File PDF
File PDF
Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala berkat kasih karunia Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang
berjudul “Pengaruh Intervensi “MaSa INDAH” dalam Pelayanan dan Asuhan
Keperawatan Komunitas Terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Aggregate Lansia di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok”. Karya Ilmiah Akhir ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam memberikan masukan, bimbingan, semangat serta dukungan yang sangat
besar dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada :
Semoga seluruh kebaikan serta dukungan yang diberikan mendapatkan berkat dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ini, maka kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi karya ilmiah
akhir ini sangat penulis hargai agar dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
vi
MaSa INDAH merupakan bentuk intervensi keperawatan komunitas untuk menurunkan tingkat
depresi pada lansia. Penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh intervensi “MaSa
INDAH” dalam pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas terhadap penurunan tingkat depresi
lansia. Hasil menunjukkan terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia sebesar 31,58% dengan
peningkatan pengetahuan 25,01 %; sikap 35 %; keterampilan lansia melakukan intervensi ”MaSa
INDAH” dengan presentasi paling besar yaitu meningkatkan harga diri positif sebesar 52,9%.
Kesimpulan peningkatan harga diri lansia dapat menurunkan tingkat depresi. Direkomendasikan
pengambil keputusan program kesehatan lansia meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan yang melibatkan lansia sebagai bentuk penghargaan, agar lansia tetap sehat dan bahagia.
ABSTRACT
Agnes Dewi Astuti
Specialist Community Nursing, Faculty of Nursing, University Indonesia
Effect of Intervention "MaSa INDAH" in the Services and Community Nursing Care to Decreased
Elderly’s Depression Level in Curug Sub Distric, Cimanggis, Depok
MaSA INDAH is a form of community nursing intervention to decrease the level of depression in
the elderly. The aims of this paper was to provide an overview of the effect of the intervention
"MaSa INDAH" in the community nursing service and to decrease the level of depression. The
results showed that there was a decrease in the level of depression in the elderly by 31.58% with
an increase knowledge of 25.01%; attitudes 35%; the skills of the elderly in giving “MaSa
INDAH” intervention was the greatest presentation of improving positive self-esteem by 52.9%.
Conclusion improved positive self-esteem in the elderly has been decreased the level of
depression. The decision makers is recommended to improve community empowerment through
activities involving the elderly as a form of appreciation, so that the elderly remain healthy and
happy.
viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 12
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 12
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 12
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................... 13
1.3.1 Pengelola Program Kesehatan .................................................... 13
1.3.2 Kader Kesehatan ........................................................................ 13
1.3.3 Masyarakat, Keluarga dan Lansia ............................................... 14
1.3.4 Pengembangan Ilmu Keperawatan .............................................. 14
ix
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan .............................................................. 145
5.1.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Kesehatan ...................... 145
5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas ............................................. 148
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................ 153
5.2 Keterbatasan .............................................................................................. 155
5.3 Implikasi keperawatan ............................................................................... 155
5.3.1 Implikasi Pelayanan Keperawatan Komunitas ........................ 155
5.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan ........................................... 156
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Halaman
xii
Halaman
xiii
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat dari penerapan model
asuhan keperawatan pada komunitas dan keluarga lansia dengan depresi di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Jawa Barat.
Lansia mengalami suatu proses dalam kehidupan yang alami dan pasti akan
dihadapi oleh setiap manusia dan tidak dapat dihindari yaitu penuaan. Perubahan
yang terjadi pada proses penuaan ditandai dengan hilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan organ tubuh memperbaiki diri dan bersifat irreversibel.
Perubahan yang terjadi yaitu pada aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan sosial
(Miller, 2012).
1 Universitas Indonesia
Perubahan psikologis, sosial dan ekonomi juga dapat dialami oleh lansia terutama
yang memasuki masa pensiun atau penurunan peran dalam masyarakat (Stanhope
& Lancaster, 2010; Miller, 2012). Demikian pula dengan lansia yang mengalami
proses kehilangan pasangan hidup atau orang-orang yang dicintainya, ia akan
merasakan kesedihan dan kesepian (Stanhope & Lancaster, 2010; Friedman,
Bowden & Jones, 2010). Penurunan produktivitas dan ekonomi lansia berdampak
pada penurunan pendapatan, sehingga lansia mengalami pemenuhan nutrisi yang
kurang baik, terjadinya penelantaran, hingga kondisi sulitnya mendapatkan
pelayanan kesehatan. (Stanhope & Lancaster, 2010; Miller, 2012). Kondisi
tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan pada lansia yaitu depresi.
Depresi merupakan salah satu gangguan mental emosional yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya (Sadock & Sadock, 2010). Kurangnya motivasi dan gangguan dalam alam
perasaan menyebabkan penurunan semangat hidup, sehingga jika depresi terjadi
pada kondisi lansia yang sudah mengalami penurunan kesehatan, maka akan
memperberat kondisi kesehatannnya.
Menurut ahli, faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia adalah karena
hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang tertentu, dan
kontak sosial yang kurang (Reker, 1997 dalam Miller, 2012). Faktor lain yang
berkontribusi dalam munculnya masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia;
jenis kelamin, kurangnya peran sosial dan rendahnya status sosial ekonomi;
pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil; stres sosial yang berulang
termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan sosial yang tidak
adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial misalnya
ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor (Miller, 2012; Cole & Dendukuri, 2003).
Depresi diawali dengan gejala ringan seperti merasa sedih, kurang bersemangat
dan malas beraktifitas. Manifestasi depresi akan meningkat ke depresi sedang dan
Universitas Indonesia
berat, jika lansia tidak memiliki koping yang adekuat. Kondisi tersebut membuat
lansia atau aggregate (kelompok khusus) lansia menjadi bagian dalam populasi
rentan meliputi rentan secara fisiologis yaitu berupa proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, sehingga masalah
kesehatan lansia banyak yang bersifat kronik; rentan secara psikologis yaitu lansia
akan dihadapkan oleh berbagai peristiwa dan kejadian kehidupan yang
mengakibatkan perubahan-perubahan yang berpotensi menimbulkan stres; rentan
secara sosial yaitu stres sosial dapat disebabkan oleh diskriminan baik ras, budaya,
atau yang lainnya; dan rentan secara ekonomi yaitu lansia mengalami keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya (Miller, 2012; Swanson & Nies, 1993;
Stanhope & Lancaster, 2010; Ruof, 2004).
Angka kejadian depresi pada lansia semakin meningkat. Kejadian depresi secara
klinis pada lansia di dunia cukup signifikan yaitu 8-16%. Menurut Back dalam
Tamber & Kookasiani (2009), prevalensi depresi pada lansia yang menjalani
perawatan di institusi seperti rumah sakit dan panti perawatan adalah sebesar 50-
75%. Sedangkan di komunitas, prevalensi depresi yang dialami oleh lansia adalah
1-35% (Frazer, Christense & Griffith, 2005). Di Indonesia dilaporkan bahwa 74%
lansia berusia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,
hipertensi, stroke, rematik, asma dan jantung. Angka tersebut mengindikasikan
bahwa ada kemungkinan sebanyak 74% lansia di Indonesia akan berisiko
mengalami depresi, karena kondisi lansia dengan proses penuaan disertai penyakit
kronik akan berdampak pada ekspresi putus asa pada keadaan dan tidak memiliki
harapan kesembuhan.
Universitas Indonesia
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia adalah sebesar 6%. Jawa
Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gangguan mental
emosional yang lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 9,3%
(Kemenkes RI, 2013a). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa depresi bukan
merupakan masalah yang berisiko akan terjadi dalam masyarakat, namun sudah
memang menjadi masalah kesehatan yang aktual dan perlu diperhatikan.
Pentingnya masalah depresi pada lansia didasarkan pula dari fenomena yang
ditemukan di lapangan. Hasil survei di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis,
Depok, Jawa Barat pada bulan September-Oktober 2013 dengan menggunakan
kuesioner depresi yaitu GDS (Geriatric Depression Scale) ditemukan 38 lansia
yang ada di masyarakat mengalami depresi, dimana 12 lansia (31,5%) dengan
risiko depresi dan 16 lansia (42,1%) mengalami depresi ringan dan 10 lansia
(26,3%) mengalami depresi sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa prevelensi
lansia yang mengalami depresi di Kelurahan Curug (risiko depresi, ringan hingga
sedang) adalah 7,5 % atau lebih tinggi dari prevalensi nasional maupun provinsi
(Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK-UI, 2013).
Universitas Indonesia
Dukungan bagi kesehatan lansia depresi masih kurang optimal dan sering
diabaikan. Banyak keluarga yang masih belum mengetahui perawatan bagi lansia
depresi di rumah, sehingga dapat memperburuk kondisi lansia dan akhirnya akan
menambah beban bagi keluarga yang merawatnya. Selain itu, dukungan dari
masyarakat yang masih kurang memperhatikan kondisi psikososial lansia dalam
kegiatan bermasyarakat serta persepsi keluarga dan masyarakat yang masih
kurang tepat tentang depresi pada lansia dengan menyatakan bahwa kesedihan di
masa tua adalah hal yang biasa dan tidak perlu dipersoalkan. Hasil pengamatan
pada kegiatan posbindu, lansia hanya mendapatkan pelayanan kesehatan minimal
berupa pengukuran tekanan darah dana belum adanya kegiatan lansia sebagai
upaya promotif dan preventif khususnya untuk masalah depresi.
Masalah kesehatan depresi pada lansia sering diabaikan bukan hanya oleh
masyarakat, namun juga oleh tenaga kesehatan. Menurut Conner (2010), persepsi
negatif terhadap masalah lansia depresi dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
dan perhatian dalam memperoleh dan memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal bagi lansia depresi. Sejumlah faktor yang menyebabkan keadaan ini
adalah karena adanya fakta bahwa lansia mengalami kondisi gangguan fisik saja,
sehingga depresi menjadi tersamarkan. Selain itu, isolasi sosial, sikap orang tua,
penyangkalan, pengabaian terhadap proses penuaan normal menyebabkan tidak
terdeteksi dan tidak tertanganinya depresi pada lansia (Love, 1991 dalam Stanley
& Beare, 2007).
