Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan OJT


Pelaksanaan pendidikan disetiap kampus menitikberatkan pada
pengembangan kreatifitas mahasiswa, pembekalan dasar keahlian dan
pengetahuan akademis. Termasuk di dalamnya On The Job Training (OJT), atau
dalam bahasa lain disebut dengan Praktek kerja lapangan. OJT penting untuk
setiap mahasiswa dalam mempersiapkan diri supaya lebih berkompeten
dibidangnya setelah menyelesaikan study.
Penulis merasakan, dengan adanya OJT mahasiswa tentunya dapat
mengimplementasikan ilmu yang selama ini didapatkan di kampus. Serta
aplikasinya dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan bidangnya. Sebagaimana
penulis mengambil jurusan Dakwah prodi komunikasi dan penyiaran Islam, maka
ilmu yang didapatkan tentunya sarat dengan lingkungan jurnalis dan komunikasi
sosial.
Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan,
penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui
saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai
kepada penyebarannya kepada masyarakat melalui media tertentu, baik media
cetak ( surat kabar, majalah, tabloid), maupun elektronik ( Tv dan Radio).
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan
kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing
kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam
penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik
merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini.
Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual
kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam
menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap
pemberitaannya.

1
2

Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan OJT di Lembaga


Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe. Penulis ingin memperdalam pengatahuan
mengenai praktek jurnalistik yang sesungguhnya di lembaga milik pemerintah ini
dengan melakukan peninjauan lebih lanjut dan membahasnya melalui laporan On
The Job Training (OJT) dengan judul Reporter Dan Pengembangan Berita
Pada Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Lhokseumawe.

1.2 Dasar dan Tujuan Pelaksanaan OJT


Adapun untuk dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan On
The Job Training (OJT) ini, maka penulis akan mencantumkan empat landasan
hukum sehingga dapat menjadikan sebagai penguatan dari aturan dalam kegiatan
yang akan dilaksanakan, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan
Perguruan Tinggi
3. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pendirian STAIN
Malikussaleh
Laporan kerja praktek merupakan salah satu program pendidikan STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe yang bertujuan untuk mengahasilkan SDM yang
terampil dan siap pakai.
Adapun tujuan diadakannya On The Job Training (OJT):
1. Memperkenalkan mahasiswa/i STAIN Malikussaleh Lhokseumawe kepada
dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Untuk mengukur sejauhmana teori yang didapat pada saat kuliah bisa
diterapkan dengan baik di lapangan.
3. Dalam praktik ini diharapakan bagi mahasiswa/i mempermudah dalam
mencari kerja.
4. Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan OJT yang merupakan
tugas akhir setelah praktek kerja lapangan yaitu penyajian dalam bentuk
laporan.
3

5. Memberikan kesiapan pada mahasiswa/i jika sewaktu-waktu memasuki


lapangan pekerjaan.
6. Menambah pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapatkan dibangku
perkuliahan.

1.3 Jadwal dan Maksud Pelaksanaan OJT


1. Jadwal Pelaksanaan OJT
Sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa/i dengan panitia pelaksana
OJT untuk mahasiswa Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam,
bahwa lokasi pelaksanaan OJT tidak ditentukan oleh Panitia Pelaksana, melainkan
berdasarkan keinginan masing-masing dari peserta yang kemudian disetujui oleh
Panitia Pelaksana. Sehingga penulis memilih tempat OJT pada Lembaga
Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe, yang bertempat di Jln. Petua Ibrahim No.
75 Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe, mulai tanggal 08 maret s/d 20 April
2012.

2. Maksud Pelaksanaan OJT


Adapun maksud dari pelaksanaan On The Job Training (OJT) yang
dilakukan oleh mahasiswa/i Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
guna memenuhi mata kuliah yang ada pada semester delapan, dimana mata kuliah
ini dimaksudkan agar mahasiswa/i Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh dapat
mengaplikasikan semua ilmu-ilmu sosial dan komunikasi yang telah diperoleh di
dalam ruang perkuliahan.
Selain itu, kegiatan ini juga melatih dan membantu peserta OJT agar
lebih memahami dunia pekerjaan dengan berbagai pengalaman yang akan dialami.
Sehingga nantinya, penulis /peserta OJT akan lebih mudah mengaplikasikan ilmu
yang didapatkan di ruang perkuliahan dan pengalaman di tempat OJT.
4

BAB II
PROFIL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
RRI LHOKSEUMAWE

2.1 Gambaran Umum Lokasi


1. Sejarah Singkat LPP RRI Lhokseumawe
Radio Republlik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11
September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan
beberapa stasiun radio Jepang di enam kota. Rapat utusan enam radio dirumah
Adang Kadarusman, Jln. Menteng Dalam Jakarta mengahasilkan keputusan
mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman
Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga
menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September
1945, yang berisi tiga butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian
dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Prasetya yang ketiga merefleksikan
komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/
keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat
kepada broadcaster RRI pada era reformasi untuk menjadikan RRI sebagai
lembaga penyiaran publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Radio sepeninggalnya Jepang di
Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia dan hingga saat ini
RRI terus berjuang demi eksistensinya dibidang komunikasi dengan semangat
“Sekali Di Udara Tetap Di Udara”.
Dewasa ini RRI mempunyai 60 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran
khusus yang ditujukan ke Luara Negeri, “Suara Indonesia”. Kecuali di Jakarta,
RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam tiga program
yaitu Programa daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai
pedesaan, Programa Kota (Pro II) yang melayani masyarakat di perkotaan dan
Programa III (Pro III) yang menyajikan Berita dan informasi (News Chanel)
kepada masyarakat luas. Di stasiun cabang utama Jakarta terdapat enam programa
yaitu Programa I untuk pendengar di Propinsi DKI Jakarta usia dewasa, Programa

4
5

II untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus
berita dan informasi, Programa IV kebudayaan, Programa V untuk saluran
pendidikan dan Programa IV Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan LPP
RRI Lhokseumawe mempunyai program siaran Pro I dan Pro II serta Pro III
siaran sentral dari Jakarta. Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe
berlokasi di Jalan Petua Ibrahim No. 75 Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe.
Radio Republik Indonesia, sebagai Lembaga Penyiaran Publik, mempunyai tugas
memberikan pelayanan Indonesia, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh
lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Visi dan Misi Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe


a. Visi
Dengan berangsur-angsurnya perubahan status lembaga penyiaran dari
Unit Pelaksana Tehnis (UPT) suatu Departemen menjadi perusahaan Jawatan
kemudian beralih menjadi Lembaga Penyiaran Publik, melahirkan konsekuensi
logis bagi segenap angkasawan RRI untuk merenovasi sikap dan pola pikir, serta
pola tindak yang mengarah pada tercapainya visi dan misi Lembaga Penyiaran
Publik Radio Republik Indonesia.
Kebijakan penyiaran RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik,
diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah No. 11 dan 12 tahun 2005, dengan
maksud dan tujuan, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio sesuai prinsip-
prinsip radio publik yang independen netral dan mandiri, dan program siarannya
berorientasi pada kepentingan publik atau masyarakat secara luas.
Dengan mengacu pada kekuatan mendasar ini, kiranya patut menjadi
pengangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu visi dan misi RRI: (Direktur PP LPP
RRI : 2006)
“Menjadikan RRI Lembaga Penyiaran Publik yang Independen, terdepan
dalam Informasi, Pendidikan, Hiburan dan Pemelihara Identitas Negeri”.
6

b. Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, maka perlu dijabarkan dalam misi RRI
agar tujuan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dapat terwujud.
Misi RRI adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat guna
memenuhi hal masyarakat untuk memperoleh akses informasi melalui
proses kerja standar jurnalisme professional yang bersandar pada prinsip
akurat dan berimbang serta berorientasi pada keharmonisan dan
kedamaian.
2) Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan
ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik
terhadap suprastruktur politik guna mendorong terciptanya
penyelenggaraan negara yang baik.
3) Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdaya masyarakat
dan pendorong proses demokratisasi yang bertumpu pada hak masyarakat
untuk mengemukakan pendapat dengan tetap berpegang pada kaidah
hukum dan prinsip masyarakat madani yang berkeadaban.
4) Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan
keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional
dengan menumbuhkembangkan unsur budaya lokal, di tengah arus budaya
global.
5) Menjadikan program siaran hiburan yang mampu mendorong kreatifitas
masyarakat.
6) Menyelenggarakan siaran untuk kelompok minoritas.
7) Menyelenggarakan mendorong pemahaman persepsi tentang gender.
8) Memanfaatkan perkembangan teknologi media penyiaran yang efektif dan
efisien guna menjangkau siaran seluruh wilayah Indonesia.
9) Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat luar negeri dan
memberikan informasi tentang Indonesia di dunia Internasional.
7

10) Memberikan jasa-jasa yang terkait dengan penyiaran sesuai kebutuhan


guna menambah pendapatan lembaga untuk menunjang pelaksanaan
oprasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan.

3. Bentuk, Kedudukan, Tugas dan Fungsi LPP RRI


RRI memiliki bentuk sebagai sebuah badan hukum yg didirikan oleh
Negara. Kedudukan RRI berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden,
tempat kedudukan RRI di Ibukota Negara Republik Indonesia dan stasiun
penyiarannya berada di pusat dan daerah.
Sebagai sebuah Lembaga Penyiaran Publik, RRI memiliki tugas
memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial
dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh
lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain beberapa tugas di atas, RRI memiliki beberapa fungsi yaitu:
perumusan kebijakaan umum dan pengawasan di bidang radio publik,
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan penyelenggaraan radio publik, pembinaan
dan pelaksanaan adminitrasi serta sumber daya RRI.

4. Prinsip Independen
Siaran RRI harus berpihak kepada kebenaran dan keadilan serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siaran RRI tidak boleh dipengaruhi,
ditekan, dipesan, dibeli oleh pihak manapun seperti pemerintah, politisi,
pengunjuk rasa, pengusaha, kecuali untuk kepentingan publik dan tidak
bertentangan dengan kebijakan redaksional RRI.
Siaran RRI harus dijaga netralitasnya. Dalam hal informasi yang
menyangkut isu-isu kontroversial serta cenderung memunculkan pro dan kontra,
maka siaran terhadap fakta, peristiwa, data dan opini harus diberikan porsi yang
sama kepada para pihak.
Siaran RRI harus menjaga obyektifitas berdasarkan data dan fakta serta
tidak mencampur adukkan fakta dengan opini pribadi. Siaran RRI tidak
8

menyembunyikan fakta yang ada ataupun memberi penekanan yang menyesatkan


apalagi memanipulasi berita untuk tujuan tertentu.
Penanggung jawab penyiaran pada masing-masing tingkatan dilarang
untuk memunculkan secara berlebihan menyangkut fakta, peristiwa, data dan
opini dengan janji dan atau imbalan tertentu.

2.2 Fasilitas Tempat OJT


1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung di LPP RRI Lhokseumawe. Kegiatan ini
merupakan tahap awal dari pelaksanaan kegiatan On The Job Training (OJT).
Adapun tujuan kegiatan observasi lapangan ini adalah agar mahasisiwa/i peserta
On The Job Training (OJT) angkatan IV Jurusan Dakwah Prodi Komuniksai
Penyiaran Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe dapat mengenal dengan
cermat situasi dan kondisi serta lingkungan dimana penulis ditempatkan yaitu
pada bagian pemberitaan LPP RRI Lhokseumawe ;
a. Keadaan fisik dan lingkungan beserta tata tertib tempat OJT Sarana dan
prasarana, fasilitas yang tersedia di kantor atau instansi swasta yang
dijadakan tempat OJT mahasiswa/i Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
b. Perangkat administrasi kantor yang menjadi tempat On The Job Training
(OJT)
c. Karakterisasi karyawan dan karyawati yang ada di tempat OJT
d. Kehidupan sosial yang ada di tempat OJT tersebut
e. Berbagai program yang dikembangkan di tempat OJT yang tertuju
f. Sistem kerja yang diterapkan

Kegiatan observasi lapangan ini dapat penulis uraikan sebagai berikut:


1) Luas tanah : 4026 m2
2) Jumlah ruang kerja : 23 ruang
9

3) Ukuran ruang kerja : 6 x 7 m2


4) Mushalla

Bangunan lainnya : Ruang pemancar, ruang darma wanita, ruang koperasi,


studio (Pro I dan Pro II), aula, ruang rapat, gudang, perpustakaan, lapangan
upacara/lapangan olahraga, tempat parkir, toilet, rumah Kepala Stasiun, dan
rumah Kepala Sub bagian Tata Usaha.

2. Keadaan yang dimiliki oleh LPP RRI Lhokseumawe:


Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe adalah salah satu cabang
dari radio Negara yang ada. Radio ini berlokasikan di Jln. Petuah Ibrahim No. 75
Teumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti.
Instansi pemerintahan ini memiliki dua buah gedung yang besar dan
bertingkat. Di sebelah barat berbatasan dengan tanah milik warga yang bemama
Bapak Lutan, di sebelah timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Usman, di
sebelah utara berbatasan dengan Jln. Petuah Ibrahim, sedangkan di sebelah selatan
LPP RRI Lhokseumawe berbatasan dengan pemukiman warga sekitar.
Secara fisik LPP RRI Lhokseumawe dapat dikatakan utuh dan terpelihara,
apalagi Lembaga Penyiaran Publik ini memiliki pagar keliling serta mempunyai
berbagai macam bunga yang ditanam di halaman sekitarnya.
Lingkungannya juga aman dan tentram. Ini semua berkat pembinaan dan
pelaksanaan yang terorganisir oleh semua pihak yang ada di lingkungan LPP RRI
Lhokseumawe.

3. Fasilitas yang dimiliki oleh LPP RRI Lhokseumawe


Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe memiliki beberapa
fasilitas, diantaranya adalah: sebuah tiang pemancar, buku-buku yang ada
diperpustakaan LPP RRI Lhokseumawe, dua buah studio (Pro I dan Pro II), alat-
alat musik, seperti sound system, mobil dinas untuk peliputan berita dan segala
urusan yang berhubungan dengan LPP RRI Lhokseumawe, alat untuk mengedit
dan merekam berita terdiri dari mixer dan program cooledit.
10

Memiliki fasilitas pendukung lainnya, seperti: obat-obatan (kotak P3K),


tape recorder, komputer, mesin ketik, dispenser, Microphone, kaset, baik CD
maupun kaset tape recorder, printer, papan pengumuman.
Fasilitas ruangan yang dimiliki Lembaga Penyiaran Publik RRI
Lhokseumawe seperti: kursi karyawan dan karyawati, meja kerja, komputer,
printer, lemari kaca untuk menyimpan file surat-surat penting, Air Condisioner
(AC) dan box untuk menyimpan alat-alat kantor seperti: penggaris, penjepit
kertas, tinta printer, pembolong kertas, pisau, amplop, kertas HVS dan Folio,
stabillo, pulpen, pensil dan lain-lain.

4. Penggunaan Bangunan LPP RRI Lhokseumawe


Bangunan Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe digunakan untuk
proses pekerjaan yang sebenarnya. Dimana RRI Lhokseumawe merupakan sebuah
Lembaga Penyiaran Publik yang berfungsi untuk memberikan informasi yang
berdasarkan fakta dan tidak memihak kepada pihak tertentu (netral). Selain itu
LPP RRI juga menjadi sarana hiburan massa khususnya remaja, melalui radio
programa II (Pro II). Kegiatan bekerja yang ada di LPP RRI Lhokseumawe
terbagi dua, yaitu:
1) Bagi angkasawan dan angkasawati yang menduduki bagian administrasi
kantor (baik dibidang apapun) bekerja setiap hari kerja yang terhitung dari
hari Senin-Jum’at dengan jam kerja dari pukul 08.00-16.00 Wib
2) Sedangkan, bagi angkasawan dan angkasawati yang berprofesi sebagai
tenaga tehnik studio dan multimedia, penyiar dan wartawan bekerja setiap
hari dengan jam kerja sesuai jadwal yang ditentukan berkisar dari pukul
05.00-01.00 Wib.
11

5. Angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe


Jumlah angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe semuanya
ada 72 orang yang terbagi dalam tiga golongan dan seorang Kepala Stasiun.
No Seksi/Sub Bagian Pegawai PBPNS Honorer Jumlah
1 Tata Usaha 6 12 3 21
2 Siaran 5 14 1 20
3 Pemberitaan 3 6 - 9
4 Sumber Daya Teknologi 6 5 2 13
5 Layanan dan Usaha 5 3 - 8
Jumlah 25 40 6 71
Keterangan:
PBPNS adalah singkatan dari Pegawai Bukan Pegawai Negri Sipil

a. Kegiatan angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe


Setiap bulannya setiap angkasawati Lembaga Penyiaran Publik RRI
Lhokseumawe melakukan kegiatan darma wanita dan kegiatan-kegiatan sosial
sesama angkasawati, sedangkan bagi angkasawannya adalah latihan serta
membuat pertandingan sepak bola dan futsal tiap minggunya. Hal ini dilakukan
untuk menambah keakraban dan kekompakkan antar sesama angkasawan dan
angkasawati LPP RRI Lhkoseumawe.

b. Kegiatan tahunan LPP RRI Lhokseumawe


Kegiatan tahunan adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan diluar
kegiatan kerja Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe. Setiap tahunnya
LPP RRI Lhokseumawe selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan niat dan bakat masyarakat, khusunya remaja seperti: Festival Bintang
Radio, Festival Lagu Melayu, Festival Lagu Aceh, Festival Nasyid, Tilawatil
Qur’an, Pemilihan Kartini versi LPP RRI Lhokseumawe, serta Pemilihan Penyiar
Terbaik baik untuk penyiar putra maupun putri.
Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan bakat masyarakat,
khususnya remaja. Selain itu kegiatan ini juga berguna untuk memotivasi setiap
12

angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe, khususnya penyiar untuk


menjadi lebih baik lagi.

c. Bentuk Kehidupan Sosial di LPP RRI Lhokseumawe


Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe merupakan salah satu
instansi yang bergerak dibidang media, untuk itu LPP RRI Lhokseumawe
memiliki pendengar, baik pendengar untuk radio programa I dan radio programa
II. Sebagai sebuah wujud kehidupan sosial yang ada, maka LPP RRI
Lhokseumawe membentuk sebuah komunitas yang menyatukan semua
pendengarnya. Dimana komunitas tersebut dinamakan dengan “Fans Club RRI
Lhokseumawe”.
Selain itu, hubungan antar sesama angkasawan dan angkasawati LPP RRI
Lhokseumawe juga berlangsung dengan baik dan akrab. Ini terbukti dengan
adanya saling tukar menukar informasi, khusunya yang berhubungan dengan
pekerjaan. Uraian di atas merupakan hasil yang sudah penulis himpun selama
melaksanakan OJT di LPP RRI Lhokseumawe yang kurang lebih selama 40 hari.

2.3 Organisasi dan Struktur Tempat OJT


LPP RRI Lhokseumawe merupakan sebuah lembaga yang bergerak
dibidang penyiaran publik bersifat independent, netral, dan tidak komersial.
Struktur organisasi merupakan suatu badan yang mempunyai tugas yang
berbeda-beda dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan ketentuan yang
berlaku atau yang telah diberikan wewenang oleh pemimpin. Dalam sebuah
organisasi sangat dibutuhkan struktur organisasi yang fungsinya sebagai kerangka
pembagian kerja. Demikian akan terdapat koordinasi antara setiap bagian kerja
yaitu adanya dengan suatu kesatuan pemerintah dan tanggung jawab serta
pengawasan LPP RRI di berbagai aktifitas yang berjalan.
Melalui stuktur organisasi dapat diketahui semua aktivitas yang
dilaksanakan dalam organisasi. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
telah memberikan pedoman susunan organisasi yang meliputi kedudukan, tugas
pokok, fungsi dan tata kerja.
13

Secara struktural, Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe terdiri


dari :
1. Kepala Stasiun
2. Kasubag Tata Usaha, membawahi:
a. Kepala Urusan SDM
b. Kepala Urusan Umum
c. Kepala Urusan Keuangan
Tugas-tugas Sub Bagian Tata Usaha:
1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Sub Bag TU
2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi dengan seksi-seksi lain
3) Menyusun rencana kegiatan Sub Bag TU sebagai pedoman kerja
4) Mendistribusikan tugas kepada staf di lingkungan Sub Bagian TU sesuai
tugasnya
5) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan Sub TU
sesuai tugasnya
6) Mengkoordinasi staf di lingkungan Sub Bag TU untuk mengetahui
kesesuaian dengan rencana
7) Menyelia (memilah) pelaksana tugas di lingkungan Sub Bag TU sebagai
bahan pembinaan staf
8) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan TU sebagai bahan pembinaan
staf
9) Membuat penilaian terhadap Kepala Urusan yang dituangkan dalam DP.3
setiap akhir tahun
10) Memeriksa konsep laporan RRI Stasiun Malang, konsep surat-surat dinas
atau konsep surat-surat tentang kepegawaian dan memberikan catatan
perbaikan apabila diperlukan serta memaraf untuk ditandatangani oleh
Kepala RRI Stasiun Malang sebagai tanda persetujuan
11) Memeriksa konsep DUK, Daftar Gaji, SPP, SPK, Kontrak dan bukti
penagihan berdasarkan data dan ketentuan yang berlaku serta memaraf
untuk ditandatangani oleh Kepala RRI Stasiun Malang sebagai tanda
persetujuan
14

12) Memeriksa dan menyeleksi usulan pengadaan barang dan jasa sesuai
kebutuhan kantor serta perbaikan barang inventaris berdasarkan prioritas
dan dana yang tersedia untuk kelancaran tugas rutin
13) Membuat laporan kegiatan Sub Bagian TU sebagai pertanggung jawaban
pelaksaan tugas
14) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

3. Kepala Seksi Siaran, membawahi:


a. Kasubsi Pro 1
b. Kasubsi Pro 2
c. Kasubsi Perencanaan dan Evaluasi Program
Tugas-tugas Kepala Seksi Siaran:
1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Siaran baik yang
bersifat on air maupun off air
2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan
Sub Seksi
3) Menyusun langkah kegiatan Seksi Siaran sebagai pedoman kerja
4) Mendistribusikan tugas kepada staf Seksi Siaran sesuai bidang tugasnya
5) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan Seksi Siaran
sesuai dengan bidang tugasnya
6) Mengkoordinasikan staf di lingkungan Seksi Siaran sesuai dengan bidang
tugasnya
7) Memilah pelaksanaan tugas Seksi Siaran untuk mengetahui kesesuaian
dengan rencana
8) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan Seksi Siaran sebagai bahan
pembinaan staf
9) Membuat penilaian terhadap Kasubsi yang dituangkan dalam DP.3 setiap
akhir tahun
10) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf
11) Merencanakan, menyusun dan mengusulkan RABS (Rencana Anggaran
Biaya Siaran)
15

12) Membuat laporan kegiatan Seksi Siaran sebagai pertanggungjawaban


pelaksanaan tugas
13) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

4. Kepala Seksi Pemberitaan, membawahi:


a. Kasubsi Berita Ulasan dan Dokumentasi
b. Kasubsi Liputan dan Olahraga
c. Kasubsi Pengembangan Berita
Tugas-tugas Seksi Pemberitaan:
1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Pemberitaan
2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan
Sub Seksinya
3) Melaksanakan Rapat Redakasi setiap hari Senin dan Kamis bersama tim
Dewan Redaksi untuk menetukan agenda setting dan evaluasi
4) Menyusun rencana kegiatan Seksi Pemberitaan sebagai pedoman kerja
5) Mendistribusikan tugas kepada staf seksi pemberitaan sesuai bidang
tugasnya
6) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan seksi
pemberitaan sesuai dengan bidang tugasnya
7) Mengkoordinasikan staf di lingkungan seksi pemberitaan sesuai dengan
bidang tugasnya
8) Menyusun jadwal redaksi dan membuat laporan redaksi
9) Menyusun kerabat kerja siaran langsung pemberitaan non olahraga
10) Membuat penilaian terhadap kasubsi yang dituangkan dalam DP.3 tiap
akhir tahun
11) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf
12) Merencanakan, menyusun dan mengusulkan ABOP
13) Membuat laporan kegiatan seksi Pemberitaan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan anggaran
14) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan
16

5. Kepala Seksi Layanan Umum, membawahi:


a. Kasubsi Pengembangan Usaha
b. Kasubsi Layanan dan Usaha
c. Kasubsi Pencitraan
Tugas-tugas Seksi Layanan Umum:
1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Layanan dan
Usaha
2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan
Sub Seksinya
3) Menyusun rencana program kerja di seksi Layanan Usaha
4) Melaksanakan pembinaan dan kepada Sub Seksi Layanan Publik,
Pengembangan Usaha, Pencitraan pada khususnya dan staf Layanan Usaha
pada umumnya
5) Membuat penilaian harian, bulanan dan tahunan atas aktivitas bekerja para
Kasubsi dalam rangka pembinaan karier yang dituangkan dalam DP.3
setiap akhir tahun
6) Mendistribusikan tugas kepada staf di lingkungan Seksi Layanan Usaha
sesuai dengan bidang tugasnya
7) Mengkoordinasi staf di lingkungan Seksi LU melalui rapat/langsung agar
sesuai dan saling mendukung dalam pelaksanaan tugasnya
8) Membuat laporan pelaksanaan program LU bulanan dan tahunan kepada
Kepala Stasiun
9) Membuat evaluasi bulanan pelaksanaan Seksi LU
10) Melaksanakan kerjasama dengan relasi, media lain dan limas sektoral yang
ada di wilayah Malang Raya
11) Merencanakan pembuatan standarisasi identitas Coorporate LPP RRI
12) Membuat perencanaan strategi Layanan Publik, Pengembangan Usaha dan
Pencitraan
13) Membuat policy/kebijakan dan usaha dalam penerapan sistem pemasaran
yang efektif dan efisien bagi para Kasubsi dan Marketing
17

14) Mengetahui dan memaraf semua surat-surat penting setelah diparaf oleh
kasubsi
15) Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pimpinan

6. Kepala Sumber Daya Teknik, membawahi:


a. Kasubsi Sarana dan Prasarana Penyiaran
b. Kasubsi Teknik Transmisi
c. Kasubsi Teknik Studio dan Multimedia
Tugas-tugas Seksi Sumber Daya Teknik:
1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di sekitar Seksi Sumberdaya
Teknologi
2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan
Sub Seksinya
3) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi dengan seksi-seksi lain
4) Menyusun rencana kegiatan Seksi Sumberdaya Teknologi sebagai
pedoman kerja
5) Mendistribusikan tugas kepada staf Seksi Sumberdaya Teknologi sesuai
bidang tugasnya
6) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di Seksi Sumberdaya
Teknologi
7) Mengkoordinasikan staf di lingkungan Seksi Sumberdaya Teknologi
sesuai dengan bidang tugasnya
8) Menyelia (memilah) pelaksanaan tugas Seksi Sumberdaya Teknologi
untuk mengetahui kesesuaian dengan rencana
9) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan Seksi Sumberdaya Teknologi
sebagai bahan pembinaan staf
10) Membuat penilaian terhadap staf yang dituangkan dalam DP.3 setiap akhir
tahun
11) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf
12) Membuat laporan kegiatan Seksi Sumberdaya Teknologi sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
13) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan
18

BAB III
PELAKSANAAN OJT

3.1 Masalah yang Ditemukan


Selama OJT di RRI Lhokseumawe, penulis ditempatkan pada seksi
pemberitaan. Sebagaimana penulis yang belum memiliki pengalaman dalam hal
reportase tentunya banyak mengalami hambatan dan tantangan, diantaranya :

1. Kurang cermat memilih kata saat menyusun naskah berita.


2. Tidak memiliki relasi tetap untuk menjemput informasi.
3. Sulit mendeteksi suatu berita yang memiliki news value
4. Kurang cermat dalam melakukan reportase.
5. Minimnya pengetahuan penulis tentang alat dalam perekaman radio.
6. Minimnya pengetahuan penulis terhadap pemberitaan di radio,
sehingga menghambat penulis dalam memproduksi berita.

Tidak hanya hambatan yang dirasakan penulis dalam melakukan praktek


kerja lapangan di LPP RRI lhokseumawe, penulis juga mengalami tantangan yang
cukup berarti. Baru satu minggu belajar menulis straight news, penulis
dihadapkan pada program liputan langsung pilkada. Pihak pemberitaan
memberikan jadwal liputan kepada penulis untuk meliput langsung dilokasi
kampanye. Dan di wajibkan untuk melakukan laporan langsung yaitu Report on
The Spot (ROS). Tidak hanya itu, penulis juga harus menyelesaikan jurnal
kampanye dalam jangka waktu satu jam.
Padahal pengalaman menulis jurnal yang penulis miliki masih terlalu
minim, belum lagi saat rekaman yang harus antri dan dikejar oleh waktu. Juga
belum mahirnya penulis dalam mengoperasikan aplikasi cool edit, sehingga dalam
produksi satu berita terkadang memakan waktu yang lama. Sungguh pengalaman
luar biasa penulis rasakan pada liputan langsung kampanye Pilkada Aceh tahun
2012.

18
19

3.2 Pembahasan
Minimya pengetahuan penulis terhadap teknik penulisan dan peliputan
radio, telah menjadikan penulis kewalahan dalam memproduksi berita.
Sebagaimana konsep yang penulis dapatkan dibangku kuliah, menulis untuk radio
adalah menulis untuk telinga bukan untuk mata. Sehingga penulis harus cerdas
dalam memilih kata-kata supaya mudah dimengerti oleh semua khalayak
( pendengar). Kata-kata yang harus digunakan bersifat sederhana, selalu
menggunakan kata-kata atau kalimat yang banyak diketahui maknanya oleh
khalayak umum yang heterogen. Dan menghindari kata-kata rumit yang hanya
dimengerti segelintir orang.
Kendati konsep dan teori sudah pernah penulis pelajari, namun dalam
aplikasinya masih kewalahan, karena penulis belum mahir dalam menulis berita
radio. Juga kurang maksimal proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran
ardio dan film. Bahkan ketika dihadapkan pada prakteknya, kami masih merasa
asing dengan beberapa alat produksi berita radio, seperti mixer dan aplikasi cool
edit yang sama sekali tidak diajarkan dikampus.

1. Penulisan Berita Radio


Dalam menulis berita, kita tidak terlepas dari fakta yang didapat dari
sebuah peristiwa. Penggunaan dan pemilihan kalimat harus sesuai dengan ejaan
yang disempurnakan secara baik dan benar, menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar, efisiensi kata, serta penggunaan tanda baca yang tepat. Penulisan
berita jangan sampai mengandung SARA (suku, ras, dan agama), melainkan harus
mengandung unsur 5 W + 1 H secara singkat, jelas, sederhana, serta jujur.
Setelah memenuhi unsur kriteria layak berita (news value) dan 5 W + 1 H,
kemudian berita tersebut diserahkan kepada redaktur / desk editor dan apabila
masih terdapat kata-kata yang tidak perlu dipakai pada berita tersebut, maka
redaktur berhak mengeditnya. Setelah berita itu selesai diproduksi baru disiarkan.
Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari
tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan
pembuatan naskah berita media cetak. Karena radio mengandalkan telinga
20

pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus


singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS – Keep It
Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah
berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan

2. Reportase / Liputan Berita yang Berkualitas


Menurut Yunus (2010: 55) dalam konteks jurnalistik, liputan dapat
disamakan dengan reportase. Liputan atau reportase merupakan salah satu
kegiatan yang ditempuh wartawan atau jurnalis dalam pencarian bahan atau
materi yang akan dijadikan berita. Bedanya, liputan lebih mengacu pada proses
keseluruhan dalam pencarian berita, sedangkan reportase bertumpu pada aspek
teknikal atau keterampilan yang ditempuh untuk mendapatkan bahan berita.
Namun, dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu kegiatan pengumpulan
bahan untuk penulisan karya jurnalistik.
Kualitas liputan sangat berpengaruh terhadap akurasi berita. Kualitas
liputan juga ikut menentukan kapabilitas dan kredibilitas wartawan dalam
menjalankan tugasnya. Liputan yang baik telah menjadi aset besar untuk
menghasilkan berita yang bermutu dan sebaliknya, liputan yang tidak optimal
akan menyebabkan berita menjadi tidak kredibel, bahkan mungkin tidak
dipercaya. Yang gilirannya, liputan yang kurang baik akan dapat menjatuhkan
kredibilitas seorang wartawan.
Jika ditinjau dari prosesnya, menurut Yunus (2010: 56) liputan jurnalistik
dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) bentuk. Pertama, liputan terduga, yang
bertumpu pada upaya-upaya penciptaan berita dari masalah-masalah yang sifatnya
sudah dapat diduga sebelumnya. Dalam liputan terduga, wartawan memainkan
peran sebagai newsmaker atau pembuat berita. Kedua, liputan yang tak terduga,
yang bertumpu pada upaya-upaya perburuan berita atas masalah-masalah yang
sifatnya tidak terduga. Dalam hal ini, wartawan berperan sebagai newshunter atau
pemburu berita.
Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar
yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga
21

membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk


meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa. Setiap media memiliki apa yang
disebut kriteria kelayakan berita.
Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional
(editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak
jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan
redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang
dianutnya.
Perbedaan visi, misi dan ideologi ini akan berpengaruh pada sudut
pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut
pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Terakhir, tentu saja
segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media
untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut secara tak langsung juga
berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput.

3. Kelayakan Berita
Saat OJT untuk memilih berita yang memiliki news value atau dianggap
layak untuk diberitakan, penulis merasa harus banyak belajar lagi. Berikut ini
adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media
. Khusus untuk radio juga memakai kriteria ini, sehingga dapat menjadikan bahan
komporatif penulis dalam menyelesaikan persoalan yang penulis temukan selama
OJT.
Kriteria dibawah ini, setelah dipahami penulis juga akan dilatih secara
aplikatif. Sehingga penulis akan lebih lincah dalam menulis naskah berita radio ,
memilih isu, mengolah berita agar lebih menggigit dan tentunya menjadi berita
yang aktual. Kelayakan sebuah berita itu dapat dilihat dari :
 Penting
Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas
khalayak. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau
durasinya untuk materi liputan yang remeh.
22

 Aktual
Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada
ungkapan tentang berita "hangat," artinya belum lama terjadi dan masih
jadi bahan pembicaraan di masyarakat.
 Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau
tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing,
itu unik dan luar biasa.
 Asas Kedekatan (proximity)
Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih
layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita.
 Asas Keterkenalan (prominence)
Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli
2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski
dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara
keduanya.
 Magnitude
Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan
6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya,
dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks
peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000
buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma
diikuti 100 buruh.
 Human Interest
Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput.
Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang
lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan,
kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan
semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.
 Unsur Konflik
23

Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-
manusia, juga menarik untuk diliput.
 Trend
Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan
masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian
trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang
saja.
 Berakibat pada kehidupan orang banyak, artinya sesuatu yang terjadi
dalam kehidupan sosial itu memiliki dampak pada oranga lain.

4. Menggali Informasi
Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi,
yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk
melalui tiga tahapan peliputan:
1) Fakta-fakta permukaan.
Siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan
pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar
berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh
narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter
hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan
siaran pers humas menjadi sangat tipis.
2) Upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter.
Sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas
peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di
luar kontrol narasumber awal.
3) Interpretasi (penafsiran) dan analisis.
Reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,
penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa
yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu
24

terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi
sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).
Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara
langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang
kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik
yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu
tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media.
Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah
peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-
bahan awal yang disediakan narasumber.

5. Produksi Berita
Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua
media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur
operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita
yang dihasilkan. Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi,
yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi
merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan
kualitas berita yang dihasilkan.
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, redaktur, bisa mengajukan usulan-
usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber.
Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita
yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si
jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya. Sasaran Rapat
Redaksi:
1) Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2) Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi
antara reporter, redaktur, dan sebagainya).
3) Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi
hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan,
keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)
25

4) Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.


Dari rapat redaksi ini, ditentukan topik yang mau diliput, sekaligus
ditunjuk reporter yang harus meliputnya. Dalam pembahasan yang lebih rinci,
bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan
bersangkutan, serta narasumber yang harus diwawancarai. Untuk kelengkapan
data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil
liputan nantinya.
Sesudah tugas dibagikan secara jelas dalam rapat redaksi, dan redaktur
memberi brifing pada reporter, berbekal informasi dan arahan tersebut, si reporter
pun meluncur ke lapangan. Pada LPP RRI Lhokseumawe, rapat ini dilakukan jam
09.00 wib. Dan dikondisikan sesuai dengan rapat agenda setting nasional. Selain
menyelaraskan dengan isu nasional juga akan membahas isu lokal yang dianggap
memiliki kriteria kelayakan berita.

3.3.Upaya penelesaian masalah.

Dari semua hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama 40 hari
OJT di LPP RRI Lhokseumawe, kiranya akan terselesaikan apabila ada
penambahan waktu. Karena penulis bersaumsi, bahwa jangka waktu yang
ditetapkan panitia OJT relatif pendek untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan dikampus, bahkan terkesan tidak efektif.
Kendati demikian, dari konsep yang ada, dan sudah penulis paparkan
adalah sebagian dari pengetahuan penulis selama belajar dikampus. Sekaligus
menjadikan pengetahuan itu sebagai jawaban dari permasalahan , hambatan dan
juga tantangan yang penulis dapatkan di tempat OJT. Dan sejauh ini, penulis
sudah lebih pro aktif untuk mengaplikasikan dan melatih diri supaya lebih mahir
dalam melakukan kegiatan jurnalistik di LPP RRI Lhokseumawe.
Selain dari latihan yang berkesinambungan, penulis juga mengupayakan
menambah relasi baik dengan reporter RRI sendiri maupun dengan rekan
seprofesi lainnya, juga dengan berbagai stekholder instansi swasta dan
pemerintah. Dengan demikian, kedepannya penulis tidak akan lagi sulit
menjemput informasi yang bisa diolah menjadi berita yang layak saji.
26
27

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Proses perliputan yang dilakukan seorang wartawan dibutuhkan wawasan
serta daya kreatifitas tinggi untuk dapat menghasilkan liputan yang menarik dan
mengungkapkan suatu peristiwa kepada pendengar secara baik dan mudah
dimengerti. Karena menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga bukan untuk
mata, maka menulis naskah berita radio ibarat bercerita di otak.
Selama penulis melakukan OJT di LPP RRI Lhokseumawe, proses
reportase dan produksi berita sudah dilakukan . Tentu saja dalam prosesnya tidak
terlepas dengan hambatan dan tantangan yang penulis hadapi. Dan dengan arahan
dan bimbingan reporter senior, penulis mampu memproduksi berita yang layak
siar. Karena dalam penulisan berita diperlukan suatu pengetahuan luas dan ikatan
emosi yang kuat sehingga penulis mampu meramu berita yang ada menjadi
menarik dan layak siar.
Selama OJT tentunya penulis mendapatkan pelajaran dan pengalaman
yang berharga, yang mungkin tidak bisa diperoleh orang lain dalam waktu dan
kesempatan yang sama. Penulis tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja
jurnalistik sesungguhnya melainkan juga mendapatkan pelajaran bagaimana
menghadapi orang lain dan membagi waktu agar tugas yang penulis peroleh tidak
terlantar. Kewajiban memproduksi dalam satu hari dua berita adalah hal yang
paling menantang untuk penulis, mengingat pengetahuan dan pengalaman dalam
dunia jurnalistik minim sekali. Kendati demikian, hambatan dan tantangan itu
sudah penulis lalui dengan dorongan dari reporter-reporter senior yang senantiasa
membimbing penulis.

4.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan OJT, dengan berbagai
kendala dan hambatan maka perlu kiranya penulis sampaikan saran yang mungkin

27
28

bermanfaat untuk LPP RRI Lhokseumawe dan Prodi Komunikasi dan penyiaran
Islam.
1. Tempat OJT
Kerja sama antara lembaga STAIN Malikussaleh dan LPP RRI
Lhokseumawe telah memberikan konstribusi yang baik terhadap jurusan Dakwah,
khusus prodi komunikasi penyiaran islam. Kendati demikian, ada beberapa hal
yang perlu dikembangkan oleh LPP RRI, mengupayakan reporter untuk lebih
disiplin dan profesional. Alat yang tersedia menurut penulis masih membutuhkan
penambahan, supaya reporter tidak harus mengantri saat memproduksi berita.

2. Kampus
Berdasarkan pengalaman penulis OJT di LPP RRI Lhokseumawe, penulis
dihadapkan pada banyak hambatan karena minim pengetahuan tentang teknik dan
produksi berita radio. Karena itu, menurut penulis jurusan dakwah perlu
menerapkan sistem baru dalam proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran
film dan radio, yaitu dengan sistem 50% teori dan 50% praktek. Supaya
mahasiswa dapat lebih maksimal memahami seluk beluk produksi film dan radio,
juga akan tidak asing dengan alat-alat yang digunakan.
Hal yang paling signifikan adalah dalam penempatan peserta, supaya
jurusan dakwah mempriorotaskan peserta untuk mengambil tempat yang sesuai
dengan ilmu yang didapatkan.
29

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Budiman, Kris, Dasar-Dasar Jurnalistik. http://pelitaku.sabda.org/dasar-dasar


jurnalistik.html.

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada). 2007.

Panggabean, Wahyudi. Reportase dan Teknik Peliputan berita.


http://forumkerakyatan.blogspot.com/reportase-teknik-peliputan-
berita.html

Hasan, Ridwan, Pedoman Pelaksanaan On The Job Trainning, Jurusan Dakwah


Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam, STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe, 2012

Anda mungkin juga menyukai