Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Galung Tropika, 2 (2) Mei 2013, hlmn.

106-115 ISSN 2302-4178

KOMPOSISI NUTRIEN DAN PERTUMBUHAN MIKROALGAE


CHAETOCEROS GRACILIS YANG DI KULTUR PADA BERBAGAI KONSENTRASI
KARBONDIOKSIDA

A COMPOSITION OF NUTRIENTS AND GROWTH


MIKROALGAE CHAETOCEROS GRACILIS IN CULTURE IN VARIOUS
CONCENTRATIONS OF CARBON DIOXIDE

Khairuddin dan Sahabuddin


Email: khairuddin98@gmail.com
Program studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Parepare
Jl. Jenderal Ahmad Yani Km. 6 Parepare

ABSTRACT
This research aimed at observing the influence of the additional carbondioxide
concentrations in cultured media to quantity and quality of microalgae Chaetoceros
gracilis.The research container was a polyethylene line of 50 l volume which initial stocking
density 105 cel/mlof C.gracilis and polycarbonate tank 100 l volume for tiger shrimp larvae
rearing with stocking density of 100 naupli /l. The carbondioxide used were commercial
carbondioxide injected in aeration system ofC. gracilis culture media. The experiments tried
with different carbondioxide concentrations were, A = 0% (Non additional CO2), B = 2%, C =
4% and D = 6% with three repetition times. The result of the research revealed that
experiment of the additional carbondioxide in culture media increasing protein and BETN,but
decreasing of fat, ash and crude fibre C.gracilis. The best carbondioxide concentrations to
growth rate C. gracilis obtained in 2% (v/v) carbondioxide concentrations.

Keyword; Nutrien, Carbondioxide,Growth rate, C. gracilis, pH, Rubisco.

PENDAHULUAN larva yang lebih baik, tetapi ketersediaan


Mikroalgae C. gracilis sering mengalami
Salah satu faktor pendukung dalam kendala karena pertumbuhannya relatif
keberhasilan usaha pembenihan adalah lambat dimana puncak populasi dicapai
ketersediaan pakan. Pemberian pakan yang pada umur 3-6 hari (Liao et al.,1983).
berkualitas dalam jumlah yang cukup dapat Penambahan CO2 pada suhu dan
meningkatkan performa larva. salinitas yang berbeda menunjukkan
Ketersediaan pakan alami sangat penting peningkatan kandungan protein, penurunan
terutama pada fase awal larva dimana karbohidrat tetapi tidak berpengaruh pada
saluran cerna belum berkembang sempurna kadar lemak (Raghavan et al., 2008).
sehingga diperlukan suplai enzim dari luar Peningkatan konsentrasi CO2 pada media
tubuh. Chaetoceros gracilis merupakan kultur diduga dapat meningkatkan kadar
mikro algae yang banyak digunakan nutrien dan perubahan ukuran sel sehingga
sebagai pakan alami pada larva udang dan mempengaruhi penerimaan dan laju
molusca. Meskipun memberikan performa metamorphosis larva udang windu.
107 Khairuddin dan Sahabuddin

Berdasarkan hal tesebut, maka Do meter, handrefractometer. Sistim aerasi,


dipandang perlu melakukan kajian haemocytometer dan mikroskop, dan
mengenai pengaruh penambahan CO2 lampu TL 40 Watt.
pada media kultur mikroalga C. gracilis
terhadap pertumbuhan dan kualitas nurien Prosedur Penelitian
serta penerimaan larva sehingga Wadah kultur algae dan larva
berpengaruh terhadap performa larva terlebih dahulu dicuci dengan detergen dan
udang windu (P. monodon). kaporit, selanjutnya dibilas dengan air
tawar dan dikeringkan. Selanjutnya diisi
BAHAN DAN METODE dengan air media yang telah
disterilisasikan dengan dengan kaporit 30
Materi Penelitian ppm dan dinetralisir dengan sodium
Jenis Chaetoceros yang digunakan, thiosulfat 15 ppm. Pada media kultur
yaitu C. gracillis.yang berasal dari stock mikroalgae diberikan pupuk/nutrien untuk
kultur murni dengan medium Walne di kultur massal yang disajikan pada Tabel
Laboratorium Kultur pakan alami 1.
BRPBAP Maros. Selanjutnya Peningkatan konsentrasi CO2 pada
dibudidayakan secara massal melalui media kultur, didasarkan metode Livansky
peningkatan volume kultur secara bertahap. dan Doucha (1998) yaitu menggunakan
Kepadatan awal inokulasi adalah 100.000 gas CO2 murni komersial yang dialirkan
sel/mL, Wadah kultur yang digunakan melaui sistim aerasi dengan debit yang
terbuat dari plastik polyetilen dibentuk dipertahankan (Gambar 1).
silinder dengan volume 50 L yang Kecepatan udara dari blower diatur
ditempatkan di dalam ruangan. Periode konstan dengan debit udara 10 L/menit.
pencahayaan yang digunakan menurut Konsentrasi CO2 pada media kultur diukur
Lopes et al. (2008), yaitu 24 jam terang dengan metode titrasi sebelum inokulasi
dengan sumber pencahayaan lampu TL 40 mikroalgae. Pengukuran pertumbuhan
watt sebanyak 12 buah. Salinitas media algae dan kualitas air dilakukan setiap hari
kultur yang digunakan 28 ppt (Fox 1983) meliputi Oksigen terlarut, CO2 suhu, pH
Peralatan lain yang digunakan dan NH3.
adalah: regulator, flowmeter, thermometer,

