Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASKEP PNEUMONIA

Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu:
Hj. Ns. Agustine Ramie, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 13

1. Nita Elwina (P07120117067)


2. Rifani Apri Liand (P07120117078)
3. Ulfah (P07120117084)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Pneumonia”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membagun dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Asuhan


Keperawatan Pneumonia” ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Banjarbaru, 20 Maret 2019

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….…...1


1.2 Rumusan Masalah………….…………………………………………….2
1.3 Tujuan………..…………………………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apa itu Pneumonia……………………………………………………….4


2.2 Apa saja etiologi dari Pneumonia……………………………………......4
2.3 Apa saja patofisiologi dari Pneumonia………………………………....7
2.4 Apa saja tanda dan gejala Pneumonia…………………………………...7
2.5 Bagaimana penanganan Medis/Keperawatan Pneumonia……………....8
2.6 Bagaimana pemeriksaan diagnosis Pneumonia………………………....9
2.7 Bagaimana konsep asuhan keperawatan Pneumonia…………………...11

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan…………….….………………………………………………31
3.2 Saran……………………………………………………………………...31

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di
dunia.Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap
tahunnya.Kasus kematian tersebut umumnya terjadi di negara
miskin.Sedangkan di negara berkembang, diketahui bahwa 1 dari 5 balita
meninggal karena penyakit tersebut.Walaupun demikian, perhatian yang
diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dirasa masih kurang
(Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi (0
- 11 bulan) sebesar 23,80% dan sebagai penyebab kedua kematian balita (1 – 4
tahun) yaitu 15,50% menempati urutan kedua setelah diare dari 10 besar
kematian. Rata-rata setiap 83 balita meninggal setiap hari akibat
pneumonia.Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kematian balita di Indonesia (Riskesdas RI, 2013).Pneumonia
menjadi salah satu penyakit menular sebagai faktor penyebab kematian pada
anak. Pneumonia menjadi target dalam Millenium DevelopmentGoals
(MDGs), sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian anak. Berdasarkan
data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia, dan
sebesar 935.000 (15%) kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Sedangkan
di Indonesia kasus pneumonia mencapai 22.000 jiwa menduduki peringkat ke
delapan sedunia (WHO, 2014).Jumlah kasus pneumonia di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013 tercatat sebanyak 55.932 kasus (67 kematian). Jumlah
kematian anak pada kelompok umur <1 tahun sebanyak 36 anak dengan
CaseFatality Rate (CFR) 0,18% dan pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak
31 anak dengan CFR = 0,09% (Kemenkes RI, 2014).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki, dan infiltrat pada
foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut (Sugihartono, 2012). Pneumonia adalah
penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga disebabkan oleh bahan
kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu dan radiasi.Berdasarkan
lokasi anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus, atau
menyebar.Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai
bronkus dan bronkiolus sehingga sering disebut dengan bronkopneumonia
(Djojodibroto, 2012).Pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam (Kemenkes RI, 2012).Upaya yang penting dalam penyembuhan
dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan utama dalam menghadapi
pasien pneumonia untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan
diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali.Intervensi keperawatan utama
adalah mencegah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Agar perawatan
berjalan dengan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim
kesehatan yang lainnya, serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
pneumonia di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu Pneumonia?
b. Apasaja etiologi dari Pneumonia?
c. Apasaja patofisiologi dariPneumonia?
d. Apa saja tanda dan gejala Pneumonia
e. Bagaimana penanganan Medis/Keperawatan Pneumonia?
f. Bagaimanapemeriksaan diagnosis Pneumonia?
g. Bagaimanakonsep asuhan keperawatan Pneumonia?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.
b. Untuk mengetahui etiologi pneumonia.
c. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
e. Untuk mengetahui penanganan medis/keperawatan pneumonia.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosis pneumonia.
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pneumonia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus


respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga
dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.3
Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua
bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired
pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-
RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila
infeksinya didapat di rumah sakit.2 Pneumonia-masyarakat (community-
acquired pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar
rumah sakit , sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang
terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat
umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator.
Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator (ventilator-acquired
pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau
lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat di pusat perawatan
kesehatan (healthcare-associated pneumonia) adalah pasien yang 9 dirawat
oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90
hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau
longterm care facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau
perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik
rumah sakit atau klinik hemodialisa.

2.2 ETIOLOGI PNEUMONIA

a. Bakteri

Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu


1. Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif
berupa :

- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif.


Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU
sebanyak 20-60%, sedangkan pada
pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.

- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang


diberikan obat secara intravena (intravena drug
abusers) memungkan infeksi kuman ini
menyebar secara hematogen dari kontaminasi
injeksi awal menuju ke paru-paru. 7 Kuman
ini memiliki daya taman paling kuat, apabila
suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan
timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis
dan pembentukan abses.8 Methicillin-resistant
S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang
besar dalam pemilihan 10 antibiotik dimana
kuman ini resisten terhadap beberapa
antibiotik.

- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus


grup D yang merupakan flora
normal usus.

Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada


pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di
rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama
dan dilakukan pemasangan endotracheal tube. Contoh akteri gram
negatif dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan
memiliki bau yang sangat khas.

- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang


tidak berkapsul. Pada pasien alkoholisme
kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan
resiko terserang kuman ini.

- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan


berkapsul atau tidak berkapsul. Jenis kuman
ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu
encapsulated type B (HiB).

2. Atipikal organisme

Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. , chlamedia sp.
, Legionella sp.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet9 ,


biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.7 Diduga virus
penyebabnya adalah cytomegalivirus9 , herpes simplex virus, varicella
zooster virus.

c. Fungi

Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur


oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup
udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. ,
Cryptococcus neoformans.
2.3 PATOFISIOLOGI PNEUMONIA

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber
patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada
inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan
tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi
mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti
pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan
terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan
menyebabkan infeksi.Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke
saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan
inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan
humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit
dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru (
bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah
dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun,
saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan
reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan
fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.

2.4 TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA

1. Demam

Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering


terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5oC-40,5oC
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan
kecepatan yang tidak biasa.
2. Miningitismus

Tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan


awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kennig dan brudzinski,
dan akan berkurang saat suhu turun.

3. Anoriksia

4. Muntah

5. Diare

6. Nyeri abdomen

7. Sumbatan nasal

8. Keluaran nasal

9. Batuk

10. Bunyi pernafasan

11. Sakit Tenggorokan

12. Keadaan berat pada bayi

13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat napas cepat saja

- Pada anak umur 2 bulan-11 bulan: > 50 kali/menit

- Pada anak umur 1 tahun-5 tahun: > 40 kali/menit

2.5 PENANGANAN MEDIS/KEPERAWATAN PNEUMONIA

Terapi pada pneumonia Community Acquired Pneumonia (CAP) dapat


dilaksanakan secara rawat jalan. Dalam mengobati penderita pneumonia perlu
diperhatikan keadaan klinisnya, bila keadaan klinis baik dan tidak ada
indikasi rawat dapat diobati di rumah dan juga diperhatikan ada tidaknya
faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi
dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang
resisten terhadap penisilin (PDPI, 2003b). Namun pada kasus yang berat
pasien dirawat di Rumah Sakit dan mendapat antibiotik parenteral.
Sedangkan untuk kasus pneumonia nosokomial pemilihan antibiotik
diperlukan kejelian, karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotik di
rumah sakit (Depkes RI, 2005). Penatalaksanaan terapi pneumonia yang
disebabkan bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan
memberikan antibiotik yang dimulai secara empiris dengan antibiotik
spektrum luas sambil menunggu hasil hasil kultur. Setelah bakteri penyebab
diketahui pemberian antibiotik diubah menjadi antibiotik spektrum sempit
sesuai bakteri penyebab (Depkes RI, 2005).

1). Terapi antibiotik pada pneumonia anak

a. Antibiotik oral yang menjadi pilihan pertama pada anak <5 tahun
adalah

amoksisilin. Alternatif lainnya adalah co-amoxiclav, sefaklor,


eritromisin,

klaritromisin dan azitromisin.

b. Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan


kloramfenikol, coamoxiclav, ceftriakson, cefuroksim dan cefotaksim.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PNEUMONIA

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada


pemberian terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit,
tingkat berat penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebeb infeksi (Sudoyo
et al., 2007). Secara klinis, diagnosis pneumonia didasarkan atas tanda-tanda
kelainan fisis dan adanya gambaran konsolidasi pada foto dada. Namun
diagnosis lengkap haruslah mencakup diagnosis etiologi dan anatomi
(Dahlan, 2004). Diagnosis studi: 1. Chest X-ray: teridentifikasi adanya
penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukkan multipel
abses/infiltrat, empiema (staphilococcus); penyebaran atau lokasi infiltrasi
(bakterial) 2. Analisis gas darah: abnormalitas mungkin timbul tergantung
dari luasnya kerusakan paru-paru. 3. Pemeriksaan darah lengkap: leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih rendah pada infeksi.
Penilaian derajat keparahan pneumonia pada anak dan dewasa dengan cara
yang berbeda. 1). Pneumonia Anak Penilaian derajat keparahan pneumonia
pada anak dapat dilihat dari gejala dan tanda yang timbul. Gejala penyakit
pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh naik dapat
mencapai 40˚C, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Misnadiarly, 2008). Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain
: batuk nonproduktif, ingus (nasal discharge), suara napas lemah, penggunaan
otot bantu napas, demam, cyanosis (kebiru-biruan), photo thorax
menunjukkan infiltrasi melebar, sakit kepala, kekakuan dan nyeri otot, sesak
napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi lembab, mual
dan muntah (Misnadiarly, 2008). 6 Hal yang penting untuk diperhatikan
adalah apabila seorang anak batuk dan sulit untuk bernafas, untuk mencegah
menjadi berat dan kematian, anak tersebut harus segera mendapatkan
pertolongan sesuai dengan pedoman tatalaksana. Pneumonia pada anak
diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat,
pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya,
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan dengan
pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit (WHO,
2009).
2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

Tanggal masuk : 10 Juli 2017 Jam : 23.00 WIB


Tanggal pengkajian : 11 Juli 2017 Jam : 08.00 WIB
Nama pengkaji : Surya Partiwi Ruang : Melati

I. DATA SUBYEKTIF

A. Identitas Klien

Nama/Nama panggilan : An. A


Tempat tgl lahir : 10 Mei 2017
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 5,4 kg PB/TB
: 58 cm Alamat
: Muktisari Agama
: Islam Pendidikan :-
Suku bangsa : Jawa
No. RM : 350885
Diagnosa medik : Bronkopneumonia

B. Identitas Penanggung Jawab Nama


: Tn. K Umur
: 27 tahun Jenis kelamin
: Laki-laki Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Muktisari
Hubungan dg klien : Ayah Kandung

C. Keluhan utama
Keluarga mengatakan klien mengalami batuk

D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien
datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 10 Juli 2017
jam 23.00 WIB dengan keluhan panas sejak pagi dan tak kunjung turun,
klien riwayat imunisasi di Bidan, sebelumnya klien mengalami batuk dan
pilek ± 1 minggu, batuk grok-grok, sebelumnya sudah minum obat dari
Bidan tetapi batuk tidak mereda. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan TTV
nadi: 120x/ menit, RR: 64x/ menit, suhu: 38,9 C, auskultasi paru ronkhi,
telah diberikan IVFD D5 ¼ NS 30 tpm, injeksi Paracetamol 60 mg,
Nebulizer Combivent 0,5 mg Inhalasi, Oksigen 1 liter per menit, kemudian
dibawa ke Ruang Melati pada tanggal 11 Juli 2017 jam 01.15 WIB untuk
mendapat perawatan lebih lanjut. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
11 Juli 2017 jam 08.00 WIB, Ibu klien mengatakan klien masih batuk dan
pilek, batuk grok-grok, auskultasi paru ronkhi, irama nafas cepat, akral
hangat, terpasang IVFD D5 ¼ NS 30 tpm, terpasang Oksigen 1 liter per
menit, telah diberikan injeksi Paracetamol 60 mg pada jam 06.00 WIB,
dan didapatkan hasil TTV nadi: 116x/ menit, RR: 62x/ menit, suhu:
38,5OC.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu klien mengatakan klien belum pernah mengalami batuk pilek
sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang sedang
mengalami batuk, tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS, dan lain-lain. Ayah dan Nenek klien mempunyai
riwayat Hipertensi, tidak ada riwayat penyakit menurun lainnya seperti
Asma, Jantung, DM dan lain-lain. Ayah klien seorang perokok.

