Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EVOLUSI

“ SPESIASI DAN FILOGENI “

Dosen Pengampu : Akbar Handoko, M.Pd

Disusun Kelompok 10 :
1. Syafi’atul Mahmudah 1611060306
2. Tia Anisa Safitri T 1611060186

Kelas/Semester : C/VI

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
spesiasi dan filogeni. Dan juga kami berterimakasih kepada bapak Akbar Handoko,
M.Pd selaku dosen mata kuliah evolusi.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai spesiasi dan filogeni, oleh sebab itu kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi sarapan yang membangun dan sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 01 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Spesiasi ...........................................................................................................................
1.1 Pengertian Spesiasi...................................................................................................
1.2 Mekanisme Spesiasi .................................................................................................
1.3 Mekanisme Isolasi ....................................................................................................
B. Filogeni ..........................................................................................................................
2.1 Pengertian Filogeni ..................................................................................................
2.2 Metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi .........
3.3 Pohon Filogeni .........................................................................................................

BAB III KESIMPULAN...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung
sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga merupakan perkembangan
makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dari
bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek. Evolusi juga dapat diartikan proses
perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan peran
isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu antara individu-
individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air, cahaya atau faktor-faktor lain
yang penting dalam lingkungan itu. Melalui peristiwa isolasi dapat ditetapkan adanya
perbedaan genetik. Terjadi adaptasi melalui proses mikro evolusi, yakni perubahan pada
individu dalam populasi secara bertahap untuk membentuk spesies baru.

Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Filogeni
diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana mereka terkait. Filogenetika
diartikan sebagai model untuk merepresentasikan sekitar hubungan nenek moyang
organisme, sekuen molekul atau keduanya. Salah satu tujuan dari penyusunan filogenetika
adalah untuk mengkonstruksi dengan tepat hubungan antara organisme dan mengestimasi
perbedaan yang terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya. Konstruksi pohon
filogenetika adalah hal yang terpenting dan menarik dalam studi evolusi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu spesiasi ?
2. Bagaimanakah mekanisme spesiasi ?
3. Bagaimana mekanisme isolasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan filogeni ?
5. Bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik
morfologi ?
6. Bagaimana konsep pohon filogeni ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian spesiasi.
2. Untuk mengetahui mekanisme spesiasi.
3. Untuk mengetahui mekanisme isolasi.
4. Untuk mengetahui pengertian filogeni.
5. Untuk mengetahui bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan
karakteristik morfologi.
6. Bagaimana Konsep pohon filogeni.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Spesiasi
1.1 Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah
adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau “penampakan”. Para ahli
memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies, munculnya
keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan yang mendasar.
Aalasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang spesiasi yang merupakan proses
munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli
evolusi, tetapi juga memikat perhatian dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Sedangkan alasan kedua adalah karena spesies adalah hasil proses evolusi
yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses
spesiasi yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.

Spesies menurut biological species conncept (BSC) adalah suatu populasi atau
kelompok populasi alami yang secara aktual memiliki potensi dapat saling
kawin (interbreeding) dan menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat
menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain
suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan
keseragaman dalam gen melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan
penggabungan perkawinan akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan. Jadi
berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil, konsep spesies ini tidak
berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies. Spesies dalam pandangan
modern adalah suatu golongan populasi yang alami (deme) yang tersendiri secara genetis
dan memiliki bersama suatu gene pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar
dalam populasi, di dalamnya terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.

1.2 Mekanisme Spesiasi


a. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah satunya
populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat akibat perubahan
geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan sosial seperti emigrasi. Populasi
yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan genotif dan fenotif mereka mengalami
tekanan selektif yang berbeda atau secara independen mereka menjalani pergeseran
genetik. Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka telah berkembamg dan tidak
lagi mampu bertukar gen. Pulau genetika, kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi
untuk menghasilkan sifat-sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam beberapa keadaan,
termasuk kepulauan dan perubahan radikal di kalangan tertentu di pulau yang terkenal,
seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir setelah melahirkan ekspresi modern teori
evolusi, setelah diamati oleh Charles Darwin.

Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi.


Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi
pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat
terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen)
dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak
dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat
menyimpang ( divergent ) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi
interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi gradual.
Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu
populasi yang sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah
selama peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza
menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A. ewingi yang terisolasi oleh suatu
periode glacial, mungkin telah ada A. pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah
pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.
Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang
berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu contoh allopatric
speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis) di bagian barat
Amerika Utara. Hubungan kompleks antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok
akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu
sekuens/urutan spesies allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka
bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii
tanpa interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan kelompok
akuatik dan tidak melakukan interbreed. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah
pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh
Darwin, spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi,
serta penyebaran kedua dan penguatan, menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari
satu nenek moyang burung yang sama.

b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi dalam
sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat
mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat
mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara
genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi
induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi.

c. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik


Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk asli. Hal
ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi kecil sering mengalami
kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk memainkan peran penting dalam
spesiasi peripatric contoh yang teramati adalah isolasi reproduksi terjadi pada populasi
subjek Drosophila terhadap penduduk, varian dari nyamuk Culex pipiens yang masuk
di London.
Spesiasi parapatrik adalah dua zona populasi divergen yang terpisah tetapi
saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi oleh geografi,
sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk dalam kontak atau saling
terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan dapat mengurangi heterozigot yang
mengarah ke seleksi alam untuk perilaku atau mekanisme yang mencegah
perkembangbiakan antara kedua spesies. Ekologi mengacu pada spesiasi parapatric dan
peripatric dalam hal relung ekologi. Semua berguna untuk spesies baru yang akan
sukses. Contoh yang teramati spesies burung camar disekitar Kutub Utara. Jika seleksi
menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik, frekuensi sudah dapat
ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap
isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara
reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar
yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah
muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang muncul
juga parapatrik).

Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik


untuk geneflow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu
lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam
cakupan populasi yang berbeda. Individu lebih mungkin untuk kawin dengan
tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan. Di dalam gaya ini,
penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan
bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi. Contoh dari
spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum odoratum. Model
lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik dari White (1968, 1978 dalam
Widodo, 2003:55). White mengamati belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan
rentang spesies yang luas berbeda dalam konfigurasi kromosomnya. White
mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul dalam
suatu populasi dan memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-
expanding zona bastar. Tetapi suatu mutasi kromosom yang menurunkan tingkat
kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat
meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam populasi yang sangat
terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spesiasi parapatrik tidak dapat diterima secara
luas.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi simpatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam mendiami
suatu tempat yang sama, sering dikutip contoh dari spesiasi sympatric yaitu ditemukan
pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan pada tanaman inang host yang
berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan spesiasi sympatric sebagai mekanisme
spesiasi yang masih diperebutkan. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual
dan spontan. Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali
pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika
bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross mempunyai
proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan
interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada
poliploidi. Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru). Pada
hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan
Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.

Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive


selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan
sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche polymorphism.
Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan
spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-
masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika
dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan
adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong
serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan
pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2,
perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat
dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan,
mating/kawin. Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal
dari sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an.

Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa
(Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina alternaflora). Benih dari spesies
Amerika terselip di pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada
awal abad ke-19. Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan
akhirnya menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi
berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang
sebagai suatuallopoliploid. Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi
ini. Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru
itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan
menyumbat muara sebagai gulma. Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi
hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu,
yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang
menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda akan memisahkan
individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan
mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama
dengan perkawinan asortatif dapat menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all,
2000:49).

1.3 Mekanisme Isolasi


Mekanisme Isolasi dalam bukunya Evolutionary Biologi adalah karakteristik
biologi yang menyebabkan spesies simpatrik (yang menempati daerah geografi yang
sama atau saling menutup dengan daerah persebaran geografi) tetap bertahan (eksis),
misalnya mempertahankan gene pool yang terbatas.Istilah ini mungkin kurang
menguntungkan karena pola ini meliputi pencegahaninterbreeding (pembiakan dengan
spesies yang berbeda) yang mana sering kali menjadi kasus yang sering muncul.

