus volume besaran arus pada ruas kan-
an persamaan hukum Ampere dapat ditulis sebagai I = ~J · d~a,
R

sehingga hukum Ampere dapat ditulis ulang dalam bentuk

~ × ~B = µ0~J.
∇ (44)

Hukum Ampere dalam bentuk diferensial di atas juga sekaligus


memberikan pada kita nilai rotasi (curl) dari medan magnetik.
Sekarang, mari kita hitung divergensi dari medan magnetik. Ingat
kembali hukum Biot-Savart

J (~r ) × r̂
~
Z ~ 0
~B (~r ) = µ0 dτ. (45)
4π r 2
fi2202: magnetostatika 8

Divergensi dari persamaan di atas adalah

~ · J (~r ) × r dτ.
Z ~ 0 ~
~ · ~B (~r ) = µ0
∇ ∇ (46)
4π r 2

Ingat kembali operasi vektor


   
~ · ~B × C
∇ ~ = ∂i ε ijk Bj Ck

= ε ijk ∂i Bj Ck + ε ijk Bj ∂i Ck
 
= + ε kij ∂i Bj Ck − Bj ε jik ∂i Ck
   
= ∇ ~ × ~B · C~ − ~B · ∇ ~ ×C ~
   
=C ~· ∇ ~ × ~B − ~B · ∇ ~ ×C ~ . (47)

Sehingga
Z 
r̂ · ∇ r̂
 
~ · ~B = µ0

∇ ~ × ~J − ~J · ~ ×
∇ . (48)
4π r 2 r2
Pada suku pertama, besaran rapat arus bergantung pada koordinat
di dalam bahan, ~J = ~J ( x 0 , y0 , z0 ) sedangkan turunan dikerjakan
pada koordinat di luar bahan, ∇ ~ = ∇ ~ ( x, y, z) sehingga ∇
~ × ~J = 0.
Sementara itu, arah dari vektor r̂ radial menjauhi sumber sehingga
rotasinya bernilai nol, sehingga ∇ ~ × r̂ 2 = 0. Jadi, secara total
r
~ · ~B = 0.
∇ (49)

Perbandingan medan elektrostatik dengan medan magnetik

Sampai di sini, kita telah mempelajari medan listrik yang dibang-


kitkan oleh muatan listrik dan medan magnetik yang dibangkitkan
oleh arus listrik stationer. Divergensi dan rotasi dari masing-masing
medan adalah

∇~ · ~E = ρ , (hukum Gauss) (50)


ε0
~ ~
∇×E = 0 (51)
~ · ~B = 0,
∇ (52)
~ × ~B = ρ .
∇ (hukum Ampere) (53)
ε0
Terlihat bahwa kedua medan seperti memiliki sifat yang saling ber-
kebalikan, medan ~E bersifat menyebar (radial menjauhi sumber) dan
rotasinya nol sedangkan medan ~B berotasi di sekitar sumber dan
tidak menyebar. Kedudukan hukum Ampere terhadap hukum Biot-
Savart setara dengan kedudukan dari hukum Gauss terhadap hukum
Coulomb.
fi2202: magnetostatika 9

Vektor Potensial Magnetik

~ × ~E mengindikasikan adanya potensial skalar


Pada elektrostatika, ∇
V sedemikian sehingga ~E = ∇ ~ V (ingat bahwa rotasi dari gradien
sebuah skalar bernilai nol). Pada magnetostatika, ketiadaan divergen-
si dari medan magnetik, ∇ ~ · ~B = 0 mengindikasikan adanya vektor
~
potensial, katakanlah A, sedemikian sehingga

~ × A.
~B = ∇ ~ (54)

Dengan adanya potensial ini, maka rotasi dari medan magnetik men-
jadi Perkalian dua simbol Levi-Civita.
Dari sifat permutasinya diketahui
 
~ × ~B = ∇
~ × ∇ ~ ×A ~ = ε lmi ε ijk ∂m ∂ j Ak ε lmi = ε ilm , sehingga ε lmi ε ijk = ε ilm ε ijk .
∇ Nilai suku tersebut akan bergantung
  pada nilai koefisien selain i.
= δlj δmk − δlk δmj ∂m ∂ j Ak
• jika l = j dan m = k, maka ε ilm ε ijk >
0,
= ∂l (∂m Am ) − ∂m ∂m Al
  • jika l = k dan m = j, maka ε ilm ε ijk <
=∇~ ∇ ~ − ∇2 A.
~ ·A ~ (55) 0,
• pada kondisi lain, ε ilm ε ijk = 0.
Sehingga hukum Ampere dapat dituliskan kembali dalam bentuk Sehingga dapat disimpulkan
ε ilm ε ijk = δlj δmk − δlk δmj .
 
~ ∇
µ0~J = ∇ ~ − ∇2 A.
~ ·A ~ (56)

~ V, maka V dapat ditambah dengan


Pada elektrostatika, jika ~E = ∇
fungsi sembarang asal gradiennya nol (yaitu fungsi konstan), dan
tetap menghasilkan medan ~E yang sama,

~ (V + V0 ) = ∇
∇ ~ V+∇
~V =∇ ~ V = ~E. (57)
|{z}0
0

Pada magnetostatik kita dapat melakukan hal yang sama. Untuk


~ 0 yang memenuhi ∇
sembarang vektor A ~ ×A ~ 0 = 0, potensial A
~ +A
~0
menghasilkan medan magnetik yang sama dengan potensial A, ~
 
~ A
∇ ~ +A~0 = ∇~A~ = ~B. (58)

Pada magnetostatika, rotasi dari vektor potensial menghasilkan be-


saran fisis medan magnetik sedangkan divergensi dari vektor poten-
sial tersebut tidak berpengaruh terhadap medan magnetik. Dengan
demikian terdapat kebebasan dalam memilih nilai divergensi dari
vektor potensil. Kita mengambil pilihan yang paling sederhana,

~ ·A
∇ ~ = 0, (59)

sehingga hukum Ampere tereduksi menjadi

∇2 A
~ = −µ0~J. (60)
fi2202: magnetostatika 10

Persamaan terakhir merupakan persamaan Poisson dengan tiga


komponen. Solusinya (jika diasumsikan ~J → 0 pada r → 0),
Z ~ 0
~ (~r ) = µ0 J (~r )
A dτ. (61)
4π r
Untuk arus yang mengalir dalam satu dimensi,
Z ~ 0
~ (~r ) = µ0 I (~r )
A dl, (62)
4π r
dan untuk dua dimensi
Z ~ 0
~ (~r ) = µ0 K (~r )
A da. (63)
4π r

Syarat Batas Medan Magnetik pada Arus Permukaan

Tinjau suatu lembaran yang dialiri arus listrik. Medan magnetik di


sekitar lembaran kita uraikan dalam komponen-komponen yang
sejajar dan tegaklurus bidang lembaran,

~B = B⊥ n̂ + Bk t̂, (64)

dengan n̂ adalah vektor normal permukaan dan t̂ vektor yang sejajar


permukaan.
Berikutnya kita tinjau sifat divergensi dan rotasi dari medan mag-
netik di sekitar lembaran berarus listrik. Dalam bentuk integral,
divergensi medan magnetik dapat dituliskan sebagai
I

~B · d~a = Batas ⊥
a − Bbawah a = 0. (65) Gambar 8: Untuk sebuah luasan tertu-
tup yang melingkupi lembaran berarus
Dengan demikian, diperoleh syarat batas listrik, medan magnetik arah tegaklurus
lembaran bersifat kontinu di bidang
⊥ ⊥ lembaran.
Batas = Bbawah . (66)

Selanjutnya, sifat rotasi dari medan magnetik


I
k
~B · d~l = µ0 Ienc ⇔ Batas k
l − Bbawah l = µ0 Kl, (67)

atau
k k
Batas − Bbawah = µ0 K. (68)
Kedua persamaan syarat batas dapat diringkas menjadi satu persa-
maan
~Batas − ~Bbawah = µ0 K
~ × n̂. (69)
Gambar 9: Medan magnetik arah sejajar
di sekitar lembaran berarus listrik tidak
kontinu.
fi2202: magnetostatika 11

~
Kontinuitas dari vektor potensial A
Untuk meninjau kontinuitas dari vektor potensial, kita tinjau diver-
~ Karena divergensi dari A
gensi dan rotasi dari A. ~ bernilai nol, maka
Z   I
~ ·A
~ dτ = A ⊥
~ · d~a = Aatas ⊥
∇ − Abawah = 0, (70)

sehingga
⊥ ⊥
Aatas = Abawah . (71)
Selanjutnya syarat batas untuk komponen tangensial dari A ~ dipero-
leh dengan memanfaatkan hubungan
I Z   Z
~ · d~l =
A ~ ×A
∇ ~ · d~a = ~B · d~a = Φ B , (72)

dengan Φ B adalah fluks magnetik yang menembus sintasan tertutup


yang dibuat tegaklurus terhadap bidang lembaran. Karena meninjau
daerah yang sangat dekat di sekitar lembaran, maka luas dari lintas-
an tertutup tersebut sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga fluks
magnetik yang menembusnya dapat dianggap nol, Φ B = 0. Sehingga
diperoleh I  
~ · d~l = Ak − Ak
A atas l = 0, (73)
bawah

atau
k k
Aatas = Abawah . (74)
Sehingga, secara total dapat disimpulkan bahwa vektor potensial
kontinu di bagian atas dan bawah lembaran,

~ atas = A
A ~ bawah . (75)

Diskontinuitas dari turunan vektor potensial


Karena medan magnetik meurupakan turunan dari vektor potensial,
persamaan (69) mengindikasikan bahwa turunan dari vektor poten-
sial tidak kontinu. Untuk membuktikan ini, kita lakukan perkalian
silang antara vektor n̂ dengan persamaan (69). Terlebih dahulu kita
hitung n̂ × ~B sebagai berikut,
     
n̂ × ~B = n̂ × ∇~ ×A~ =∇~ n̂ · A
~ − n̂ · ∇~ A ~
~ An − ∂n A,
=∇ ~ (76)

dengan An adalah potensial yang searah dengan n̂ (atau tegaklurus


dengan lembaran) dan ∂n A~ menyatakan turunan dari potensial pada
arah tegaklurus lembaran. Sementara itu, perkalian silang antara
n̂ dengan bagian vektor dari suku ruas kanan dari persamaan (69)
menghasilkan  
n̂ × K ~ × n̂ = K.
~ (77)
fi2202: magnetostatika 12

Dari kedua persamaan terakhir, diperoleh


h i h i
~ An − ∂n A
∇ ~ − ∇ ~ An − ∂n A ~ ~
= µ0 K
atas bawah
 
⇔∇~ ( An,atas − An,bawah ) − ∂n A ~ atas − ∂n A
~ bawah = µ0 K ~

Karena A~ kontinu, maka suku kurung pertama di ruas kiri persama-


an di atas bernilai nol, dan menyisakan

~ atas − ∂n A
∂n A ~ bawah = −µ0 K.
~ (78)

Uraian Kutub Jamak untuk Vektor Potensial

Pada titik pengamatan yang cukup jauh dari sumber yang terlokali-
sasi, vektor potensial dapat dituliskan dalam bentuk deret pangkat
dari 1r , dengan r adalah jarak sumber dari titik pengamatan. Untuk
nilai r yang cukup besar, suku r1 dapat didekati dengan polinom
Legendre,

1 ∞ r0
 n
1 1
= ∑ Pn cos θ 0 .

= √ (79)
r 2 0 2 0
r + r − 2rr cos θ 0 r n =0 r

Sehingga potensial magnetik akibat sumber yang telokalisasi dapat


ditulis sebagai
Polinom Legendre untuk n ≤ 5:

~ (~r ) = µ0 I 1 ~0 µ0 I 1 P0 ( x ) = 1
I I
∑ 0 n 0 ~0
 
A
4π r dl = 4π n =0 r n +1
r Pn cos θ dl . (80) P1 ( x ) = x
P2 ( x ) = 3x2 − 1 /2

3
P3 ( x ) = 5x − 3x /2 
Integral tertutup pada persamaan di atas muncul karena kita akan P4 ( x ) = 35x4 − 30x2 + 3 /8
mengevaluasi sumber yang terlokalisasi (sebagai contoh sebuah loop P5 ( x ) = 63x5 − 70x3 + 15x /8


berbentuk lingkaran). Dengan memanfaatkan polinom Legendre


(untuk beberapa nilai n) pada tabel di samping, vektor potensial
dapat diuraikan menjadi
 

 

2 θ0 − 1 
  
I 1 I 1 1 3 cos
I I 
~ µ 0 ~0 0 0 ~0 0
 2 ~0
A (~r ) = dl + 2 r cos θ dl + 3 r dl + . . .
4π   r r } |r 2 

| {z } |
 {z {z } 

monopol dipol quadrupol
(81)

Tiap suku dari potensial di atas diperoleh dengan terlebih dahulu


menghitung bagian integral tertutupnya. Kita akan menghitung dua
suku pertama dari uraian potensial di atas.

• Monopol
Perpindahan total pada suatu lintasan tertutup selalu nol, sehing-
ga I
d~l 0 = 0. (82)
fi2202: magnetostatika 13

Hal ini menunjukkan ketiadaan suku monopol pada potensial


magnetik.
~ monopol = 0.
A (83)

• Dipol
Bagian integral pada suku dipol dapat diubah sebagai berikut,
I I I
r 0 cos θ 0 d~l 0 = ~r 0 · r̂ d~l 0 = r̂ ·~r 0 d~l 0 .
 
(84)

d~l 0
H
Anggap luas dari daerah yang dilingkupi lintasan tertutup
sebagai ~a. Vektor luas tersebut dapat dinyatakan sebagai

1
I
~a = ~r 0 × d~l 0 . (85)
2
Selanjutnya, perkalian silang dari ~a dengan sembarang vektor ~c
menghasilkan

1
I
~a ×~c = ~r 0 × d~l 0 ×~c
2
1
I h  i
d~l 0 ~r 0 ·~c −~c ~r 0 · d~l 0

=
2
1
I
d~l 0 ~r 0 ·~c .

= (86)
2

Perhatikan bahwa suku ~r 0 · d~l = 0 karena kedua vektor tersebut


selalu saling tegaklurus. Untuk ~c = r̂, diperoleh
I Z
r̂ ·~r 0 d~l 0 = ~a × r̂ = −r̂ d~a.

(87)

Jadi, diperoleh potensial dipol magnetik

~ × r̂
 
~ dipol (~r ) = µ0 I µ0 m
Z
A −r̂ × d~a = , (88)
4πr2 4π r2

dengan Z
~ ≡I
m d~a = I~a (89)

disebut momen dipol magnetik. J momen dipol magnetik

Pustaka

[1] David J. Griffiths, Introduction to Electrodynamics, chapter 5, Pren-


tice Hall, New Jersey, 1999.

Anda mungkin juga menyukai