Disusun Kelompok 10 :
1. Syafi’atul Mahmudah 1611060306
2. Tia Anisa Safitri T 1611060186
Kelas/Semester : C/VI
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
spesiasi dan filogeni. Dan juga kami berterimakasih kepada bapak Akbar Handoko,
M.Pd selaku dosen mata kuliah evolusi.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai spesiasi dan filogeni, oleh sebab itu kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi sarapan yang membangun dan sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Spesiasi ...........................................................................................................................
1.1 Pengertian Spesiasi...................................................................................................
1.2 Mekanisme Spesiasi .................................................................................................
1.3 Mekanisme Isolasi ....................................................................................................
B. Filogeni ..........................................................................................................................
2.1 Pengertian Filogeni ..................................................................................................
2.2 Metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi .........
3.3 Pohon Filogeni .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung
sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga merupakan perkembangan
makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dari
bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek. Evolusi juga dapat diartikan proses
perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan peran
isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu antara individu-
individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air, cahaya atau faktor-faktor lain
yang penting dalam lingkungan itu. Melalui peristiwa isolasi dapat ditetapkan adanya
perbedaan genetik. Terjadi adaptasi melalui proses mikro evolusi, yakni perubahan pada
individu dalam populasi secara bertahap untuk membentuk spesies baru.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Filogeni
diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana mereka terkait. Filogenetika
diartikan sebagai model untuk merepresentasikan sekitar hubungan nenek moyang
organisme, sekuen molekul atau keduanya. Salah satu tujuan dari penyusunan filogenetika
adalah untuk mengkonstruksi dengan tepat hubungan antara organisme dan mengestimasi
perbedaan yang terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya. Konstruksi pohon
filogenetika adalah hal yang terpenting dan menarik dalam studi evolusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu spesiasi ?
2. Bagaimanakah mekanisme spesiasi ?
3. Bagaimana mekanisme isolasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan filogeni ?
5. Bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik
morfologi ?
6. Bagaimana konsep pohon filogeni ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian spesiasi.
2. Untuk mengetahui mekanisme spesiasi.
3. Untuk mengetahui mekanisme isolasi.
4. Untuk mengetahui pengertian filogeni.
5. Untuk mengetahui bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan
karakteristik morfologi.
6. Bagaimana Konsep pohon filogeni.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spesiasi
1.1 Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah
adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau “penampakan”. Para ahli
memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies, munculnya
keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan yang mendasar.
Aalasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang spesiasi yang merupakan proses
munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli
evolusi, tetapi juga memikat perhatian dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Sedangkan alasan kedua adalah karena spesies adalah hasil proses evolusi
yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses
spesiasi yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Spesies menurut biological species conncept (BSC) adalah suatu populasi atau
kelompok populasi alami yang secara aktual memiliki potensi dapat saling
kawin (interbreeding) dan menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat
menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain
suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan
keseragaman dalam gen melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan
penggabungan perkawinan akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan. Jadi
berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil, konsep spesies ini tidak
berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies. Spesies dalam pandangan
modern adalah suatu golongan populasi yang alami (deme) yang tersendiri secara genetis
dan memiliki bersama suatu gene pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar
dalam populasi, di dalamnya terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi dalam
sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat
mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat
mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara
genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi
induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi.
Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa
(Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina alternaflora). Benih dari spesies
Amerika terselip di pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada
awal abad ke-19. Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan
akhirnya menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi
berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang
sebagai suatuallopoliploid. Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi
ini. Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru
itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan
menyumbat muara sebagai gulma. Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi
hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu,
yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang
menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda akan memisahkan
individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan
mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama
dengan perkawinan asortatif dapat menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all,
2000:49).
b. Postmating Isolation
Postmating Isolation adalah mekanisme yang mengurangi keberhasilan
persilangan.
Klasifikasi Mekanisme Isolasi
a. Isolasi Geografi
Proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih
terisolasi, suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah, suatu
danau besar bisa surut sampai terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka
populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya
berlangsung sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut
akan mati berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan cara masing-
masing. Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar faktor yang
mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi yang
semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan hambatan
bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak mungkin
memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka selanjutnya akan
terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem populasi yang terpisah itu
semakin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-
masing.
b. Isolasi Reproduksi
Isolasi reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang
sama tidak mampu melakukan perkawinan. Isolasi reproduksi dapat di bedakan
menjadi isolasi prazigot dan poszigot.