Tabel 1. Komposisi nutrien untuk kultur massal Chaetoceros (Modifikasi F media)

No Nutrien Dosis (ppm)


1 KNO3 100
2 NaH2PO4.2H2O 10
3 FeCl3 1,3
4 EDTA 10
6 NaSiO3 15
Sumber: Liao et al (1983)
Komposisi Nutrien dan Pertumbuhan Mikroalgae Chaeteceros gracilis yang di Kulturkan pada 108
Berbagai Konsentrasi Karbondioksida

Gambar 1. Skema aliran udara dan Wadah


CO2 dalam penelitian ini
Kultur
Rancangan Percobaan dimana Alge
: N = Pertumbuhan Populasi
Penelitian ini didesain No = Populasi Awal (sel/mL)
menggunakan Rancangan Acak Lengkap Nt = Populasi pada Waktu t
(RAL). Perlakuan yang diujikan terdiri dari (sel /mL)
empat konsentrasi CO2, pada media kultur t = Waktu (hari)
algae masing-masing perlakuan diulang
tiga kali. Perlakuan aplikasi konsentrasi Data yang diperoleh dalam
CO2 pada media kultur dinyatakan dalam penelitian ini akan ditampilkan dalam
persen (volume CO2/Volume Udara x 100) bentuk grafik dan tabulasi. Selanjutnya
berdasarkan pada metode dan hasil untuk melihat pengaruh perlakuan
penelitian Hirata et al. (1996) sebagai dianalisis menggunakan sidik ragam
berikut: (ANOVA) dan dilanjutkan Uji Lanjut
Tukey guna mengetahui perbedaan
1. Perlakuan A : 0 % pengaruh antar perlakuan (P = 0,01 dan
2. Perlakuan B : 2 % 0,05). Sebagai alat bantu digunakan SPSS
3. Perlakuan C : 4 % versi 16,0 for Windows. sedangkan untuk
4. Perlakuan D : 6 % penyajian grafik dan tabulasi data
menggunakan Microsoft Exel 2007.
Parameter Yang Diamati
1. Kualitas Chaetoceros HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas C. gracilis ditentukan
dengan menganalisis komposisi kimia A. Kualitas Nutrien Chaetoceros gracilis
tubuh meliputi: protein, lemak, karbohodrat
dan kadar abu yang dilakukan secara Hasil uji proksimat menunjukkan
proksimat. bahwa peningkatan konsentrasi
karbondioksida pada media kultur
2. Kuantitas Chaetoceros memberikan pengaruh pada komposisi
Kuantitas C. gracilis ditentukan kimia tubuh C.gracilis . Peningkatan
dengan mengukur pertumbuhan populasi terlihat pada kandungan protein sedangkan
dihitung melalui pengurangan jumlah lemak .serat kasar abu dan BETN
populasi akhir dengan jumlah populasi cenderung menurun dengan peningkatan
awal dibagi waktu (Daintith ,1993): konsentrasi karbondikosida. Komposisi
kimia tubuh C.gracilis disajikan pada
N = Nt – No Tabel2.
t
109 Khairuddin dan Sahabuddin

Tabel 2 Komposisi kimia tubuh C.gracilis pada masing-masing perlakuan


Komposisi (% Berat Kering)
Perlakuan
Protein Lemak Abu Serat kasar BETN
d a a a
A 9.87±0.0 2.11±0.01 6.81±0.01 2.07±0.015 79.14±0.02b
B 17.24±0,01a 0.98±0.01b 5.94±0.02 b 0.43±0.03d 75.41±0.04d
C 14.42±0.02b 0.33±0,02c 5.80±0.02c 0.61±0.01c 78.84±0.03c
D 13.44±0,03c 0.18±0.01d 4.21±0.01d 0.66±0,017b 81.51±0.05a
Keterangan: A. Tanpa penambahan CO2, B= 2% CO2, C=4% CO2, D=6% CO2

Hasil analisis ragam menunjukkan besar energi.Menurut Araujo dan Garcia


bahwa peningkatan konsentrasi (2005), bahwa konsentrasi karbondioksida
karbondioksida pada media kultur mempengaruhi asimilasi karbon secara
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap langsung sehinggaberpengaruh positif
kandungan protein, serat kasar, abu dan terhadap fisiologi sel dan sintesa protein
BETN pada microalgae C. gracils. Uji pada Chaetoceros cf. wighamii.Protein
lanjut Tukey pada masing-masing dalam sel algae terkonsentrasi pada
perlakuan menunjukkan perbedaan yang kloroplas yang berperan penting dalam
nyata (P<0,05) antar perlakuan. mengubah energi cahaya menjadi energi
Pada Tabel 2 menunjukkan kimia (NADPH dan ATP), senyawa ini
kandungan protein tertinggi diperoleh pada digunakan dalam mereduksi CO2 menjadi
perlakuan B (2%CO2) sebesar 17.24±0,01 senyawa organik kembali guna regenerasi
%, disusul perlakuan C (4%CO2) sebesar sel mikroalgae (Bucciarelli dan Sunda
14.42±0.02, perlakuan D (6% CO2) sebesar 2003).
13.44±0,03 dan perlakuan A (0% CO2) Bahan ekstrak tanpa nitrogen
sebesar 9.87±0.01. Hal ini menunjukkan (BETN) adalah bagian dari karbohidrat
bahwa peningkatan konsentrasi yang dapat dicerna seperti pati. Kandungan
karbondioksida pada media kultur mampu BETN pada perlakuan peningkatan
meningkatkan kandungan protein. Hal konsentrasi karbondioksida pada media
tersebut disebabkan oleh ketersediaan CO2 kultur C. gracilis diperoleh nilai tertinggi
meningkatkan fiksasi oleh enzym pada perlakuan (D) sebesar 81.51±0.05 %,
RUBISCO (Ribulose bisphosphate kemudian perlakuan A sebesar 79.14±0.02,
carboxylase/oxygenase) pada Siklus Calvin perlakuan C sebesar 78.84±0.03 dan
dalam proses fotosintesis seiring dengan perlakuan B sebesar 75.41±0.04 %. BETN
peningkatan konsentrasi karbondioksida merupakan zat yang terdiri atas
pada batas tertentu, sehingga menghasilkan monosakarida, disakarida, trisakarida dan
sejumlah besar senyawa gula sebagai polysakarida yang mudah larut dalam
precursor biosintesis asam amino. Namun larutan asam dan basa serta mempunyai
demikian pada konsentrasi yang lebih kecernaan yang tinggi. Peningkatan
tinggi, maka kadar protein cenderung konsentrasi karbondioksida lebih dari 2%
menurun. Hal tersebut disebabkan oleh menunjukkan peningkatan kandungan
adanya gangguan keseimbangan BETN hal tersebut disebabkan karena
permbialitas membran pada stomata sejumlah besar molekul Carbon pada
sehingga untuk mencapai karbondioksida diubah menjadi zat gula
keseimbangannya dibutuhkan sejumlah pada hasil akhir dari siklus calvin. Menurut
Komposisi Nutrien dan Pertumbuhan Mikroalgae Chaeteceros gracilis yang di Kulturkan pada 110
Berbagai Konsentrasi Karbondioksida

