Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker Ovarium adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari
ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua umur.
Kanker Ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel kanker pada satu atau dua
bagian indung telur.
Kanker Ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, atau
mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Terdapat pada usia menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%, dan
10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna),
tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas/tidak pasti ganas (borderline malignancy atau
carcinoma of low-malignant potensial) dan jelas/pasti ganas (true malignant).1
Kanker Ovarium disebut sebagai “silent killer”. Karena ovarium terletak
di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi, 70-80% Kanker Ovarium baru
ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastatis) kemana-mana.1

2.2 Anatomi
Indung telur sendiri merupakan salah satu organ reproduksi yang sangat
penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan sel telur atau ovum,
yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur
juga merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi perempuan, seperti
hormon estrogen dan progesteron.2,3,4
Indung telur pada orang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak
di kiri dan di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteria ovarika
berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum
infundibulopelvikum)
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil
ovarium berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian
hilus ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang

3
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan
mesovarium.
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
selapis kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini
terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi ditemukan lapisan tempat folikel-
folikel primordial. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel ,
berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang
beraneka ragam , dan juga dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur
yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang. Folikel
yang matang ini terisi dengan likuor folikuli yang mengandung estrogen, dan siap
untuk berovulasi. 2
Pada waktu dilahirkan bayi perempuan mempunyai sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi
folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun
159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan atara 24-45 hanya
34.000 . Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.

Gambar 2.1 Anatomi Ovarium (a)

4
Gambar 2.2 Anatomi Ovarium (b)

2.3 Epidemiologi
a. Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Orang
1 dari 67 perempuan berpotensi menderita Kanker Ovarium sepanjang
hidupnya. Kemungkinan perempuan terkena Kanker Ovarium ini akan semakin
tinggi dengan bertambahnya usia. Mayoritas Kanker Ovarium muncul setelah
seorang perempuan melewati masa menopause. Separuh dari kasus Kanker
Ovarium menyerang perempuan di atas usia 63 tahun. Berdasarkan data dari
Survailance, Epidemiology and End Results (SEER) usia penderita Kanker
Ovarium rata-rata di atas 40 tahun. Dengan gambaran di bawah usia 20 sekitar
1,3%, antara 20 dan 34 sekitar 3,6%, antara 35 dan 44 sekitar 7,4%, antara 45 dan
54 sekitar 18,6%, antara 55 dan 64 sekitar 23,4%, antara 65 dan 74 sekitar 20,1%,
antara 75 dan 84 sekitar 17,6% dan tahun 85 sekitar 8,1%. Angka ini didasarkan
kasus yang di diagnosis pada 2005-2013 dari 18 daerah menurut data SEER.1,4,5
b. Distribusi Frekuensi Kanker ovarium Berdasarkan Tempat
Variasi geografis dan etnis yang signifikan telah diobservasi pengaruhnya
terhadap insiden Kanker Ovarium. Rata-rata tertinggi pada wanita dengan ras
Kaukasia di negara industri misalnya di Amerika Utara dan Eropa. Perbedaan ini
kemungkinan dijelaskan melalui pola reproduksi dan komponen lingkungan
seperti perbedaan pola makan.1,4,6
c. Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Waktu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melaporkan 192.000 kasus di
seluruh dunia di tahun 2010, dimana 6000 kasus Kanker Ovarium dilaporkan dari
Inggris. Di RSUP H. Adam Malik Medan terdapat jumlah seluruh penderita
kanker ovarium 2000-2010 sebanyak 105 orang. Sementara pada tahun 2011 di

5
RSUP. H Adam Malik terdapat jumlah penderita Kanker Ovarium sebanyak 126
orang.1,4,6

2.4 Patogenesis
Kanker di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Hal ini
akan menjadi sulit dalam hal menentukan histogenesisnya. Kanker yang berasal
dari epitel, dimulai dengan adanya inklusi epitel permukaan pada stroma yang
berkembang menjadi kista. Selain itu, letak tumor yang tersembunyi dalam rongga
perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita,
makanya diperlukan stadium kanker agar kita mengetahui seberapa jauh
penyebaran kanker tersebut.4
Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah
laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena
perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi
(sitologi atau histopatologi), sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih
akurat.4
Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and
Obstetricians (FIGO) 1987 sebagai berikut :4

Tabel 2.1 Stadium kanker ovarium


Stadium kanker ovarium primer Kategori
(FIGO, 1987)

Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium


Ia Pertumbuhan terbatas pada satu
ovarium, tidak ada asites yang berisi
sel ganas, tidak ada pertumbuhan di
permukaan luar, kapsul utuh
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua
ovarium, tidak ada asites berisi sel

6
ganas, tidak ada tumor di permukaan
luar, kapsul intak
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi
ada tumor di permukaan luar satu atau
kedua ovarium, atau dengan kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua
ovarium dengan perluasan ke panggul
IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus
dan/atau tuba
IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya

IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi


dengan tumor pada permukaan satu
atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua
ovarium, dengan bukti mikroskopik
metastasis kavum peritoneal di luar
pelvis, dan/atau metastasis ke kelenjar
limfe regional

IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan


kelenjar getah bening negatif tetapi

7
secara histologik dan dikonfirmasi
secara mikroskopik adanya
pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua
ovarium dengan implant di permukaan
peritoneum dan terbukti secara
mikroskopik, diameter tidak melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negative
IIIc Implan di abdomen dengan diameter >
2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif

Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau


kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV.
Begitu juga metastasis ke parenkim
liver

2.5Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada
perbedaan sifat fundamental. Menurut International Federation of Ginecologic
and Obstetrics (FIGO), Kanker Ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai
dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok terdiri dari
berbagai spesifikasi sesuai dengan histopatologi :1,4,8
a. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak
dan sebagian besar 85% Kanker Ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari

8
80% Kanker Ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause dimana
pada usia 62 tahun adalah usia Kanker Ovarium epitel permukaan paling sering
ditemui. Jenis-jenis Kanker Ovarium epitel permukaan :
1. Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering
ditemukan. Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan
penampang tumor sebagai kistik solid. Tumor jenis ini di bawah
mikroskop menurut differensiasi sel kanker dibagi menjadi differensiasi
baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis,
sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi interstisial jelas, badan
psamoma relatif banyak. Pada kanker differensiasi sedang (borderline) dan
buruk (maligna) memiliki lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak
ada, dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.1,4,8

2. Karsinoma Musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma
serosa. Sebagian besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di
dalam kista berisi musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik,
area solid berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan
konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi tiga
gradasi, dimana yang berdifferensiasi baik dan sedang memiliki struktur
glandular jelas, percabangan papila epitel rapat, terdapat dinding bersama
glandular, atipik inti sel jelas, terdapat invasi interstisial. Pada kanker
differensiasi buruk struktur glandular tidak jelas, mitosis atipikal
bertambah banyak, produksi musin dari sel sangat sedikit.4,8
3. Karsinoma Endometrioid
Kira-kira 20% Kanker Ovarium terdiri dari karsinoma
endometrioid. Sebagian besar tumor berbentuk solid dan di sekitarnya
dijumpai kista. Gambaran histopatologi mirip dengan karsinoma
endometrium dan sering disertai metaplasia sel skuamosa. Lebih dari 30%
karsinoma endometrioid dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma
endometrium. Endometrioid borderline dan endometrioid adenofibroma
jarang dijumpai.4,8

9
4. Karsinoma Sel Jernih (Clear Cell Carcinoma)
Tumor ini berasal dari duktus mulleri. Pada umumnya berbentuk
solid, sebagian ada juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan.
Gambaran histopatologi terdiri dari kelenjar solid dengan bagian papiler.
Sitoplasma sel jernih dan sering dijumpai hopnail appearance yaitu inti
yang terletak di ujung sel epitel kelenjar atau tubulus.4,8
5. Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran
5-10 cm dan hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil
pada waktu dilakukan histerektomi.4,8
b. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell )
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di antaranya
:

1. Disgerminoma
Disgerminoma adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering
ditemukan, ukuran diameter 5-15cm, berlobus-lobus, solid, potongan
tumor berwarna abu-abu putih sampai abu-abu cokelat dengan potongan
mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu dengan yang lain dipisahkan
oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran
histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini
sensitif terhadap radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma adalah serum
Lactic Dehydrogenase (LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase
(PLAP).1,4,8
2. Tumor Sinus Endodermal
Berasal dari tumor sakus vitelinus/yolk sack dari embrio. Berupa
jaringan kekuning-kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi
gelatin dan kistik. Khas untuk tumor sinus endodermal ini adalah keluhan
nyeri perut dan pelvis yang dialami oleh 75% penderita. Tumor marker
untuk tumor sinus endodermal adalah alfa fetoprotein (AFP).4,8
3. Teratoma Immatur

10
Massa tumor sangat besar dan unilateral, penampang irisan bersifat
padat dan kistik, berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan
embrional belum berdifferensiasi umumnya berupa neuroepitel. Tumor ini
mempunyai angka rekurensi dan metastasis tinggi, tapi tumor rekuren
dapat bertransformasi dan immatur ke arah matur, regularitasnya condong
menyerupai pertumbuhan embrio normal. Tumor marker untuk teratoma
immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic gonadotropin
(HCG).4,8
4. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG
serum dapat positif. Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering
ditemukan nekrosis berdarah. Di bawah mikroskop tampak sel primordial
poligonal membentuk lempeng, pita dan sarang, displasia menonjol,
mitosis banyak ditemukan, nukleus tampak vakuolasi, intrasel tampak
butiran glasial PAS positif.4,8
c. Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari
satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini.
Pada penderita tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat keluhan
perdarahan pervagina, pertumbuhan seks sekunder antara lain payudara membesar
dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut
pubertas prekoks.1,4,8

1. Tumor Sel Granulosa-Teka


Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post
menopause, selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal
juga sebagai feminizing tumor, memproduksi estrogen yang membuat
penderita “Cepat Menjadi Wanita”. Gambaran histopatologinya bervariasi
yaitu adanya populasi sel padat. Neoplasma ini dikategorikan low
malignant.4,8
2. Androblastoma

11
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat merubah
bentuk penderita menjadi kelaki-lakian atau disebut juga masculinizing
tumor.4,8
3. Ginandroblastoma
Merupakan peralihan antara tumor sel granulosa dan
arrhenoblastoma dan sangat jarang.4,8
4. Fibroma
Sering disertai dengan asites dan hidrotoraks yang dikenal sebagai
sindroma Meigh.4,8

2.6 Faktor Resiko


a. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seorang wanita memiliki resiko terkena Kanker Ovarium. Pada umumnya Kanker
Ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10% adalah pola herediter atau familial.
Resiko seorang wanita untuk mengidap Kanker Ovarium adalah sebesar 1,6%.
Angka resiko pada penderita yang memiliki satu saudara sebesar 5% dan akan
meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita Kanker
Ovarium. Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10% penderita
Kanker Ovarium ternyata memiliki anggota keluarga yang terkena penyakit yang
sama. Umumnya, pasien yang memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker
akibat adanya mutasi pada gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan
gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q, memiliki resiko sangat tinggi
menderita Kanker Ovarium dan diperkirakan mencapai 50-70% pasien Kanker
Ovarium. Gen ini awalnya diidentifikasi dalam keluarga dengan beberapa kasus
kanker payudara, tapi wanita dengan mutasi ini juga memiliki peningkatan resiko
yang signifikan dari Kanker Ovarium.1,3,4
Ada 3 jenis kanker ovarium yang diturunkan yakni :1,7
1. Kanker Ovarium Site Specific Family
2. Sindrom Kanker Payudara-Ovarium
3. Sindrom kanker Lynch tipe II
b. Faktor Usia

12
Kanker Ovarium pada umumnya ditemukan pada usia di atas 40 tahun.
Angka kejadian akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Angka
kejadian Kanker Ovarium pada wanita usia di atas 40 tahun sekitar 60% penderita,
sedangkan pada wanita usia lebih muda sekitar 40%. Mayoritas Kanker Ovarium
muncul setelah seorang perempuan melewati masa menopause. Di Amerika
Serikat, insiden usia rata-rata Kanker Ovarium frekuensi tertinggi berada pada
rentang umur 40-44 tahun, dimana dari 15-16 per 100.000 wanita berusia tersebut
merupakan penderita Kanker Ovarium.4,7
c. Faktor Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita. Ada beberapa klasifikasi Paritas, diantaranya :4,7
1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali
2. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar
3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)
beberapa kali
4. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih
Banyak peneliti yang melaporkan bahwa kejadian Kanker Ovarium
menurun pada wanita-wanita yang mempunyai banyak anak dibandingkan dengan
wanita yang tidak pernah melahirkan dengan resiko relatif berkisar antara 0,5-0,8.
Keadaan ini memperkuat dasar dari hipotesis incessant ovulation.3,7
d. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan
menopause berhubungan dengan peningkatan resiko Kanker Ovarium baik dari
insiden maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan resiko secara spesifik terlihat
pada wanita dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron
karena peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel
ovarium. Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu
menurunkan resiko tumor ganas ovarium.4,7
e. Faktor Reproduksi