1. Isolasi Prazigot
Isolasi prazigot adalah isolasi yang menyebabkan dua spesies tidak
dapat kawin yang meliputi:
a. Isolasi Ekologi, apabila dua spesies simpartik yang terdapat disuatu daerah
masing-masing menempati habitat yang berbeda. Contoh : katak pohon kawin didanau
yang tidak permanen (kubangan) sedangkan katak banten kawin didanau atau badan air
permanen yang lebih besar.
b. Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki
pemasakan kelamin yang berbeda. Contoh : masa kawin lalat buah drosophila
pseudoobscura pada sore hari sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada pagi
hari.
c. Isolasi Tingkah Laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk
morfologi alat kelamin yang berbeda pada saat kawin. Contoh : pada berbagai jenis
ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan jantan berbeda.
d. Isolasi Mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet
jantan yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina. (viabilitas adalah
kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah dikeluarkan oleh organ
reproduksi jantung). Contoh : tanaman sage hitam memiliki bunga kecil yang hanya
dapat diserbukan oleh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki
struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbukan oleh lebah besar.
c. Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barier), suatu ketika mempunyai karakter yang khusus untuk berbagai keadaan
lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan
simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain
berada, mereka dapat mengalami pada perbedaaan-perbedaan genetik yang dapat tetap
memisahkan mereka. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang
mencegah gene flow diantaraspesies pada keadaan yang alami. Misalnya, pada pohon
Plantus occidentalis yang terdapat di Timur laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah
tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak dapat terjadi.
d. Isolasi Poliplodi
Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
(genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut
sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan
organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi. Organisme hidup pada umumnya
memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini
disebut diploid (disingkat 2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap yang
sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploidi (dari
bahasaYunani yang artinya berganda). Organisme dengan kondisi demikian
disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set kromosom.
Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan
seterusnya. Dalam kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga
ditemukan hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia
ditemukan pula pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah, atau beberapa
jenis udang), dan juga fungi.
B. Filogeni
2.1 Pengertian Filogeni
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap
mendasarinya. Istilah “filogeni” berasal dari bahasa Belanda fylogenie, yang berasal dari
gabungan kata bahasa Yunani Kuno yang berarti “asal-usul suku, ras”. Hubungan
tersebut ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA, filogeni sangat diperlukan
dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat
diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi
dari suatu organisme terhadap lingkungannya.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait, hal
ini diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana spesies terkait satu
sama lain melalui nenek moyang yang sama. Pohon filogenetik atau pohon evolusi
adalah genealogi (silsilah) kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-
kelompok taksonomik, atau dapat dikatakan sebagai diagram percabangan atau “pohon”
yang menunjukan hubungan evolusi antara berbagai spesies makhluk hidup berdasarkan
kemiripan dan perbedaan karakteristik fisik dan/ atau genetik mereka, sebab pohon
filogenetika ini dapat diaplikasikan untuk membuat sistematika biologi, seperti pohon
kehidupan. Selain itu pohon ini dapat digunakan untuk mencari fungsi dari suatu gen
atau protein, riset, medis dll. Para ahli sistematika menggunakan bukti-bukti yang
diperoleh dari catatan fosil dan organisme yang masih ada untuk merekonstruksi filogeni.
Karena susunan genetik dan penampakan fenotipe organisme yang hidup saat ini
mencerminkan episode makroevolusi masa lalu, para ahli sistematika mendapatkan
informasi filogenetik dengan cara membandingkan spesies modern. Di dalam pohon
filogenetik menunjukan jenjang taksonomi yang dibuat sesuai dengan sejarah evolusi,
dalam filogenetik jangka pendek, struktur anatomis membutuhkan waktu terlalu lama
untuk berubah.
2.2 Metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi
Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan,
atau strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan
umurnya dan konstribusinya dalam filogeni. Fosil terbentuk dari organisme mati yang
terkubur dalam sedimen. Bahan organik dari organisme mati, umumnya terurai dengan
cepat. Namun bagian yang keras dan kaya akan mineral seperti cangkang vertebrata dan
protista bisa tetap bertahan sebagai fosil.
Fosil juga dapat terbentuk sebagai lapisan tipis yang tertekan di antara lapisan-
lapisan batu pasir dan serpihan. Contohnya, fosil daun tumbuhan berumur jutaan tahun
dan masih tetap hijau karena mengandung klorofil. Dalam banyak penggalian, fosil juga
ditemukan dalam bentuk bebatuan yang membentuk replika organisme tersebut. Para
ahli juga banyak menemukan bentuk perilaku yang terfosilisasi, seperti fosil jejak kaki,
dan sarang lubang hewan. Selain itu, organisme yang mati pada tempat di mana bakteri
dan jamur tidak dapat menguraikannya, maka tubuhnya bisa terawetkan membentuk
fosil. Contohnya, fosil kalajengking yang terjerat dalam resin dan berumur 30 juta tahun.
Penemuan-penemuan fosil sedimen di atas, selanjutnya dijadikan dasar oleh para
ilmuwan untuk merekonstruksi sejarah kehidupan.
Menurut Kimball (1999), berdasarkan catatan fosil yang ada teori evolusi
memberikan gagasan bahwa semua organisme yang hidup sekarang ini pada suatu
periode dalam sejarahnya mempunyai moyang sama. Secara tidak langsung hal itu
menyatakan bahwa pada waktu yang lampau terdapat lebih sedikit jenis makhluk
hidup, dan bahwa makhluk ini bersifat lebih sederhana. Salah satu bukti yang
mendukung hal ini, adalah susunan lapisan batuan sedimen di Grand Canyon, di
mana semakin dalam menuruni lembah galian maka berkurang jenis fosil. Begitu pula
pada tingkat kompleksitas fosil organisme yang ditemukan, semakin ke dalam
semakin sederhana. Penemuan fosil adalah puncak dari serangkaian kebetulan yang
tidak mungkin terjadi secara bersamaan. Organisme harus mati pada tempat yang
tepat pada waktu yang tepat sehingga memungkinkan terbentuknya fosil. Sebagian
besar dari spesies yang pernah hidup mungkin tidak meninggalkan fosil, atau sebagian
besar fosil telah hancur dan hanya sedikit yang ditemukan. Namun demikian, dalam
ketidaklengkapannya catatan fosil tetap merupakan suatu dokumen yang detail
mengenai filogeni dan mencakup waktu geologis yang begitu panjang. Urutan strata
sedimen merekam urutan perubahan biologis, dan metode penentuan umur
memberikan perkiraan masa perjadinya perubahan itu. Dengan demikian, yang
terekam dalam batuan adalah kronologi perubahan lingkungan yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan akibat evolusi organisme.
Evolusi memiliki dimensi dalam ruang dan dalam waktu. Sejarah bumi telah
membantu menjelaskan sebaran geografis spesies saat ini. Contohnya, munculnya
pulau-pulau vulkanik seperti Galapagos membuka lingkungan baru bagi makhluk
hidup dan penyebaran adaptif untuk mengisi relung yang tersedia. Di samping itu,
benua mengalami pergeseran pada sepanjang waktu. Pergeseran seperti yang terjadi
antara Erofa dan Amerika yang saling menjauhi menyebabkan banyak spesies yang
telah berkembang dalam keadaan terisolasi bertemu dengan yang lain dan bersaing
satu sama lain. Seiring dengan pemisahan benua, masing-masing daerah menjadi
tempat evolusi yang terpisah, dan flora serta fauna dari alam biogeografis yang
berbeda mulai menyebar. Hal ini dapat dicontohkan dengan penemuan fosil reptilian
masa Trias di Ghana yang persis sama dengan yang diketemukan di Brazil. Padahal
kedua daratan saat ini terpisah dengan jarak 3000 km, namun diperkirakan menyatu
sebagai daratan pada awal zaman Mesozoikum.
Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer
(Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan
ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok
ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio
tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara
kladistik adalah polifiletik.
Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi yang
bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik (silsilah) ini
menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa taksa yang berada di
bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas mamalia. Dimana posisi cabang
pohon itu juga menandakan umur relative divergensi evolusioner dengan demikian spesies
taksa yang paling terakhir di turunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para
ahli sistematika menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain, seperti
membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.
1. Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih spesies.
2. Terdapat empat mekanisme spesiasi yang paling umum terjadi pada hewan
adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat. Mekanisme kedua adalah spesiasi
peripatrik, yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme menjadi terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda dengan alopatrik dalam hal ukuran
populasi yang lebih kecil dari populasi tetua. Mekanisme ketiga spesiasi
adalah spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi peripatrik dalam hal ukuran
populasi kecil namun berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara
dua populasi. Mekanisme keempat spesiasi adalahspesiasi simpatrik, di mana spesies
berdivergen tanpa isolasi geografis.
3. Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-
kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap
mendasarinya. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan
penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan
tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.
4. Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan, atau
strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan
umurnya dan konstribusinya dalam filogeni.
5. Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang perlu dipegang
terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana sekelompok makhluk hidup
membagai sifat yang dimilikinya satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA