Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“DISFUNGSIONAL UTERI BLEEDING”


(DUB)

Disusun oleh :

Fatikhah Mei Asmi

Profesi Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung

Semarang

2014/2015
A. Pengertian
Perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan abnormal dari uterus (lama, frekuensi,
jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organ,
hematologi, dan kehamilan, dan merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofise-
ovarium (Sadikin, 2005).
Perdarahan rahim disfungsional atau DUB didefinisikan sebagai perdarahan yang
terjadi dari endometrium proliferatif sebagai akibat anovulasi bila tidak ada penyakit
organik (Hacker, edisi 2, 2001).
B. Penyebab
Perdarahan rahim disfungsional yang terjadi selama umur reproduksi dapat
diakibatkan oleh berbagai penyebab misalnya :
1. Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer yang
abnormal dari androgen menjadi estrogen, atau cacat endometrium yang dapat
berada dalam tingkat reseptor atau dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.
2. Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) dan dalam perangsangan yang terus
berlanjut, endometrium akan berproliferasi , sehingga mencapai tinggi yang
abnormal. Terdapat vaskularitas yang hebat dan pertumbuhan kelenjar yang tanpa
dukungan stroma. Endometrium akhirnya tumbuh melebihi perangsangan yang
ditimbulkan oleh estrogen dan perdarahan terjadi, dengan peluruhan endometrium
secara tidak teratur.
3. Kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium.
Usia terjadinya :
- Perimenars (usia 8-16 tahun)
- Masa reproduksi (usia 16-35 tahun)
- Perimenopouse (usia 45-65 tahun
(Manuaba edisi 2010 )
C. Tanda dan Gejala
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.Kejadian
tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.
D. Adaptasi Fisiologi / Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada
siklus tidak berovulasi.
1. Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus,haid.
Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasi lokal di
endometrium.
2. Siklus tidak berovulasi
Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan
pada poros hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak berovulasi
menyebabkan efek estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap
endometrium. Proliferasi endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak
mendapat aliran darah yang cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan
dari stratum basal.(Manuaba edisi 2010 )
3. Efek samping penggunaan kontrasepsi
Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK)
menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan.
Progestin menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis (Munro
M. Dysfunctional uterine bleeding. Curr Op in Obstet Gynecol 2001)
E. Penatalaksanaan
Beberapa pasien mungkin memerlukan terapi penunjang berupa zat besi atau transfusi
darah. Pasien dengan pemeriksaan pelvis yang normal dan dengan endometrium
proliferatif yang dipastikan dengan biopsi endometrium terbaik diterapi dengan terapi
hormonal. Pasien yang tidak memberi respons terhadap terapi hormonal secara cepat
atau yang lebih tua daripada 35 tahun harus menjalani kuretase untuk menyingkirkan
karsinoma endometrium. Pasien yang gagal memberi respons terhdap terapi hormonal
dapat juga mengalami mioma submukosa atau polip endometrium dan dapat
membutuhkan histereskopi untuk diagnosis dan terapi.
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
1. Menghentikan perdarahan
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
a. Kuret (curettage)
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis
b. Obat (medikamentosa)
1) Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama
generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver
dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya:
etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
2) Obat Kombinasi
Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak, yakni
4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1 tablet
selama 3 hingga 6 siklus.
3) Golongan progesterone
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk
mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:
Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai
pada hari ke 14-15 menstruasi.
3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Pada keadaan ini,klien dianjurkan untuk rawat inap di Rumah Sakit atau
klinik,sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin
(Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka
kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.
F. Fokus Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi
2. Riwayat penyakit:
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
3. Pemeriksaan fisik
a. Kulit, rambut, kuku
Warna kulit kemerahan, sianosis (-), pucat (-), pruritus (-), gatal (-), turgor
kulit elastis, bersih, rambut distribusi merata, rontok (-), kuku pendek bersih,
pucat (-), kapilary refil <2 detik.
b. Kepala dan leher
Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), peningkatan JVP (-),
c. Telinga
Simetris, bersih, discharge (-)
d. Mulut, hidung dan tenggorokan
Mukosa mulut merah muda, stomatitis (-), sianosis (-), faringitis (-), mulut dan
gigi bersih, hidung bersih, tidak ada sekret
e. Thorak dan paru-paru
Simetris, pengembangan dada maksimal, ketinggalam gerak (-), retraksi (-),
taktil fremitus (+), perkusi sonor, auskultasi vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
f. Payudara
Membesar, kebersihan baik, putting menonjol, ASI keluar.
g. Jantung
S1-2 murni, bising (-), murmur (-), nyeri tekan (-), perkusi pekak, kesan besar
normal
h. Abdomen
Luka post SC memanjang di bawah umbilikus sepanjang 12 cm, pus (-),
peristaltik (+), balutan belum diganti sejak pulang rawat inap.
i. Genetalia
Lochea sanguinolenta, perdarahan (+) 150 cc, edema (-), laserasi (-)
j. Anus dan Rektum
Ruptur perineum (-), episiotomi (-), jahiran perineal (-), kesan bersih
k. Muskuloskeletal
Pergerakan (+), kekuatan (+), edema ekstremitas (-)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut ybd agen injuri fisik
2. Risiko infeksi
3. Resiko kekurangan volume cairan

H. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Nyeri akut ybd agen injuri fisik
Tujuan
a. Klien mampu mencapai level nyaman
b. Klien mampu mengontrol nyeri
c. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
d. Klien mampu mengurangi level nyeri

Intervensi :

a. Observasi nyeri
b. Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun
c. Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani nyeri
yang terakhir dilakukan
d. Berikan posisi yang nyaman bagi klien
e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri
f. Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis
2. Risiko infeksi
Tujuan :
a. Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal…
b. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal…

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda infeksi


b. Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit
c. Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka
d. Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril
e. Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan
f. Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
3. Resiko kekurangan volume cairan
Faktor resiko :
 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
 Pengobatan deuritik
 Kehilangan cairan melalui jalur abnormal
 Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan
 Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal
 Usia lanjut

Tujuan :

Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah perawatan

Kriteria hasil :Keseimbangan cairan

Intervensi :

1. Manajemen elektrolit

 Monitor elektrolit sebelum abnormal


 Monitor manifestasi keseimbangan cairan
 Berikan cairan
 Pertahankan keakuratan intake dan output
 Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep
 Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit dalam
keseimbangan cairan.

2. Manajemen cairan
 Naikkan masukan obat oral
3. Cairan intravena
 Berikan cairan IV temperatur ruang
 Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik
Daftar Pustaka
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :

mocaMedia

Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai