Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular menempati posisi pertama dalam data burden of

disease Indonesia yang dirilis WHO pada tahun 2013. Penyakit kardiovaskular

meliputi spektrum penyakit yang luas, mulai dari yang terkait dengan organ

jantung, pembuluh darah, otak dan sistem organ lainnya. Penyakit kardiovaskular

meliputi, namun tidak terbatas pada penyakit jantung iskemik, penyakit arteri

koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer.

Penyakit arteri perifer diderita oleh lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia

yang diperkirakan akan terus mengalami peningkatan mengikuti peningkatan

prevalensi obesitas, diabetes, dan juga persistensi merokok (Criqui and Aboyans,

2015).

Studi yang dipublikasikan oleh PAD Awareness, Risk, and Treatment: New

Resources for Survival (PARTNERS), 29% dari subjek penelitian berusia 70

tahun dan lebih mengalami spektrum critical limb ischemia (CLI) dari penyakit

arteri perifer. Dari seluruh pasien yang mengalami CLI, prevalensi pasien yang

juga menderita penyakit arteri koroner dan penyakit serebrovaskular adalah 63%

(Davies, 2012).

Secara keseluruhan, prognosis pasien CLI tergolong buruk. Pada tahun

pertama, sekitar 25% pasien akan meninggal, 30% akan menjalani amputasi, dan

sisanya sebesar 45% hidup dengan kedua kaki. Sedangkan dalam waktu lima

tahun, 60% pasien akan meninggal dunia (Davies, 2012). Pasien yang sudah

1
2

mengalami amputasi pun tidak memiliki prognosis yang baik dengan mortalitas

perioperatif 5-10% jika diamputasi di bawah lutut dan 15-20% pada operasi di

atas lutut dengan sepertiga pasien amputasi meninggal dalam setahun, sepertiga

mencapai otonomi parsial, dan sisanya mencapai otonomi sepenuhnya (Minar,

2009). Dalam data lain, disebutkan laju mortalitas lima tahun populasi CLI adalah

60%, melebihi dari kanker prostat (<1%), kanker payudara (11%), infark

myocardium akut (20%), kanker kolorektal (36%), dan stroke (41%) (Mills et al.,

2009).

Selain buruknya prognosis penyakit arteri perifer ini juga sangat terkait

dengan beberapa penyakit lain, terutama dengan penyakit kardiovaskular. Pada

pengukuran angiografi koroner, ditemukan 90% pasien PAD mengalami penyakit

jantung koroner. Ditemukan pula adanya stenosis arteri karotis yang signifikan

secara hemodinamik pada 15% dari pasien PAD (Minar, 2009).

Walaupun jumlah penderita tinggi dengan prognosis yang buruk dan penyakit

penyerta yang banyak pula, penyakit arteri perifer ini sering tidak terdiagnosis dan

tidak ditangani secara benar. Dari studi PARTNERS, 70% dari pemberi pelayanan

primer tidak mengetahui pasiennya menderita CLI (Davies, 2012). Selain itu,

studi yang mempelajari penyakit arteri perifer, terutama pada spektrum CLI masih

sangat sedikit. Begitu juga dengan jarangnya pelaporan penyakit arteri perifer

sebagai keluaran dari percobaan prevensi penyakit kardiovaskular (Howard et al.,

2015).

Penyakit arteri perifer ini memiliki banyak penyebab, yang tersering adalah

penebalan dinding arteri atau stenosis. Proses yang mendasari terjadinya


3

penebalan dinding arteri (terutama tunica intima dan tunica media) ini adalah

aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat ditemukan tidak hanya di arteri perifer,

melainkan di arteri koroner, arteri karotis, dll dengan laju pembentukan yang

berbeda-beda (Bots et al., 2007). Dari studi Rotterdam, proses aterosklerosis dapat

diprediksi dengan mengukur Carotid Intima-Media Thickness (CIMT) (Bots,

Hofman and Grobbee, 1994).

Pengukuran CIMT dapat dilakukan dengan menggunakan B-mode

ultrasonography yang pada segmen tertentu dari arteri karotis. Hasilnya dapat

berupa gambaran terjadinya proses penebalan dinding arteri (Leary and Bots,

2010). Sejauh ini, pengukuran CIMT telah digunakan untuk mengetahui proses

aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dan digunakan untuk

memprediksikan kejadian kardiovaskular yang terkait. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti ingin mengetahui hubungan CIMT dengan kejadian CLI sehingga

pengukuran CIMT dengan B-mode ultrasonography dapat digunakan sebagai

prediktor dari kejadian CLI.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Apa hubungan antara CIMT dengan CLI?

C. Tujuan Penelitian

C.1 Tujuan umum: mengetahui hubungan antara Carotid Intima-Media

Thickness dengan kejadian Critical Limb Ischemic.


4

C.2 Tujuan khusus:

1. Mengetahui segmen karotis terbaik untuk dilakukannya pengukuran CIMT

(carotis communis, bulbus carotis, carotis interna).

2. Mengetahui dinding karotis yang tepat untuk pengukuran CIMT (dinding yang

dekat atau jauh dari alat).

3. Mengetahui penebalan yang tepat diterjemahkan sebagai CIMT (dinding yang

tertebal atau rerata ketebalan yang terukur).

D. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai keterkaitan CIMT dengan kejadian kardiovaskular,

maupun penggunaan ultrasonografi dalam pengukuran CIMT telah dilakukan

beberapa kali. Terkait detil penelitian dan perbedaan antara penelitian tersebut dan

penelitian ini akan dijabarkan lebih lanjut pada tabel 1.


5

Tabel 1: Keaslian Penelitian

No Peneliti Tahun Judul Perbedaan dan Hasil


1. O’Leary, 2010 Imaging of CIMT digunakan sebagai
Daniel H. atherosclerosis: prediktor kejadian infark
dan Bots, carotid intima- myokardium (CIMT ICA) dan
Michiel L. media thickness stroke (CIMT CCA)
2. Gayathri, 2010 Carotid artery Tujuan penelitian ini adalah
R.,. intima media untuk melihat CIMT pada pasien
Chandni, thickness in diabetes yang mengalami
R., relation with aterosklerosis dan yang tidak
Udayabhask atherosclerotic mengalami aterosklerosis.
aran, V. risk factors in
patients with
type 2 diabetes
mellitus
3. Bots, et al 2007 Carotid intima- Aterosklerosis yang diukur
media thickness adalah pada arteri koroner.
and coronary
atherosclerosis:
weak or strong
relations?
4. Bots, 1994 Common carotid Penelitian ini menggambarkan
Michiel L., intima-media proses aterosklerosis yang
Hofman, thickness and terjadi di ekstremitas bawah
Albert., lower extremity dalam keterkaitannya dengan
Grobbee, arterial CIMT.
Diederick atherosclerosis
E.

E. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dimaksudkan agar dapat menjadi referensi tambahan pada

penggunaan CIMT sebagai prediktor kejadian CLI.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengarahan yang lebih tepat

terkait dengan pengukuran CIMT seperti segmen karotis, dinding karotis, dan

ketebalan dinding yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai