Angle Recess Glaukoma'
Angle Recess Glaukoma'
I. PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyakit neurodegeneratif pada saraf optik yang
ditandai dengan kematian progresif dari sel ganglion retina dan dapat menyebabkan
kebutaan. Penyebabnya tidak lagi karena adanya faktor resiko utama yaitu
peningkatan tekanan intraokuler namun penelitian-penelitian terakhir menyatakan
bahwa penyebab glaukoma merupakan proses multifaktor dan menyeluruh. 1, 2
Gambar 2. Pelebaran Iregular korpus siliaris di satu kuadran yang mengalami angle
recess6
Angle recess pada mata, dengan atau tanpa disertai glaukoma, merupakan
sekuel yang paling sering terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Ciri khas dari
angle recess ini adanya celah yang bervariasi antara serabut sirkuler muskulus
siliaris dan serabut longitudinal muskulus siliaris. Insiden peningkatan tekanan
intraokuler berhubungan erat dengan luas sudut yang terlibat, biasanya melibatkan
180o – 270 osudut trabekular meshwork. 3, 4, 6
Sekalipun Glaukoma angle recess ini jarang ditemukan, kemungkinan
keadaan ini seringkali tidak terdeteksi karena onsetnya yang cenderung terlambat.
Karena jangka waktu terjadinya trauma sudah lama, sehingga riwayat trauma yang
pernah terjadi pada mata tersebut sering terlupakan. 3, 4, 6
a. b.
c.
Gambar 3. a. b. & c. Hifema dan angle recess post traumatik 8
Pada mata dengan angle recess, sangat sedikit yang kemudian berkembang
menjadi glaukoma (20%). Pada angle recess yang disertai dengan glaukoma,
onsetnya sangatlah bervariasi, dari segera setelah terjadinya trauma sampai
berbulan bahkan bertahun-tahun setelah terjadinya trauma. Resiko berkembangnya
angle recess untuk menjadi glaukoma berbanding lurus dengan luasnya angle
recess pada mata tersebut. Namun adanya angle recess pada mata itu sendiri tidak
dapat dijadikan predictor untuk terjadinya penyakit glaukoma. 6
Angle recess merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi setelah
trauma pada mata. Insiden pasti di AS belum pernah dilaporkan, namun didapatkan
pada sekitar 20-94% dari mata yang mengalami trauma tumpul.
Angle recess yang terjadi setelah adanya hifema traumatik adalah sebanyak 71-
100% kasus trauma.
Pada tahun 1987 pemeriksaan rutin (asimptomatik) pada petinju didapatkan angle
recess sebanyak 19% dari jumlah penderita yang diperiksa, dimana 8% diantaranya
merupakan terjadi secara bilateral. 4, 6
III. ETIOLOGI
Pada Angle recess, trauma tumpul pada mata mengakibatkan robekan korpus
siliaris antara otot sirkuler dengan otot longitudinalnya. Umumnya pada onset dini
pasca trauma dapat disertai adanya hifema.
Etiologi dari kenaikan Tekanan Intra Okuler pada Angle recess traumatik
masih merupakan kontroversi. Satu teori melibatkan kerusakan traumatik langsung
pada jaringan trabekular meshwork. Teori lain berpendapat bahwa materi partikuler
kecil seperti pigmen dan hemosiderin yang dihasilkan segera setelah terjadinya
trauma, menyebabkan terjadinya kerusakan pada trabekular meshwork yang
menyebabkan fibrosis yang mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap filtrasi
humour aquous. Namun beberapa penelitian lain menunjukkan adanya migrasi dan
proliferasi sel-sel endotel ke trabekular meshwork sebagai respons terhadap trauma,
membentuk Descemet's-like membrane yang menghambat filtrasi. 9
Banyak kejadian dan benda yang dapat menyebabkan terjadinya trauma
tumpul yang dapat berkembang menjadi glaukoma angle recess, antara lain :
Benturan Airbag pada kecelakaan lalu lintas (KLL)
Terkena lemparan/benturan batu
Terkena lemparan bola
Benturan pada setir mobil saat KLL
Penyebab paling umum adalah cedera olahraga, seperti baseball atau tinju.
Jatuh
Terkena pukulan pada perkelahian, dll. 6, 9
Terdapat beberapa faktor prediktor penting berkembangnya suatu glaukoma
pada keadaan angle recess :
Angle recess jarang berkembang menjadi glaukoma apabila keterlibatan iris atau
kuadran angle recess-nya kurang dari 180o
Angle recess yang melibatkan iris atau kuadran angle recess sebanyak lebih dari
180o dihubungkan dengan insiden glaukoma sebanyak 4-9%
Angle recess yang melibatkan iris atau kuadran angle recess sebanyak lebih dari
240o memiliki resiko terjadinya glaukoma yang sangat tinggi. 6
Pada fase akut setelah trauma, onset glaukoma dapat terjadi dan
dihubungkan dengan kemungkinan munculnya uveitis atau hifema dan
iridodialisis pada kasus yang lebih berat.
Gambar 4. celah antara serabut sirkuler dan serabut longitudinal musculus siliaris 6
V. PEMERIKSAAN
Sebaiknya angle recess dapat dideteksi secara dini, sebelum berkembang
menjadi glaukoma angle recess. Sehingga terjadinya berbagai komplikasi glaukoma
dapat dicegah. Hasil pemeriksaan visus dan evaluasi keadaan segmen anterior dan
posterior bola mata dicatat dan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan
berkembangnya angle recess menjadi glaukoma angle recess diwaktu yang akan
datang. Beberapa pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain : 2, 4, 6
B. Tonometri :
Pemeriksaan tonometri dilakukan untuk mengukur Tekanan Intra Okuler(TIO).
Peningkatan tekanan intra okuler pada satu mata merupakan hal yang perlu
diperhatikan pada glaukoma angle recess.
TIO yang tinggi segera(dalam beberapa bulan) setelah terjadinya trauma
mengindikasikan adanya defek yang luas dan memberikan prognosis yang lebih
jelek.
Pengukuran dilakukan pada kedua mata minimal dalam 2-3 kali kunjungan, karena
TIO barvariasi pada jam-jam tertentu pada masing-masing individu. Pengukuran
dapat dilakukan diwaktu yang berbeda pada hari yang sama, misalnya pagi dan
malam hari.
Perbedaan tekanan pada kedua mata yang lebih dari 3 mmHg menguatkan
diagnosa glaukoma. 4, 6, 10
C. Gonioskopi :
Pemeriksaan gonioskopi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam
penegakan diagnosa angle recess glaukoma, Pada pemeriksaan Gonioskopi
umumnya ditemukan gambaran :
Gambaran pelebaran cilliary body band
UBM dan OCT memberikan gambaran detail struktur segmen anterior tanpa
mengintervensi aliran humour aquous.
UBM system menggunakan frekuensi 35-80 MHz, lebih detail dibanding USG
A/B scan yang menggunakan frekuensi 10 MHz
UBM dan OCT sama-sama merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat dalam
penegakan diagnosa dan perencanaan terapi pembedahan glaukoma seperti
evaluasi bleb pasca trabekulektomi, skleretomi, dan kanaloplasty
Defisiensi zonular dan angle recess adalah penemuan UBM yang paling
sering ditemukan dalam Trauma oculus non perforans
Gambar 7. Gambaran OCT bleb filter pada pasien pasca trabekulektomi pada
mata kanan(A) dan kiri(B). (pria, 89thn). Nampak sudut iridukorneal yang
menyempit dan gambaran celah kistik pada mata kanan 13
Temuan ultrasound biomicroscopy yang merupakan sudut yang lebih lebar dan
tidak adanya cyclodialysis telah dilaporkan menjadi predictor yang signifikan untuk
perkembangan glaukoma traumatik pada mata dengan trauma oculus non perforans.
Sementara keuntungan OCT dibandingkan UBM terletak pada hasil resolusi yang
lebih tinggi, hingga memberikan detail gambar lebih baik, waktu scan yang
dibutuhkan lebih singkat, dan sistem nonkontak yang memungkinkan dapat
dilakukan dengan segera pasca operasi.
Pemeriksan dengan menggunakan OCT menguntungkan, karena tidak perlu ada
kontak fisik dengan mata yang mengalami trauma
E. Gambaran Radiologi :
Glaukoma Neovaskular
Glaukoma Fakolitik
Pigmentary Glaukoma
Glaukoma Pseudoexfoliation
Uveitis Glaukoma 4, 6
VII. PENATALAKSANAN
Kerusakan pada sel ganglion retina pada penyakit glaukoma bersifat
ireversibel, sehingga prinsip penanganan glaukoma adalah mendeteksi penyakit
sesegera mungkin, dan memberikan penanganan yang lebih cepat sehingga dapat
mencegah atau memperlambat kerusakan permanen yang dapat terjadi. Alasan lain
yang membuat pentingnya deteksi awal glaukoma adalah bahwa penyakit ini bersifat
asimptomatik, kadang tanpa nyeri dan menyerang pada penglihatan perifer yang
tidak disadari oleh penderitanya yang mempersulit untuk ditegakkan diagnosa lebih
awal. 2, 6, 13
Pasien dengan peningkatan TIO yang dini setelah trauma tumpul harus
diperiksa kembali setiap 4-6 minggu selama tahun pertama untuk dievaluasi
secara intensif perkembangan keadaannya.
Dalam kasus angle recess yang lebih besar dari 180° , walaupun pada
pemeriksaan keadaan awalnya tidak didapatkan gambaran penyakit
glaukoma, late-onset glaukoma dapat saja terjadi walaupun waktunya telah
berlalu bertahun-tahun setelah trauma. Evaluasi dan pemeriksaan rutin setiap
tahun harus tetap dilakukan
Terapi Operatif : 4, 6
VIII. KESIMPULAN :
Angle-recess glaukoma diklasifikasikan sebagai jenis glaukoma sudut
terbuka sekunder pasca terjadinya suatu trauma pada mata atau biasa disebut
sebagai glaukoma traumatik. Glaukoma traumatik itu sendiri merujuk kepada
sekelompok heterogen kelainan okuler yang terjadi setelah terjadinya trauma.
Angle recess pada mata, dengan atau tanpa disertai glaukoma, merupakan
sekuel yang paling sering terjadi akibat trauma tumpul pada mata.
Ciri khas dari angle recess ini adanya pelebaran celah yang bervariasi antara
serabut sirkuler muskulus siliaris dan serabut longitudinal muskulus siliaris. Insiden
peningkatan tekanan intraokuler berhubungan erat dengan luas sudut yang terlibat,
biasanya melibatkan 180o – 270 osudut trabekular meshwork.
Sekalipun Glaukoma angle recess ini jarang ditemukan, kemungkinan
keadaan ini seringkali tidak terdeteksi karena onsetnya yang cenderung terlambat.
Karena jangka waktu terjadinya trauma sudah lama, sehingga riwayat trauma yang
pernah terjadi pada mata tersebut sering terlupakan.
Prinsip penatalaksanaan pada angle recess adallah dengan deteksi
kemungkinan berkembangnya menjadi glaukoma secara dini, sehingga defek yang
dapat ditimbulkankan oleh penyakit glaukoma angle recess dapat dicegah.