Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN EDUKASI STAF TENTANG PENGELOLAAN

PASIEN INFEKSIUS JIKA TERJADI OUTBREAK

Pokok Bahasan : Pengelolaan pasien infeksi airbone bila terjadi

outbreak

Sasaran : Seluruh staf RSU PMC Indramayu

Tempat : Aula RSU PMC Indramayu

Hari / Tanggal : Kamis, 10 Januari 2019

Waktu : 10.00 WIB

A. Latar Belakang
RSU Permata Medical Center sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dan memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan dimana
salah satu tolak ukur mutu dan kualitas pelayanan rumah
sakit adalah mampu melakukan penanganan bila terjadi KLB
di rumah sakit.
Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi
ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di
suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau
institusi yang tertutup. Hakikatnya outbreak sama dengan
epidemik (wabah). Hanya saja terma kata outbreak biasanya
digunakan untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada

1
populasi dan area geografis yang relatif terbatas. Area terbatas
yang merupakan tempat terjadinya outbreak disebut fokus
epidemik. Alasan lain penggunaan terma outbreak sebagai
pengganti epidemi karena kata epidemi atau wabah berkonotasi
gawat sehingga dapat menimbulkan kepanikan pada
masyarakat (Tomes, 2000). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne
C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002). Indonesia, TBC
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia
setelah India dan Cina. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap
tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang
(Anonim, 2007). Di Indonesia dengan prevalensi TBC positif
0,22% (laporan WHO 1998), penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang setiap tahun mortalitasnya cukup tinggi.
Kawasan Indonesia timur banyak ditemukan terutama gizi
makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan sosial
ekonomi dan higiene dibawah normal (Tjay dan Rahardja,
2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Setelah dilakukan edukasi pada staf dapat mengerti dan
memahami tentang Mengambil langkah cepat
penanggulangan KLB segera setelah penemuan.

2
b. Setelah dilakukan edukasi pada staf dapat mengerti dan
memahami tentang kewaspadaan isolasi sesuai dengan
transmisinya (airbone, droplet dan kontak)
2. Tujuan khusus

Setelah diberikan edukasi mengenai Pengeloaan pasien


infeksius bila terjadi outbreak staf dapat mengerti dan
memahami dengan benar.

C. Materi Kegiatan
1. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa
kronik yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan
paling sering disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC paru, sisanya
(15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang,
organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya
(Icksan dan Luhur, 2008).

D. Cara Penularan
Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes
ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung basil dan
dibatukkan oleh penderita TBC terbuka. Atau juga karena
adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di
kulit. Untuk membatasi penyebaran perlu sekali discreen
semua anggota keluarga dekat yang erat hubungannya dengan
penderita (Tjay dan Rahardja, 2007).

3
E. Tujuan Penyelidikan /Investigasi KLB adalah:
1. Memastikan adanya KLB
2. Mengetahui luasnya masalah
3. Mengetahui cara transmisi
4. Mengetahui sumber penularan
5. Mengetahui Agent
6. Memutus rantai penularan/Pencegahan dan Pengendalian
7. Mencegah terulangnya kejadian serupa

F. Cara penatalaksanaan jika terjadi out break/ KLB


Penatalaksanaan Out Break/Kejadian Luar Biasa Langkah-
Langkah Investigasi KLB
1. Penyakit yang termasuk KLB/Wabah dilaporkan dalam
laporan 1X24 jam Merupakan laporan adanya
penderita/tersangka yang dapat atau berpotensi
2. Pelapor/petugas ruangan melaporkan kejadian tersebut ke
IPCN
3. Perawat IPCN menerima laporan kejadian luar biasa
4. Perawat IPCN membuat laporan atau dekumen pelaporan
5. Perawat IPCN melakukan investigasi dan mengidentifikasi
kasus berpotensi KLB dan datang ke unit untuk
mewawancarai adanya pasien di ruangan tersebut.
6. Perawat IPCN merekomendasi pemeriksaan penunjang
/Laboratorium swab
7. Perawat diruangan melaporkan hasil swab pemeriksaan
tersebut ke IPCN
8. Perawat IPCN dan IPCLN melakukan analisa hasil
pemeriksaan
9. Perawat IPCN melakukan kesimpulan hasil pemeriksaan

4
10. Perawat IPCN mebuat laporan ke Komite medic
/Direktur.
11. Perawat IPCN membuat rekomendasi ke Direktur untuk
tindak lanjut
Jika terjadi outbreak maka pihak berwewenang melakukan
investigasi outbreak secara retrospektif dan/atau prospektif
(apabila outbreak masih berlangsung) dengan alasan:
a. Mencegah bertambahnya kasus dari outbreak
sekarang
b. Mencegah outbreak di masa mendatang, dengan cara
memperbaiki program kesehatan,sistem surveilans,
dan sistem kesehatan
c. Menerapkan sistem surveilans (investigasi outbreak
merupakan bagian dari sistem surveilans)
d. Memberi keyakinan kepada publik bahwa telah
diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengatasi outbreak, agar tidak terjadi situasi panic

G. Pelaksanaan
Pengeloaan pasien infeksius bila terjadi out break

H. Sasaran
Seluruh staf RSU PMC Indramayu

I. Metode
Ceramah

5
J. Waktu dan Tempat
1. Hari : Kamis
2. Tanggal : 10 Januari 2019
3. Jam : 10.00 wib
4. Tempat : Aula RSU PMC Indramayu

K. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Waktu Materi Pemateri Sasaran


Kamis, Pengeloaan Tim PPI Seluruh staf
10 januari 2019 pasien RSU PMC
infeksius bila Indramayu
terjadi outbreak

L. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan


1. Sosialisasi pengelolaan pasien infeksius bila terjadi out
break
Adalah masih menjadi sasaran awal untuk pengendalian
infeksi pada tanggal 10 Januari 2019 telah dilaksanakan
kegiatan edukasi pengelolaan pasien infeksius bila terjadi
out break. Meskipun pada akhirnya peserta yang mengikuti
pelatihan terdapat 70 % sudah mengikuti edukasi
pengeolaan pasien infeksi pasien out break
2. Dari hasil edukasi pengelolaan pasien infeksi bila terjadi out
break dapat di simpulkan bahwa belum semua staf dapat
mengerti tentang cara penetalaksaan bila terjadi pasien
infeksi jika terjadi out break yang benar

6
M. Dokumentasi Edukasi pengelolaan pasien infeksi bila
terjadi out break

Gambar 1 peserta sosialisasi sedang menyimak materi yang di


sampaikan oleh tim ppi

7
Gambar 2 peserta sosialisasi sedang menyimak materi yang di
sampaikan oleh tim ppi

Anda mungkin juga menyukai