Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien :

Pasien berusia 61 tahun yang sudah termasuk kategori lansia sehingga telah

mengalami penurunan daya tahan tubuh, ditemukan bahwa pasien adalah

seorang wiraswata dengan pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pasien yang

menuntut untuk bekerja siang dan malam serta sering keliling kota, membuat

fisik pasien sering kelelahan hingga rentan terkena penyakit hingga

membutuhkan nutrisi yang cukup, pengetahuan pasien mengenai penyakit

kemungkinan besar sangat kurang, sehingga asupan nutrisi sehari-harinya pun

kurang terjaga

2. Identitas penanggung jawab:

Ny. K istri pasien dengan pendidikan terakhir SMA memiliki pengetahuan

yng kurang mengenai penyakit yang diderita pasien terlebih mengenai

pencegahan dan cara mengatasinya.

3. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama:

Pada paien TN Y ditemukan pasien mengalami penurunan kesadaran yang

dapat disebabkan karena menurunnya daya tahan tubuh pasien dengan hasil CD

4 204 hingga mempermudah invasi kuman ke jaringan serebral hingga

menyebanbak infeksi/septicaemia jaringan otak hingga terjadi perubahan fisik

64
65

intracranial edema serebral dan peningkatan TIK dan menyebabkan

perubahan kesedaran.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut keterangan istri pasien ,TN. Y diketahui sebelum di bawa ke RS

Muhammadiyah pasien pernah di rawat karena demam berdarah di RS Al Islam

selama 3 hari , dua minggu kemudian pasien datang lagi ke RS AL islam dan

dirawat karena mata dan sekujur tubuhnya tampak kuning dokter mengatakan

pasien mengalami penyakit hati, pasien dirawat selama 1 minggu, setelah pulang

ke rumah selama kurang lebih 1 minggu pasien susah makan dan badannya

selalu demam hingga keluarga membawa pasien ke RS muhammadiyah

Bandung, dari data di atas diketahui bahwa pasien pernah mengalami sakit

karena dua penyakit sebelumnya hal ini menunjukan penurunan daya tahan

tubuh pasien sudah terjadi sejak lama dan kemungkinan pasien terinfeksi kuman

hingga ke jaringan serebral sangat tinggi

c. Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan besar ada riwayat dahulu pada waktu kecil paien tidak

diberikan imunisasi BCG, namun data ini tidak dapat terkaji, dan menurut

keterangan keluarga pun pasien tidak ada riwayat batuk lama dan tidak ada

riwayat sakit TBC sebelumnya, namun diketahui bahwa dahulu pasien adalah

perokok berat namun telah berhenti merokok selama 2 tahun terakhir

d. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini tidak didapatkan data keluarga pasien yang mengalami penyakit

TB atau penyakit serupa dengan pasien begitu pula dengan penyakit keturunan
66

seperti diabetes dan hipertensi, kemungkinan keluarga mengalami penyakit TB

harus di lakukan pemeriksaan lebih lanjut karena hal ini dapat terjadi, penularan

dari orang terdekat atau bahkan pasien yang menularkan ke eluarga dapat

tetrjadi, pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan menyeluruh pada

keluarga, kemungkinan ada riwayat penyakit DM pun dapat mempermudah

seseorang terinfeksi kuman TBC.

4. Riwayat psikososial spiritual

Pasien TN Y mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 9 seingga berada

pada skala 4 dengan ketergantungan penuh pada pemenuhan ADL temasuk di

dalamnya kebutuhan spiritual, interaksi sosialnya pun tidak dapat dilakukan oleh

pasien, secara psikis penulis hanya mampu mengkaji psikis keluarga dan

menyemangati keluarga dengan kesembuhan pasien.

5. Activity daily living

Pasien termasuk skala 4 ketergantungan penuh pada pemenuhan ADL.

a. Skala 0 pasien mampu mandiri

b. Skala 1 pasien memerlukan bantuan minimal

c. Skala 2 pasien memerlukan bantuan dengan pengawasan dengan diajarkan

d. Skala 3 pasien memerlukan bantuan terus menerus dan alat khusus

e. Skala 4 ketergantungan secara total

(Doengoes,2000)
67

6. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Diketahui pasien kesadaran somnolen dengan GCS 9 (E 2, M 5, V 2), TD

140/90, S 38,6 pasien mengalami penurunan kesadaran dan hipertermi karena

reaksi eradangan akibat infeksi di jaringan serebral.

b. Data pemeriksaan fisik

1) Kepala dan Leher

Ditemukan kaku kuduk positif pada TN Y hal ini terjadi akibat peningkatan

tonus otot leher dan kekakuan yang disebabkan oleh reaksi peradangan pada

selaput meningen. pasien dengan penurunan kesadaran akan terpasang NGT

untuk bantuan asupan nutrisi kebersihan mulut (mukosa, bibir,lidah, gigi ) akan

kurang dan memerlukan bantuan. Pada pasien penurunan kesadaran dengan GCS

9 dapat dikaji reaksi pendengaran pasien saat dibangunkan maka matanya akan

membuka, namun ketajaman penglihatan, pengecap dan penciuman tidak dapat

dikaji.