Lansia yang mengalami kesedihan hingga depresi dan tidak segera ditangani
dengan baik akan berdampak negatif bagi kondisi kesehatan lansia. Kondisi
depresi dapat memperpendek harapan hidup dan memperburuk kemunduran fisik
lansia. Dampak terbesar sering terjadi pada penurunan kepuasan dan kualitas
hidup lansia serta menghambat pemenuhan tugas perkembangan lansia (Stanley,
& Beare, 2007; Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Depresi juga akan menguras
habis emosi dan finansial lansia dan keluarga lansia serta sistem pendukung sosial
informal dan formal yang dimilikinya. Akhirnya, angka bunuh diri yang tinggi
menjadi konsekuensi yang serius dari kondisi depresi tersebut (Stanley & Beare,
Universitas Indonesia
Kualitas hidup lansia dapat dicapai dengan kondisi peningkatan kesehatan fisik
dan mental lansia dalam mewujudkan proses menua secara aktif dan sehat bagi
lansia. Dukungan, bantuan dan perlindungan lansia diperlukan diberbagai bidang
seperti kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam menggunakan
fasilitas, sarana dan prasarana umum serta pelayanan dengan memperhatikan
kemauan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010). Dukungan tersebut dapat diberikan oleh pemerintah,
masyarakat, keluarga dan petugas atau pemberi pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
menggunakan biaya yang efektif (Allender, Rector, & Warner, 2014; Stuart &
Laraia, 2005). Tindakan keperawatan diharapkan bertujuan untuk mencegah atau
menurunkan tanda dan gejala depresi melalui penguatan sumber koping dan
kemampuan personal lansia serta dukungan sosial dari keluarga maupun
masyarakat Perawat juga berperan sebagai edukator, advokator, kolaborator,
leadership, dan peneliti (Allender, Rector, & Warner, 2014).
Universitas Indonesia
perawat bekerja sama dengan komunitas (komunitas sebagai rekan kerja) dalam
mencapai tujuan intervensi keperawatan kesehatan komunitas yang berfokus pada
upaya pencegahan primer. Intervensi keperawatan yaitu dengan
mempertimbangkan kondisi lansia dengan masalah depresi.
Lansia dengan kondisi penuaannya dan mengalami depresi merupakan salah satu
bentuk stress, sehingga lansia berada pada kondisi risiko terhadap masalah
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori konsekuensi fungsional yang menyatakan
bahwa perubahan yang berkaitan dengan usia dapat mempengaruhi kualitas hidup
(Miller, 2012). Respon konsekuensi fungsional baik secara positif maupun negatif,
tergantung dari faktor-faktor risiko serta koping yang dilakukan dalam mengatasi
masalahnya. Konsekuensi fungsional negatif terjadi bila tidak dapat
memkompensasikan perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis,
sedangkan konsekuensi fungsional positif terjadi bila lansia dapat
memkompensasikan perubahan yang terjadi dengan koping yang baik.
Salah satu sumber koping yang dapat digunakan oleh lansia adalah dari keluarga.
Sebuah keluarga terdiri dari beberapa anggota keluarga yang saling berinteraksi,
sehingga dapat memberikan dukungan yang mempengaruhi kesehatan seseorang
(Pender, 2002). Dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga (dukungan
keluarga) adalah suatu sistem pendukung keluarga bagi anggota keluarganya yang
mengalami situasi stres, sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis (Taylor, 2006). Hal ini sesuai dengan model proses keperawatan
keluarga menurut Friedman yaitu Family Centered Nursing yang menyatakan
bahwa perawat mengonseptualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan yang
memiliki kekuatan dalam memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, serta menjadi sumber kekuatan dalam intervensi
asuhan keperawatan (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Salah satunya untuk
pengelolaan asuhan keperawatan keluarga lansia dengan risiko depresi.
Universitas Indonesia
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan
dan dapat dilakukan oleh perawat dalam menangani masalah lansia dengan
depresi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa 70% dari lansia di atas 60 tahun
mengalami ketergantungan dengan orang lain. Banyaknya lansia yang depresi
merasa tidak bahagia, karena bergantung pada orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sebagai akibat dari penurunan kesehatan fisik dan mental
(Palestin, 2006). Aktivitas pekerjaan dan rekreasi sangat membantu dalam
meningkatkan kondisi fisik lansia, menurunkan emosi dan tekanan serta
berdampak pada antidepresan. Aktifitas yang dapat dilakukan adalah seperti
jogging, berjalan, berenang, bersepeda dan berolahraga (Trivedi, 2006). Aktivitas
kegiatan lansia dapat dilakukan secara rutin di dalam rumah bersama-sama
keluarga seperti kegiatan yang membersihkan rumah, memasak berbagai menu
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia.
