Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

Makhluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain di sekitarnya. Setiap

aktivitas manusia terdiri dari berbagai unsur kehidupan. Salah satunya adalah

komunikasi. Komunikasi menjadi bagian yang erat dalam kehidupan

manusia. Sebagian besar kehidupan manusia diisi dengan komunikasi, baik

dengan anggota keluarga, teman, tetangga, sejawat, maupun dengan diri

sendiri. Melalui komunikasi, manusia bisa saling tukar informasi, berbagi,

mengembangkan diri, dan berbagai manfaat lainnya. Tanpa komunikasi,

manusia tidak akan dapat berkembang.

Makna penting komunikasi sesungguhnya telah menjadi kesadaran

yang luas di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan

keseharian yang selalu diisi dengan kegiatan komunikasi. Namun demikian,

tingkat kesadaran dan implementasinya tentang komunikasi masing-masing

orang berbeda. Ada yang kesadarannya sudah tinggi dan didukung

dengan pemahaman yang baik tentang komunikasi. Ada yang kesadarannya

sedang-sedang dan ada juga yang kesadarannya rendah.

Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat berkembang di

masyarakat. Umumnya teknologi informasi adalah sebuah teknologi yang

dipergunakan untuk menyampaikan pesan, meliputi didalamnya: memproses,

1
2

mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi informasi dengan

berbagai macam cara dan prosedur guna menghasilkan informasi yang

berkualitas dan bernilai guna tinggi. Perkembangan komunikasi informasi pun

terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Dengan

adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk

menerima dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja,

kapan saja, dan dari siapa saja.

Teknologi informasi dan komunikasi seakan telah mendarah daging di

dalam diri setiap manusia di era ini, teknologi informasi dan komunikasi yang

telah menglobal mampu mencakupi segala aspek yang ada dalam kehidupan.

Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam

segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan

bahkan di media masa. Informasi dan komunikasi melalui media masa yang

dilakukan secara tepat akan menuju pada hasil yang sesuai dengan harapan.

Jika informasi dan komunikasi melalui media masa tidak berjalan sesuai

rencana bisa membawa efek negatif. Apalagi jika peran informasi dan

komunikasi dengan media masa itu mempunyai pengaruh yang besar. Tidak

hanya miskomunikasi yang terjadi pada lingkungan sosial tapi juga

menimbulkan konflik atau masalah.

Pesatnya perkembangan media masa saat ini yang begitu pesatnya

membawa kita pada era informasi 24 jam yang dipenuhi breaking news,

dengan radio, stasiun televisi, dan situs berita internet. Pembaharuan informasi

yang berlangsung setiap menit di media masa dalam kurun waktu 24 jam atau
3

sehari semalam mempermudah kita untuk mendapatkan berbagai informasi

yang dibutuhkan. Media masa mampu mengarahkan, membimbing, dan

mempengaruhi kehidupan di masa kini dan di masa mendatang (Nurudin,

2007: 255).

Media masa terbagi menjadi dua pada saat ini, yaitu terdiri dari media

masa yang bersifat modern dan media masa yang bersifat tradisional. Media

masa modern yang secara gampang tersentuh perubahan teknologi, informasi

dan komunikasi meliputi media cetak dan media elektronik. Sedangkan media

masa tradisional adalah media masa yang digunakan sebelum berkembangnya

teknologi, informasi dan komunikasi.

Media masa merupakan salah satu alat dalam proses komunikasi masa,

yang mampu memperluas informasi dengan cepat kepada khalayak. Media

masa elektronik adalah media masa yang menyampaikan pesan melalui

elektronik kepada khalayak. Media cetak adalah media masa yang hanya

menyampaikan pesan melalui tulisan atau gambar yang dicetak. Dengan

media elektronik khalayak sebagai penerima informasi dapat menerima pesan

yang disampaikan berupa pesan atau informasi gambar (visual), suara (audio),

dan juga suara beserta gambar (audio visual).

Salah satu media masa elektronik yang banyak digunakan adalah televisi.

Televisi telah menjadi barang yang tidak bias lepas dari kehidupan manusia.

Melalui sifat audio visualnya yang tidak dimiliki media lain, mengakses

perkembangan teknologi yang cepat, dan jangkauan penayangannya yang


4

relatif tidak terbatas, dan mampu menarik kalangan masyarakat luas (Subroto,

2007: 27).

Televisi sebagai salah satu media masa modern informasi dan komunikasi

yang sudah mendunia memiliki jaringan yang global. Di Indonesia sudah

banyak stasiun televisi yang bermunculan terutama semenjak awal tahun 1990

an. Selain televisi milik pemerintah yang menyampaikan berbagai informasi

kepada masyarakat yang berkaitan dengan program dan perkembangan

pemerintahan, muncul juga berbagai stasiun televisi swasta yang

menyampaikan berbagai pesan dan acara yang lebih bersifat hiburan.

Menurut Effendy (2002: 122) acara televisi pada umumnya mempengaruhi

sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton ini adalah hal yang

wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona,

atau latah, bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh

psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka

seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang

dihidangkan Televisi.

Program televisi di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat,

sudah ada banyak sekali program televisi yang ada di Indonesia, bila dihitung

mungkin lebih dari 100 program televisi. Di dalam satu stasiun televisi itu

sendiri sudah ada banyak program-program yang dibuat untuk khalayak dan

program tersebut beragam baik itu program artistik maupun program yang

memberikan informasi teraktual seperti berita.


5

Menurut Naratama (2004: 62), dasar dari format acara di televisi terbagi

menjadi tiga macam, yaitu:

1. Drama, terdiri dari tragedi, aksi, komedi, cinta, legenda, dan horror.

2. Non drama, terdiri dari musik, magazine, talk show, variety show,

reality show, game show, repackaging, dan kuis.

3. Berita, terdiri dari features, sports, dan news.

Program televisi yang memberikan informasi serta hiburan dibidang

reality show pun sudah ada diberbagai stasiun televisi, salah satunya adalah

stasiun televisi Trans TV yang memberikan suatu program televisi untuk

khalayaknya, satu program televisi dibidang reality show. Stasiun televisi di

Indonesia saling bersaing dalam memberikan program terbaik untuk penonton,

tidak terkecuali program tentang reality show.

Televisi nasional sendiri dapat dikatakan ada beberapa stasiun televisi

yang saling memberikan program tentang reality show yang dikemas dan

disajikan berbeda serta memiliki nilai lebih yang berbeda-beda. Pada stasiun

televisi Trans TV memiliki program reality show yang mengemas beragam

informasi tentang destinasi wisata yang ada di Indonesia yang dapat

dikunjungi dengan tarif murah dan tarif mahal. Destinasi wisata tersebut

tersebar diseluruh pelosok kabupaten, pelosok provinsi atau ibukota dengan

dikemas sedemikian rupa supaya menjadi acara reality show yang menarik

minat penonton.

My Trip My Adventure adalah sebuah acara televisi bergenre dokumenter

wisata yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans TV semenjak


6

bulan September 2013. Dalam acara televisi ini, My Trip My

Adventure menggambarkan petualangan dan eksplorasi keindahan

alam Indonesia. Acara ini lazimnya dipandu oleh dua pembawa acara, atau

dapat dipandu lebih banyak. My Trip My Adventure dinobatkan sebagai salah

satu acara dengan kualitas baik menurut survei kualitas acara televisi Komisi

Penyiaran Indonesia periode September hingga Oktober 2015 (KPI: 2015).

Sekelompok selebriti muda yang suka berpetualang dengan semangat

melestarikan budaya dan alam Indonesia yang indah, dengan cara

menyambangi tempat-tempat terindah yang belum pernah tereksplorasi

sebelumnya, bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, menghargai budaya

setempat dan menjadikan semuanya dalam satu perjalanan tak terlupakan.

Banyak kisah petualangan seru yang terlahir dari setiap perjalanan mereka.

Bahkan mampu memberikan kesan seolah kita ikut berpetualang bersama

mereka.

Acara ini menghadirkan konsep travelling dan adventure yang unik dan

menarik serta menginspirasi pemirsanya untuk turut mengeksplorasi

keindahan alam di masing-masing daerah untuk kemudian di-upload di sosial

media dan pada akhirnya menjadi destinasi wisata baru. Inspirasi dan spirit ini

kemudian melahirkan komunitas atau fanbase My Trip My Adventure di

berbagai kota di Indonesia secara organik dan mandiri, dengan satu tujuan

untuk menemukan destinasi wisata baru, teman nge-trip bareng, bakti sosial

hingga menjaga kelestarian alam yang senantiasa di kampanyekan program

My Trip My Adventure di setiap on-airnya.


7

Selain mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi di sosial media, seperti di

official twitter My Trip My Adventure sebanyak 125.053 follower dan

instagram 750.000 follower per 22 September 2015. Program My Trip My

Adventure masuk dalam 10 Program Berkualitas Komisi Penyiaran Indonesia

2015. KPI melakukan survey pemirsa yang dilakukan oleh 9 Perguruan Tinggi

Negeri di kota besar di Indonesia untuk menentukan indeks kualitas tayangan

program di 15 stasiun televisi nasional. Acara reality show My Trip My

Adventure ini dapat disaksikan di Trans TV setiap hari Jumat pukul 10.00

WIB serta hari Sabtu & hari Minggu pukul 08.30 WIB.

Dengan acara ini pula Trans TV melalui acara My Trip My Adventure

sebagai salah satu acara edukasi yang tujuannya adalah memberikan

pengetahuan dan mengajak penonton untuk mengenal lebih jauh lagi dunia

berpetualang. Penonton yang kurang berminat berpetualang diharapkan akan

menjadi berminat untuk berpetualang. Serta mencoba mengenalkan dan

menumbuhkan rasa kecintaan masyarakat Indonesia terhadap negaranya

sendiri, terlebih generasi muda yang harus diberikan pengetahuan dalam

mencintai potensi alam bangsa mereka serta sebagai tahap masyarakat remaja

menuju dewasa yang sedang senangnya untuk mencoba hal baru dan

menikmati petualangan. Sebagai sebuah siaran petualangan wisata yang

tayang disebuah televisi nasional, tentu acara ini dengan mudah dapat diakses

oleh seluruh lapisan publik. Karena televisi yang menjadi salah satu hasil dari

teknologi yang terus bekembang saat ini, sangat berpengaruh dalam

kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengubah pemikiran seseorang.


8

Arus informasi meluas ke seluruh dunia, globalisasi informasi dan media

massa pun menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi acara

liputan. Pada akhirnya, sistem media cenderung menjadi seragam dalam hal

menentukan kejadian yang dipandang penting untuk diliput. Banyaknya acara

yang menampilkan kegiatan dalam mengeksplorasi keindahan alam dan

tempat- tempat menarik diberbagai negara membuat masyarakat Indonesia

diberbagai kalangan terus-terusan disajikan tontonan yang berbau

petualangan, kondisi seperti ini disebut sebagai terpaan media, terlebih

sekarang ini pengaruh media massa terutama televisi sangat besar dampaknya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan My Trip My

Adventure, dan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi

merupakan variabel terikat. Mengingat banyaknya penggemar acara tayangan

My Trip My Adventure pada kalangan Mapala Unsika di Karawang, maka

sangatlah penting untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

tayangan reality show My Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi. Target dalam

penelitian ini adalah Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di Universitas

Singaperbangsa Karawang.

Telah dilakukan studi pendahuluan dengan melakukan studi pra penelitian

yang dilakukan dengan metode wawancara dan melakukan penyebaran angket

kepada 10 mapala (mahasiswa pecinta alam) di Universitas Singaperbangsa

Karawang ditemukan hasil bahwa 8 dari 10 anggota mapala tersebut

mendapatkan informasi untuk tempat-tempat mendaki didapatkan dari televisi


9

2 sisanya dari surat kabar dan majalah, tayangan televisi yang memberikan

banyak informasi tentang tempat-tempat yang akan mereka tuju adalah

tayangan televisi, My Trip My Adventures (MTMA), dari 8 mapala rata-rata

menonton sebanyak 3 kali dalam seminggu karena tayangan tersebut

memberikan informasi yang tepat tentang tempat-tempat yang akan mereka

kunjungi

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Adakah hubungan antara tayangan My Trip My

Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi

kebutuhan informasi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara intensitas tayangan My Trip My Adventure di

Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi.

2. Adakah hubungan antara isi pesan yang disampaikan tayangan My Trip

My Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam

memenuhi kebutuhan informasi?

3. Adakah hubungan antara daya tarik tayangan My Trip My Adventure di

Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi?
10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas tayangan My Trip My

Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi

kebutuhan informasi.

2. Untuk mengetahui hubungan antara isi pesan yang disampaikan tayangan

My Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam

memenuhi kebutuhan informasi.

3. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik tayangan My Trip My

Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi

kebutuhan informasi.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat

penelitian secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu social, khususnya ilmu komunikasi.

b. Sebagai acuan dan referensi dalam pembuatan karya ilmiah mahasiswa

komunikasi lainnya.

2. Manfaat Praktis
11

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam memahami

fenomena merebaknya kegemaran masyarakat terhadap tayangan My

Trip My Adventure di Trans TV.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

pengaruh tayangan My Trip My Adventure di Trans TV pada perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur yang peneliti gunakan sebagai skema

pemikiran untuk melatar belakangi penelitian ini. Adapun teori yang

memberikan arahan untuk menjelaskan tentang komunikasi secara umum,

komunikasi masa atau media masa, televisi atau tayangan, perilaku, kebutuhan

informasi, dan pecinta alam.

Social Learning Theory (Albert Badura 1991 dalam Morissan 2014)

perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkungan,

pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang

sebaik-baiknya sehingga sesuai dengan keadaan dirinya atau tujuannya dan

proses belajar melalui media masa sebagai tandingan terhadap proses.

Semakin lama manusia itu hidup dan tumbuh, maka semakin banyak ia

akan berinteraksi dan semakin luas ruang lingkup interaksinya, baik itu

interaksi dalam kehidupan kelompok ataupun dengan masyarakat di

lingkungannya. Untuk memperlancar jalannya interaksi tersebut, maka ini

tidak luput dari alat yang digunakan untuk berinteraksi yaitu “komunikasi”
12

karena tanpa komunikasi interaksi tidak akan bisa terjadi. “Istilah komunikasi

atau dalam bahasa Inggris Communication menurut asal katanya berasal dari

bahasa latin Communicate, dalam perkataan ini bersumber dari kata

Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi

atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang

dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari

suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002:9)

Komunikasi massa adalah kegiatan komunikasi yang mengharuskan

unsurunsur yang terlibat didalamnya saling mendukung dan bekerja sama,

untuk terlaksananya kegiatan komunikasi massa ataupun komunikasi melalui

media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa.

Kemudian para ahli komunikasi membatasi pengertian media massa pada

komunikasi dengan menggunakan media massa.

Merujuk pada pendapat Tan dan Wright dalam buku Elvinaro dan Lukiati

yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar yaitu: “Merupakan bentuk

Komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan

komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat

tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek

tertentu”. (Ardianto, Elvinaro & Lukiati, 2007:3)

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani)

yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan.

Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat
13

diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar

dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain

melalui sebuah perangkat penerima/Television Set (Wahyudi, 2001:49).

Menurut Effendy (Effendy, 2002:21) siaran televisi merupakan media dari

jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu

berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,

sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat

heterogen.

Dalam sosiologi perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan

kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial

manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai

perilaku sosial yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi,

karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada

orang lain. “Perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau

dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi

penderitaan”. (Jalaluddin Rakhmat, 2008:22).

Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons)

terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah

laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi

sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari peristiwa

atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab perilaku harus

dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan dalam diri manusia itu

sendiri. (Jalaluddin Rakhmat, 2008:33).


14

McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara

berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak.

Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan

budaya. Kedua, perubahan didalam jenis-jenis komunikasi akhirnya

membentuk kehidupan manusia. Ketiga sebagaimana yang berkomunikasi,

dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membentuk

atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri.” (Nurudin, 2007:184-187)

Jadi, dapat pula dikemukakan bahwa data merupakan bahan mentah yang

posisinya dalam sistem pengolahan data sering dikatakan sebagai input.

Adapun keluarannya disebut informasi. (Deni Darmawan, 2012:1-2). Dengan

demikian informasi ini dapat dikatakan sebagai sejumlah data yang sudah

diolah atau diproses melalui prosedur pengolahan data dalam rangka menguji

tingkat kebenarannya keterpakaiannya sesuai dengan kebutuhan. Sistem

pengolah data ini sangat dibutuhkan sehingga semua data dapat dengan cepat

dan mudah menjadi sekumpulan informasi yang siap dipakai.

Menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen

(Konsep dan Pengembangannya) mendefinisikan informasi sebagai berikut

”Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat”.

(Susanto, 2007:40). Informasi merupakan hasil dari pengolahan data, akan

tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil

pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak

bermanfaat bagi seseorang bukanlah informasi bagi orang tersebut.


15

Pecinta Alam adalah seseorang yang mencintai Alam dan semesta beserta

isinya. Jadi pecinta Alam artinya sangat luas sekali, mencintai Hutan, Gunung,

Laut, Bumi, Bulan, Matahari dan sebagainya. Termasuk juga mencintai

Manusia, mencintai diri sendiri, bahkan mencitai Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah menciptakan alam semesta beserta isinya, jadi pada hakekatnya pecinta

alam itu sangat luas artinya. (Marlia Husna, 2007:1).

Namun dilihat dari kegiatannya, yang dapat dikatakan pecinta alam bisa

dibedakan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang

menyalurkan hobby dengan menggeluti alam bebas. Mereka yang biasa atau

gemar berada dalam posisi menghadapi tantangan untuk mencari “ kepuasan “

tersendiri. Kelompok kedua adalah mereka yang berorientasi pada

penyelamatan lingkungan hidup. Kelompok ketiga adalah mereka yang

melakukan kegiatan Kelompok pertama dan kedua. Mereka yang selain

menggeluti alam bebas, mereka juga berusaha melakukan penyelamatan

lingkungan hidup.

Ada juga yang mengartikan bahwa Pecinta artinya orang yang mencintai,

dan alam artinya segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Alam berarti

segalanya, baik benda hidup maupun benda tak hidup, yang ada di dunia ini.

Udara, tanah, dan air merupakan bagian dari alam yang membantu

kelangsungan hidup kita. Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan

manusia, mereka termasuk bagian dari alam ini. Keberadaan mereka satu

dengan yang lain saling mempengaruhi.


16

Mapala adalah singkatan dari Mahasiswa Pencinta Aalam yang didirikan

pada tanggal12 Desember 1964 yang dipelopori oleh Soe HokGie. Gagasan ini

mula-mula dikemukakan Soe Hok-gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964,

ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di

TMP Kalibata.
17

Bagan Kerangka Pemikiran

Hubungan Antara Tayangan My Trip My Adventure Dengan Perilaku


Mapala UNSIKA Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi

Uses and Gratification Theory


(Grifiin 2003 dalam Aridianto, Elvinaro, dan Lukiati Kumala 2007)
Sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap aktif dan selektif
menggunakan media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Studi
didalam bidang ini memusatkan perhatian pada pengguna (uses) media
untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang, dan
sebagian besar perilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui kebutuhan
dan kepentingan individu

Komunikasi Secara Umum


Komunikasi Massa/Media Massa
Televisi/Tayangan
Perilaku
Kebutuhan Informasi/Pesan
Pecinta Alam

Konsepsi Variabel Y
Variabel X
Perilaku Mapala Unsika
Tayangan My Trip My
Dalam Memenuhi
Adventure
Kebutuhan Informasi

Penurunan Konsep

Sub Variabel X1 Intensitas Variabel Y


Indikator: 1. Frekuensi, 2. Durasi Perilaku pada Mapala Unsika
Sub Variabel X2 Isi Pesan dalam Memenuhi Kebutuhan
Indikator: 1. Kejelasan isi pesan dalam Informasi
tayangan My Trip My Adventure, 2. Indikator: 1. Kesediaan mengajak
Kelengkapan informasi dalam tayangan My orang lain dalam melakukan trip
Trip My Adventure 2. Kesediaan menginformasikan
Sub Variabel X3 Daya Tarik tempat-tempat bagi para pecinta alam
Indikator: 1. Ide Cerita, 2. Perlengkapan, 3. 3. Kesediaan mendiskusikan tempat-
Host/Pembawa Acara tempat para pecinta alam
4. Kesediaan melaksanakan trip

Sumber : Grifiin 2003 dalam Aridianto, Elvinaro, dan Lukiati Kumala 2007
18

F. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau

memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2003: 126).

Variabel bebas (Independent Variable) merupakan konstrak atau variabel

yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari konstrak atau variabel

lainnya. Variabel terikat (Dependent Variable) merupakan konstrak atau

variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang

mendahuluinya (Krisyanto, 2006: 21).

Variabel Bebas (X) : Tayangan My Trip My Adventure

Sub Variabel (X1) : Intensitas

Indikator : 1. Frekuensi

2. Durasi

Sub Variabel (X2) : Isi Pesan

Indikator : 1. Kejelasan isi pesan dalam tayangan My Trip

My Adventure

2. Kelengkapan informasi dalam tayangan My

Trip My Adventure

Sub Variabel (X3) : Daya Tarik

Indikator : 1. Ide Cerita

2. Perlengkapan

3. Host/Pembawa Acara
19

Variabel Terikat (Y) : Perilaku pada Mapala Unsika dalam

Memenuhi Kebutuhan Informasi

Indikator : 1. Kesediaan mengajak orang lain dalam

melakukan trip

2. Kesediaan menginformasikan tempat-

tempat bagi para pecinta alam

3. Kesediaan mendiskusikan tempat-tempat

para pecinta alam

4. Kesediaan melaksanakan trip

G. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu suatu hipotesis selalu

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua

variable atau lebih. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat

kebenarannya (Saukah dan Waseso dalam Ardianto: 2010), maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:


20

1. Hipotesis Mayor

H0 : p = 0 : Tidak terdapat hubungan tayangan My Trip My

Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika

dalam memenuhi kebutuhan informasi

H1 : p ≠ 0 : Terdapat hubungan tayangan My Trip My Adventure di

Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam

memenuhi kebutuhan informasi

2. Hipotesis Minor

a. Hubungan antara intensitas tayangan My Trip My Adventure di Trans

TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi.

H0 : p = 0 : Tidak terdapat hubungan antara intensitas tayangan

My Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi

H1 : p ≠ 0 : Terdapat hubungan antara intensitas tayangan My Trip

My Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala

Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi


21

b. Hubungan antara isi pesan tayangan My Trip My Adventure di Trans

TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi.

H0 : p = 0 : Tidak terdapat hubungan antara isi pesan tayangan

My Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi

H1 : p ≠ 0 : Terdapat hubungan antara isi pesan tayangan My Trip

My Adventure di Trans TV dengan perilaku Mapala

Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi

c. Hubungan antara daya tarik tayangan My Trip My Adventure di Trans

TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi.

H0 : p = 0 : Tidak terdapat hubungan antara daya tarik tayangan

My Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi

H1 : p ≠ 0 : Terdapat hubungan antara daya tarik tayangan My

Trip My Adventure di Trans TV dengan perilaku

Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan informasi


22

H. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:13), metode penelitian kuantitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Menurut Kriyantono (2006:86), dalam membuat desain penelitian

tergantung pada beberapa factor, yaitu:

1. Metodologi atau pendekatan yang digunakan,

2. Metode riset yang dipakai,

3. Jenis riset yang direncanakan,

4. Metode analisis data.

Bersumber dari pernyataan tersebut, dalam penelitian ini untuk mengkaji

permasalahan penelitian penulis menggunakan metodologi kuantitatif

berdasarkan pendekatan positivism (objektif). Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang menggambarkan atau menjelasakan suatu masalah yang

hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2006:55).

Secara umum penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri, adapun ciri-

cirinya adalah sebagai berikut:

1. Hubungan antara penulis dengan subjek jauh,

2. Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau

menolak teori,
23

3. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, sehingga menuntut sampel yang

representative dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep, serta alat

ukur yang valid dan reliable,

4. Prosedur riset rasional empiris, artinya riset harus berangkat dari konsep-

konsep atau teori-teori yang melandasinya (Kriyantono, 2006:56).

Dalam pendekatan kuantitatif dikenal beberapa metode penelitian. Metode

merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui suatu yang mempunyai

langkah-langkah yang sistematis (Suriasumantri dalam Rakhmat, 2003:49).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun

dan Effendy, 1995:3). Tujuan dari metode survey adalah untuk memperoleh

informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi

tertentu. Responden (sample) diasumsikan mewakili populasi secara sfesifik.

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang

digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Dalam penelitian ini digunakan

metode kuantitatif dengan pendekatan analisis data statistik korelasional.

Menurut Jonathan Sarwono (2006:37) pengertian korelasi adalah “Analisis

korelasional digunakan untuk melihat kuat lemahnya antara variabel bebas

dengan tergantung.” Korelasi adalah salah satu analisis dalam statistik yang

dipakai untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif.

Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength) dan arah


24

hubungan hubungan antar dua variabel atau lebih. Pengukuran ini hubungan

antara dua variabel untuk masing-masing kasus akan menghasilkan keputusan.

Korelasi Sederhana merupakan suatu Teknik Statistik yang dipergunakan

untuk mengukur kekuatan hubungan 2 Variabel dan juga untuk dapat

mengetahui bentuk hubungan antara 2 Variabel tersebut dengan hasil yang

sifatnya kuantitatif. Kekuatan hubungan antara 2 variabel yang dimaksud

disini adalah apakah hubungan tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat

sedangkan bentuk hubungannya adalah apakah bentuk korelasinya Linear

Positif ataupun Linear Negatif.

Kekuatan Hubungan antara 2 Variabel biasanya disebut dengan Koefisien

Korelasi dan dilambangkan dengan symbol “r”. Nilai Koefisian r akan selalu

berada di antara -1 sampai +1. Koefisien Korelasi akan selalu berada di dalam

Range -1 ≤ r ≤ +1. Jika ditemukan perhitungan diluar Range tersebut,

berarti telah terjadi kesalahan perhitungan dan harus di koreksi terhadap

perhitungan tersebut.

Koefisien Korelasi Sederhana disebut juga dengan Koefisien Korelasi

Pearson karena rumus perhitungan Koefisien korelasi sederhana ini

dikemukakan oleh Karl Pearson yaitu seorang ahli Matematika yang berasal

dari Inggris. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung Koefisien Korelasi

Sederhana adalah sebagai berikut: (Rumus ini disebut juga dengan Pearson

Product Moment).

r = n(Σxy) – (Σx) (Σy)


. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
25

n = Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X

Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X

Σy2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

1. Korelasi Linear Positif (+1)

Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel

yang lainnya secara teratur dengan arah yang sama. Jika Nilai Variabel X

mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan ikut naik. Jika Nilai Variabel

X mengalami penurunan, maka Variabel Y akan ikut turun. Apabila Nilai

Koefisien Korelasi mendekati +1 (positif Satu) berarti pasangan data

Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi Linear Positif yang

kuat/Erat.

2. Korelasi Linear Negatif (-1)

Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel

yang lainnya secara teratur dengan arah yang berlawanan. Jika Nilai

Variabel X mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan turun. Jika Nilai

Variabel X mengalami penurunan, maka Nilai Variabel Y akan naik.

Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati -1 (Negatif Satu) maka hal ini

menunjukan pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi

Linear Negatif yang kuat/erat.


26

3. Tidak Berkorelasi (0)

Kenaikan Nilai Variabel yang satunya kadang-kadang diikut dengan

penurunan Variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan

Variable yang lainnya. Arah hubungannya tidak teratur, kadang-kadang

searah, kadang-kadang berlawanan. Apabila Nilai Koefisien Korelasi

mendekati 0 (Nol) berarti pasangan data Variabel X dan Variabel Y

memiliki korelasi yang sangat lemah atau berkemungkinan tidak

berkorelasi.

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,80 – 1,00 Sangat Kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Cukup Kuat
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah

I. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel

melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang


27

ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:55), menyebutkan bahwa populasi

merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan

dalam satu atau beberapa hal dari yang membentuk masalah pokok dalam

riset khusus.

Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi

dapat dibedakan menjadi jumlah terhingga yaitu yang terdiri dari elemen

dengan jumlah tertentu dan jumlah tak hingga yaitu terdiri dari elemen

yang sulit dicari jumlahnya.

Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum

penelitian tersebut dilaksanakan. Populasi juga memiliki karakteristik yang

dapat diperkirakan dan diklasifikasikan sesuai dengan keperluan

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Pecinta Alam

(Mapala) di Universitas Singaperbangsa Karawang yang berjumlah 38

orang.

2. Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti

(Arikunto, 2006:131). Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil

penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau

kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang

dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian

dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.


28

Adapun keuntungan jika penelitian dilakukan dengan menggunakan

sampel antara lain:

a. Sampel jumlahnya lebih sedikit,

b. Jika populasi terlalu besar, khawatir akan ada yang terlewatkan,

c. Lebih efisien,

d. Penelitian populas bisa bersifat merusak.

e. Penelitian populasi bisa terjadi ketidak akuratan data, dan

f. Lebih memungkinkan. (Arikunto, 2006:133)

Menurut Arikunto (2006:133) kita boleh mengadakan penelitian

sampel bila subyek didalam populasi benar-benar homogen. Apabila

subyek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh

diberlakukan bagi populasi. Sebagai contoh populasi yang homogen

adalah air teh dalam sebuah gelas. Kita ambil sampelnya sedikit dengan

ujung sendok dan kita cicip. Jika rasanya manis, maka kesimpulan dapat

digeneralisasikan untuk air teh keseluruhan dalam gelas. Berarti

kesimpulan bagi sampel berlaku untuk populasi.

Populasi kurang dari 100 maka dipakai rumus N = n yang artinya

populasi adalah sampel (Arikunto, 2006:134). Maka jumlah sampel untuk

penelitian ini adalah sebanyak 38 orang sesuai dengan Kriteria sampel :

1. Anggota aktif Mapala Unsika

2. Bersedia sebagai responden


29

J. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti dalam

memperoleh data dari lapangan. Teknik pengumpulan data yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Angket/Kuesioner

Menurut Sugiyono (2012:94), kuisioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Jenis angket yang digunakan peneliti angket tertutup sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.

Menyebarkan lembaran kuesioner yang berisi beberapa pernyataan,

dengan bentuk berstruktur atau tertutup, artinya pada setiap item telah

tersedia berbagai alternative jawaban yang bertujuan untuk mendapatkan

tanggapan dari mahasiswa yang terpilih sebagai sampel, Kuesioner

disusun dalam bentuk tertutup berupa pernyataan, dimana responden telah

diberikan alternative jawaban berjenjang untuk setiap tanggapan dengan

menggunakan skala Likert.

2. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan melalui buku-buku

penunujang yang dianggap berhubungan dengan pokok masalah yang

diteliti penulis. Dalam penelitian ini buku-buku yang relevan adalah

tentang komunikasi umum, komunikasi massa, komunikasi pemasaran,

perilaku konsumen, serta buku yang membahas mengenai sikap dan


30

pengukurannya, jurnal imiah, dan diktat beserta tesis-tesis yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis hubungan untuk mengetahui derajat hubungan diantara variabel-

variabel penelitian. Analisis kuantitatif tersebut dilakukan berdasarkan

presentase dan pengukuran menggunakan skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social. Pada pengukuran

variable X dan variable Y, responden diharuskan menjawab peryataan dengan

memberikan jawaban A (sangat setuju), B (setuju), C (ragu-ragu), D (tidak

setuju), dan E (sangat tidak setuju). Bobot dari setiap jawaban berkisar antara

satu sampai lima. Skor satu menunjukan tingkat persetujuan paling rendah dan

skor lima menunjukan tingkat persetujuan paling tinggi. Adapun bobot

penskoran untuk jawaban yang mempunyai pernyataan postif adalah sebagai

berikut:
31

Tabel Skala Likert


Hubungan Tayangan My Trip My Adventure
dengan Perilaku Mapala Unsika dalam Mencari Kebutuhan Bobot
Informasi Skor
Responden Jawaban Pernyataan
1 A Sangat Setuju 5
1 B Setuju 4
1 C Ragu-ragu 3
1 D Tidak Setuju 2
1 E Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono, ( 2012 : 94), diolah 2018

Karena penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam

operasionalisasi variabel sebelumnya, maka semua data ordinal yang

terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan

menggunakan Method of Successive Interval (Al Rasyid, 1993: 131).

Langkah langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan.

2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, 5

yang disebut dengan frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

proporsi.

4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai

proporsi secara berurutan setiap kolom skornya.

5. Gunakan table distribusi normal, hitung nilai z untuk setiap proporsi

kumulatif yang diperoleh.


32

6. Tentukan nilai tinggi identitas untuk setiap nilai z yang diperoleh

menggunakan tabel identitas dengan rumus fungsi identitas:

f (z) = f (z) = 1 e½ z2 dengan π = 3,14


√2 π

7. Tentukan nilai skala dengan rumus:

NS = (Destinasi Kelas Sebelumnya) – (Destinasi Kelas)


(Peluang Kumulatif Kelas) – (Peluang Kumulatif Kelas Sebelumnya)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:

Y = NS = [1 + │NSmin│]

L. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara tayangan My Trip My Adventure di

Trans TV dengan perilaku Mapala Unsika dalam memenuhi kebutuhan

informasi ini dilaksanakan di Kampus Universitas Singaperbangsa

Karawang. Yang beralamat Jl. HS.Ronggo Waluyo, Kelurahan Puseurjaya,

Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361.


33

2. Waktu Penelitian

Tabel Waktu Pelaksanaan Penelitian

Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
No Kegiatan
18 18 18 18 18 19 19 19 19 19
1 Pra Penelitian
2 Penulisan Proposal
3 Sidang Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan dan Analisis Data
6 Pembahasan Hasil Penelitian
7 Penyusunan Kesimpulan
8 Sidang Skripsi
Sumber : Data Peneliti, diolah 2018
34

Daftar Pustaka

Al Rasyid, Harun. 1993. Teknik Sampling dan Penskalaan. Jurusan Statistik.


Universitas Padjajaran: Bandung.

Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.


Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta.


Rineka Cipta.

Deni Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi.


Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Effendy. 2002. Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Jalaludin Rakhmat. .2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.


Yogyakarta : PT. Graha Ilmu.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Marlia Husna. 2007. Hubungan Antara Sensation Seeking Self Esteem Pada
Pendaki Gunung Di Mapala Universitas Andalas .Padang :UPI Padang

Morissan. 2014. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara dengan Single dan Multi Kamera.


Jakarta: PT Grasindo IKAPI

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit PT. Raja


Gafindo Persada.

Saukah dan Waseso. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Pusat
Perbukuan Universitas Negeri Malang

Singarimbun dan Effendi. 2011. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT


Pustaka LP3ES Indonesia.

Subroto, D. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.


Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
35

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susanto, 2007, A Strategic Management Approach, CSR. Jakarta: The Jakarta


Consulting Group.

Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Wahyudi.J.B. 2001. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta:


Penerbit PT. Grafiti.

Anda mungkin juga menyukai