13
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12
tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapat
juga meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi Kanker Ovarium. Pada
Kanker Ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang dialami
seorang perempuan sepanjang hidupnya, dimana semakin banyak jumlah siklus
menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula resiko perempuan terkena
Kanker Ovarium.1,4,7
f. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan resiko
terjadinya Kanker Ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontrasepsi, yaitu dengan resiko relatif 0,6. Penelitian ini juga
melaporkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan
resiko sampai 11%, sedangkan pemakaian pil kontrasepsi sampai lima tahun
menurunkan resiko sampai 50%. Penurunan resiko semakin nyata dengan semakin
lama pemakaiannya.4,7
g. Kerusakan Sel Epitel Ovarium (Incessant Ovulation)
Pada saat terjadi ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium.
Untuk proses perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila proses
ovulasi dan kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika sebelum
penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak
adekuat, maka proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga
dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menerangkan
tentang terjadinya penurunan kejadian Kanker Ovarium pada wanita yang hamil,
menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh karena selama hamil,
menyusui, dan menggunakan pil kontrasepsi tidak terjadi ovulasi. Terdapat
peningkatan kejadian Kanker Ovarium dengan odds ratio 2,7 dan 1,9 pada wanita
tidak pernah hamil dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak.3,4,5,7
h. Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs)
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan
seperti Follicle Stimulating Hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing

14
hormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi.
Menurut hipotesis Incessant Ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian
obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif terjadinya Kanker
Ovarium.4,7
i. Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (Menopausal
Hormon Therapy = MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan
resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau
lebih, resiko relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen
yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya resiko relatif menjadi 1,5. Oleh karena itu, MHT, khususnya
dengan estrogen saja, secara nyata meningkatkan resiko relatif terkena kanker
ovarium.4,7
j. Faktor Bahan-Bahan Industri
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk
(hydrous magnesium trisilicate) merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma
epitel ovarium.3,4,7
k. Faktor Paparan Radiasi
Adanya peningkatan resiko menderita Kanker Ovarium pada wanita yang
terpapar oleh radiasi, dengan resiko relatif sebesar 1,8.3,7
l. Faktor Ligasi Tuba dan Histerektomi
Tindakan ligasi tuba fallopii dalam rangka program keluarga berencana
dan juga tindakan histerektomi ternyata menurunkan resiko kejadian Kanker
Ovarium. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya
akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.3,5,7

2.7 Metastasis
Kanker Ovarium dapat menyebar dengan cara sebagai berikut :5
a. Penyebaran Transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya
sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan
peritoneum kavum abdomen mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan
peritoneum itu karena pengaruh gerakan pernafasan akan mengalir dari pelvis ke
fossa paracolica, terutama yang kanan, ke mesenterium dan ke hemidiafragma

15
kanan. Oleh karena itu, metastasis sering ditemukan di cavum douglasi, fossa
paracolica, hemidiafragma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus dan
mesenterium, serta omentum. Proses metastasis ini jarang menginvasi lumen usus,
tetapi secara cepat akan menyebabkan usus-usus saling melekat sehingga dapat
menimbulkan ileus obstruktif.5
b. Penyebaran Limfatik
Penyebaran Kanker Ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening
yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti
pembuluh darah di ligamentum infundibulopelvikum, sel-sel kanker dapat
menyebar mencapai KGB di sekitar aorta dan KGB interkavoaortik sampai
setinggi a/v renalis. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai
KGB di dinding panggul seperti KGB iliaca eksterna, KGB obturatoria, dan KGB
di sekitar pembuluh darah hipogastrika.5
c. Penyebaran Hematogen
Penyebaran hematogen Kanker Ovarium jarang terjadi. Bila terjadi,
penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar pada 2-3%
kasus. Penyebaran jauh biasanya terjadi pada penderita dengan asites yang
banyak, dan karsinomatosis peritoneal, telah ada metastasis di intra abdomen dan
KGB retroperitoneal.5
d. Transdiafragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus
diafragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel
tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel
tumor ganas pada cairan pleura merupakan salah satu kriteria menetapkan
penderita Kanker Ovarium berada di stadium IV.5

2.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada umumnya, Kanker Ovarium pada masa awal berkembang cenderung
tanpa gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Lebih
dari 70% penderita Kanker Ovarium ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut.