 Macam Mekanisme Isolasi


a. Premating Isolating
Premating Isolating Mechanisme adalah upaya mencegah gamet bertemu untuk
membentuk zigot (mencegah persilangan). Premating Isolating Mechanisme kadang-
kadang memiliki dasar ekologis seperti pada spesies Spadefoot toads (Scphiopus) yang
jarang bertemu karena perbedaan tipe tempat hidup dan pada parasit yang bertemu pada
spesies inang yang berbeda. Spesies bisa saja terisolasi hanya sementara saja, seperti
pada tumbuhan yang mempunyai musim berbunga yang berbeda atau serangga bertemu
pada waktu yang berbeda pada malam hari. Meskipun isolasi ekologis dan temporal
(sementara) pada spesies simpatrik tidak lengkap, mereka biasanya tidak
melakukaninterbreed (persilangan) karena karena kondisi fisiologis atau bentuk
perilaku. Hewan yang menyerbukkan tanaman yang berbeda dalam bentuk dan warna
bunga yang justru menarik hewan yang berbeda.

b. Postmating Isolation
Postmating Isolation adalah mekanisme yang mengurangi keberhasilan
persilangan.
 Klasifikasi Mekanisme Isolasi
a. Isolasi Geografi
Proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih
terisolasi, suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah, suatu
danau besar bisa surut sampai terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka
populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya
berlangsung sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut
akan mati berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan cara masing-
masing. Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar faktor yang
mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi yang
semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan hambatan
bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak mungkin
memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka selanjutnya akan
terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem populasi yang terpisah itu
semakin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-
masing.
b. Isolasi Reproduksi
Isolasi reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang
sama tidak mampu melakukan perkawinan. Isolasi reproduksi dapat di bedakan
menjadi isolasi prazigot dan poszigot.
1. Isolasi Prazigot
Isolasi prazigot adalah isolasi yang menyebabkan dua spesies tidak
dapat kawin yang meliputi:
a. Isolasi Ekologi, apabila dua spesies simpartik yang terdapat disuatu daerah
masing-masing menempati habitat yang berbeda. Contoh : katak pohon kawin didanau
yang tidak permanen (kubangan) sedangkan katak banten kawin didanau atau badan air
permanen yang lebih besar.
b. Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki
pemasakan kelamin yang berbeda. Contoh : masa kawin lalat buah drosophila
pseudoobscura pada sore hari sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada pagi
hari.
c. Isolasi Tingkah Laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk
morfologi alat kelamin yang berbeda pada saat kawin. Contoh : pada berbagai jenis
ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan jantan berbeda.
d. Isolasi Mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet
jantan yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina. (viabilitas adalah
kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah dikeluarkan oleh organ
reproduksi jantung). Contoh : tanaman sage hitam memiliki bunga kecil yang hanya
dapat diserbukan oleh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki
struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbukan oleh lebah besar.

e. Isolasi Gamet, menghalangi terjadinya pembuahan akibat susunan kimiawi


dan melekul yang berbeda antara dua sel gamet. Contoh : pada ikan, telur ikan yang
dikeluarkan di air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel
telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sprema
dari spesies yang sama.
2. Isolasi Poszigot
Isolasi poszigot terjadi jika isolasi prazigot gagal. Isolasi ini menghalangi
berkembangnya zigot atau jika zigot telah terbentuk akan menjadi organisme mandul.
Isolasi poszigot meliputi:
a. Hibrid, Embrio yang terbentuk dari dua spesies yang berbeda akan gugur,
disebabkan gen-gen dari kedua induk yang berbeda tidak dapat bekerja sama
mendorong mekanisme membentuk embrio normal.
b. Hibrid Mandul, terjadi jika induk memiliki jumlah kromosom yang berbeda,
sehingga sinapsis/pasangan kromosom homolog dalam meiosis tidak terjadi.
c. Hibrid Pecah, kadang-kadang hibrid berkembang subur dan dapat
menghasilkan generasi F2 dari persilangan antara dua hibrid atau hibrid dengan galur
induk. Filial-filial (F2) yang dihasilkan tersebut dinamakan hybrid pecah.

c. Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barier), suatu ketika mempunyai karakter yang khusus untuk berbagai keadaan
lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan
simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain
berada, mereka dapat mengalami pada perbedaaan-perbedaan genetik yang dapat tetap
memisahkan mereka. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang
mencegah gene flow diantaraspesies pada keadaan yang alami. Misalnya, pada pohon
Plantus occidentalis yang terdapat di Timur laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah
tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak dapat terjadi.
d. Isolasi Poliplodi
Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
(genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut
sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan
organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi. Organisme hidup pada umumnya
memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini
disebut diploid (disingkat 2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap yang
sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploidi (dari
bahasaYunani yang artinya berganda). Organisme dengan kondisi demikian
disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set kromosom.
Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan
seterusnya. Dalam kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga
ditemukan hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia
ditemukan pula pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah, atau beberapa
jenis udang), dan juga fungi.
B. Filogeni
2.1 Pengertian Filogeni
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap
mendasarinya. Istilah “filogeni” berasal dari bahasa Belanda fylogenie, yang berasal dari
gabungan kata bahasa Yunani Kuno yang berarti “asal-usul suku, ras”. Hubungan
tersebut ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA, filogeni sangat diperlukan
dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat
diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi
dari suatu organisme terhadap lingkungannya.

Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait, hal
ini diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana spesies terkait satu
sama lain melalui nenek moyang yang sama. Pohon filogenetik atau pohon evolusi
adalah genealogi (silsilah) kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-
kelompok taksonomik, atau dapat dikatakan sebagai diagram percabangan atau “pohon”
yang menunjukan hubungan evolusi antara berbagai spesies makhluk hidup berdasarkan
kemiripan dan perbedaan karakteristik fisik dan/ atau genetik mereka, sebab pohon
filogenetika ini dapat diaplikasikan untuk membuat sistematika biologi, seperti pohon
kehidupan. Selain itu pohon ini dapat digunakan untuk mencari fungsi dari suatu gen
atau protein, riset, medis dll. Para ahli sistematika menggunakan bukti-bukti yang
diperoleh dari catatan fosil dan organisme yang masih ada untuk merekonstruksi filogeni.
Karena susunan genetik dan penampakan fenotipe organisme yang hidup saat ini
mencerminkan episode makroevolusi masa lalu, para ahli sistematika mendapatkan
informasi filogenetik dengan cara membandingkan spesies modern. Di dalam pohon
filogenetik menunjukan jenjang taksonomi yang dibuat sesuai dengan sejarah evolusi,
dalam filogenetik jangka pendek, struktur anatomis membutuhkan waktu terlalu lama
untuk berubah.

Klasifikasi sistem filogenetik adalah suatu sistem klasifikasi untuk mencerminkan


gambaran urutan perkembangan makhluk hidup menurut sejarah filogenetiknya, serta
jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan takson yang lain,
sesuai sejarah evolusi. Sistematioka ini memiliki tujuan lebih dari sekedar organisasi
sederhana, agar klasifikasi menunjukan kedekatan evolusioner spesies

2.2 Metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi
Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan,
atau strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan
umurnya dan konstribusinya dalam filogeni. Fosil terbentuk dari organisme mati yang
terkubur dalam sedimen. Bahan organik dari organisme mati, umumnya terurai dengan
cepat. Namun bagian yang keras dan kaya akan mineral seperti cangkang vertebrata dan
protista bisa tetap bertahan sebagai fosil.

Fosil juga dapat terbentuk sebagai lapisan tipis yang tertekan di antara lapisan-
lapisan batu pasir dan serpihan. Contohnya, fosil daun tumbuhan berumur jutaan tahun
dan masih tetap hijau karena mengandung klorofil. Dalam banyak penggalian, fosil juga
ditemukan dalam bentuk bebatuan yang membentuk replika organisme tersebut. Para
ahli juga banyak menemukan bentuk perilaku yang terfosilisasi, seperti fosil jejak kaki,
dan sarang lubang hewan. Selain itu, organisme yang mati pada tempat di mana bakteri
dan jamur tidak dapat menguraikannya, maka tubuhnya bisa terawetkan membentuk
fosil. Contohnya, fosil kalajengking yang terjerat dalam resin dan berumur 30 juta tahun.
Penemuan-penemuan fosil sedimen di atas, selanjutnya dijadikan dasar oleh para
ilmuwan untuk merekonstruksi sejarah kehidupan.

Menurut Kimball (1999), berdasarkan catatan fosil yang ada teori evolusi
memberikan gagasan bahwa semua organisme yang hidup sekarang ini pada suatu
periode dalam sejarahnya mempunyai moyang sama. Secara tidak langsung hal itu
menyatakan bahwa pada waktu yang lampau terdapat lebih sedikit jenis makhluk
hidup, dan bahwa makhluk ini bersifat lebih sederhana. Salah satu bukti yang
mendukung hal ini, adalah susunan lapisan batuan sedimen di Grand Canyon, di
mana semakin dalam menuruni lembah galian maka berkurang jenis fosil. Begitu pula
pada tingkat kompleksitas fosil organisme yang ditemukan, semakin ke dalam
semakin sederhana. Penemuan fosil adalah puncak dari serangkaian kebetulan yang
tidak mungkin terjadi secara bersamaan. Organisme harus mati pada tempat yang
tepat pada waktu yang tepat sehingga memungkinkan terbentuknya fosil. Sebagian
besar dari spesies yang pernah hidup mungkin tidak meninggalkan fosil, atau sebagian
besar fosil telah hancur dan hanya sedikit yang ditemukan. Namun demikian, dalam
ketidaklengkapannya catatan fosil tetap merupakan suatu dokumen yang detail
mengenai filogeni dan mencakup waktu geologis yang begitu panjang. Urutan strata
sedimen merekam urutan perubahan biologis, dan metode penentuan umur
memberikan perkiraan masa perjadinya perubahan itu. Dengan demikian, yang
terekam dalam batuan adalah kronologi perubahan lingkungan yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan akibat evolusi organisme.

Evolusi memiliki dimensi dalam ruang dan dalam waktu. Sejarah bumi telah
membantu menjelaskan sebaran geografis spesies saat ini. Contohnya, munculnya
pulau-pulau vulkanik seperti Galapagos membuka lingkungan baru bagi makhluk
hidup dan penyebaran adaptif untuk mengisi relung yang tersedia. Di samping itu,
benua mengalami pergeseran pada sepanjang waktu. Pergeseran seperti yang terjadi
antara Erofa dan Amerika yang saling menjauhi menyebabkan banyak spesies yang
telah berkembang dalam keadaan terisolasi bertemu dengan yang lain dan bersaing
satu sama lain. Seiring dengan pemisahan benua, masing-masing daerah menjadi
tempat evolusi yang terpisah, dan flora serta fauna dari alam biogeografis yang
berbeda mulai menyebar. Hal ini dapat dicontohkan dengan penemuan fosil reptilian
masa Trias di Ghana yang persis sama dengan yang diketemukan di Brazil. Padahal
kedua daratan saat ini terpisah dengan jarak 3000 km, namun diperkirakan menyatu
sebagai daratan pada awal zaman Mesozoikum.

2.3 Pohon Filogeni


Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang perlu
dipegang terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana sekelompok makhluk hidup
membagai sifat yang dimilikinya satu dengan yang lainnya. Dalam ilmu Biologi,
pembagian sifat ini mempunyai istilahnya sendiri. Beberapa istilah tersebut adalah:
1. Symplesiomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tapi juga ditemukan pada
taksa nenek moyang yang sebelumnya. Misalnya pada monyet dan tikus ditemukan
terdapat 5 kubu jari, hal ini juga ditemukan pada kadal. Namun, kedua kelompok ini
terdapat pada taksa yang berbeda.
2. Homoplasy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tetapi tidak dimiliki oleh
nenek moyang yang paling terakhir yang dimilki. Misalnya saja pada mamalia dan
aves. Keduanya berdarah panas, tetapi pada nenek moyang terakhir sebelum
keduanya terpisah sifat ini tidak ditemukan.
3. Synapomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh satu atau dua taksa yang mempunyai nenek
moyang terakhir yang sama. Misalnya saja pada kelompok mamalia, semua mamalia
membagi sifat mempunyai rambut dan berdarah panas.

Pohon filogeni atau filogenetik merupakan genealogi (silsilah) atau diagram


yang melacak kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-kelompok
taksonomik. Pola percabangan suatu pohon filogenetik menunjukkan jenjang
taksonomik. Dimana posisi cabang pohon menandakan umur devergensi evolusioner,
dengan demikian spesies taksa yang paling terakhir diturunkan, berada pada cabang
paling atas. Dalam membangun pohon filogeni digunakan catatan fosil dan anatomi
perbandingan. Akan tetapi dapat pula digunakan metode lain yakni membandingkan
DNA dan protein spesies-spesies yang akan dibuatkan silsilah.
Dalam penentuan taksa, diperlukan pengelompokan spesies kedalam taksa yang lebih
spesifik seperti ;
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies
turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk nenek moyang
yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek moyang
yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson tersebut.
Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam bagan diatas :
a. Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies (B-H), memenuhi kualifikasi sebagai
suatu pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal dalam taksonomi.
Takson tersebut meliputi semua spesies terutama dan juga nenek moyang bersama
yang paling dekat (spesies B).
b. Polifiletik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik (spesies E dan
G) diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat (spesies C dan F).
c. Parafiletik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa menggabungkan semua
keturunan dari nenek moyang tersebut.
Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat kelompok besar
dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh misalnya : Oryza sativa (padi), Zea
mays (jagung), dan Musa paradisiaca. Kelompok semacam itu dikatakan sebagai
kelompok monofiletik, yang dapat digambarkan. Kajian di atas membuktikan bahwa
monokots adalah monofiletik dan dikot adalah parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun
(Olea europaea).

Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer
(Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan
ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok
ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio
tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara
kladistik adalah polifiletik.

Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi yang
bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik (silsilah) ini
menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa taksa yang berada di
bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas mamalia. Dimana posisi cabang
pohon itu juga menandakan umur relative divergensi evolusioner dengan demikian spesies
taksa yang paling terakhir di turunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para
ahli sistematika menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain, seperti
membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.

Ketika silsilah membelah (spesiasi), itu direpresentasikan sebagai percabangan


pada filogeni. Ketika peristiwa spesiasi terjadi, garis keturunan leluhur tunggal
menimbulkan dua atau lebih garis keturunan. Filogeni melacak pola keturunan dari garis
keturunan. Setiap garis keturunan memiliki bagian dari sejarah yang unik dan bagian yang
dibagi dengan garis keturunan lainnya. Demikian pula, setiap keturunan memiliki nenek
moyang yang unik dengan garis keturunan dan nenek moyang yang dibagi dengan garis
keturunan lain (common ancestors). Clade adalah pengelompokan yang mencakup satu
nenek moyang dan semua keturunan (hidup dan punah) leluhur itu. Menggunakan filogeni,
mudah untuk mengetahui apakah kelompok garis keturunan membentuk clade. Ujung
filogeni merupakan garis keturunan. Tetapi hal itu tergantung pada berapa banyak cabang
pohon. Namun, keturunan di ujung mungkin populasi yang berbeda dari spesies, spesies
yang berbeda, clades yang berbeda, atau masing-masing terdiri dari banyak spesies.
BAB III
KESIMPULAN

1. Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih spesies.
2. Terdapat empat mekanisme spesiasi yang paling umum terjadi pada hewan
adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat. Mekanisme kedua adalah spesiasi
peripatrik, yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme menjadi terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda dengan alopatrik dalam hal ukuran
populasi yang lebih kecil dari populasi tetua. Mekanisme ketiga spesiasi
adalah spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi peripatrik dalam hal ukuran
populasi kecil namun berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara
dua populasi. Mekanisme keempat spesiasi adalahspesiasi simpatrik, di mana spesies
berdivergen tanpa isolasi geografis.
3. Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-
kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap
mendasarinya. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan
penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan
tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.
4. Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan, atau
strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan
umurnya dan konstribusinya dalam filogeni.
5. Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang perlu dipegang
terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana sekelompok makhluk hidup
membagai sifat yang dimilikinya satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., J. B. Reece. Biologi. Jakarta: Erlangga. 2003

Campbell, N. A., J. B. Reece. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga. 2003

Kimbal, John W. Biologi Jilid I. Bandung: Erlangga. 1999

Widodo. Evolusi . Jakarta: DP Nasional. 2003

Anda mungkin juga menyukai