BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PROFIL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
RRI LHOKSEUMAWE
4
5
II untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus
berita dan informasi, Programa IV kebudayaan, Programa V untuk saluran
pendidikan dan Programa IV Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan LPP
RRI Lhokseumawe mempunyai program siaran Pro I dan Pro II serta Pro III
siaran sentral dari Jakarta. Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe
berlokasi di Jalan Petua Ibrahim No. 75 Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe.
Radio Republik Indonesia, sebagai Lembaga Penyiaran Publik, mempunyai tugas
memberikan pelayanan Indonesia, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh
lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, maka perlu dijabarkan dalam misi RRI
agar tujuan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dapat terwujud.
Misi RRI adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat guna
memenuhi hal masyarakat untuk memperoleh akses informasi melalui
proses kerja standar jurnalisme professional yang bersandar pada prinsip
akurat dan berimbang serta berorientasi pada keharmonisan dan
kedamaian.
2) Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan
ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik
terhadap suprastruktur politik guna mendorong terciptanya
penyelenggaraan negara yang baik.
3) Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdaya masyarakat
dan pendorong proses demokratisasi yang bertumpu pada hak masyarakat
untuk mengemukakan pendapat dengan tetap berpegang pada kaidah
hukum dan prinsip masyarakat madani yang berkeadaban.
4) Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan
keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional
dengan menumbuhkembangkan unsur budaya lokal, di tengah arus budaya
global.
5) Menjadikan program siaran hiburan yang mampu mendorong kreatifitas
masyarakat.
6) Menyelenggarakan siaran untuk kelompok minoritas.
7) Menyelenggarakan mendorong pemahaman persepsi tentang gender.
8) Memanfaatkan perkembangan teknologi media penyiaran yang efektif dan
efisien guna menjangkau siaran seluruh wilayah Indonesia.
9) Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat luar negeri dan
memberikan informasi tentang Indonesia di dunia Internasional.
7
4. Prinsip Independen
Siaran RRI harus berpihak kepada kebenaran dan keadilan serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siaran RRI tidak boleh dipengaruhi,
ditekan, dipesan, dibeli oleh pihak manapun seperti pemerintah, politisi,
pengunjuk rasa, pengusaha, kecuali untuk kepentingan publik dan tidak
bertentangan dengan kebijakan redaksional RRI.
Siaran RRI harus dijaga netralitasnya. Dalam hal informasi yang
menyangkut isu-isu kontroversial serta cenderung memunculkan pro dan kontra,
maka siaran terhadap fakta, peristiwa, data dan opini harus diberikan porsi yang
sama kepada para pihak.
Siaran RRI harus menjaga obyektifitas berdasarkan data dan fakta serta
tidak mencampur adukkan fakta dengan opini pribadi. Siaran RRI tidak
8
12) Memeriksa dan menyeleksi usulan pengadaan barang dan jasa sesuai
kebutuhan kantor serta perbaikan barang inventaris berdasarkan prioritas
dan dana yang tersedia untuk kelancaran tugas rutin
13) Membuat laporan kegiatan Sub Bagian TU sebagai pertanggung jawaban
pelaksaan tugas
14) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan
14) Mengetahui dan memaraf semua surat-surat penting setelah diparaf oleh
kasubsi
15) Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pimpinan
BAB III
PELAKSANAAN OJT
18
19
3.2 Pembahasan
Minimya pengetahuan penulis terhadap teknik penulisan dan peliputan
radio, telah menjadikan penulis kewalahan dalam memproduksi berita.
Sebagaimana konsep yang penulis dapatkan dibangku kuliah, menulis untuk radio
adalah menulis untuk telinga bukan untuk mata. Sehingga penulis harus cerdas
dalam memilih kata-kata supaya mudah dimengerti oleh semua khalayak
( pendengar). Kata-kata yang harus digunakan bersifat sederhana, selalu
menggunakan kata-kata atau kalimat yang banyak diketahui maknanya oleh
khalayak umum yang heterogen. Dan menghindari kata-kata rumit yang hanya
dimengerti segelintir orang.
Kendati konsep dan teori sudah pernah penulis pelajari, namun dalam
aplikasinya masih kewalahan, karena penulis belum mahir dalam menulis berita
radio. Juga kurang maksimal proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran
ardio dan film. Bahkan ketika dihadapkan pada prakteknya, kami masih merasa
asing dengan beberapa alat produksi berita radio, seperti mixer dan aplikasi cool
edit yang sama sekali tidak diajarkan dikampus.
3. Kelayakan Berita
Saat OJT untuk memilih berita yang memiliki news value atau dianggap
layak untuk diberitakan, penulis merasa harus banyak belajar lagi. Berikut ini
adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media
. Khusus untuk radio juga memakai kriteria ini, sehingga dapat menjadikan bahan
komporatif penulis dalam menyelesaikan persoalan yang penulis temukan selama
OJT.
Kriteria dibawah ini, setelah dipahami penulis juga akan dilatih secara
aplikatif. Sehingga penulis akan lebih lincah dalam menulis naskah berita radio ,
memilih isu, mengolah berita agar lebih menggigit dan tentunya menjadi berita
yang aktual. Kelayakan sebuah berita itu dapat dilihat dari :
Penting
Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas
khalayak. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau
durasinya untuk materi liputan yang remeh.
22
Aktual
Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada
ungkapan tentang berita "hangat," artinya belum lama terjadi dan masih
jadi bahan pembicaraan di masyarakat.
Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau
tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing,
itu unik dan luar biasa.
Asas Kedekatan (proximity)
Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih
layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita.
Asas Keterkenalan (prominence)
Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli
2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski
dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara
keduanya.
Magnitude
Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan
6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya,
dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks
peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000
buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma
diikuti 100 buruh.
Human Interest
Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput.
Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang
lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan,
kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan
semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.
Unsur Konflik
23
Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-
manusia, juga menarik untuk diliput.
Trend
Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan
masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian
trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang
saja.
Berakibat pada kehidupan orang banyak, artinya sesuatu yang terjadi
dalam kehidupan sosial itu memiliki dampak pada oranga lain.
4. Menggali Informasi
Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi,
yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk
melalui tiga tahapan peliputan:
1) Fakta-fakta permukaan.
Siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan
pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar
berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh
narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter
hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan
siaran pers humas menjadi sangat tipis.
2) Upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter.
Sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas
peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di
luar kontrol narasumber awal.
3) Interpretasi (penafsiran) dan analisis.
Reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,
penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa
yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu
24
terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi
sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).
Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara
langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang
kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik
yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu
tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media.
Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah
peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-
bahan awal yang disediakan narasumber.
5. Produksi Berita
Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua
media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur
operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita
yang dihasilkan. Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi,
yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi
merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan
kualitas berita yang dihasilkan.
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, redaktur, bisa mengajukan usulan-
usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber.
Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita
yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si
jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya. Sasaran Rapat
Redaksi:
1) Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2) Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi
antara reporter, redaktur, dan sebagainya).
3) Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi
hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan,
keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)
25
Dari semua hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama 40 hari
OJT di LPP RRI Lhokseumawe, kiranya akan terselesaikan apabila ada
penambahan waktu. Karena penulis bersaumsi, bahwa jangka waktu yang
ditetapkan panitia OJT relatif pendek untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan dikampus, bahkan terkesan tidak efektif.
Kendati demikian, dari konsep yang ada, dan sudah penulis paparkan
adalah sebagian dari pengetahuan penulis selama belajar dikampus. Sekaligus
menjadikan pengetahuan itu sebagai jawaban dari permasalahan , hambatan dan
juga tantangan yang penulis dapatkan di tempat OJT. Dan sejauh ini, penulis
sudah lebih pro aktif untuk mengaplikasikan dan melatih diri supaya lebih mahir
dalam melakukan kegiatan jurnalistik di LPP RRI Lhokseumawe.
Selain dari latihan yang berkesinambungan, penulis juga mengupayakan
menambah relasi baik dengan reporter RRI sendiri maupun dengan rekan
seprofesi lainnya, juga dengan berbagai stekholder instansi swasta dan
pemerintah. Dengan demikian, kedepannya penulis tidak akan lagi sulit
menjemput informasi yang bisa diolah menjadi berita yang layak saji.
26
27
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses perliputan yang dilakukan seorang wartawan dibutuhkan wawasan
serta daya kreatifitas tinggi untuk dapat menghasilkan liputan yang menarik dan
mengungkapkan suatu peristiwa kepada pendengar secara baik dan mudah
dimengerti. Karena menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga bukan untuk
mata, maka menulis naskah berita radio ibarat bercerita di otak.
Selama penulis melakukan OJT di LPP RRI Lhokseumawe, proses
reportase dan produksi berita sudah dilakukan . Tentu saja dalam prosesnya tidak
terlepas dengan hambatan dan tantangan yang penulis hadapi. Dan dengan arahan
dan bimbingan reporter senior, penulis mampu memproduksi berita yang layak
siar. Karena dalam penulisan berita diperlukan suatu pengetahuan luas dan ikatan
emosi yang kuat sehingga penulis mampu meramu berita yang ada menjadi
menarik dan layak siar.
Selama OJT tentunya penulis mendapatkan pelajaran dan pengalaman
yang berharga, yang mungkin tidak bisa diperoleh orang lain dalam waktu dan
kesempatan yang sama. Penulis tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja
jurnalistik sesungguhnya melainkan juga mendapatkan pelajaran bagaimana
menghadapi orang lain dan membagi waktu agar tugas yang penulis peroleh tidak
terlantar. Kewajiban memproduksi dalam satu hari dua berita adalah hal yang
paling menantang untuk penulis, mengingat pengetahuan dan pengalaman dalam
dunia jurnalistik minim sekali. Kendati demikian, hambatan dan tantangan itu
sudah penulis lalui dengan dorongan dari reporter-reporter senior yang senantiasa
membimbing penulis.
4.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan OJT, dengan berbagai
kendala dan hambatan maka perlu kiranya penulis sampaikan saran yang mungkin
27
28
bermanfaat untuk LPP RRI Lhokseumawe dan Prodi Komunikasi dan penyiaran
Islam.
1. Tempat OJT
Kerja sama antara lembaga STAIN Malikussaleh dan LPP RRI
Lhokseumawe telah memberikan konstribusi yang baik terhadap jurusan Dakwah,
khusus prodi komunikasi penyiaran islam. Kendati demikian, ada beberapa hal
yang perlu dikembangkan oleh LPP RRI, mengupayakan reporter untuk lebih
disiplin dan profesional. Alat yang tersedia menurut penulis masih membutuhkan
penambahan, supaya reporter tidak harus mengantri saat memproduksi berita.
2. Kampus
Berdasarkan pengalaman penulis OJT di LPP RRI Lhokseumawe, penulis
dihadapkan pada banyak hambatan karena minim pengetahuan tentang teknik dan
produksi berita radio. Karena itu, menurut penulis jurusan dakwah perlu
menerapkan sistem baru dalam proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran
film dan radio, yaitu dengan sistem 50% teori dan 50% praktek. Supaya
mahasiswa dapat lebih maksimal memahami seluk beluk produksi film dan radio,
juga akan tidak asing dengan alat-alat yang digunakan.
Hal yang paling signifikan adalah dalam penempatan peserta, supaya
jurusan dakwah mempriorotaskan peserta untuk mengambil tempat yang sesuai
dengan ilmu yang didapatkan.
29
DAFTAR KEPUSTAKAAN