Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No.

2 / Agustus 2010

Praktik Lansia Hipertensi dalam Mengendalikan Kesehatan Diri di


Wilayah Puskesmas Mranggen Demak

Edy Soesanto*), Tinuk Istiarti**), Harbandinah Pietojo***)


*)
Universitas Muhammadiyah Semarang
Koresponden : soesantoedi@yahoo.com.
**)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
***)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung di indonesia. Akhir-
akhir ini terjadi peningkatan penderita hipertensi karena pola hidup yang tidak sehat,
kurangnya fasilitas kesehatan, dan biaya kesehatan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi lansia melakukan kontrol terhadap penyakit
hipertensi di kecamatan Mranggen, Demak. Penelitian ini bersifat cross sectional (potong
lintang) dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Total sampel sebanyak 285
lansia, dan untuk melakukan analisa penelitian digunakan Chi-Square dan regresi logistik.
Perceived benefit merupakan faktor yang paling berpengaruh bagi lansia untuk melakukan
kontrol hipertensi. Lansia yang mempunyai perceived benefit yang lebih baik mempunyai
kemungkinan 3.689 kali untuk melakukan kontrol terhadap penyakit hipertensi daripada
lansia yang mempunyai perceived benefit yang kurang. Pendidikan, pendapatan, aktivitas
sehari-hari, perceived susceptibility, perceived seriourness, perceived of cost,dukungan
keluarga dan dukungan sosial mempunyai hubungan yang positif signifikan dengan praktik
kontrol hipertensi lansia.
Kata kunci : Lansia, kontrol hipertensi, praktik

ABSTRACT
Hypertension control practice among elderly in Mranggen Demak. Hypertension has been
defined as the major risk factor of cardiovascular disease in Indonesia. This disease tends to
increase along with people’s unhealthy life style, lack of facilities and high service-cost. This
study aims to analyze factors influencing hypertension control practice among elderly in
Mranggen, Demak. It was a cross sectional study combined quantitative and qualitative
method. Total sampling 285 elderly were involved as study objects. Chi-square and logistic
regression were employed to analyze the finding. Perceived benefit found to be the strongest
predictor of hypertension control practice in this study. Elderly who have better perceived
benefit were 3.589 times more likely to have better practice than those who has less perceived
benefit. Education, income, daily activities, perceived susceptibility, perceived seriousness,
perceived of cost, family support and social support were significantly correlated to
hypertension practice in bivariate level.
Keywords : Elderly, hypertension control, practice

127
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

PENDAHULUAN yang terkontrol dengan baik jumlahnya dibawah


Hipertensi merupakan faktor risiko utama 10% (Sanjaya W, 2005). Hal ini mudah dipahami
penyakit-penyakit kardiovaskular yang karena hipertensi tidaklah memberikan gejala.
merupakan penyebab kematian tertinggi di Kondisi demikian sesuai dengan sifat hipertensi
Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan sebagai si pembunuh diam-diam (silent killers),
RI tahun 2005, menunjukkan hipertensi dan karena banyak masyarakat tidak menaruh
penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan perhatian terhadap penyakit yang kadang
bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya dianggap ringan oleh mereka, tanpa menyadari
hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan jika penyakit ini berbahaya dari berbagai kelainan
sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, yang lebih fatal misalnya kelainan pembuluh
disertai kurangnya sarana dan prasarana darah, jantung (kardiovaskuler) dan gangguan
penanggulangan hipertensi. Bila penyakit hipertensi ginjal. Banyak pasien yang datang berobat ketika
dibiarkan tanpa pengobatan maka tekanan kerusakan vaskuler telah parah (Darmojo BR,
darahnya akan terus meningkat secara bertahap, 1994).
mengakibatkan beban kerja jantung yang Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit
berlebihan. Beban kerja jantung yang berlebihan yang dapat dicegah bila faktor resiko dapat
suatu saat akan mengakibatkan kerusakan serius dikendalikan dan berperilaku sehat (healthy
pada pembuluh darah dan organ seperti jantung, behavior) yaitu perilaku atau kegiatan yang
ginjal, mata, bahkan pecahnya pembuluh darah berkaitan dengan upaya mempertahankan dan
kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut meliputi
nama stroke. Hipertensi juga dikenal sebagai monitoring tekanan darah secara teratur, program
heterogeneouse group of disease,yang dapat hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok aktivitas fisik/gerak badan, diet yang sehat dengan
umur, kelompok usia lanjut merupakan kelompok kalori seimbang melalui konsumsi tinggi serat,
usia yang paling rentan terkena penyakit hipertensi, rendah lemak dan rendah garam. Hal ini
serta sosial ekonomi. Kecenderungan berubahnya merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu/
gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan masyarakat dan didukung oleh program pelayanan
globalisasi memunculkan sejumlah faktor resiko kesehatan yang ada dan harus dilakukan sedini
yang dapat meningkatkan angka kesakitan mungkin, pada pasien hipertensi membutuhkan
hipertensi (Supari FS, 2007). perawatan rutin sehingga dapat mengetahui
Dari 38,8% lanjut usia yang menderita tekanan darahnya. Pasien hipertensi harus
hipertensi hanya 50% yang berobat secara teratur melakukan pemeriksaan yang rutin agar penyakit
(controlled hypertension)dan hanya hipertensi yang di deritanya bisa terkontrol dengan
setengahnya yang kontrol dengan baik. Artinya, baik (Supari FS, 2007).
dari seluruh penderita hipertensi di Indonesia Data dari dinas kesehatan Kabupaten

128
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

Demak, angka kejadian hipertensi mengalami petugasnya dan melayani masyarakat setiap hari
kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mulai jam 08.00 sampai dengan jam 14.00.
ini. Tahun 2006 sebesar 889 kasus (13,6%), Berdasarkan catatan pelaporan dari posyandu
tahun 2007 sebesar 1235 kasus (16,5%) dan lanjut usia Sumber Sehat desa Kangkung,
tahun 2008 sebesar 2173 (17,8%) dan ternyata penyakit hipertensi pada lanjut usia
menduduki peringkat pertama 10 besar penyakit menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 64%
lanjut usia. Data di Puskesmas Mranggen Demak (130 orang), penyakit sendi 20% (41 orang) dari
dalam 3 tahun terakhir , tahun 2006 sebesar 935 203 lanjut usia yang terdaftar sebagai anggota
kasus (12%) , tahun 2007 sebanyak 1150 kasus posyandu. Dari penderita hipertensi tersebut
(14,5%) dan pada tahun 2008 sebesar 1325 hanya 32% (42 orang) yang melakukan
kasus (16,3%) dan merupakan terbanyak ke dua pemeriksaan secara rutin tiap bulan, selebihnya
setelah penyakit persendian sebesar 1570 kasus tidak melakukan secara rutin.
(21%) (Puskesmas Mranggen, Demak,2009).
Dari hasil laporan praktek asuhan keperawatan METODE PENELITIAN
komunitas yang dilakukan mahasiswa S1 Jenis penelitian ini adalah penelitian
Keperawatan Universitas Muhammadiyah explanatory research dengan menggunakan
Semarang di wilayah kerja Puskesmas Mranggen pendekatan cross sectional. Populasinya adalah
pada bulan Januari – Maret 2009, dari 318 lanjut semua lanjut usia yang menderita hipertensi,
usia dengan penyakit hipertensi , 145 orang (46%) berumur 60 tahun keatas dan tinggal diwilayah
melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kerja Puskesmas Mranggen Kabupaten Demak
kesehatan, selebihnya tidak melakukan antara bulan Juni-Desember 2009 . Besar sampel
pemeriksaan secara rutin, hal ini disebabkan karena pada penelitian ini adalah Total Sampling yaitu
alasan tidak mempunyai uang untuk berobat, semua lanjut usia yang menderita hipertensi,
merasa tidak enak karena menjadi beban berumur 60 tahun keatas dan tinggal diwilayah
keluarganya, tidak ada yang mengantar karena kerja Puskesmas Mranggen Kabupaten Demak,
tinggal sendirian, menganggap penyakitnya adalah sebanyak 285 orang.
penyakit yang ringan sehingga tidak perlu Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
diperiksakan secara rutin. berupa pertanyaan tertulis. Uji validitas dan
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan reliabilitas dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
oleh peneliti pada bulan oktober 2009, wilayah Karangawen Demak dengan jumlah responden
kerja Puskesmas Mranggen terdiri dari 7 (tujuh) 30 lanjut usia. Uji validitas dilakukan dengan uji
desa yang jaraknya relatih dekat, jarak terjauh korelasi product moment, sedangkan uji
sekitar 7,5 km dan dapat diakses dengan mudah reliabilitas menggunakan uji cronbach alpha.
melalui transportasi. Di masing masing desa telah Variabel independentnya adalah persepsi
ada Poliklinik desa dengan bidan desa sebagai lanjut usia tentang kerentanan terkena penyakit

129
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

hipertensi , persepsi lanjut usia tentang keparahan Ada sekitar 59,6% tidak melakukan olah raga
penyakit hipertensi yang dideritanya, persepsi secara teratur, 44,2% masih merokok dan tidak
lanjut usia tentang manfaat dari tindakan melakukan diet sesuai anjuran sebesar 35,1%
kesehatan yang akan dilakukan terhadap serta 33,7% masih mengkonsumsi minuman
penyakit hipertensi yang dideritanya, persepsi beralkohol. Setelah dilakukan uji multivariat
lanjut usia tentang kerugian dari tindakan secara bersama sama semua variabel bebas yang
kesehatan yang akan dilakukan terhadap diduga berpengaruh pada praktik lanjut usia
penyakit hipertensi yang dideritanya dan variabel hipertensi dalam pengendalian kesehatannya,
dependentnya adalah planjut usia hipertensi ternyata semua variabel berpengaruh dan yang
dalam mengendalikan kesehatannya. paling besar pengaruhnya adalah persepsi
Uji univariat, digunakan untuk menganalisis manfaat, yaitu sebesar 3,484 yang artinya lanjut
variabel-variabel yang ada secara deskriptif usia yang mempunyai persepsi baik tentang
dengan menghitung distribusi frekwensi dan manfaat dari tindakan kesehatan yang akan
proporsinya. Analisis bivariat terdiri dari (1) dilakukan terhadap penyakit hipertensi yang
Analisis tabulasi silang digunakan untuk dideritanya (perceived benefits) mempunyai
meringkas, mengetahui sebaran data dan juga kemungkinan 3,484 kali menyebabkan praktik
dapat digunakan untuk menganalisis secara lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan
deskriptif, (2) Analisis komparasi (uji hubungan) kesehatannya di bandingkan dengan lanjut usia
sebagai dasar untuk menguji hipotesis penelitian. hipertensi yang mempunyai persepsi kurang
Analisis ini menggunakan uji chi Square dengan tentang manfaat setelah dikontrol / dikendalikan
α = 0,05 (Nursalam, 2003). Analisis multivariat oleh variabel persepsi kerentanan, persepsi
peneliti menggunakan uji regresi logistik untuk keparahan dan persepsi hambatan. Menurut teori
mengetahui variabel independen mana yang HBM (Notoatmodjo S, 2003) individu akan
paling besar pengaruhnya terhadap variabel melakukan tindakan pencegahan tergantung
dependen (Hidayat A, 2007). secara langsung pada hasil dari dua keyakinan
atau penilaian kesehatan (health beliefs) yaitu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka
Praktik responden dalam mengendalikan (perceveived threat of injury or illness) dan
kesehatannya. pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
Rata rata praktik yang dilakukan oleh dalam (benefits and cost). Penilaian pertama bila
mengendalikan kesehatannya adalah 5,47 ± ancaman yang dirasakan tersebut meningkat,
1,721 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 8. maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini
kesehatannya sebagian besar telah baik, yaitu berdasarkan pada kerentanan dan keseriusan
sebesar 69,1% dan yang kurang sebesar 30,9%. yang dirasakan. Penilaian kedua adalah

130
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

perbandingan antara keuntungan dan kerugian dalam mengendalikan kesehatannya sebesar


dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan 0,026 (p < 0,05). Dari hasil distribusi diketahui
melakukan tindakan pencegahan atau tidak. ada 73,2% responden mempunyai persepsi
Persepsi kerentanan yang dirasakan oleh kerentanan yang baik melakukan praktik
responden terhadap penyakit hipertensi. mengendalikan kesehatannya dengan baik.
Rata rata persepsi kerentanan yang dirasakan Persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap
oleh responden terhadap penyakit hipertensi orang dalam memahami informasi tentang
adalah 4,57 ± 1,371 dengan nilai minimum 1 dan lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-tiap
maksimum 6. Tingkat persepsi kerentanan individu dapat memberikan arti atau tanggapan
dirasakan oleh responden terhadap penyakit yang berbeda-beda, persepsi seseorang tentang
hipertensinya terbanyak adalah berpersepsi baik kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
sebesar 71,9% . Adapun jawaban responden mempengaruhi keputusan seseorang dalam
menurut analisis peneliti mengenai persepsi perilaku kesehatannya.
kerentanan dirasakan terhadap penyakit Menurut teori Health Believe Model
hipertensinya menunjukkan bahwa sebagian besar (Rosenstock IM,1974) seorang lanjut usia
responden mempunyai persepsi yang baik tentang hipertensi akan melakukan suatu praktik
kerentanan atau faktor yang beresiko terhadap pengendalian kesehatannya sangat dipengaruhi
penyakit hipertensinya, tetapi masih ada sekitar oleh adanya suatu ancaman yang membuat
32,6% kecapaian dalam beraktivitas tidak akan seorang lanjut usia mempunyai keyakinan
menyebabkan penyakit hipertensinya kambuh lagi, apakah penyakit hipertensi yang dideritanya
banyak pikiran tidak menyebabkan penyakit tersebut akan bertambah parah atau sembuh dan
hipertensinya kambuh lagi sebesar 28,4%, makan merasakan penyakit tersebut merupakan suatu
berlemak tidak akan menyebabkan penyakit masalah yang harus segera diatasi (kerentanan
hipertensinya kambuh sebesar 28, 1% dan sekitar diri terhadap penyakit). Ancaman suatu penyakit
20,7% mengatakan merokok tidak akan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
menyebabkan penyakit hipertensinya kambuh individu, Ada yang takut terhadap penyakit itu,
kembali. Dari 20,7% responden yang menyatakan sehingga mereka akan melakukan praktik
bahwa merokok tidak akan menyebabkan pengendalian penyakit, tapi ada juga yang
penyakit hipertensinya kambuh kembali ternyata menganggap penyakit itu tidak begitu parah,
ada sekitar 37,3% berjenis kelamin laki-laki dan ataupun individu itu merasa tidak akan terkena/
62,7% berjenis kelamin perempuan. hasil kambuh penyakit tersebut karena diantara
penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit
antara persepsi lanjut usia tentang kerentanan Hipertensi, sehingga mereka tidak akan
terkena penyakit hipertensi (Perceived melakukan praktik pengendalian kesehatan.
susceptibility) dengan Praktik lanjut usia hipertensi Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya

131
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

penanggulangannya dipengaruhi oleh latar dapat disebabkan oleh usia, keturunan, banyak
belakang sosio-demografi dan pengalaman masa makan lemak, garam, merokok dan stres. Selain
lalu individu. Menurut Siagian (Siagian SP,2008) itu juga didapatkan hasil bahwa ada sebagian dari
seseorang melakukan praktik pengendalian responden perempuan mempunyai kebiasaan
penyakitnya karena adanya motif keinginan, merokok sebesar 62,7%. Hal ini disebabkan sejak
harapan untuk sembuh dan ingin tetap sehat muda mereka telah menggunakan nginang
serta bagaimana seseorang mampu tembakau (susur dalam bahasa Jawa), apabila
mendefinisikan penyakitnya dengan baik dan mereka kehabisan nginang maka akan segera diganti
kemampuan seseorang untuk melawan serangan dengan merokok, disamping lingkungan sekitar juga
penyakit tersebut. mendukung untuk merokok karena hampir sebagian
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang besar laki-laki di wilayah tersebut perokok aktif
bereaksi terhadap penyakit (Kanho T,1990) antara dan merupakan salah satu daerah penghasil
lain merasakan gejala-gejala / tanda-tanda yang tembakau di kecamatan Mranggen, sehingga
menyimpang dari keadaan biasa, menganggap kebiasaan tersebut sulit untuk ditinggalkan.
adanya gejala yang serius dan diperkirakan Menguatkan keputusan bertindak atau merubah
menimbulkan bahaya, dampak gejala itu terhadap perilakunya, diperlukan faktor pencetus, bisa
hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dalam berupa informasi dari media, ajakan orang yang
kegiatan sosial lainnya, frekuensi dari gejala dan dikenal atau ada yang mengingatkan. Jika faktor
tanda-tanda semakin meningkat, resiko pencetus itu cukup kuat dan lanjut usia merasa siap,
susceptibility atau kemungkinan individu untuk barulah lanjut usia itu benar-benar melaksanakan
diserang/kambuh penyakit itu semakin tampak, dan praktik pengendalian kesehatannya. Dengan
tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai demikian semakin baik responden mengetahui
sarana tersebut, tersedianya biaya. Hal ini sesuai tentang kerentanan/faktor resiko terhadap penyakit
dengan hasil penelitian ini yaitu adanya hubungan hipertensi maka akan semakin baik pula praktik
persepsi lanjut usia tentang kerentanan terkena pengendalian penyakitnya.
penyakit hipertensi dengan praktik lanjut usia Persepsi keparahan penyakit hipertensi
hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya. Hasil yang dirasakan responden.
uji multivariat yang menyatakan bahwa setiap Rata rata persepsi keparahan yang dirasakan
perubahan persepsi kerentanan sebanyak satu oleh responden terhadap penyakit hipertensi
satuan, maka kemungkinan lanjut usia hipertensi adalah 2,96 ± 0,934 dengan nilai minimum 1 dan
untuk melakukan praktik pengendalian maksimum 5. Tingkat persepsi penyakit hipertensi
kesehatannya meningkat sebesar 62,6%. Hal ini yang dirasakan oleh responden terbanyak adalah
sesuai dengan kenyataan dalam penelitian sebagian berpersepsi baik sebesar 71,9%. Menurut
besar dari responden mengungkapkan persepsi analisis peneliti mengenai persepsi keparahan
mereka terhadap kerentanan penyakit hipertensi dirasakan lanjut usia terhadap penyakit

132
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

hipertensinya menunjukkan bahwa sebagian keparahan penyakit hipertensi yang dideritanya


besar responden mempunyai persepsi yang baik dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam
tentang keparahan atau resiko komplikasi mengendalikan kesehatannya. Persepsi
terhadap penyakit hipertensinya, tetapi masih ada keparahan merupakan suatu derajat di mana
sekitar 73% mengatakan hipertensi tidak individu merasakan akibat dari penyakit yang
mengakibatkan komplikasi pada ginjal, 47,7% dideritanya menjadi parah dan dipersepsikan
mempunyai persepsi bahwa hipertensi tidak sebagai ancaman dari suatu penyakit.
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah Pengalaman seseorang mengenai keadaan
serta 43,2% mempunyai persepsi bahwa penyakit hipertensi yang tidak dikendalikan
hipertensi tidak mengakibatkan kebutaan. Hasil dengan baik akan menimbulkan suatu kondisi
analisis hubungan antara persepsi lanjut usia yang bertambah parah, adanya keinginan,
tentang keparahan penyakit hipertensi yang motivasi dan sikap yang kuat mendorong
dideritanya (perceived seriousness) dengan seseorang untuk melakukan suatu upaya
praktik lanjut usia hipertensi dalam pengendalian kesehatan terhadap penyakit yang
mengendalikan kesehatannya. diperoleh bahwa sedang dideritanya (Dijkstra A, 2008). Proses
ada sebanyak 63 (78,8%) responden yang persepsi merupakan suatu proses kognitif yang
mempunyai persepsi kurang tentang keparahan dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan
terkena penyakit hipertensi melakukan praktik pendidikan individu (Mar’at, 1991). Pengalaman
mengendalikan kesehatannya dengan baik. dan proses belajar akan memberikan bentuk dan
Responden yang mempunyai persepsi baik struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,
tentang keparahan terkena penyakit hipertensi sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan
ada 134 (65,4%) yang melakukan praktik memberikan arti terhadap objek yang ditangkap
mengendalikan kesehatannya dengan baik, dan individu, dan akhirnya komponen individu akan
ada sebanyak 17 (21,3%) responden yang berperan dalam menentukan tersedianya
mempunyai persepsi kurang tentang keparahan jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku
terkena penyakit hipertensi melakukan praktik individu terhadap objek yang ada. Sebagian besar
mengendalikan kesehatannya kurang baik. responden memiliki pendidikan yang rendah
Responden yang mempunyai persepsi baik (92,6%) sehingga akan menghambat proses
tentang keparahan terkena penyakit hipertensi pemahaman terhadap kemungkinan yang akan
ada 71 (34,6%) yang melakukan praktik terjadi akibat penyakit hipertensinya apabila tidak
mengendalikan kesehatannya kurang baik. dikendalikan dengan baik, walaupun pengalaman
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square responden terhadap upaya pengendalian
diperoleh nilai p = 0,040 dengan tingkat penyakitnya sudah relatif cukup lama rata-rata
kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa sudah 2 tahun menderita penyakit hipertensi.
ada hubungan antara persepsi lanjut usia tentang Demikian juga dari hasil uji multivariat dari

133
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

penelitian ini yang menyatakan bahwa setiap mengendalikan kesehatannya.


perubahan persepsi keparahan sebanyak satu Persepsi responden tentang manfaat
satuan, maka kemungkinan lanjut usia hipertensi mengendalikan kesehatannya.
untuk melakukan praktik pengendalian Rata rata persepsi responden tentang
kesehatannya menurun sebesar 78,9%. manfaat mengendalikan kesehatannya adalah
Persepsi keparahan merupakan analisis 3,92 ± 0,929 dengan nilai minimum 1 dan
mengenai cara mengintegrasikan penerapan maksimum 5. Tingkat persepsi tentang manfaat
seseorang terhadap akibat dari penyakit mengendalikan kesehatannya terbanyak adalah
hipertensi bila tidak diatasi dengan baik, berpersepsi baik sebesar 66%, namun masih ada
selanjutnya mengenali bentuk dan tingkat sekitar 36,1% mempunyai persepsi bahwa
keparahan dari komplikasi penyakit tersebut mengendalikan kesehatan tidak dapat mencegah
dan melakukan tindakan yang sesuai dengan terjadinya komplikasi. Sekitar 29,1%
kondisi yang ada (Hamka M, 2002). Persepsi menganggap bahwa walaupun sudah
individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan menggunakan pelayanan kesehatan tetap tidak
struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor tahu cara perawatan yang benar dan tidak tahu
yang bersifat personal (Robbins SP, 2003), jenis makanan yang harus dihindari (23,5%) dan
misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman sekitar 11,6% mengatakan tekanan darahnya
masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal- tetap tidak bisa dikontrol. hasil analisis hubungan
hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural antara persepsi lanjut usia tentang manfaat dari
adalah faktor di luar individu, misalnya tindakan kesehatan yang akan dilakukan terhadap
lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat penyakit hipertensi yang dideritanya dengan
berpengaruh terhadap seseorang dalam praktik lanjut usia hipertensi dalam
mempresepsikan sesuatu. mengendalikan kesehatannya diperoleh bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebanyak 49 (50,5%) responden yang
persepsi keparahan lanjut usia yang menderita mempunyai persepsi kurang tentang manfaat dari
penyakit hipertensi sangat baik, sebagian besar tindakan kesehatan yang akan dilakukan terhadap
dari responden mengatakan bahwa penyakit penyakit hipertensi yang dideritanya melakukan
hipertensi apabila tidak dikendalikan dengan baik praktik mengendalikan kesehatannya dengan
dapat mengakibatkan penyakit jantung, baik. Sedangkan responden yang mempunyai
kerusakan ginjal, stroke, penglihatan berkurang, persepsi baik tentang manfaat dari tindakan
pecahnya pembuluh darah. Dengan demikian kesehatan yang akan dilakukan terhadap
persepsi lanjut usia tentang keparahan penyakit penyakit hipertensi yang dideritanya ada 148
hipertensi yang dideritanya sangat berhubungan (78,7%) yang melakukan praktik mengendalikan
dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam kesehatannya dengan baik, dan bahwa ada
sebanyak 48 (49,5%) responden yang

134
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

mempunyai persepsi kurang tentang manfaat dari dirasakan dari sakit atau luka (perceveived
tindakan kesehatan yang akan dilakukan terhadap threat of injury or illness) dan pertimbangan
penyakit hipertensi yang dideritanya melakukan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and
praktik mengendalikan kesehatannya kurang cost). Penilaian pertama bila ancaman yang
baik. Responden yang mempunyai persepsi baik dirasakan tersebut meningkat, maka perilaku
tentang manfaat dari tindakan kesehatan yang pencegahan juga akan meningkat. Penilaian
akan dilakukan terhadap penyakit hipertensi yang tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan
dideritanya ada 40 responden (21,3%) yang pada kerentanan dan keseriusan yang dirasakan.
melakukan praktik mengendalikan kesehatannya Penilaian kedua adalah perbandingan antara
kurang baik. keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square usaha untuk memutuskan melakukan tindakan
diperoleh nilai p = 0,000 dengan tingkat pencegahan atau tidak, selain itu juga ada faktor
kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa lain yang berperan, yaitu petunjuk untuk
ada hubungan antara persepsi lanjut usia tentang berperilaku (cues to action) yang diduga tepat
manfaat dari tindakan kesehatan yang akan untuk memulai proses perilaku, berasal dari
dilakukan terhadap penyakit hipertensi yang informasi atau nasehat mengenai permasalahan
dideritanya dengan praktik lanjut usia hipertensi kesehatan. Penilaian tentang ancaman serta
dalam mengendalikan kesehatannya. Dari pertimbangan keuntungan dan kerugian tersebut,
analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dipengaruhi oleh variabel sosio demografi dari
yang paling berpengaruh terhadap lanjut usia individu. merupakan efektifitas program untuk
hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya mengurangi ancaman kesehatan, keputusan untuk
adalah persepsi manfaat sebesar 3,484 yang mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau
artinya persepsi yang baik pada lanjut usia pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi
tentang manfaat dari tindakan kesehatan yang individu tentang manfaat dari tindakan tersebut
akan dilakukan terhadap penyakit hipertensi baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
yang dideritanya mempunyai kemungkinan melaksanakan tindakan itu serta pandangan
3,484 kali menyebabkan praktik lanjut usia individu tentang kemampuan diri sendiri. Sesuai
hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya dengan hasil uji multivariat setiap perubahan
dibandingkan dengan yang mempunyai persepsi persepsi manfaat sebanyak satu satuan, maka
manfaat yang kurang. kemungkinan lanjut usia hipertensi untuk
Berdasarkan teori HBM (Rosenstock melakukan praktik pengendalian kesehatannya
IM,1974) kemungkinan individu akan melakukan meningkat sebesar 124,8% dan perilaku
tindakan pencegahan tergantung secara langsung seseorang terhadap penyakitnya juga dipengaruhi
pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian oleh bagaimana individu berespons, baik secara
kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman yang pasif ( mengetahui, bersikap, dan mempersepsi

135
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya macam manfaat yang mereka dapatkan itu
dan diluar dirinya), maupun aktif ( tindakan yang menjadikan lanjut usia tersebut melakukan
dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit praktik pengendalian kesehatannya secara
tersebut) (Notoatmodjo S, 2003). Perilaku berkala. Persepsi lanjut usia tentang manfaat dari
terhadap manfaat sistem pelayanan kesehatan tindakan kesehatan yang akan dilakukan terhadap
adalah respons seseorang terhadap sistem penyakit hipertensi yang dideritanya sangat
pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan berhubungan dengan praktik lanjut usia hipertensi
kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku dalam mengendalikan kesehatannya.
ini menyangkut respons terhadap fasilitas Persepsi responden tentang hambatan
pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, mengendalikan kesehatannya.
dan obat-obatannya, yang terwujud dalam Rata rata persepsi tentang hambatan
pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan mengendalikan kesehatannya adalah 6,28 ±
fasilitas, petugas, dan obat-obatan. Masyarakat 1,113 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 8.
atau anggota masyarakat yang mendapat Tingkat persepsi tentang hambatan
penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but mengendalikan kesehatannya terbanyak adalah
no illness) sudah barang tentu tidak akan berpersepsi baik sebesar 91,9%, tetapi ada
bertindak apa-apa terhadap penyakitnya sekitar 41,1% merasa membebani keluarga dan
tersebut, apabila individu merasa dirinya rentan 34% merasa tempatnya jauh, 31,2% biaya
untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat transportasi yang mahal dan 26,3% merasa
(serius), ia akan melakukan suatu tindakan membuang waktu.
tertentu. Tindakan ini tergantung pada manfaat Dari hasil analisis hubungan antara persepsi
yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang lanjut usia tentang hambatan dari tindakan
ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. kesehatan yang akan dilakukan terhadap
Pada umumnya manfaat tindakan lebih penyakit hipertensi yang dideritanya dengan
menentukan dari pada rintangan-rintangan yang praktik lanjut usia hipertensi dalam
mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan mengendalikan kesehatannya diperoleh bahwa
tersebut. ada sebanyak 11 (47,8%) responden yang
Dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai persepsi kurang tentang hambatan
responden mengatakan banyak manfaat yang dari tindakan kesehatan yang akan dilakukan
didapat dalam upaya mengendalikan kesehatan terhadap penyakit hipertensi yang dideritanya
, diantaranya adalah mengetahui tentang melakukan praktik mengendalikan
penyakitnya, tekanan darahnya terkontrol, kesehatannya dengan baik. Responden yang
mendapatkan pengobatan, mengetahui cara mempunyai persepsi baik tentang tentang
pencegahan dan makanan yang dilarang serta hambatan dari tindakan kesehatan yang akan
aktivitas yang boleh dilakukan, dengan berbagai dilakukan terhadap penyakit hipertensi yang

136
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

dideritanya ada 186 (71%) yang melakukan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
praktik mengendalikan kesehatannya dengan memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap
baik, dan bahwa ada sebanyak 12 ( 52,2%) lebih penting dari pada mengobati sakitnya. Hasil
responden yang mempunyai persepsi kurang dari uji multivariat dalam penelitian ini
tentang tentang hambatan dari tindakan digambarkan bahwa setiap perubahan persepsi
kesehatan yang akan dilakukan terhadap hambatan sebanyak satu satuan, maka
penyakit hipertensi yang dideritanya melakukan kemungkinan lanjut usia hipertensi untuk
praktik mengendalikan kesehatannya kurang melakukan praktik pengendalian kesehatannya
baik. Sedangkan responden yang mempunyai menurun sebesar 96,8%.
persepsi baik tentang hambatan dari tindakan Alasan lain yang sering kita dengar seseorang
kesehatan yang akan dilakukan terhadap tidak bertindak atau tidak melakukan suatu
penyakit hipertensi yang dideritanya ada 76 kegiatan dalam upaya mengendalikan
(29%) yang melakukan praktik mengendalikan kesehatannya karena alasan fasilitas kesehatan
kesehatannya kurang baik. yang diperlukan sangat jauh letaknya, para
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak
diperoleh nilai p = 0,038 dengan tingkat responsif, dan sebagainya (Suhartini, 2007). Hal
kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa ini juga menjadi alasan bagi responden yang tidak
ada hubungan antara persepsi lanjut usia tentang melakukan upaya pengendalian kesehatan, yaitu
hambatan dari tindakan kesehatan yang akan merasa membebani keluarga, tempatnya jauh,
dilakukan terhadap penyakit hipertensi yang biaya transportasi yang mahal dan membuang
dideritanya dengan praktik lanjut usia hipertensi waktu. Dengan demikian semakin tinggi faktor
dalam mengendalikan kesehatannya. Keputusan hambatan akan semakin rendah pula praktik
untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan pengendalian kesehatan yang dilakukan oleh
atau pencegahan penyakit itu tergantung dari lanjut usia hipertensi.
persepsi individu tentang keuntungan dari
tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya SIMPULAN
hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
pandangan individu tentang kemampuan diri sebagian besar responden mempunyai praktik
sendiri. Seseorang tidak bertindak atau tidak pengendalian kesehatan yang baik dan sebagian
melakukan kegiatan apa-apa (no action) karena kecil mempunyai praktik pengendalian
mereka mempunyai alasan bahwa kondisi yang kesehatan yang kurang, antara lain tidak
demikian tidak akan menggangu kegiatan atau melakukan olah raga secara teratur, masih
kerja mereka sehari-hari, mereka beranggapan merokok dan tidak melakukan diet sesuai
bahwa tanpa bertindak apa pun symptom atau anjuran serta masih mengkonsumsi minuman
gejala yang dideritanya akan lenyap dengan beralkohol. Dari hasil uji regresi logistik

137
Praktik Lansia Hipertensi ... (Edy S, Tinuk I, Harbandinah P)

diketahui bahwa secara bersama-sama Hamka, M. 2002. Hubungan Antara Persepsi


keempat variabel berhubungan secara signifikan Terhadap Pengawasan Kerja dengan
dengan praktik pengendalian kesehatan pada Motivasi Berprestasi. Skripsi. Surakarta:
lanjut usia hipertensi yaitu: persepsi kerentanan, Universitas Muhammadiyah Fakultas
persepsi keparahan, persepsi manfaat dan Psikologi. Tidak diterbitkan.
persepsi hambatan. Variabel yang paling Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan
berhubungan adalah persepsi manfaat dan Teknik Analisis. Salemba Medika .
(perceived benefits ). Persepsi manfaat yang Jakarta,.
kurang diantaranya adalah : persepsi bahwa Kanho,T. 1990. Belief model and sick role of
mengendalikan kesehatan tidak dapat mencegah Korean chronically ill patients,Country of
terjadinya komplikasi, persepsi bahwa Publication: ID: Model: Medium: ISSN: -
walaupun sudah menggunakan pelayanan 3618 (Print) Linking ISSN:
kesehatan tetap tidak tahu cara perawatan yang 0047361800473618 ISO .
benar, dan tidak tahu jenis makanan yang harus
Mar’at. 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta
dihindari serta mengatakan tekanan darahnya
Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
tetap tidak bisa dikontrol.
Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan
KEPUSTAKAAN Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Darmojo BR, Sutedjo, Setianto B . 1994. Buku Rineka Cipta. Yogyakarta.
ajar Geriatri : Ilmu kesehatan usia lanjut. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Balitbang Depkes RI. Jakarta . Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Dijkstra, A; Okken, V; Niemeijer, M; Cleophas, Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrumen
Ton. 2008. Determinants of Perceived Penelitian Keperawatan. Salemba Medika.
Severity of Hypertension and Drug- Jakarta.
Compliance in Hypertensive Patients, Puskesmas Mranggen Demak. 2009. Laporan
:Cardiovascular & Haematological SP2TP.
Disorders - Drug Targets(Formerly Current Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I.
DCardiovascular & Haematological Jakarta: PT INDEKS Kelompok
Disorders - Drug Targets(Formerly Current Garmedia.
D, Volume 8, Number 3, September 2008, Rosenstock. I. M. 1974. Social Learning Theory.
pp. 179-184(6) Prentice Hall. Engelwood Cliffs. NY.

138
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

Sanjaya W, Alkatiri A. H. 2005. Current trends Supari, FS. 2007. Prevalensi Hipertensi di
of treatment in hypertension. Cermin Dunia Indonesia 17 – 21%. http:// www.madina-
Kedokteran. sk.comwww.madina-sk.com.
Siagian, SP. 2004. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Suhartini. 2004. Pengaruh faktor kesehatan,
kondisi ekonomi dan kondisi sosial
terhadap Kemandirian Orang Lanjut usia:
studi Kasus di Kelurahan Jambangan.Tesis
tidak diterbitkan. Jakarta.

139

Anda mungkin juga menyukai