.Diwan (2008) bahwa semakin tinggi hemiselulosa dan lignin yang merupakan
karbondioksida, maka jumlah penyusun diding sel microalgae. Penurunan
Glyceraldehyde-3-P yang dikonversi ini disebabkan oleh berkurangnnya sintesa
menjadi fructose-6-P, glucose-1-P selulosa dalam reaksi gelap dan diubah
(Monosakarida) dan sukrosa semakin dalam bentuk organik lainnya. Menurut
besar. Raghavan, et al. (2008), bahwa
Kandungan lemak teringgi pada karbondioksida mempengaruhi struktur
perlakuan A (Tanpa peningkatan CO2) dinding sel C. gracilis dimana dalam
yaitu.2.11±0.01.Selanjutnya peningkatan kondisi optimal dengan laju pertumbuhan
konsentrasi karbondioksida pada perlakuan maksimal, maka dinding sel cenderung
C(4%CO2), D(6%CO2), dan B(2%CO2) tipis.
masing-masing sebesar 0.98±0.01, Hal yang sama diperoleh pada
0.18±0.01, dan 0.33±0,02 . Konsentrasi kandungan abu dimana diperoleh
karbondioksida pada media kultur kandungan tertinggi pada perlakuan A
menyebabkan penurunan kadar lemak. Hal sebesar 6.81±0.01% kemudian perlakuan B
tersebut disebabkan oleh penggunaan sebesar 5.94±0.02%, perlakuan C sebesar
lemak sebagai sumber energi dalam 5.80±0.02% dan terakhir perlakuan D
pembelahan sel microalgae C. gracilis. sebesar 4.21±0.01%. Abu adalah zat yang
Perubahan faktor lingkungan yang ekstrim tidak hancur seperti cangkang, tulang dan
dan keterbatasan unsur nutrien pada media zat yang tidak dapat dihidrolisis.Semakin
kultur menyebabkan sel algae tinggi konsentrasi karbondioksida, maka
mengamukumulasi kandungan lemak kandungan abu cenderung menurun. Hal
dalam sel sebagai energi cadangan dalam tersebut disebabkan oleh penggunaan unsur
mempertahankan hidupnya. Hu et al. mineral penyusun zat abu dalam
(2008) menyatakan sintesa asam lemak mempertahankan keseimbangan asam basa
oleh algae digunakan sebagai penyusun dalam sell dimana pada konsentrasi
struktur membran sel, tetapi dalam kondisi karbondioksida yang tinggi maka cairan sel
lingkungan yang ekstrim kebanyakan cenderung asam. Menurut Hu (2004)
microalgae mengakumulasi lemak hingga bahwa Zat abu terdiri dari mineral
20-50% dari berat kering sel. berfungsi dalam menyusun jaringan keras
Kandungan serat kasar pada pada frustula diatom dan mempertahankan
perlakuan peningkatan konsentrasi koloidal cairan sel serta mengatur
karbondioksida pada media kultur yang keseimbangan asam dan basa.
berbeda menunjukkan kadar yang lebih
rendah dibandingkan kontrol (tanpa B. Pertumbuhaan Chaetocetos gracilis
peningkatan CO2.). Kandungan serat kasar
tertinggi diperoleh pada perlakuan A Laju pertumbuhan microalgae C.
sebesar 2.07±0.015%, disusul oleh gracilis pada perlakuan dengan berbagai
perlakuan D sebesar 0.66±0,017%, konsentrasi karbondioksida menunjukkan
perlakuan C sebesar 0.61±0.01% dan peningkatan pada semua perlakuan terlihat
terakhir perlakuan B sebesar 0.43±0.03 %. pada Gambar 2. Laju pertumbuhan
Serat kasar adalah jenis karbohidrat yang tertinggi didapatkan pada perlakuan B
tidak dapat dicerna dalam proses (2%CO2), selanjutnya C (4%CO2) D
pencernaan dan penyerapan nutrisi. (6%CO2) dan A (Tanpa peninkatan CO2).
Komponen serat kasar terdiri dari selulosa,
111 Khairuddin dan Sahabuddin

4000,0

Populasi Algae (x10³


3000,0

sel/mL)
2000,0
1000,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu pengamatan (Hari)
A B C D
Ket. A=Tanpa penambahan CO2, B= 2% CO2, C=4%CO2, D=6%CO2