4. Riwayat kehamilan Klien


anak laki-laki dari P1 A0, Ibu klien mengatakan selama hamil klien tidak
ada keluhan apapun, hanya mual muntah biasa pada trimester pertama,
selama hamil Ibu klien rutin memeriksakan kehamilannya ke Bidan
setempat. Ibu klien tidak mengkonsumsi obat apapun selama hamil dan
juga tidak mengkonsumsi jamu tradisional apapun.

5. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara spontan dibantu oleh Bidan di
Puskesmas, tidak ada masalah selama proses persalinan, klien lahir pada
usia kehamilan 37 minggu, saat lahir klien langsung menangis, BBL 3000
gram dan PBL 45 cm, Ibu klien juga mengatakan klien sering tersedak saat
minum ASI.

6. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi lengkap dari lahir
hingga 2 bulan ini, yaitu imunisasi Hepatitis B, BCG, dan Polio I.

7. Riwayat tumbuh kembang


Ibu klien mengatakan klien sudah mulai bisa merespon dan mengamati
jika dipanggil, klien sudah bisa berdehem dan tersenyum, klien sudah
mampu menumpu badan.

8. Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan : meninggal : menikah

: keturunan : klien --------- : tinggal 1 rumah

Ibu klien mengatakan Ayah klien anak ke 5 dari 6 bersaudara, kedua orang
tuanya masih ada dalam keadaan sehat, Ibu kien anak ke 5 dari 5
bersaudara, Ayah dari Ibu sudah meninggal karena sudah tua, Ibu masih
ada dalam keadaan sehat. Klien merupakan anak pertama, klien tinggal 1
rumah dengan Ayah, Ibu dan Nenek dari Ibunya.

9. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan klien
=100 cc/ kgBB /hari
=100 cc x 5,4 kg = 540 cc.
Kenaikan suhu IWL =200
cc x (suhu badan sekarang – 36, 8 C)
= 200 cc x (38,5-36,8) = 200 cc x 1,7 = 340 cc. Jadi
kebutuhan cairan klien adalah 540 cc + 340 cc = 880 cc/ hari.

10. Kebutuhan kalori


Kebutuhan kalori klien, usia 0-6 bulan 100 Kkal/ kgBB/ hari = 100
Kkal x 5,4 kg = 540 Kkal/ hari.

11. Pola Pengkajian menurut Gordon

a. Pola persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan


Ibu klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika ada
anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter atau Puskesmas,
begitu juga saat anaknya sakit keluarga segera memeriksakannya ke
Bidan terdekat. Ibu klien selalu menjaga kebersihan rumah dan peralatan
yang digunakan terutama untuk anaknya.

b. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien minum ASI tanpa tambahan
susu formula, klien minum ASI 2 jam sekali sekitar 1520 menit, reflek
hisap kuat ASI lancar.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien mengalami
perubahan saat minum ASI, menyusu 2 jam sekali sekitar 10 menit, reflek
hisap lemah. Ibu klien mengatakan klien sering tersedak saat minum ASI.
c. Pola eliminasi
Ibu klien mengatakan klien menggunakan diapers, dan diganti jika
penuh yaitu sekitar 4 jam sekali, klien BAB 1x dengan konsistensi kuning
lembek dan berbau khas pada pagi hari tadi.

d. Pola aktivitas/latihan
Ibu klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasa yaitu
berdehem dan tertawa, hanya saja selalu rewel saat badannya panas.

e. Pola istirahat dan tidur


Ibu klien mengatakan sebelum maupun sesaat sakit klien lebih sering
tidur, hanya saja klien lebih sering terbangun saat batuk, klien tidur sekitar
15 jam sehari

f. Pola perseptif/kognitif
Ibu klien mengatakan belum mengetahui sakit yang diderita anaknya, yang
ibu tahu hanya batuk pilek biasa.

g. Pola koping/toleransi stress Ibu


klien mengatakan klien selalu rewel saat badannya panas, sehingga ibu
mengompres dahinya dengan air hangat.

h. Pola konsep diri


Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih, ibu klien sering bertanya
kondisi anaknya dan bertanya apakah anaknya akan lama dirawat di RS.

i. Pola seksual dan reproduksi Klien


berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan kongenital.

j. Pola peran atau hubungan Klien


tampak tenang dan nyaman saat tidur setelah minum ASI.

k. Pola nilai dan kepercayaan


Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.

B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik

1. TTV
Nadi : 116x/menit
Suhu : 38,5oC
RR : 62x/menit

2. Antropometri
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 42 cm
BB : 5,4 cm
PB/TB : 58 cm

3. Kepala Bentuk
kepala mesocephal, tidak ada benjolan maupun edema, ubun-ubun
belom menyatu, rambut tipis bersih.

4. Mata
Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, reflek pupil an isokor.

5. Hidung
Terdapat sekresi berwarna putih kekuningan, terdapat pernafasan
cuping hidung.

6. Mulut
Mukosa bibir lembab, mulut bersih, belum tumbuh gigi.

7. Telinga
Bersih, tidak ada serumen.

8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid

9. Dada Paru-
paru
Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada, irama nafas cepat
Palpasi : RR: 62x/ menit Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi.

Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler dan tidak ada suara
tambahan.

10. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 14x/ menit
Palpasi : tidak ada massa, cubitan perut kembali cepat <2 detik
Perkusi : terdengar bunyi timpan

11. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC

12. Anus
Ada lubang anus

13. Ekstremitas Atas :


terpasang IVFD D5 ¼ NS 30 tpm pada tangan kiri, akral hangat, CRT <2
detik Bawah : tidak ada kelainan gerak.

14. Kulit
Turgor kulit kembali cepat, <2 detik

15. Pemeriksaan penunjang


Hasil rotgen pada tanggal 11 Juli 2017 jam 09.40 WIB kesan : tampak
kelenjar thymus prominen, bronkiolitis, konviburasi air normal.

16. Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 23.18 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemogobin 10,6 g/dl 10.7-13.1
Leukosit 13,6 10o 3/ul 6.0-17.5
Hematokrit 32 % 35-46
Eritrosit 4,1 10o6/ul 3.60-5.20
Trombosit 486 10o3/ul 229-553
MCH 26 pg 23-31
MCHC 33 g/dl 28-32
MCV L 79 fl 74-102
Eosinofil 1,30 % 1-5
Basofil 0.10 % 0-1
Netrofil L 46,60 % 50-70
Limfosit 42,10 % 20-70
Monosit 9,30 % 1-11
Golongandarah A
Kimiaklinik
SGOT H 56 u/l <37
SGPT 38 u/l <42

17. Program terapi

Terapi Dosis Rote


Infus D5 ¼ NS 30 tpm IV
Inj. Paracetamol 3 x 60 mg IV
Inj.Cefotaxime 2 x 200 mg IV
Combivent 4 x 0,5 mg Inhalasi

ANALISA DATA
No Waktu Fokus Data Problem Etiologi
1. Selasa, 11 DS: Keefektifan Eksudat
Juli 2017 Ibu klien mengatakan bersihan dalam jalan
jam 08.00 klien batuk dan pilek, jalan nafas alveoli,
WIB batuk grok-grok, batuk sekresi yang
dan pilek ±1 minggu. tertahan
DO:
Klien tampak lemah,
kesadaran
composmentis, tampak
sekresi pada hidung
berwarna putih
kekuningan, auskultasi
paru ronkhi, irama nafas
cepat, terpasang
oksigen 1 liter per
menit, TTV nadi: 116x/
menit, RR: 62x/ menit,
hasil rontgen paru kesan
Bronkiolitis.
2. Selasa, 11 DS: Hipertermia Penyakit
Juli 2017 Ibu klien mengatakan
jam 08.00 klien demam sejak pagi
WIB tidak turun-turun.
DO:
akral teraba hangat,
nadi: 116x/ menit, RR:
62x/ menit, suhu: 38,5
C, terpasang IVFD D5
¼ NS 30 tpm mikro di
tangan kiri.
3. Selasa, 11 DS: Defisiensi Kurang
Juli 2017 Ibu klien mengatakan pengetahuan informasi
jam 08.00 sangat sedih dan
WIB khawatir, karena belum
mengetahui sakit yang
diderita anaknya, yang
keluarga tahu hanya
batuk pilek biasa.
DO:
Ibu klien tampak sedih
dan sering bertanya-
tanya kondisi anaknya.

Prioritas diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan eksudat dalam


jalan alveoli, sekresi yang tertahan

2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management:
selama 3x24 jam diharapkan masalah -Atur posisi untuk
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas dapat memaksimalkan
teratasi dengan kriteria hasil: -Aukultasi suara nafas
Indikator IR ER tambahan
-Suara nafas bersih 2 4 -Lakukan fisioterapi dada
-Bernafas dengan 2 5 -Monitor status respirasi
-Tidak ada dyspnea 2 5 dan oksigen
-Nadi dan RR 2 5 -Monitor TTV
dalambatas normal - Berikan terapi seuai
(Nadi 100-160x/
menit, RR 30-60x/
menit)
Keterangan:
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever Treatment:
selama 3x24 jam diharapkan masalah -Kompres menggunakan
Hipertermia dapat teratasi dengan kriteria air hangat pada bagian
hasil: ubunubun, axilla, perut,
Indikator IR ER leher, dan lipat paha
Suhu dalam batas normal 2 5 -Tingkatkan intake cairan
(36-37,5OC) dan nutrisi
Keterangan: -Sesuaikan dengan suhu
1. Ekstrem lingkungan
2. Berat -Monitor suhu setiap 3
3. Sedang jam
4. Ringan -Monitor intake dan
5. Tidak ada keluhan. output
-Berikan terapi sesuai
indikasi yaitu IVFD D5
¼ NS 30 tpm dan injeksi
Paracetamol 60 mg/ 6
jam.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teaching: disease


selama 3x24 jam diharapkan masalah process:
Defisiensi Pengetahuan dapat teratasi dengan -Kaji tingkat pengetahuan
kriteria hasil: keluarga tentang penyakit
Indikator IR ER -Berikan pendidikan
-Mengenal penyakit 2 5 kesehatan tentang
yang diderita klien 2 4 penyakit yang diderita
- Mampu menjelaskan klien.
kembali yang telah -Gambarkan tanda dan
disampaikan gejala, proses penyakit,
Keterangan: dan penyebab dengan
1. Ekstrem cara yang tepat
2. Berat -Berikan informasi
3. Sedang tentang perkembangan
4. Ringan kesehatan klien
5. Tidak ada keluhan. -Diskusikan pilihan terapi
dan penanganan
IMPLEMENTASI

Waktu No Tindakan Respon TTD


11 Juli 2017
08.00 WIB 1 Mengukur TTV Nadi 116x/menit, RR
62x/menit, Suhu 38,5o
C.
10.00 WIB 1 Memberikan injeksi Klien sedang tidur,
Cefotaxim 200 mg obat masuk lancar
melalui IV.
12.00 WIB 1 Memberikan terapi Klien tampak tenang
Nebulizer Combivent 0,5 saat diberikan terapi
mg dan melakukan
fisioterapi dada
16.00 WIB 2 Memberikan injeksi Obat masuk lancar
Paracetamol 60 mg dan melalui IV.
menganjurkan keluarga
menyeka klien
16.35 WIB 1 Mengukur TTV Nadi 114x/ menit, RR
18.00 WIB 1 Memberikan terapi 58x/ menit, Suhu 37,3o
Nebulizer Combivent 0,5 C
mg dan melakukan
18.45 WIB 2 fisioterapi dada Klien tampak tenang
saat diberikan terapi
21.45 WIB 1 Menganjurkan Ibu untuk Ibu paham
memperbanyak
pemberian ASI
23.45 WIB 2 mengganti cairan IVFD IVFD D5 ¼ NS 30
D5 ¼ NS 30 tpm tpm terpasang lancar
Memberikan injeksi obat masuk lancar
Cefotaxim 200 mg melalui iv nadi 118x/
Mengukur TTV menit, RR 58x/ menit,
Memberikan injeksi S 36,8 C obat masuk
Paracetamol 60 m lancar, klien sedang
tertidur
12 Juli 2017
05.30 WIB 1 Mengukur TTV Nadi 124x/ menit, RR
56x/ menit, S 37,4o C
06.00 WIB 1 Memonitor KU KU baik, klien masih
Memberikan terapi batuk dan pilek Ibu
Nebulizer Combivent 0,5 mengerti
mg Inhalasi dan
Menganjurkan Ibu
Melakukan fisioterapi
dada yang telah diajarkan
08.00 WIB 2 Memberikan injeksi obat masuk lancar,
Paracetamol 60 mg dan tidak ada kemerahan
memonitor kulit pada kulit
10.00 WIB Memberikan injeksi Klien menangis, obat
Cefotaxim 200 mg dan masuk lancar, nadi
Mengukur TTV 100x/ menit, RR 56x/
menit, S 36,5o C
12.00 WIB 1 Mengauskultasi paru dan Klien tampak tenang,
memberikan terapi auskultasi paru ronkhi
Nebulizer Combivent 0,5 berkurang
mg Inhalasi serta
menganjurkan ibu
melakukan fisioterapi
dada
13.15 WIB 3 memberikan pendidikan Keluarga mengatakan
kesehatan tentang menjadi tahu sakit
pengertian, penyebab dan yang diderita anaknya,
tanda gejala penyakit respon obyektif
Bronkopneumonia
16.00 WIB 2 Memberikan injeksi Keluarga mampu
Paracetamol 60 mg, menyebutkan kembali
Mengukur suhu dan beberapa materi yang
menganjurkan keluarga telah dijelaskan
menyeka klien keluarga paham, obat
masuk lancar dan suhu
36,8o C
18.00 WIB 1 Memberikan terapi Klien tampak tenang,
Nebulizer Combivent 0,5 auskultasi paru ronkhi,
mg Inhalasi, hasil TTV nadi 108x/
mengaukultasi paru, menit, RR 50x/ menit,
mengukur TTV, dan KU baik, klien masih
memonitor KU batuk dan pilek
18.35 WIB 2 Mengganti cairan IVFD Obyektif IVFD D5 ¼
D5 ¼ NS 30 tpm dan NS 30 tpm terpasang
memonitor pernafasan lancar, irama nafas
teratur, nafas spontan
22.00 WIB 1 Mengukur TTV, Nadi 104x/ menit, RR
memberikan injeksi 50x/ menit, S 36,2 C,
Cefotaxim 200 mg obat masuk lancar
melalui iv
13 Juli 2017
05.15 WIB 1 Mengukur TTV dan Nadi 114x/ menit, RR
memonitor pernafasan 52x/ menit, S 36,4 C,
irama nafas teratur
06.00 WIB 1 memberikan terapi Klien tampak tenang,
Nebulizer Combivent 0,5 Ibu paham
mg Inhalasi,
menganjurkan Ibu
melakukan fisioterapi
dada
10.00 WIB 1 memberikan injeksi Obat masuk lancar,
Cefotaxim 200 mg, nadi 116x/ menit, RR
mengukur TTV 54x/ menit, S 36,3 C
11.40 WIB 3 memberikan pendidikan Keluarga kooperatif
kesehatan tentang dan mampu
penanganan dan menyebutkan
pencegahan penyakit beberapa materi yang
Bronkopneumonia telah disampaikan
12.00 WIB 1 memberikan terapi Klien tampak tenang.
Nebulizer Combivent 0,5 Memonitor KU,
mg dan melakukan respon obyektif KU
fisioterapi dada baik, kesadaran
composmentis, batuk
berkurang pilek
berkurang
15.00 WIB 1 mengukur TTV Nadi 110x/ menit, RR
mengevaluasi 52x/ menit, S 36,4 C
pengetahuan keluarga keluarga mengatakan
tentang penyakit yang sudah paham dan
diderita klien mengerti, keluarga
tampak senang.
EVALUASI

Waktu No SOAP TTD


11 Juli 2017 1 S : Subyektif Ibu klien menagatakan
22.00 WIB batuk dan pilek ± 1 minggu O
O : klien tampak batuk dan pilek,
KU lemah, kesadaran
composmentis, auskultasi paru
ronkhi, terpasang oksigen binasal
kanul 1 lpm, irama nafas cepat, RR
58x/ menit, Nadi 118x/menit,
rontgen thoraks dengan kesan
Bronkiolitis
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan terapi sesuai program,
lakukan fisioterapi dada, monitor
2 TTV dan pernafasan
S : ibu klien mengatakan panasnya
mulai turun.
O : suhu 36,8 C, terpasang IVFD
D5 ¼ NS 30 tpm.
A : masalah teratasi
P : lanjutkan terapi sesuai program,
3 monitor suhu.
S : keluarga mengatakan belum
mengetahui sakit yang diderita oleh
klien, yang keluarga tahu hanya
batuk pilek biasa.
O : keluarga tampak sedih dan
khawatir, keluarga sering bertanya-
tanya sakit yang dialami anaknya,
keluarga juga bertanya tentang
kondisi anaknya.
A : Masalah belum teratasi.
P : lakukan pendidikan kesehatan
secara bertahap dan tepat, berikan
informasi mengenai perkembangan
kesehatan klien.
12 Juli 2017 1 S:-
22.30 WIB O : klien tampak batuk dan pilek,
klien tampak tenang, KU baik,
kesadaran composmentis, auskultasi
paru ronkhi berkurang, nafas
spontan dan irama nafas
teratur. RR 50x/ menit, Nadi
104x/menit
A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan terapi sesuai program,
lakukan fisioterapi dada, monitor
TTV dan pernafasan
2 S:-
O : tidak ada perubahan warna kulit,
suhu 36,2 C, terpasang IVFD D5 ¼
NS 30 tpm
A : masalah teratasi
P : lanjutkan terapi sesuai program,
monitor suhu
3 S : keluarga mengatakan sudah
paham dan mengerti tentang
pengertian, penyebab dan tanda
gejala penyakit Bronkopneumonia.
O : keluarga tampak kooperatif,
keluarga mampu menyebutkan
kembali beberapa yang telah
dijelaskan.
A : masalah teratasi.
P : lakukan pendidikan kesehatan
tentang penatalaksanaan dan
pencegahan penyakit
Bronkopneumonia
13 Juli 2017 1 S : Ibu klien mengatakan klien
17.00 WIB batuk dan pileknya sudah mereda.
O : KU baik, kesadaran
composmentis, nafas spontan dan
irama nafas teratur, batuk dan pilek
sudah berkurang, auskultasi paru
ronkhi berkurang, RR 52x/ menit,
Nadi 110x/menit.
A : masalah teratasi.
P : anjurkan meminumkan obat
secara teratur dan obat dihabiskan,
hindarkan anak dari asap rokok dan
polusi.
2 S:-
O : tidak ada perubahan warna kulit,
suhu 36,4 C, RR
52x/ menit, Nadi 110x/menit.
A : masalah teratasi.
P : anjurkan ibu memberikan ASI
eksklusif, anjurkan kompres jika
panas.
3 S : keluarga mengatakan sudah
paham dan mengerti tentang
penyakit yang diderita anaknya
serta cara penanganannya.
O : keluarga tampak senang,
keluarga mengerti dan mampu
menyebutkan kembali beberapa
yang telah dijelaskan.
A : masalah teratasi.
P:-
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi
pneumonia lobaris, pneumonia interstisial(bronkiolitis), bronko
pneumonia. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang
saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan praktek-
praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian
terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak
dan balita hamper diseluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi
pada bayi > 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia
dapat menurunkan angka kematian anak.
3.2 SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manisfestasi dari
rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman
pathogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernafasan. dalam
keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri didalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang baik dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah untuk Mahasiswa.Jogjakarta :


DIVA Press.

Bulechek, Gloria M, dkk. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


6. Jakarta. Mocomedia.

Hastuti, Apriyanti Puji. (2015). Konsep Hospitalisasi pada Anak dan Keluarga.
Modul Kuliah Keperawatan Anak. Politeknik Kesehatan RS dr Soepraoen
Malang.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta. EGC.

Kyle, T & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol. 3 Edisi
2.Dwi Widiarti &Wuri Praptiani (Alih Bahasa).Jakarta : EGC.

Natadidjaja, Hendarto. (2012). Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit


Dalam.Tangerang : Karisma Publishing.

Moorhead, Sue, dkk. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi 5. Jakarta. Mocomedia.

Djojodibroto, 2012

Sugihartono, 2012

Anda mungkin juga menyukai