2) Dada

Pada pasien dengan penurunan kesadaran seperti Tn Y ronkhi (-), TN Y

mengalami kardiomegali tanpa bendungan paru bedasarkan hasil Rontgen

Thoraks pada tanggal 27 Maret 2019, cardiomegaly dapat terjadi karena factor

usia yang sudah 61 tahun,

3) Abdomen

Tn Y mengalami konstipasi belu BAB sejak 3 hari yang lalu dari tanggal

pengkajian sehingga akan ditemukan bising usus lemah, hal ini terjadi karena
68

TN Y mobilisasi nya kurang, dan edukasi keluarga untuk miring kanan dan

miring kiri pasien perlu dilakukan.

4) Ekstremitas

Pada pasien TN Y kernight sign + dilakukan dan pasien tampak meringis saat

sebelum membentuk sudut 90 derajat, bridzinski + saat kepala pasien ditekuk

1/1
lutut sebelah kiri fleksi sedikit terangkat. Kekuatan otot Edukasi keluarga
1/1

untuk melakukan ROM pasif perlu dilakuakan.

5) Genetalia

Pasein belum BAB sudah 3 hari dari tanggal pengkajian, lesi tidak

ditemukan, kemungkinan lesi dapat terjadi pada pasien tirah baring lama,.

7. Pemeriksaan diagnostic

Pada hasil pemeriksaan laboratorium Tn Y tanggal 05-04-2019 diketahui

hasil leukosit 13.900 sel/mm3, meningkat dari nilai normal 4000-10000

sel/mm3 hal ini menunjukan terjadi infeksi pada Tn Y.

Pemeriksaan CD 4 204 sel /µL mengalami penurunan dari nilai normal 404 –

1.612 sel/µL, dengan menurunnya CD 4 menunjukan daya tahan tubuh pasien

menurun hingga mudah terkena penyakit seperti meningitis bakteri atau virus

akan lebih mudah memasuki selaput meningen.

Pemeriksaan elektrolit tanggal 01-04-2019 hasilnya natrium dan kalim dalam

batas normal dan menunjukan peningkatan pada chloride dengan hasil 110

mmol/l dari nilai normal 98 – 107 mmo/l

Hasil rontgen thorak diketahui cardiomegaly tanpa bendungan paru dan tidak

terdapat kelainan pulmo.


69

B. Analisa data

Didapatkan 3 diagnosa

1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d kerusakan neurologis tingkat

kesadaran.

2) Risiko syndrome disuse b.d perubahan

3) Hipertermi b.d reaksi peradangan pada infeksi bakteri selaput meningen.

Diagnose diurut berdasarkan prioritas masalah pada pasien TN Y, kami

melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dan hanya satu masalah yang

teratasi yaitu hipertermi kedua diagnose keperawatan yang lainnya belum

teratasi.

C. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, penyusun membuat perencanaan asuhan keperawatan

berdasarkan prioritas masalah yang berorientasi pada masalah yang muncul pada

saat pengkajian dan melalui analisa data yang didasarkan pada teori yang ada.

Pada tahap perencanaan ini penyusun mempunyai beberapa pertimbangan di

antaranya kemampuan keluarga, sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta

skala prioritas masalah.

Perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. Y difokuskan untuk mengatasi

hipertermia pada pasien akibat invasi kuman pathogen. Perencanaan disusun

berdasarkan nursing outcome classification dan nursing intervension

classification.
70

Adapun diagnosa hipertermia bertujuan untuk mengurangi sampai mengatasi

demam pada pasien sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.

Diagnosa resiko syndrome disuse bertujuan agar syndrome disuse tidak terjadi

pada pasien dengan melakukan monitoring pada pasien sehingga dapat

mencegah terjadinya syndrome disuse. Sedangkan diagnosa resiko cedera

bertujuan untuk agar tidak terjadi cedera pada pasien dengan melakukan

pencegahan monitoring pada pasien.

C. Implementasi

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penyusun berusaha

melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun

kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dalam proses pelaksanaan tindakan

keperawatan, penyusun dapat melaksanakan semua rencana tindakan

keperawatan pada pasien.

Penyusun melaksanakan intervensi sesuai perencanaan seperti memberikan

makanan cair melalui NGT, mengajarkan ROM pasif pada keluarga dan

mengatur posisi tidur pasien miring kiri / miring kanan. Penyusun tidak

menemukan hambatan dalam pelaksanaan tindakan/intervensi karena keluarga

pasien sangat kooperatif, sampai hari ketiga penyusun bertugas pasien sudah

boleh dipulangkan oleh dokter karena kondisi pasien sudah cukup stabil dan

perbaikan.
71

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan diarahkan untuk

menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan serta sebatas mana

tujuan-tujuan sudah tercapai (Smeltzer, 2002:41).

Pada kasus Tn.Y, dua diagnosa dapat teratasi yaitu hipertermi dan resiko

cedera, dan diagnosa resiko terjadinya syndrome disuse sebagian teratasi yang

ditandai dengan pasien masih bedrest sehingga kebutuhannya masih harus

dibantu penuh oleh keluarga.

Anda mungkin juga menyukai