Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I

AMONIUM, NITRAT, NITRIT, N-TOTAL

Tanggal Praktikum :

04 April 2019

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Laurensius Marcell (082001700031)


2. Riana Mardliyah (082001700043)

Asisten Laboratorium :
Karen Lois

JURUSAN TEKNIK LINGKUGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI
LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi seluruh makhluk hidup.
Penggunaan air hampir meliputi setiap kegiatan dimuka bumi. Manusia
menggunakan air di sepanjang harinya baik untuk mencuci, mandi, makan, minum,
dan kegiatan industri. Untuk industri, air digunakan sebagai bahan baku produksi
dan juga untuk keperluan domestik. Seiring dengan perkembangan industri dan
perubahan gaya hidup masyarakat, sungai yang dulunya merupakan sumber air
baku yang baik mulai mengalami penurunan kualitas.

Pada saat ini di kota Jakarta banyak sungai yang sudah tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Kualitas air sungai saat ini sangat mengkhawatirkan. Hal
ini disebabkan kepadatan penduduk Jakarta yang berkembang pesat dikarenakan
urbanisasi dan faktor lainnya. Kaum urban sebagian besar merupakan penduduk
menengah kebawah yang akhirnya membangun sungai dibantaran sungai. Banyak
penduduk yang tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan sungai, seperti
perilaku buang air besar langsung di sungai dan membuang sampah disungai.
Dalam percobaan kali ini yang akan diamati beberapa parameter kandungan
material kimia yang terkandung dalam sampel air, meliputi kadar senyawa nitrogen
diantaranya amonium (NH4+), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan N-Total.

Senyawa nitrogen dalam air berada dalam bentuk garam-garam ammonium,


nitrit, nitrat dan senyawa organik. Dalam buku petunjuk praktikum ini akan
diuraikan penetapan senyawa nitrogen dalam bentuk : amonium (NH 4+), nitrit
(NO2-), nitrat (NO3-), dan N-Total dengan Kjeldahl.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengukur konsentrasi amonium dalam air dengan menggunakan
metode spektrofotometri,
2. Untuk mengukur konsentrasi nitrit dalam air dengan menggunakanmetode
spektrofotometri,
3. Untuk mengukur konsentrasi nitrat dalam air dengan menggunakanmetode
spektrofotometri,
4. Untuk mengukur konsentrasi N-total dalam air dengan menggunakan
metode kjeldahl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Penelitian


2.1.1 Amonium
Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air, ion
ammonium merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam
bentuk gas, ammonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam.
Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industry bahan kimia,
serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang terukur di perairan
berupa ammonia total (NH3 dan NH4-). Ammonia bebas tidak dapat terionisasi
(Effendi, 2003).
Adanya amoniak dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota budi
daya. Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum me,matikan ialah
rusaknya jaringan insang, dimana lempeng insang membengkak sehingga
fungsinya sebagai alat pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam
keadaan kronis biota budi daya tidak lagi hidup normal. Penyebab timbulnya
amonia dalam air tambak/kolam adalah sisa-sisa ganggang yang mati, sisa
pakan, dan kotoran biota budi daya sendiri (Sutrisno, 2006).
Konsentrasi ammonia yang tinggi pada pada permukaan air menyebabkan
kematian ikan pada perairan tersebut. Nilai ph sangat mempengaruhi apa jumlah
ammonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada kondisi ph rendah akan
beracun bila jumlah ammonia banyak, sedangkan pada ph tinggi hanya dengan
jumlah ammonia yang rendah sudah bersifat racun (Jenie dan Rahayu, 1993).
Keberadaan ammonia yang tinggi pada permukaan air menyebabkan
kematian ikan pada perairan. Sifat toksik ammonia di perairan tersebut sangat
dipengaruhi oleh nilai pH. Pada kondisi pH rendah,ammonia akan beracun bila
jumlahnya banyak, sedangkan pada pH tinggi ammonia yang kadarnya rendah
sudah bersifat racun. Ammonia merupakan salah satu zat beracun serta bahan
organik yang berbahaya. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya kandungan
oksigen terlarut dalam air. Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-
kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup
murni. Tapi kemurnian air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau
lebih. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-
51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
menyatakan bahwa baku mutu limbah cair ammonia bebas dikatakan normal
pada rentang 1–5 mg/L. Selain itu juga dijelaskan beberapa kadar maksimal
ammonia bebas dalam berbagai industri, seperti industri peyamakan kulit 10,0
mg/L, industri minyak sawit 20 mg/L, industri karet 10 mg/L, industri pupuk
urea 50 mg/L, industri karet lateks pekat 15 mg/L, industri karet bentuk kering
5 mg/L, dan industri kayu lapis 4 mg/L (MENLH, 1995).
Pengukuran kadar ammonia di dalam air dilakukan dengan alat
spektrofotometer. Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan
atom maupun molekul suatu senyawa kimia. Dengan mengetahui interaksi yang
terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-
sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan beberapa
peristiwa antara lain adalah: pemantulan, pembiasan/hamburan (scattering),
difraksi, penyerapan, (absorpsi), fluoresensi, fosforesensi dan emisi
(Hendayana, 1994).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari
spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer
filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik
atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang
lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar
tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang (λ)
adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah
kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang
adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang. (Dachriyanus, 2004)
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik
didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan
hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah
spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam
eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari
sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam
daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita
serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu
seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak
yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna
mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Day &
Underwood, 1986).
2.1.2 Nitrit
Pada perairan alami, nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit, kandungan nitrit akan lebih sedikit dari nitrat, hal ini dikarenakan nitrit
bersifat tidak stabil dengan keberdaan oksigen. Sumber utama ion nitrit dalam
air permukaan tak berpolutan adalah proses mineralisasi bahan organik dan
nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas.
Kandungan nitrit dalam permukaan tak berpolutan dan air tanah adalah sangat
rendah, pada umumnya kurang dari 0.01-0.02 mg L⁻1. Kadar nitrit pada
perairan relative kecil karena segra dioksidasi menjadi nitrat. Konsentrasi yang
sama biasanya ditemukan dalam air laut tak berpolutan. Konsentrasi nitrit yang
lebih tinggi dapat ditemukan dekat saluran air limbah dari berbagai macam
pabrik yang menggunakan garam nitrit (makanan, industri metalurgi dan
sebagainya). Nitrit lebih toksik daripada amonia atau nitrat. Nitrit dapat
mengkhawatirkan lingkungan karena ketoksikannya dalam air pabrik dan biota
karena mempengaruhi kesehatan manusia. Ion nitrit dapat berkombinasi
dengan haemoglobin menjadi sebuah bentuk methaemoglobin kompleks.
Kadar maksimun yang diperbolehkan untuk Nitrat dan Nitrit dibagi
menjadi 4 kelas air. Nitrat untuk Kelas 1 – 2 kadar maksimumnya 10 mg/l
sedangkan untuk kelas 3 – 4 kadar maksimumnya 20 mg/l. Nitrit untuk Kelas
1 – 3 kadar maksimumnya 0,06 mg/l sedangkan untuk kelas 4 tidak
dipersyaratkan. (PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air). Standar maksimum kandugan nitrogen-nitrat
dalam air minum adalah 10 mg/L atau 45 mg/L bila dinyatakan sebagai nitrat.
Konsentrasi nitrat-nitrogen yang berlebihan akan mencemari lingkungan dan
bila berada di perairan terbuka dapat menjadi salah satu penyebab eutrofikasi.
Nitrogen juga diperlukan oleh tanaman dan mikroorganisme (Suprihanto,
2005).
2.1.3 Nitrat
Senyawa nitrat biasanya digunakan oleh tanaman hijau untuk proses
fotosintesis. Sedangkan kaitan hal tersebut dengan pencemaran terhadap badan
air, nitrat pada konsentrasi tinggi bersama sama dengan fosfor akan
menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi berwarna
hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi. Nitrogen adalah unsur
utama protein, sehingga nitrat ( NO3 ) sebagai derivat Nitrogen juga sebagai
unsur penting dalam protein. Dalam hal ini nitrat sangat dibutuhkan untuk
sintesa protein hewan dan tumbuhan. Adapun sumber nitrat yang mencemari
badan air bermacam–macam, yaitu berasal dari industri bahan peledak, industri
pupuk, dll.
Nitrat biasanya dianalisa menggunakan tes air minum. Untuk kadar nitrat
dalam air alami maupun air olahan seringkali ditetapkan dengan teknik
kolorimetri. Telah disebutkan bahwa tes nitrat dipakai dalam analisa air minum,
sebab tes nitrat juga tes nitrit pada air buangan lebih sulit untuk dilakukan. Hal
ini disebabkan konsentrasi yang tinggi dari substansi penggganggu, seperti
Chlorida dan zat organik. Selain dipakai hanya untuk sampel air minum atau
air bersih, tes nitrat juga dipakai untuk analisa air buangan yang telah diolah.
Hasil analisa nitrat biasanya dinyatakan dalam miligram Nitrogen perliter.
Konsentrasi senyawa nitrat yang boleh ada dalam air minum adalah tidak
lebih dari 10 mg N / liter. Jika konsentrasi nitrat di atas 10 mgN/liter, maka akan
bersifat racun. Nitrat ini bersifat racun pada bayi hewan, termasuk juga manusia
yang dapat menyebabkan problem serius bahkan kematian. Asiditas yang
rendah dalam organ usus bayi mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat
yang mengubah nitrat menjadi nitrit, yang kemudian diabsorbsi ke dalam
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen sebab tubuh
menolak masukan oksigen, hasilnya tubuh akan berubah warna menjadi kebiru–
biruan. Keracunan nitrat ini disebut sebagai sindroma blue baby karena
perubahan warna tadi, ini merupakan istilah yang umum dipakai walaupun
istilah sebenarnya adalah methemoglobinemia. Jadi adanya nitrat pada air
minum walaupun dalam kadar normal tetap harus diwaspadai.
Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat
tumbuh dan berkembang, Keberadaan nitrat diperairan sangat dipengaruhi oleh
buangan yang dapat berasal dari industry, bahan peledak, pirotehnik dan
pemupukan. Secara alamiah kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat
dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah didaerah yang diberi pupuk
nitrat/nitrogen (Alaerts, 1987). Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai
senyawa mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan
daerah eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh
transportasi nitrat di daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh mikroorganisme
dan pengambilan nitrat untuk proses produktivitas primer (Grasshoff dalam
Hutagalung dan Dedy, 1994).
Menurut Lee et al, (1978) bahwa kisaran nitrat perairan berada antara 0,01-
0,7 mg/1, sedangkan menurut Effendi (2002) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada
perairan alami hamper tidak pernah lebih dari 0,1 mg/1, akan tetapi jika kadar
nitrat lebih besar 0,2 mg/1 akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang
selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat.
2.1.4 Metode Total Kjeldahl
Nitrogen total Kjeldahl adalah gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan
amonia pada air limbah. Nitrogen total juga merupakan penjumlahan dari
nitrogen anorganik yang berupa N-NO3 , N-NO2 , dan N-NH3 , yang bersifat larut
dan nitrogen organik yang berupa partikulat yang tidak larut dalam air (Effendi,
2003). Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk
organik dan oleh bakteri berubah menjadi Nitrogen amonia.
Sebagian besar nitrogen dalam tanah didapatkan dalam bentuk organik.
Dalam penetapan nitrogen total dengan metode Kjehdahl, nitrogen diubah
dalam bentuk amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang
mengandung katalis dan zat-zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan suhu
pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium ditetapkan dari jumlah
amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat. Bentuk-bentuk nitrogen
anorganik yang dapat ditemukan dalam tanah adalah bentuk amonium, nitrat
dan nitrit.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian penetapan kesadahan dan klorida mengambil tempat di
Laboratorium Lingkungan Universitas Trisakti pada tanggal 28 Maret 2019.
Dengan waktu pengambilan sampel di rentang waktu pukul 06.00-08.00 WIB di
Sungai Polsek Tanjung Duren (-6.1732957,106.7897715). Pada pengambilan air
sampel menggunakan metode survey, yakni penelitian langsung ke lokasi
dengan teknik secara in-situ dan penelitian ex-situ di laboratorium.

Gambar 3.1 Lokasi sampling


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Amonium
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran amonium dapat
dilihat pada table 3.1:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Amonium
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Spektrofotom λ = 640 1 Air Sampel 25 ml
-
eter nm
2. Kuvet 1 Larutan fenol 8 ml
Spektrofotom - -
eter
3. Gelas Kimia 250 ml 1 Larutan - 1 ml
nitroprusida
4. Gelas Ukur 100 ml 1 Larutan - 1 ml
pengoksidasi
5. Labu 250 ml 1
Erlenmayer
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
6. Alumunium 10 cm x 1
foil 10cm

3.2.2 Nitrit
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran nitrit dapat
dilihat pada table 3.2:
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Nitrit
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Spektrofotom λ = 543 1 Air Sampel 5 ml
-
eter nm
2. Kuvet 1 Larutan 1 ml
Spektrofotom - pereaksi azo -
eter
3. Gelas Kimia 250 ml 1 Larutan 1N -
NH4OH
4. Gelas Ukur 100 ml 1 Larutan HCl 1N -

5. Labu 250 ml 1
Erlenmayer
6. pH meter - 1

3.2.3 Nitrat
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran nitrat dapat
dilihat pada table 3.3:
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Nitrat
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Spektrofotom λ = 410 1 Air Sampel 5 ml
-
eter nm
2. Kuvet 1 Larutan fenol 1 ml
Spektrofotom - sulfat -
eter
3. Gelas Kimia 250 ml 1 Larutan - 35 ml
amonia
4. Gelas Ukur 100 ml 1 Air aquades - -

5. Labu 250 ml 1
Erlenmayer
6. Heater - 1
7. Labu ukur 25 ml 1
3.2.4 N-Total
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran N-Total
dapat dilihat pada table 3.4:
Tabel 3.4 Alat dan Bahan N-Total
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Kjeldahl 250 ml 1 Air Sampel - 50 ml
2. Heater 1 Larutan 10 ml
- -
pencerna
3. Gelas Ukur 100 ml 1 Air Aquades - -
4. Labu 250 ml 1 Batu didih - 3-4
Erlenmayer butir
5. Pipet Tetes - - ZnSO4 - 1 gram
6. Gelas Kimia 250 ml 1 Fenolftalein - 4 tetes
7. Labu didih 250 ml 1 NaOH - -
8. Alat destilasi - 1 Na2S2O3 - -
9. Buret 25 ml 1 H2SO4 0,02 N
10. Klem - 1 Larutan - 10 ml
penyangga
11. Statif - 1 Indikator - 3 tetes
campuran

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Sampling Air
Tabel 3.5 Cara Kerja Menyempling Air
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat sampling yaitu botol sampling
No. Cara Kerja Gambar
2. Turunkan botol sampling ke sungai sampai
menyentuh dasar sungai utuk menggukur
kedalam sungai.

3. Setelah itu tarik keatas botol sampling dan


buang air yang ada di dalam botol sampling
terlebih dahulu.

4. Turunkan botol sampling ke dalam sungai


dengan kedalaman 2/3 atau ½ dari
kedalaman sungai tersebut.

5. Tarik keatas botol sampling tersebut dan


gunakan air yang ada pada botol sampling
tersebut untuk membilas jerijen.

6. Setalah itu buang sisa air yang terdapat pada


botol sampling, dan turunkan lagi botol
sampling dengan kedalaman 2/3 atau ½ dari
kedalaman sungai utuk pengambilan
sampel air sungai.
No. Cara Kerja Gambar
7. Tarik keatas botol sampling tersebut
pindahkan air sampling dari botol sampling
ke dalam jerijen usahakan jerijen dalam
keadaan miring saat pemindahan air
sampel, isi jerijen sampai penuh lalu tutup
jerijen. Bawa jerijen yang berisi sampel air
ke laboratorium.

3.3.2 Amonium
Tabel 3.6 Cara Kerja Mengukur Amonium
No Cara Kerja Gambar
1. Ambil air sampel sebanyak 25 ml dan dimasukkan
kedalam labu erlenmayer.