Gambar 2. Laju pertumbuhan C. gracilis pada brebagai Konsentrasi Karbondioksida

Berdasarkan Gambar 2, terlihat membentuk Bicarbonat (HCO3), senyawa


bahwa laju pertumbuhan algae cenderung ini tidak dapat menembus membran sel
meningkat pada setiap perlakuan. mikro algae sehingga diperlukan
Kepadatan algae tetinggi didapatkan pada mekanisme khusus untuk merubahnya
perlakuan B pada hari ke 6 selanjutnya menjadi CO2(g). .Penyerapan CO2 oleh
perlakuan C, D dan A pada hari ke 7 algae dilakukan oleh enzyme Ribulose-1,3-
masing-masing sebesar 2903.1 (103 biphosphate carboxylase/ oxygenase
sel/mL), 2335.3 (103 sel/mL), 2240.6 (103 (RUBISCO). Semakin tinggi aliran CO2
sel/mL) dan 1237.3 (103 sel/mL). kedalam media kultur, maka efisiensi
Penurunan laju pertumbuhan mulai terlihat penyerapan oleh sel algae semakin
pada hari ke 7 dan 8 dari semua perlakuan. menurun. Menurut Setiawan et al. (2008)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada konsentrasi karbondioksida
bahwa peningkatan konsentrasi CO2 rendah, maka energi yang diperlukan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap dalam penyerapan meningkat sehingga
pertumbuhan populasi Mikroalga C. aktivitas transport anorganik karbon dan
gracilis. Sedangkan Uji lanjut Tukey pada pembelahan sel cenderung terlambat.
masing-masing perlakuan menunjukkan Selanjutnya menyebabkan ukuran sel
perlakuan A berbeda secara nyata (P<0,05) semakin besar.
dengan perlakuan B, C, D Sedangkan Pada awal inokulasi sampai pada
antara B,C, dan D tidak menunjukkan hari ke tiga pertumbuhan relatif lambat
perbedaan yang nyata (P>0,05). terutama pada media kultur yang ditambah
Penambahan karbondioksida pada Karbondioksida . Hal ini menunjukkan
media kultur pada perlakuan B, C, dan D bahwa selama selang waktu tersebut
menstimulasi pertumbuhan Mikroalgae C. fitoplankton masih beradaptasi dengan
gracilis dibandingkan dengan perlakuan A kondisi lingkungan yang memiliki
(tanpa penambahan karbondioksida). Hal konsentrasi CO2 terlarut yang relatif besar,
tersebut disebabkan oleh karbondioksida yaitu >105 ppm, yang mengakibatkan
merupakan salah satu factor penting dalam turunnya pH media kultur hingga lebih
proses fotosintesis. Pada konsentrasi yang kecil dari 6. Penurunan pH ini dapat
rendah difusi karbondiksida dalam media menghambat aktifitas enzym fotosintesis
kultur bereaksi dengan air akan (Rubisco).Fitoplankton jenis C. gracilis
Komposisi Nutrien dan Pertumbuhan Mikroalgae Chaeteceros gracilis yang di Kulturkan pada 112
Berbagai Konsentrasi Karbondioksida

mampu beradaptasi dengan pH yang lebih memperpanjang phase eksponensial ,


rendah dari kondisi inokulasinya. dimana pada phase ini komposisi nutrien
Penurunan pertumbuhan terlihat berada dalam kondisi maksimal sehingga
pada hari ke enam sampai akhir penelitian memperbaiki sintasan dan pertumbuhan
Hal tersebut disebabkan oleh penurunan hewan budidaya (Araujo dan Garcia,
konsentrasi nutrien Nitrogen, Posfor dan 2005)
Silikat karena telah dimanfaatkan pada
puncak pertumbuhan serta kondisi sel yang C. Parameter Kualitas Air
semakin tua sehingga pembelahan sel
semakin lambat bahkan terjadi kematian. Fluktuasi nilai parameter kualitas
Menurut Liao et al.( 1983) bahwa air terjadi pada konsentrasi karbondioksida
penurunan populasi C. gracilis disebabkan dan pH pada media kultur algae.
oleh beberapa faktor yaitu (1) ketersediaan
nutrient sangat terbatas, (2) pH air media 1. Karbondioksida
sangat tinggi sehingga laju difusi CO2 Karbondioksida merupakan
sangat lambat, (3) Terjadi plasmolisa sel, parameter pembatas dalam penelitian ini,
dan (4) terjadinya agregasi sehingga hasil pengukuran karbondioksida pada
kecepatan tenggelam meningkat. berbagai perlakuan menunjukkan
Wijanarko et al.(2006) menyatakan bahwa penurunan seiring dengan peningkatan
aktivitas sel lebih tinggi pada awal kepadatan microalgae seperti terlihat pada
selanjutnya mengalami penurunan terutama Gambar 8. Konsentrasi karbondioksida
pada kondisi media yang jenuh tertinggi pada awal inokulasi perlakuan D
karbondioksida, perubahan karbondioksida (105,64 ppm), C (82,15 ppm), B (58,65
pada sel yang ditansformasi menjadi ppm) dan A (0 ppm), selanjutnya mencapai
subtansi organik menyebabkan penurunan titik terendah pada hari ke 7 dan 8 dan
konsentrasi pada media kultur. meningkat kembali pada akhir penelitian.
Penambahan Karbondioksida pada
media kultur Chaetoceros sp