16
Sebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan (95%) dan keluhan-keluhan yang
timbul tidak spesifik seperti :3,9
1. Dispareunia
2. Dispepsia
3. Berat badan meningkat karena ada asites atau ada massa
4. Rasa penuh pada bagian perut atau kembung
5. Ketidaknyamanan atau nyeri pada panggul
6. Gangguan pencernaan, mual
7. Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti konstipasi
8. Perubahan kebiasaan berkemih, termasuk peningkatan frekuensi buang
air kecil
9. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
10. Peningkatan lingkar perut
11. Energi terasa berkurang/Lemas
12. Nyeri punggung bawah
13. Gangguan haid
14. Pembesaran kelenjar inguinal
b. Pemeriksaan Fisik
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada
pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior,
ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya
nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium
merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara. Hasil yang sering
didapatkan pada Kanker Ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada
petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan massa ovarium
adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung
kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan
tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi
dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan
pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah.3,9
Pada pemeriksaan fisik terkadang hasil yang ditemukan normal, tidak
tampak kelainan pada stadium awal dari Kanker Ovarium, namun dapat pula
ditemukan asites, efusi pleura, massa pada daerah abdominal atau pelvis dan juga
obstruksi saluran pencernaan. Sehingga untuk mempertegak diagnosis diperlukan
pemeriksaan penunjang lebih lanjut.1,9

17
Selain itu, terdapat juga massa tumor di pelvis. Bila terdapat bagian padat,
irreguler, dan terfiksir ke dinding panggul, perlu dicurigai keganasan. Bila di
bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir
dapat dipastikan. Saat diagnosis ditegakkan 95% Kanker Ovarium berdiameter
lebih dari 5cm. Bila tumor sebesar ini ditemukan di pelvis, evaluasi lanjut perlu
dilakukan untuk menyingkirkan keganasan, khususnya pada wanita usia di atas 40
tahun.2,4 Namun jika ditemukan massa kistik soliter yang berukuran antara 5-7cm
pada wanita usia reproduksi, kemungkinan merupakan suatu kista fungsional yang
dapat mengalami regresi spontan dalam 4-6 minggu kemudian.3,9
c. Pemeriksaan Penunjang
Penanda Kanker Ovarium pada umumnya adalah CA-125. Untuk Kanker
Ovarium jenis Sel Germinal Ovarium (Germ Cell) dapat dilakukan pemeriksaan
terhadap penanda tumor yaitu LDH, hCG, dan/atau AFP. Selain itu dapat pula
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya seperti :1,9
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Fungsi hati
3. Tes fungsi ginjal, serta biokimia darah lainnya perlu dilakukan
4. Pemeriksaan radiologik berupa foto polos paru-paru, untuk
mengevaluasi metastasis paru dan efusi pleura, serta foto polos
abdomen untuk mengevaluasi pelvik
5. Tes pencitraan seperti CT-scan, MRI, dan USG dapat memastikan
apakah terdapat massa panggul. USG dapat berguna menemukan
sebuah tumor ovarium dan melihat jika itu adalah massa padat (tumor)
atau kista berisi cairan. Melalui USG, pada keganasan akan
memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan
dapat ditemukan adanya asites. CT scan dapat menemukan pembesaran
kelenjar getah bening, tanda-tanda kanker menyebar ke hati atau organ
lain, atau tanda-tanda bahwa tumor ovarium mempengaruhi ginjal atau
kandung kemih.
6. Bila ada keluhan simptomatis, perlu dilakukan pielografi intravena
dan/atau barium enema untuk evaluasi kandung kemih dan perluasan
ke usus.

2.9 Penatalaksanaan
a. Pencegahan kanker Ovarium

18
1. Pemakaian Pil Pengontrol Kehamilan
Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral (pil
KB) untuk 3-5tahun diperkirakan mengurangi resiko terkena Kanker
Ovarium hingga 30-50% lebih rendah.4
2. Operasi Sterilisasi atau Histerectomy (pengangkatan rahim)
Operasi sterilisasi, berupa pengikatan saluran indung telur untuk
mencegah kehamilan, mengurangi 67% resiko terkena Kanker Ovarium.
Sementara untuk pengangkatan rahim, memang terbukti efektif untuk
mencegah kanker rahim.4
3. Diet
Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti
mengurangi resiko terkena Kanker Ovarium. Apalagi, jika anda membatasi
konsumsi daging dan makanan yang mengandung lemak jenuh.4
4. Olahraga
Para peneliti, membuktikan olahraga ringan hingga sedang, namun
dilakukan rutin (minimal 3 kali dalam seminggu dengan waktu olahraga
minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak
antioksidan dan mengurangi resiko kegemukan. Semua akibat baik dari
olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan, termasuk mencegah terkena
kanker.4
b. Penatalaksanaan Medis Kanker Ovarium
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat
differensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah
operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan
terapi adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau
whole abdominal radiation), imunoterapi/terapi biologi, dan terapi hormon.4
1. Penatalaksanaan Operatif Kanker Ovarium Stadium 1
Pengobatan utama untuk Kanker Ovarium stadium I adalah operasi
yang terdiri atas histerektomi totalis, salpingooforektomi bilateralis,
appendektomi, dan surgical staging. Surgical staging adalah suatu
tindakan bedah laparotomi eksplorasi yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi

19
daerah-daerah yang potensial akan dikenai perluasaan atau penyebaran
Kanker Ovarium. Temuan pada surgical staging akan menentukan stadium
penyakit dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.4
2. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Stadium Lanjut (II, III, IV)
Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan
penatalaksanaan kasus stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung
pada penyebaran metastasis dan keadaan umum penderita. Tindakan
operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya di omentum, usus,
dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau operasi sitoreduksi.
Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi adjuvant
untuk mencapai kesembuhan.4

a) Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan utama untuk Kanker Ovarium.
Banyaknya operasi yang dijalani tergantung dari perkembangan kanker itu
sendiri. Untuk wanita usia subur yang memiliki beberapa jenis tumor dan
kanker yang masih dalam tahap awal, dimungkinkan untuk mengobati
penyakit tanpa melepaskan kedua ovarium dan rahim.1
Pembedahan untuk Kanker Ovarium memiliki tujuan untuk
mengetahui tahapan kanker-Untuk melihat seberapa jauh kanker telah
menyebar dari ovarium. Biasanya ini berarti mengangkat rahim (operasi
ini disebut histerektomi), bersama dengan kedua ovarium dan tuba fallopi
(ini disebut salpingo-ooforektomi bilateral). Selain itu, omentum juga
diangkat (sebuah omentectomy). Omentum adalah lapisan jaringan lemak
yang menutupi isi perut, dan Kanker Ovarium kadang-kadang menyebar
ke jaringan ini. Beberapa kelenjar getah bening di panggul dan perut yang
dibiopsi (diambil untuk melihat apakah Kanker Ovarium sudah menyebar
ke daerah ini).1
Pada pembedahan bisa juga dilakukan Operasi sitoreduksi. Ada
dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :4
- Sitoreduksi Konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa
dilakukan, yaitu operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak

20
mungkin dengan menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau,
gunting, dan jarum jahit.

- Sitoreduksi Teknik Baru


Dengan teknik baru ini dapat dilakukan sitoreduksi dari massa
tumor yang berukuran beberapa milimeter sampai hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut argon beam coagulator,
cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), dan teknik laser.4
b) Kemoterapi
Kanker Ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan
operasi, kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak
boleh absen dalam prinsip terapi gabungan terhadap Kanker Ovarium,
lebih efektif untuk pasien yang sudah berhasil menjalani operasi
sitoreduksi.4
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk mengobati kanker.
Paling sering, kemoterapi adalah pengobatan sistemik-obat yang diberikan
dengan cara yang memungkinkan mereka untuk memasuki aliran darah
dan mencapai semua area tubuh. Kemoterapi sistemik dapat berguna untuk
kanker yang telah metastasis (menyebar). Selama ini, kemoterapi sistemik
menggunakan obat-obatan yang disuntikkan ke pembuluh darah (IV) atau
diberikan melalui mulut. Kemoterapi untuk Kanker Ovarium paling sering
adalah kombinasi dari 2 atau lebih obat, diberikan IV setiap 3 - 4 minggu.
Memberikan 2 atau lebih obat dalam kombinasi tampaknya lebih efektif
dalam pengobatan awal Kanker Ovarium daripada memberikan hanya satu
obat saja.1
Kanker Ovarium epitel sering menyusut atau bahkan tampaknya
hilang dengan kemoterapi, tetapi sel-sel kanker pada akhirnya mungkin
mulai tumbuh lagi. Jika kemoterapi pertama tampaknya bekerja dengan
baik dan kanker menghilang untuk sementara waktu, itu bisa diobati
dengan siklus tambahan kemoterapi yang sama yang digunakan pertama
kali. Dalam beberapa kasus, obat yang berbeda dapat digunakan. Beberapa
obat kemo yang membantu dalam mengobati kanker ovarium meliputi :1

21
- Albumin terikat Paclitaxel (Paclitaxel, Abraxane)
- Altretamine (Hexalen)
- Capecitabine (Xeloda)
- Cyclophosphamide (Cytoxan)
- Etoposide (VP-16)
- Gemcitabine (Gemzar)
- Ifosfamide (IFEX)
- Irinotecan (CPT-11, Camptosar)
- Liposomal Doxorubicin (Doksorubisin)
- Melphalan
- Pemetrexed (ALIMTA)
- Topotecan
- Vinorelbine (Navelbine)
Obat kemoterapi membunuh sel kanker, tetapi juga merusak
beberapa sel normal. Oleh karena itu, dokter akan berhati-hati dalam
penggunaan obat kemoterapi untuk menghindari atau meminimalkan efek
samping, yang tergantung pada jenis obat, jumlah yang diambil, dan
lamanya pengobatan. Efek samping yang umum sementara meliputi :1
- Mual dan muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Kehilangan rambut
- Tangan dan kaki ruam
- Sariawan
Kebanyakan efek samping menghilang setelah pengobatan
dihentikan. Rambut akan tumbuh kembali setelah perawatan berakhir,
meskipun mungkin terlihat berbeda. Beberapa obat kemoterapi dapat
memiliki efek jangka panjang atau bahkan sisi permanen. Sebagai contoh,
Cisplatin dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Cisplatin dan Taxanes
dapat menyebabkan kerusakan saraf/neuropati. Hal ini dapat menyebabkan
masalah dengan mati rasa, kesemutan, atau bahkan rasa sakit di tangan dan
kaki. Cisplatin juga dapat merusak saraf telinga, yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran/ototosik. Kemoterapi juga dapat menyebabkan
menopause dini dan infertilitas yang mungkin permanen.1
Pasien dengan kanker sel germinal sering harus diobati dengan
kombinasi kemoterapi. Kombinasi obat juga dapat digunakan jika kanker
tidak menanggapi pengobatan atau untuk mengobati kanker yang telah
berulang (kembali). Ini termasuk :1
 TIP : Paclitaxel (Taxol), Ifosfamide, dan Cisplatin
 VeIP : Vinblastine, Ifosfamide, dan Cisplatin
 VIP : Etoposid (VP-16), Ifosfamide, dan Cisplatin

22
c) Radioterapi
Pada Stadium III dan IV dilakukan debulking dilanjutkan dengan
kemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya
efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti
disgerminoma dan tumor sel granulosa.4
d) Terapi Hormon
Terapi hormon adalah penggunaan hormon atau obat Hormon-
Blocking untuk melawan kanker. Luteinizing Hormon Releasing Hormone
(LHRH) agonis, menghentikan produksi estrogen oleh ovarium. Obat ini
digunakan untuk menurunkan kadar estrogen pada wanita yang
premenopause. Contoh agonis LHRH termasuk Goserelin (Zoladex) dan
Leuprolide (Lupron). Obat ini disuntikkan setiap 1 sampai 3 bulan. Efek
samping bisa termasuk salah satu gejala menopause, seperti hot flashes
dan kekeringan vagina. Jika obat ini dipakai untuk waktu yang lama
(tahun), obat ini dapat melemahkan tulang (kadang-kadang menyebabkan
osteoporosis).1

2.10 Prognosis
Untuk semua jenis kanker ovariumyang diam bila bersama-sama, sekitar 3dari 4
wanita dengan kanker ovarium hidup selama setidaknya1 tahun setelah diagnosis.
Hampir setengah(46%) dari wanita dengan kanker ovarium yang masih hidup
setidaknya 5 tahun setelah diagnosis. Wanita didiagnosis ketika mereka lebih
muda dari lebih baik dariwanita yang lebih tua.1

a. Stadium I

Relative 5-Year
Stage Survival Rate

I 89%

IA 94%

IB 91%
IC 80%

23
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium stadium I memiliki prognosis
yang sangat baik. Saya pasien Tahap I dengan tumor kelas memiliki ketahanan
hidup 5 tahun lebih dari 90%, seperti yang dilakukan pasien dalam tahap IA dan
IB. Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada studi dari sejumlah
besar orang, tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam
hal apapun orang tertentu. Faktor-faktor lain mempengaruhi prognosis wanita,
termasuk kesehatannya secara umum, kelas kanker, dan seberapa baik kanker
merespon pengobatan.1
b. Stadium II

Relative 5-Year
Stage Survival Rate
II 66%
IIA 76%
IIB 67%
IIC 57%

Kebanyakan wanita didiagnosis dengan kanker ovarium Tahap II memiliki


tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 66%.1

c. Stadium III

Relative 5-Year
Stage Survival Rate
III 34%
IIIA 45%
IIIB 39%
IIIC 35%

Kebanyakan wanita didiagnosis dengan kanker ovarium Tahap III


memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 34%.1
d. Stadium IV

24
Kebanyakan wanita didiagnosis dengan kanker ovarium Tahap IV
memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 18%.1

Faktor Prognosis
Faktor-faktor yang memperbaiki prognosis termasuk derajat diferensiasi
rendah, stadium awal, tumor ganas potensi rendah, debulking optimal, dan usia
muda.1
Sementara itu faktor yang memperburuk prognosis termasuk karsinoma sel
jernih, jenis serosum, stadium lanjut, adanya asites, debulking yang tidak optimal,
derajat diferensiasi tinggi/buruk, dan usia tua.1

Faktor yang Mempengaruhi Prognosis Kanker Ovarium


Respon pengobatan terhadap Kanker Ovarium dapat dievaluasi dalam
hubungannya dengan faktor-faktor prognostik. Faktor-faktor prognostik tersebut
dikelompokkan sebagai berikut :5
1. Faktor Histopatologi
- Jenis histopatologi
Jenis histopatologi tumor sekarang dianggap mempengaruhi
prognosis suatu Kanker Ovarium. Dari beberapa penelitian diketahui
bahwa Kanker Ovarium jenis clear cell mempunyai prognosis yang
sangat buruk jika dibandingkan dengan Kanker Ovarium jenis yang lain.5
- Differensiasi Tumor
Differensiasi tumor ternyata juga mempengaruhi prognosis. Derajat
keganasan Kanker Ovarium mempunyai korelasi yang erat dengan derajat
differensiasi jaringan tumornya. Jika dibandingkan dengan
histopatologinya, derajat differensiasi suatu tumor sangat mempengaruhi
prognosisnya. Penderita Kanker Ovarium stadium II dengan derajat
differensiasi tumor baik, prognosisnya lebih baik daripada Kanker
Ovarium stadium I dengan derajat differensasi tumor buruk. Demikian
juga Kanker Ovarium stadium III dengan derajat difensiasi baik,
prognosisnya lebih baik dari Kanker Ovarium stadium II dengan derajat
differensiasi buruk.5
2. Faktor Biologi
Dengan pemeriksaan flow cytometri dapat diketahui bahwa Kanker
Ovarium umumnya aneuploid. Terdapat pula hubungan antara ploidi dan

25
stadium sebagai berikut : Kanker stadium rendah cenderung diploid,
sedangkan kanker stadium tinggi cenderung aneuploid. Kanker dengan
tumor diploid mempunyai median survival yang lebih panjang dari kanker
dengan tumor aneuploid.5
3. Faktor Klinis
Faktor-faktor klinis yang mempengaruhi prognosis Kanker
Ovarium adalah stadium, volume asites, besar tumor di luar ovarium
sebelum sitoreduksi, residu tumor setelah sitoreduksi, umur penderita,
tumor yang responsnya lambat terhadap kemoterapi, dan performance
status.5
- Stadium Penyakit
Stadium kanker ovarium didasarkan kepada stadium yang
ditetapkan oleh FIGO pada tahun 1987. Penentuan stadium ini didasarkan
kepada penemuan-penemuan waktu melakukan eksplorasi.5
- Residu Tumor
Volume residu merupakan faktor penting. Batasan residu tumor
yang optimal dan suboptimal bervariasi dari < 5mm - > 2cm.5

26

Anda mungkin juga menyukai