2. Tambahkan 1 ml larutan fenol, 1ml lautan


nitroprusida, dan 2,5 ml larutan pengoksidasi.
Setelah semua dimasukkan dihomogenkan.
No Cara Kerja Gambar
3. Bungkus leher labu erlenmayer dengan
alumunium foil dan tunggu selama 1 jam.

4. Selanjutnya masukkan larutan yang berada di labu


erlenmayer ke dalam kuvet kemudian masukan ke
dalam alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 640 nm. Catat hasil nilai absorbansi
pada pembacaan spektrofotometer.

3.3.3 Nitrit
Tabel 3.7 Cara Kerja Mengukur Nitrit
No Cara Kerja Gambar
1. Cek air sampel menggunakan pH meter, apabila
nilai pH air dibawah 5 harus dinaikkan pHnya
menggunakan NH4OH 1N dan jika nilai pH diatas
9 harus diturunkan nilai pHnya menggunakan HCl
1N. Jika nilai pH air sudah di rentang 5-9 bisa
dilanjutkan ke proses selanjutnya.

2. Ambil 25 ml air sampel dan masukkan ke dalam


labu erlenmayer.
No Cara Kerja Gambar
3. Tambahkan 1 ml larutan pereaksi azo dan diamkan
selama 10 menit.

4. Selanjutnya masukkan larutan yang berada di labu


erlenmayer ke dalam kuvet kemudian masukan ke
dalam alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 534 nm. Catat hasil nilai absorbansi
pada pembacaan spektrofotometer.

3.3.4 Nitrat
Tabel 3.8 Cara Kerja Mengukur Nitrat
No Cara Kerja Gambar
1. Ambil air sampel sebanyak 25 ml dan dimasukkan
kedalam labu erlenmayer.
No Cara Kerja Gambar
2. Letakkan labu erlenmayer yang berisi air sampel
di atas heater, uapkan sampai kering.

3. Tambahkan 1 ml fenol sulfat dan bilas dengan


aquades secukupnya.

4. Pindahkan larutan yang berada di labu erlenmayer


ke dalam labu ukur 25 ml, lalu tambahkan air
aquades hingga larutan menyentuh garis tera.

5. Selanjutnya masukkan larutan yang berada di labu


ukur ke dalam kuvet kemudian masukan ke dalam
alat spektrofotometer dengan panjang gelombang
410 nm. Catat hasil nilai absorbansi pada
pembacaan spektrofotometer.
3.3.5 N-Total
Tabel 3.9 Cara Kerja Mengukur N-Total (Destruksi)
No Cara Kerja Gambar
1. Ambil air sampel sebanyak 25 ml dan dimasukkan
kjeldahl.

2. Tambahkan 10 ml larutan pencerna, 3-4 butir batu


didih, dan 1gram ZnSO4.

3. Letakkan kjeldahl di atas heater hingga gas SO2


hilang dan berwarna bening. Setelah itu dinginkan
dan lanjut ke tahap destilasi.
Tabel 3.10 Cara Kerja Mengukur N-Total (Destilasi)
No Cara Kerja Gambar
1. Hasil dari destruksi dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml dan tambahkan air aquades hingga
larutan menyentuh garis tera, lalu homogenkan.

2. Ambil 10 ml larutan yang berada di labu ukur


dan masukkan kedalam labu didih. Tambahkan
4 tetes fenolftalein, 3 butir batu didih, dan
tambahkan larutan NaOH serta Na2S2O3.

3. Untuk tampungan destilat meggunakan labu


erlenmayer, labu tersebut diberikan 10 ml
larutan penyangga dan 3 tetes indicator
campuran.
No Cara Kerja Gambar

4. Setelah labu didih dan tampungan destilat sudah


disiapkan, lakukan pemasangan ke alat destilasi.

Tabel 3.11 Cara Kerja Mengukur N-Total (Titrasi)


No Cara Kerja Gambar
1. Setelah sudah melalui tahap destilasi, ambil
tampungan destilat lalu lakukan titrasi dengan
H2SO4 0,02N hingga berwarna merah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Lokasi Pengambilan
Tabel 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel
No. Gambar Keterangan
1.  Lokasi: Jembatan sungai di
Sungai Polsek Tanjung
Duren
 Warna: Hitam
 Tutupan Awan : Mendung
 pH: 7,319
 DO: 8,14
 Kedalaman:1,8 m
 Kecepatan:0,058 m/s
 Lebar: 5,4 m

4.1.2 Amonium
Tabel 4.2 Hasil Spektrofotometer Amonium
No. Gambar Keterangan
1. Didapatkan nilai 1.59 Abs

2. Warna larutan berubah


menjadi kuning kecoklatan
setelah ditambahkan dengan
larutan pereaksi Nessler.
4.1.3 Nitrit
Tabel 4.3 Hasil Spektrofotometer Nitrit
No. Gambar Keterangan
1. Didapatkan nilai 0.218 Abs

2. Warna larutan berubah


menjadi merah muda setelah
diberikan larutan pewarna
azo.

4.1.4 Nitrat
Tabel 4.4 Hasil Spektrofotometer Nitrat
No. Gambar Keterangan
1. Didapatkan nilai 0.1 Abs

2. Warna larutan sudah sesuai


dengan warna larutan kurva
kalibrasi, maka tidak perlu
dilakukan pengenceran.
4.1.5 N-Total
Tabel 4.5 Hasil Spektrofotometer N-Total
No. Gambar Keterangan
1. Tahap destruksi

2. Tahap Destilasi

3. Tahap Titrasi

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Debit Sungai
Diketahui :
Jarak = 1 m Waktu = 735 detik
Kedalaman =1,8 m Lebar = 5,4 m
Rumus :
Q=VxA

Ditanya : Q?
Jawab :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
V = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
1𝑚
= 735 𝑠 = 0,0013 𝑚/𝑠

A = Kedalam x Lebar
= 1,8 m x 5,4 m = 9,72 m2
Q = 0,0013 m/s x 9,72 m2 = 0,012 m3/s
4.2.2 Perhitungan Amonium
Diketahui: konsentrasi Abs :
0 0
0,1 0,675
0,3 1,791
0,4 2,7331
0,5 2,875
0,6 3,266
a = 0,087 b = 5,482
r2 = 0,996 Y = 1,59
Rumus : Y = a + bX

Ditanya : X amonium?
Jawab :
y = a + bX
1,59 = 0,087 + 5,4804X
X = 0,2741 mg/L

Grafik 4.1 Kurva Kalibrasi Amonium

AMONIUM
3.5
3
2.5
2
Abs

1.5 Blanko
1
0.5 Sampel
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8

Kons
4.2.3 Nitrit
Diketahui : konsentrasi Abs
0 0
0,01 0,159
0,02 0,298
0,05 0,704
0,1 1,332
0,15 1,992
0,2 2,532

a = 0,0395 b = 12,7182
r2 = 0,9987 Y nitrit = 0,218
Rumus : Y = a + bX

Ditanya : X nitrit?
Jawab :
Y= a + bX
0,218 = 0,0395 + 12,7182X
X = 0,014 mg/L
Grafik 4.2 Kurva Kalibrasi Nitrit

NITRIT
3
2.5
2
Abs

1.5
Blanko
1
Sampel
0.5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Kons
4.2.4 Nitrat
Diketahui :
konsentrasi Abs
0 0
0,4 0,033
0,8 0,058
1,2 0,075
1,6 0,104
2,0 0,129
a = 0,004 b = 0,0625
r2 = 0,994 Ynitrat = 0,1
Rumus : Y = a + bX

Ditanya : X nitrat?
Jawab :
Y = a + bX
0,1 = 0,004 + 0,0625X
X = 1,536 mg/L
Grafik 4.3 Kurva Kalibrasi Nitrat

NITRAT
0.15

0.1
Abs

Blanko
0.05
Sampel
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kons
4.2.5 N-Total
Diketahui :
A = 0,5 ml Ar N = 14
B = 0,1 ml Vol. Sampel = 50 ml
N H2SO4 = 0,02N fp = 1
Rumus : 1000
Kadar N (mg/L) = (A-B) x N H2SO4 x Ar x ml sampel x fp

Ar
N% = V H2SO4 x N H2SO4 x ml sampel x fp x 100%

Ditanya : Kadar N?
Jawab :
1000
Kadar N = (0,5 - 0,1) x 0,02 N x 14 x x1
50

= 2,24 mg/L
0,5 𝑚𝑙 𝑥 0,02 𝑁 𝑥 14 𝑥 1
N% = x 100%
50 𝑚𝑙

= 0,28 mg/L

4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan in situ yang dilakukan dengan sampel air yang
berasal dari Sungai di seberang Polsek Tanjung Duren, didapatkan hasil pH
7.319; DO 8.14 mg/L; dan suhu air 26,1˚C. Derajat keasaaman (pH) sebesar
7.319 dikategorikan layak menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan
Dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Limbah Cair Di Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai air penunjang pertanian dan usaha
perkotaan karena pH yang dihasilkan tidak melibihi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Pada praktikum kali ini membahas tentang penetapan senyawa nitrogen.
Senyawa nitrogen tersebut terdiri dari amonium, nitrit, nitrat, dan N-total di
dalam sampel air. Penetapan amonium dilakukan dengan metode
spektrofotometer fenat. Penetapan nitrit dilakukan menggunakan metode
spektrofotometri dengan pereaksi asam sulfanilat. Penetapan nitrat dilakukan
menggunakan metode spektrofotometri dengan perekasi fenol sulfat. Dan
penetapan N-total dilakukan menggunakan metode Kjeldahl yang terdiri dari
tiga reaksi utama, yaitu: destruksi, destilat, dan titrasi.
Pada praktikum penentuan ammonium (NH4+) diperlukan larutan fenol,
larutan nitroprusida dan larutan pengoksida. Saat ketiga larutan tersebut
digabungkan dengan sampel air maka sampel air akan berwarna biru seulas
kemudian di diamkan selama 60 menit larutan akan berwarna biru pekat.
Pengamatan warna ini akan dihitung dengan alat sprektrofotometer.
Berdasarkan perhitungan alat spektrofotometer didapatkan hasil absorbansi
sebesa 1.59 Abs sehingga nilai konsentrasi yang di dapatkan sebesar 0.2741
mg/L. Grafik kalibrasi spektrofotometer amonium (NH4+) menunjukkan
hubungan konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus. Semakin besar
konsentrasi warna amonium pada sampel air, maka absorbansinya juga semakin
besar. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
Kep-51/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri kadar limbah amonia (NH3+) yang masih diperbolehkan adalah 5 mg/L,
sedangkan konsentrasi amonium yang didapat adalah 0.2741 mg/L. Maka, air
tersebut masih diperbolehkan untuk digunakan karena kadar amoniaknya masih
sangat rendah.
Pada praktikum penentuan nitrit diperlukan adanya pereaksi ozo. Pereaksi
ozo ini terbentuk pada pH 2 hingga 2.5 melalui reaksi kopling antara senyawa
sulfanilamid dan N-(1-naftil)-etilen diamin dihidroklorida. Pada campuran air
sampel dengan pereaksi ozo diamkan selama 10 menit kemudian ukur
menggunakan alat spektrofotometer. berdasarkan pengamatan yang dilakukan
dengan alat spektrofotometer didapatkan hasil absorbansi sebesar 0.218 Abs
sehingga konsentrasi yang didapat sebesar 0.014 mg/L. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air baku mutu nitrit bagi pengolahan air minum
secara konvensional adalah kurang dari 1 mg/L maka sungai ini belum tercemar
kandungan ion nitrit karena memiliki konsentrasi di jauh di bawah baku mutu.
Pada praktikum penentuan nitrat, hal yang dilakukan adalah memanaskan
sampel air di atas hot plate agar terdapat residu dalam labu erlenmeyer. Setelah
kering, tambahkan larutan fenol sulfat dan larutan amoniak pekat akan
menghasilkan warna kuning. Setelah itu, ukur warna pada sampel dengan alat
spektrofotometer. Hasil yang didapatkan adalah warna sampel berkonsentrasi
1.536 mg/L dan berabsorbansi 0.1 abs. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air baku mutu nitrat untuk perairan kelas III sebesar 20 mg/L
untuk kadar maksimal yang ditentukan. Maka, air sungai ini masih sangat kecil
tercemar oleh kandungan ion nitrat. Ion nitrat dapat menyebabkan terjadinya
eutrofikasi, tetapi pada sungai ini limbah nitrat kadarnya masih sedikit,
sehingga tidak menyebabkan eutrofikasi pada permukaan air sungai.
Pada prakitkum penentuan N-Total dilakukan dengan 3 tahapan diantaranya
destruksi, destilasi dan titrasi. Destruksi dilakukan untuk menghilangkan gas
SO2 agar menghasilkan senyawa amonium sulfat. Kemudian dilakukan
penambahan larutan NaOH-Na2S2O3 dan menghasilkan warna merah muda
seulas. Penambahan asam borat dan indikator campuran pada Erlenmeyer
digunakan untuk destilasi yang menghasilkan warna hijau hingga volumenya
mencapai 30 mL. Setelah itu, hasil dari destilasi dititrasi dengan larutan H2SO4
0.02 N menghasilkan warna ungu. Warna ungu ini menunjukkan titik akhir
titrasi dan volume yang dibutuhkan untuk menitrasi hasil destilasi adalah 0.5
mL. Maka, didapat kadar N dalam sampel air adalah sebesar 2.24 mg/L
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan Nitrogen dalam air ini adalah
sebagai berikut.
1. Nilai konsentrasi amonium dalam sampel air sebesar 0.2741 mg/L
menunjukkan bahwa kadar amonium tidak melebihi baku mutu berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
51/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
kadar limbah amonia (NH3+) yang masih diperbolehkan adalah 5 mg/L
2. Nilai konsentrasi nitrat adalah sebesar 1.536 mg/L sehingga air sungai ini
masih sangat kecil tercemar oleh kandungan ion nitrat.
3. Nilai konsentrasi Nitrit yang didapat sebesar 0.014 mg/L, tidak melebihi
nilai baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air baku
mutu nitrit bagi pengolahan air minum secara konvensional yaitu tidak lebih
dari 1 mg/L
4. Nilai N-total di perairan ini terbilang rendah karena kandungan ammonium,
nitrat, nitritnya juga rendah. N-total merupakan penjumlahan ketiga
parameter tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


Cetakan I. Padang: Andalas University Press. Hal. 39
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif: Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Dhaefi, Achmad.2016. Laporan Praktikum Amonia.
https://www.academia.edu/27775583/LAPORAN_PRAKTIKUM_AMMO
NIA (Diakses pada tanggal 8 April 2019).
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan
Lingkungan Perairan.Penerbit Kanisnus. Yogyakarta.
Hendayana, S., Kadarohmah, A., Sumarna, A. A., dan Supriatna, A. 1994. Kimia
Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. IKIP Semarang Press. Semarang.
Jenie., B, S, L,. Rahayu, W,P., 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Industri
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi Kedua. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
MenteriKesehatanRepublik Indonesia. 2010. KeputusanMenteriKesehatan
Republik Indonesia Nomor: 492/MENKES/SK/VII/2010 TentangSyarat-
SyaratdanPengawasanKualitas Air Minum.
Mudarisin, dengan Judul “Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai”-Studi Kasus
Sungai Cipinang Jakarta Timur (Jenjang Magister Program Studi Ilmu
Lingkungan Universitas Indonesia)
Nita, Bella. 2016. Laporan Amonia. Jakarta.
https://www.academia.edu/19659559/Amonia. (Diakses pada tanggal 8
April 2019).
PemerintahRepublik Indonesia. 2001. PeraturanPemerintahRepublik Indonesia
Nomor: 82/PP/2001 TentangPengelolaanKualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Sutrisno, C.T, dan Suciastuti, Eni. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
PT. Rineka Cipta. Cetakan Keenam.
Yogaswara, Gugi. 2011. Penentuan Konsentrasi Ammonia 𝑁𝐻3 dengan
Menggunakan Metode Indefenol Pada Udara di Toilet Fakultas Teknologi
Pertanian. Diakses dari

Anda mungkin juga menyukai