120
Konsentrasi CO² (mg/L)

100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu Pengamatan (Hari)
A B C D
Ket. A=Tanpa penambahan CO2, B= 2% CO2, C=4%CO2, D=6%CO2

Gambar 3. Fluktuasi Konsentrasi karbondioksida pada media kultur C.gracilis


selama penelitian
113 Khairuddin dan Sahabuddin

Pada Gambar 3 terlihat penurunan pertama inokulasi selanjutnya mengalami


secara drastis terjadi pada hari pertama peningkatan hingga mendekati 8 seperti
sampai hari ke tiga perlakuan B dan C terlihat pada Gambar 4.
sedangkan pada perlakuan D terjadi sampai Pada Gambar 4. terlihat nilai pH
hari kelima.Penurunan konsentrasi terendah didapatkan pada perlakuan
karbondioksida berbading terbalik dengan D(5,7), selanjutnya C (6.3), B (6,8) dan A
peningkatan kepadatan sel algae, hal (8,0). Penurunan pH pada media kultur
tersubut disebabkan oleh biofiksasi sel algae disebabkan oleh reaksi
algae terhadap karbondiksida terlarut Karbondioksida dengan air menghasilkan
sehingga konsentrasinya menurun. asam karbonat (CO2 + H2O = H2CO3),
Selanjutnya pada hari ke 9 terjadi selanjutnya disosiasi asam karbonat
peningkatan karbondioksida karena menghasilkan ion Hidrogen (H2CO3=HCO3
biofiksasi menurun karena sejumlah sel C. + H+), ion hydrogen inilah yang
gracilis mengalami kematian. Hal tersebut meyebabkan pH air menjadi turun. Pada
sesuai pendapat Setiawan et.al (2008) saat populasi sel algae meningkat, maka
bahwa kemampuan C.gracilis pada penyerapan CO2 dalam proses fotosintesis
fotobioreaktor dalam menyerap gas CO2 semakin besar sehingga pH cenderung
yang diberikan melalui proses fotosintesis naik. Menurut Mohamani (2005) bahwa
mendapatkan konsentrasi awal gas CO2 karbondioksida lebih mudah larut di dalam
sebesar 10% berkurang menjadi di bawah air dibandingkan oksigen, dimana
5% setelah hari ke-5, dan pada hari ke-10 kelarutan karbondioksida dalam air laut
telah berada di bawah 3% dengan berkisar antara 67 sampai 111 mg/L.
kepadatan sekitar 2.400.000 sel/ml Selanjutnya dijelaskan bahwa microalgae
dapat menfiksasi secara langsung
2. pH media Kultur Algae karbondioksida dalam proses fotosintesis
Peningkatan konsentrasi sehingga dalam kondisi “blooming” pH
karbondioksida pada media kultur cenderung naik.
menyebabkan penurunan pH pada hari

12
10
8
pH

6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A B C D Waktu pengamatan (Hari)
Ket. A=Tanpa penambahan CO2, B= 2% CO2, C=4%CO2, D=6%CO2

Gambar 4. Perubahan pH media kulturC. gracilis selama penelitian


Komposisi Nutrien dan Pertumbuhan Mikroalgae Chaeteceros gracilis yang di Kulturkan pada 114
Berbagai Konsentrasi Karbondioksida

Perubahan pH pada media kultur carbohydrates and lipids.


mempengaruhi kemampuan sel dalam Aquaculture 246 (2005) 405– 412
mengasimilasi karbondioksida pada media Azov, Y., 1982.Effect of pH on Inorganic
kultur algae, dimana semakin tinggi pH, Carbon Uptake in Algal Cultures.
maka laju fiksasi semakin sedikit. Hal Aplied and Enviromental
tersebut sesuai dengan pendapat Azov Microbiology,Vol. 43, No. 6 Israel,
(1982), bahwa pada konsentrasi p. 1300-1306
karbondioksida yang tinggi maka laju BucciarelliE.and William G. Sunda.
asimilasi karbon Chlorella vulgaris pada 2003.Influence of CO2, nitrate,
pH 7 dan 9,2 masing-masing sebesar 2,04 phosphate, and silicate limitation on
dan 0,12 mg Carbon/menit.. intracellular
dimethylsulfoniopropionate in
PENUTUP batch cultures of the coastal diatom
Thalassiosira
A.Kesimpulan pseudonana.Limnol.Oceanogr.,48(6
Berdasarkan hasil penelitian dan ), 2003, 2256–2265 by the
uraian yang telah dikemukakan, maka American Society of Limnology
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: and Oceanography, Inc.
1. Peningkatan konsentrasi karbondiksida Daintith, M. 1993. Live feeds for marine
pada media kultur menaikkan aquaculture: a training guide. An
kandungan protein dan BETN serta Aquaculture Sourcebook
menurunkan kandungan lemak, abu dan Publication in Association with the
serat kasar Mikroalgae C. gracilis National Key Centre for
2. Laju pertumbuhan C.gracilis terbaik Aquaculture, University of
didapatkan pada peningkatan Tasmania, Launceston. 32 p
konsentrasi karbondioksida sebesar 2% Fox, J.M., 1983. Intensive algal culture
(V/V) techniques in CRC Handbook
Mariculture.CRC Press Florida
B. Saran USA.
Peningkatan konsentrasi Hirata, S., Hayashitani, M., Taya, M.,
karbondioksida pada media kultur Tone, S. 1996. Carbon dioxide
disarankan tidak lebih dari 2%, karena fixation in batch culture ofChlorella
dapar menurunkan kandungan nutrient dan sp. using a photobioreactior with a
laju pertumbuhan C. gracilis. sunlight-collection device.Journal
of fermentation and bioengineering.
DAFTAR PUSTAKA 81(5), 470-472.
Hu, Q. 2004. Environmental effects on cell
Araujo, S. C., and V.M.T., Garcia. 2005. composition in Handbook of
Growth and biochemical Microalgal Culture:
composition of the diatom Biotechnology and Applied
Chaetoceros cf. wighamii Phycology (Richmond, A., ed.).
brightwell under different Oxford: Blackwell Science
temperature, salinity and carbon Ltd., 83-93.
dioxide levels. I. Protein, Hu, Q., Sommerfield, M., Jarvis, E.,
Ghirardi, M., Posewitz, M., Seibert,
115 Khairuddin dan Sahabuddin

M., & Darzins, A. 2008. Raghavan.G.,C. K. Haridevi,C. P.


.
Microalgal triacylglycerols as Gopinathan. 2008. Growth and
feedstocks for biofuel production: proximate composition of the
perspectives and advances. The Chaetoceros calcitrans f. pumilu
Plant Journal, 54, 621-639. under different temperature,
Liao, I. H. Su Dan J. H. Lin, 1983. salinity and carbon dioxide levels.
Larval Food For Penaeid Prawn. Central Marin Fisheries Research
Handbook Of Marikultur CRC Institute, Kochi, Kerala, India.
Press. Florida. USA. Setiawan.A , Kardono, R.A. Darmawan,
Livansky, K. and J. Daoucha., 1998. A.D. Santoso, A.H. Stani,
Testing of Fine-Buble aerator Prasetyadi, L. Panggabean, D.
difusser As CO2 Saturation Radini, S. Sapulete., 2008.
Elements For Outdoor Mikroalga Teknologi Penyerapan
Culture. Institute of Microbiology, Karbondioksida dengan Kultur
Czech Republic.129-138 p. Fitoplankton pada Fotobioreaktor.
Lopes, J.E., C.H.G, Scoporo, L.M.C.F. Makalah Disajikan pada Pertemuan
Lacorda and T.T. Franco., 2008. Ilmiah Tahunan V Ikatan Sarjana
Efect Light Cycle (Night.Day) on Oseanologi Indonesia ITB, 11
CO2 Fixation and Biomass November 2008
Production By Mikroalga In
Photobioreactor.
Mohaimani, N.R., 2005. The culture of
Coccolithophorid algae for
Carbon dioxide
Bioremediation.Thesis Doctor of
Philosophy of Murdoc University

Anda mungkin juga menyukai