Kegiatan di luar rumah juga dapat membantu lansia mengatasi depresi. Perawat
dapat membantu lansia dengan meningkatkan kemampuan sosial lansia melalui
identifikasi perilaku interaksi sosial dan kemampuan sosial yang positif lansia
serta mencoba melakukan kemampuan sosialnya. Faktor sosial dapat memberikan
Universitas Indonesia
pengalaman yang positif pada kondisi depresi, meningkatkan harga diri dan
kepuasan diri karena adanya dukungan sosial dan penerimaan pribadi (Cutler,
2005). Hasil penelitian yang dipresentasikan pada konferensi dari British Nutrition
Foundation (2008) juga menyatakan bahwa individu dengan aktifitas fisik yang
rendah memiliki risiko depresi dua kali dibanding individu yang memiliki
aktivitas teratur (David, 2008), sehingga lansia diharapkan dapat melakukan
aktivitas secara teratur di rumah maupun di masyarakat. Hal ini sangat penting
bagi lansia dengan proses penuaan, sehingga lansia bisa menerima kondisinya
dengan baik.
Proses penerimaan diri pada lansia yaitu kondisi lansia dapat menerima dirinya
dengan segala kekurangannya untuk dapat tetap merasa bahagia, hal ini
didasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita
perimenopuase. Berdasarkan perubahan tersebut, diharapkan perawat dapat
berperan membantu lansia untuk mampu menerima proses penuaan secara baik,
karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan lansia bisa merasa tetap berguna
di masa tuanya adalah kemampuan lansia dalam menyesuaikan diri dan menerima
segala perubahan dan kemunduran yang dialaminya (Miller, 2012).
Kemampuan lansia dalam penerimaan diri penting dalam meningkatkan harga diri
lansia. Peningkatan harga diri lansia diidentifikasikan juga secara verbal dan non
verbal yang menunjukkan nilai-nilai positif dan penerimaan diri lansia. Hal
tersebut dapat dilihat dalam partisipasi aktif lansia pada terapi kelompok,
kemampuan meditasi dan relakasasi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam diri lansia untuk menghadapi ketegangan hidup sehari-hari dan
mendukung gaya hidup yang sehat (Copel, 2007).
Proses penerimaan kondisi lansia juga dilihat dari kemampuan lansia untuk
mengenal masalah depresinya. Kemampuan lansia tersebut adalah kesadaran akan
diri sendiri. Kesadaran diri merupakan proses mengembangkan pemahaman
tentang perasaan yang dapat menggunakan kemampuan lansia. Ketika lansia
Universitas Indonesia
memahami dan memadukan individu, maka lansia akan belajar memperbaiki diri,
berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga diri yang tinggi. Harga diri
berhubungan dengan afek lansia. Jika lansia dengan harga diri tinggi, maka akan
menurunkan tingkat depresi (MacInnes, 2006).
Pendekatan perawat dalam pencapaian kesehatan lansia bukan hanya kondisi fisik,
namun juga membantu lansia dalam memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungan dengan Tuhan atau agama yang dianutnya karena agama dan
kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan lansia yang disebut dalam
kebutuhan spiritual (Maslow, 1980 dalam Keliat, 2011). Spiritual adalah suatu
aktivitas untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berhubungan dengan kegiatan
spiritual keagamaan (Keliat, 2011). Aktivitas-aktivitas spiritual akan memberikan
nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan, harapan dan rasa
harga dirinya dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari,
lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya, menurunkan gejala depresi dan
kecemasan akan kematian serta meningkatkan kesehatan mental lansia
(Kemensos, 2008; Bjorklop, 2013; Hill, 2006; Meisenhelder, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian tentang intervensi yang dapat diberikan bagi lansia
dengan depresi, maka penulis memadukan beberapa intervensi keperawatan ke
dalam sebuah program yang bernama “MaSa INDAH” yaitu MAri berSAma
melakukan “I “adalah ikut dalam kegiatan keluarga dan masyarakat, “N” adalah
meNerima kondisi penuaan dengan tulus dan ikhlas, “D” adalah doa dan diskusi
bersama orang lain, “A” adalah atasi segala macam stres dengan baik, dan “H”
adalah harga diri yang tinggi. Program ini diharapkan lansia akan merasakan
masa-masa tua dengan indah tanpa ada kesedihan dan merasakan kebermaknaan
hidup bersama orang lain disekitarnya. Kegiatan dilakukan dalam intervensi untuk
petugas kesehatan dan kelompok di masyarakat yaitu kelompok pendukung MaSa
INDAH dan kelompok lansia depresi, serta intervensi individu dalam keluarga.
Selain itu lansia juga dikenalkan dengan kartu tilik diri (KTD) yang membantu
lansia dalam menilai perasaanya. Lansia dapat berusaha belajar untuk menurunkan
kondisi depresi atau kesedihan yang dirasakannya dengan cara yang baik dan
Universitas Indonesia
efektif dengan adanya panduan dalam membantu diri sendiri, sehingga dapat
meningkatakan kebahagiaan lansia dengan depresi (Songprakum, Wallapa &
McCann, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang tinjauan teroritis yang menjadi sumber referensi atau
landasan dalam menulis karya ilmuah akhir yaitu lanjut usia sebagai populasi
rentan, konsekuensi fungsional, lansia dengan depresi, dan keperawatan
komunitas yang mencakup manajemen pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga sebagai integrasi model Community as
Partner, Family Centered Nursing pada aggregat lansia dengan depresi.
15 Universitas Indonesia
Lansia mengalami proses menua atau aging. Proses menua yaitu terjadinya suatu
proses perubahan fisiologis sebagai konsekuensi fungsional berupa proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita,
sehingga masalah kesehatan pada lansia banyak yang bersifat kronik yang
berhubungan dengan genetik dan gaya hidup (Miller, 2012; Stanhope &
Lancaster, 2010).
Universitas Indonesia
Peristiwa kehidupan yang terjadi pada lansia antara lain peristiwa kehilangan
pasangan hidup atau orang yang dicintai; kehilangan pekerjaaan atau masa
pensiun yang berdampak pada berkurangnya pendapatan, identitas dan peran;
gangguan dalam kesehatan atau akibat menderita penyakit kronik; maupun
persepsi atau pendapat negatif tentang lansia. Peristiwa tersebut menimbulkan
reaksi tubuh lansia terhadap stres dan berdampak pada fungsi psikologis yang
berhubungan dengan koping individu misalnya menjadi menolak kondisi saat ini,
menjadi pendiam, pemarah, pemurung, pencemas sampai kondisi depresi (Miller,
2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Marjinalisasi merupakan pencabutan hak, ini mengacu pada perasaan terpisah dari
masyarakat dimana tidak memiliki hubungan emosional dengan kelompok
tertentu atau dengan tatanan sosial yang lebih besar, seperti kelompok orang
miskin, tunawisma dan imigran yang pada dasarnya terlihat oleh masyarakat
secara keseluruhan dan dilupakan dalam perencanaan kesehatan dan sosial. Hal
ini menunjukkan bahwa populasi rentan tidak memiliki dukungan sosial yang
diperlukan untuk mengelola hidup sehat secara emosional dan fisik, sehingga
rawan terhadap keterlantaran.
Universitas Indonesia
Lansia yang mengalami depresi adalah salah satu bentuk konsekuensi fungsional
negatif yaitu apabila lansia tidak dapat memkompensasikan perubahan yang
terjadi akibat proses penuaan, baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan lansia
berupa ekonomi yang kurang, ketidakmampuan bergerak, kurangnya dukungan
sosial, dan kesalahpahaman tentang penuaan. Hal tersebut perlu diperhatikan
untuk mencapai konsekuensi fungsional positif, terutama bagi lansia dengan
depresi.
Universitas Indonesia
pada orang-orang yang menyesali cara mereka dalam menjalani hidup atau
bagaimana kehidupan mereka telah berubah (Shaffer, 2005)
Teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontal sosial yang kurang (Reker, 1997 dalam Miller, 2012). Faktor
yang berkontribusi dalam munculnya masalah depresi pada lansia adalah
meliputi: usia; kurangnya peran sosial dan rendahnya status sosial ekonomi;
pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil; stres sosial yang berulang
termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan sosial yang tidak
adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial misalnya
ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gejala umum yang terjadi pada lansia depresi (Miller, 2012; Stuart & Sundeen,
2009; Carson, 2010; Townsend, 2009, Keliat, 2011; Kemenkes RI, 2012)
meliputi :
a. Gejala fisik berupa: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu
sedikit), menurunnya tingkat aktifitas, efisiensi kerja, produktifitas kerja dan
mudah merasa letih atau sakit.
b. Gejala psikis berupa: kehilangan kepercayaan diri, sering memandang
peristiwa netral dipandang dari sudut pandang yang berbeda, bahkan disalah
artikan akibatnya sehingga lansia mudah tersinggung, mudah marah, perasa,
curiga, mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri, merasa dirinya tidak
berguna, selalu gagal, merasa bersalah, merasa kehidupan ini sebagai
hukuman, memiliki perasaan terbebani, dan menyalahkan orang lain.
c. Gejala Sosial berupa: adanya masalah interaksi sosial, konflik, minder, malu,
cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal, merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan
secara aktif menjalani hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Tanda dan gejala depresi setiap lansia bervariasi. Penilaian tingkat depresi dapat
diidentifikasi dengan penilaian menggunakan alat ukur yang tepat. Penilaian
dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat, sehingga dapat menentukan
intervensi yang tepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mereka, sehingga mereka dapat hidup sepenuhnya dengan fungsi sosial dan
physiologis yang tinggi. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki
kesempatan dalam memfasilitasi kelompok dalam meningkatkan perawatan
therapeutik bagi lansia dengan masalah depresi (Pistrang, 2008)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Menurut Miller (2012) tindakan keperawatan yang juga dapat dilakukan pada
lansia dengan depresi antara lain:
1) Promosi kesehatan dalam latihan dan intervensi nutrisi
Penelitian yang dilakukan oleh Blazer (2003) menyatakan bahwa latihan fisik
dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. Jika lansia memhami pentingnya
latihan fisik untuk kesehatan fisik dan mentalnya, maka lansia akan merasakan
manfaat langsung dari program latihan tersebut. Demikian pula dengan nutrisi
yang merupakan suatu hal yang penting dalam mencegah dan menurunkan depresi
karena status nutrisi merupakan efek dari depresi dan dapat menjadi konsekuensi
negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah merupakan efek positif dari
kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi terjadi, lansia cenderung
mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami gangguan pencernaan.
2) Pelaksanan konseling
Perawat berperan dalam memberikan konseling dan dukungan emosional untuk
lansia dan pada situasi yang sama, lansia berpartisipasi dalam terapi psikososial.
Konseling didefinisikan proses yang menggunakan bantuan secara interaktif yang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan pasien dan menggambarkan
dukungan koping, proses pemecahan masalah dan hubungan interpersonal (Iowa
Universitas Indonesia
Intervention Project, 2000 dalam Miller, 2012) dapat efektif untuk menurunkan
depresi.
Kegiatan intervensi yang lain dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah
depresi pada lansia meliputi: meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi
dalam mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan
perhatian; meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan;
penyediaan informasi yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia
dalam mengidentifikasi kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia (Piven &
Buckwalter, 2001 dalam Miller, 2012). Dukungan emosional didefinisikan
sebagai dukungan dalam mencari sumber, penerimaan dan dukungan selama
mengalami stres (Iowa Intervention Project, 2000 dalam Miller, 2012).
Terapi yang juga dapat diberikan kepada lansia yang mengalami depresi (Miller,
2012) antara lain: terapi perilaku (misalnya pemecahan masalah, praktik asertif
dan pengaturan jadwal kegiatan harian); terapi kognitif (misalnya rekonstruksi
kecemasan); terapi interpersonal (misalnya dengan modifikasi hubungan atau
ekspektasi tentang hubungan); terapi dukungan (misalnya evaluasi kekuatan dan
kelemahan individu serta memfasilitasi dalam memilih untuk dapat meningkatkan
kemampuan koping).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kesabaran, akal dan pandangan yang jangka panjang dari semua lapisan
masyarakat.
Universitas Indonesia
Berdasarkan teori yang telah disampaikan oleh para ahli, menunjukkan teori
tentang perencanaan yang bervariasi, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah suatu rangkaian rencana kegiatan yang terperinci,
terstruktur dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah-
Universitas Indonesia
Visi menggambarkan tujuan organisasi di masa yang akan datang atau tujuan
jangka panjang organisasi dan menjadi bagian dari visi lembaga secara
keseluruhan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Visi merupakan dasar
untuk membuat suatu perencanaan dan merupakan nilai, aspirasi, dan tujuan
yang mendasar yang digunakan dengan jelas untuk mengetahui arah sebuah
organisasi yang bersifat terbuka serta menjadi motivasi dan stimulasi
organisasi dalam menjalankan aktivitas di dalam organisasi atau instansi
(Asmuji, 2012; Wijono, 1999).
Misi merupakan suatu strategi untuk mencapai visi yang telah ditetapkan
(Wijono, 1999). Tujuan atau pernyataan misi adalah pernyataan singkat yang
mengidentifikasi alasan keberadaan oraganisasi dan tujuan serta fungsi
organisasi di masa depan. Pernyataan misi merupakan prioritas tertinggi
dalam hierarki perencanaan karena hal tersebut mempengaruhi pembuatan
filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur dan ketentuan
organisasi (Marquis & Huston, 2012). Misi berisikan pernyataan-pernyataan
yang menunjukkan posisi etik, prinsip, dan standar praktik atau pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat atau konsumen (Marquis & Huston,
Universitas Indonesia
2012). Misi juga tentu memberikan kejelasan kepada staf dalam uraian tugas
dari masing-masing instansi untuk menjalankan aktivitas sesuai dengan yang
telah ditetapkan, karena jika terjadi masalah seperti kurang kejelasan dalam
misi, sasaran, atau tujuan-tujuan menyebabkan kebingungan terhadap staf dan
menjadi tidak teratur terhadap usaha atau upaya yang dilakukan untuk
melayani konsumen yaitu masyarakat (Gillies, 1994).
Tujuan umum dan khusus adalah hasil dari perjalanan suatu organisasi.
Tujuan umum diartikan sebagai hasil yang diharapkan melalui usaha terarah.
Tujuan khusus lebih berfokus pada proses yang diharapkan, memiliki
kerangka waktu pencapaian yang spesifik dan dinyatakan dalam istilah
perilaku, dapat dievaluasi secara objektif dan mengidentifikasi hasil yang
positif, bukan negatif (Marquis & Huston, 2012). Undang-Undang Nomor 36
tentang kesehatan pasal 138 menyatakan bahwa (1) upaya pemeliharaan
kesehatan bagi usia lanjut ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial dan ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan; (2)
pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif secara sosial dan ekonomi. Tujuan organisasi termasuk dalam
rencana strategi, dimana menurut Martin (1998 dalam Marquis & Huston,
2012) menyatakan bahwa dalam rencana strategi dapat meramalkan
keberhasilan pencapaian organisasi di masa depan dengan menyesuaikan dan
menyelaraskan kapabilitas dengan kesempatan yang eksternal.
Universitas Indonesia
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas
pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang
bertanggungjawab mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian juga merupakan fase yang kedua setelah perencanaan
dalam proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan
tentang hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis & Huston, 2012). Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf
pegawai sebagai akibat dari peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan,
pemusatan, dan komunikasi (Gillies, 1994).
Universitas Indonesia
sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia (Depkes RI,
2003).
Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf secara
aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi atau
pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan perekrutan
maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang merupakan proses
pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan atau menempati
posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis & Huston, 2012). Proses
pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk mendapatkan
karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten dalam bidang
pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah staf melewati
proses seleksi yaitu orientasi (Marquis & Huston, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Fungsi Pengarahan
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi (Asmuji, 2012). Pengarahan yaitu proses interpersonal yang
ditunjukkan dengan staf pegawai atau karyawan mencapai objektifitas dan
merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk mencapai visi dan
misi (Swanburg, 2000). Fungsi pengarahan mencakup kegiatan motivasi,
komunikasi organisasi, supervisi, pendelegasian dan manajemen konflik
(Marquis & Huston, 2012).
Universitas Indonesia
e. Fungsi Pengendalian
Pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja dengan tujuan perencanan, untuk mendesain sistem
umpan balik informasi untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya
dengan standar yang telah ditetapkan (Mockler, 1984 dalam Keliat, 2006).
Pengawasan atau pengendalian mempunyai fungsi yang sangat besar dalam
mempunyai manajemen pelayanan. Pengawasan atau pengendalian
merupakan suatu bentuk koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan
organisasi mulai dari perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan,
pelaporan, penggunaan berbagai sumber-sumber yang digunakan untuk
mengamati tercapainya visi atau misi sebuah instansi (Swanburg, 2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b) Vital Statistik
Vital statistik adalah angka kejadian kesakitan lansia yang
disebabkan oleh depresi. Skrining pada lansia dilakukan dengan
menggunakan GDS (Geriatric Deppresion Scale), serta gambaran
angka kematian akibat bunuh diri atau akibat menarik diri dan atau
diabaikan oleh keluarga.
Universitas Indonesia
2) SUBSISTEM
a) Lingkungan Fisik
Lokasi tempat tinggal lansia dan tetangga serta komunitas.
Lingkungan rumah yang dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada
di sekitar tempat tinggal meliputi kondisi rumah, sumber polusi,
cuaca. Rancangan pengkajian yang akan diidentifikasi ialah situasi
tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi masalah depresi
seperti tingkat kenyamanan, kebisingan di sekitar rumah, suasana
rumah yang kondusif.
Hal-hal yang dikaji meliputi status rumah, type rumah, keadaan atau
kondisi rumah termasuk kepadatan, ventilasi, pencahayaan, dan
kebersihan, keamanan, kesesuaian dengan kondisi lansia. Kondisi
lingkungan, terutama sosial yang tidak baik dapat menjadi pemicu
timbulnya depresi.
Universitas Indonesia
c) Ekonomi
Meliputi pekerjaan yang dilakukan lansia, pendapatan dan
pengeluaran, status ekonomi serta potensi sumber daya yang tersedia
disekitar lansia. Karakteristik rata–rata pendapatan lansia secara
khusus dan keluarga serta karakteristik pekerjaan baik lansia maupun
keluarga. Alokasi penggunaan pendapatan, pendapatan yang rendah,
tidak bekerja terutama lansia yang tidak mempunyai pekerjaan atau
menganggur merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
depresi.
f) Komunikasi
Sumber informasi kesehatan yang digunakan dalam pencapaian
kesehatan lansia. Pola komunikasi antar pengurus RT/RW dengan
warga khususnya lanjut usia. Media komunikasi apa yang digunakan
keluarga dalam memperoleh informasi tentang depresi pada lanjut
usia. Pola komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena
komunikasi dapat menjadi penyebab dan sekaligus solusi dari masalah
depresi.
Universitas Indonesia
g) Edukasi
Tingkat pendidikan pada lansia yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan lansia dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya
dengan depresi. Tingkat pendidikan kelompok lansia, sangat
mempengaruhi dalam tranformasi perilaku mengatasi masalah
kesehatan depresi.
h) Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dan keluarga dengan lansia
pada waktu senggang untuk meningkatkan status kesehatan berkaitan
dengan masalah depresi serta sarana rekreasi yang tersedia bagi lansia,
tempat warga bermain, ketersediaan tempat bermain untuk para lanjut
usia, bentuk rekreasi utama, fasilitas untuk rekreasi yang terlihat,
kecukupan hal tersebut dalam membantu memenuhi kebutuhan
rekreasi lansia dengan depresi.
i) Persepsi masyarakat
Persepsi dari tenaga kesehatan, masyarakat, keluarga maupun lansia
tentang masalah depresi pada lansia. Persepsi bisa berbeda-beda
karena bersifat subjektif tergantung dari individu masing-masing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
depresi dan tidak bahagia adalah karena bergantung pada orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dikarenakan kesehatan fisik dan
mental lansia yang menurun (Palestin, 2006). Aktivitas pekerjaan dan
kegiatan rekreasi sangat membantu dalam meningkatkan kondisi fisik lansia,
menurunkan emosi dan tekanan serta berdampak pada antidepresan. Aktifitas
yang dapat dilakukan adalah seperti jogging, berjalan, berenang, bersepeda
dan berolahraga (Trivedi, et al, 2006). Aktivitas kegiatan lansia dapat
dilakukan secara rutin di dalam rumah bersama-sama keluarga seperti
kegiatan membersihkan rumah, memasak berbagai menu. Kegiatan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia.
Kegiatan di luar rumah juga dapat membantu lansia yang mengalami depresi.
Faktor sosial dapat memberikan pengalaman yang positif pada kondisi
depresi, meningkatkan harga diri dan kepuasan diri karena adanya dukungan
sosial dan penerimaan pribadi (Cutler, 2005). Hasil penelitian yang
dipresentasikan pada konferensi dari British Nutrition Foundation (2008) juga
menyatakan bahwa individu dengan aktifitas fisik yang rendah memiliki
risiko depresi dua kali dibanding individu yang memiliki aktivitas teratur
(David, 2008), sehingga lansia diharapkan dapat melakukan aktivitas secara
teratur di rumah maupun di masyarakat. Hal ini sangat penting bagi lansia
dengan proses penuaan, sehingga lansia bisa menerima kondisinya dengan
baik.
Proses penerimaan diri pada lansia yaitu kondisi lansia dapat menerima
dirinya dengan segala kekurangannya untuk dapat tetap merasa bahagia, hal
ini didasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012)
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan
depresi pada wanita perimenopuase. Berdasarkan perubahan tersebut,
diharapkan perawat dapat berperan membantu lansia untuk mampu menerima
proses penuaan secara baik, karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan
lansia bisa merasa tetap berguna di masa tuanya adalah kemampuan lansia
Universitas Indonesia
Proses penerimaan kondisi lansia juga dilihat dari kemampuan lansia untuk
mengenal masalah depresinya. Kemampuan lansia tersebut adalah kesadaran
akan diri sendiri. Kesadaran diri merupakan proses mengembangkan
pemahaman tentang perasaan yang dapat menggunakan kemampuan lansia.
Ketika lansia memahami dan memadukan individu, maka lansia akan belajar
memperbaiki diri, berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga diri yang
tinggi. Harga diri berhubungan dengan afek lansia. Jika lansia dengan harga
diri tinggi, maka akan menurunkan tingkat depresi (MacInnes, 2006).
Universitas Indonesia
Selain itu lansia juga dikenalkan dengan kartu tilik diri (KTD) yang menilai
atau mengevaluasi perasaaan lansia sendiri setiap hari, agar lansia dapat
berusaha belajar untuk bisa mencapai kebahagiaannya dan menurunkan
kondisi depresi atau kesedihan yang dirasakannya dengan koping yang efektif
(Songprakum, Wallapa & McCann, 2012). Lansia dengan depresi sebaiknya
mengenali masalah yang dialaminya dan lansia memahami bahwa hal tersebut
dapat berpengaruh pada perasaan dan perilakunya. Hanya dengan keaktifan
dan berusaha menerima tantangan secara sistematis, maka keyakinan dan
persepsi akan harapannya berubah menjadi lebih baik. Perasaan negatif akan
menurunkan kemampuan dalam mencegah depresi (Peden, 2005).
Kartu Tilik Diri (KTD) berisikan identitas lansia yaitu tentang nama, usia,
alamat, tinggal bersama siapa, hobby atau kegemaran dan cita-cita yang ingin
di capai. Lansia diminta untuk mengevaluasi perasaannya pada pagi hari saat
bangun tidur dan pada malam hari sebelum tidur dengan memberikan tanda
(simbol yang sudah ditentukan) pada kolom yang tersedia. Untuk kegiatan
atau koping yang dilakukan selama 1 hari, lansia diminta untuk memberikan
tanda (√) pada kolom sudah disediakan. Kegiatan atau koping lansia adalah
Universitas Indonesia
item intervensi MaSa INDAH yang telah diajarkan pada lansia dan keluarga
sebelumnya. Kartu dievaluasi setiap hari oleh anggota keluarga yang sudah
disepakati untuk membantu lansia dalam pengisian kartu. Keluarga juga dapat
membantu lansia dalam pengisian kartu khusus bagi lansia yang tidak mampu
untuk melakukan pengisian misalnya lansia dengan kebutaan, kelumpuhan
atau tidak bisa membaca. Kartu juga memberikan informasi nomor telepon
kader kesehatan lansia yang dapat dihubungi, jika lansia teridentifikasi
merasakan kesedihan dalam beberapa hari (lebih dari 3 hari), sehingga lansia
segera mendapatkan dukungan yang optimal dalam mengatasi masalahnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada lansia.
4) Fungsi Keluarga
Meliputi fungsi afektif yang memberikan gambaran hubungan
psikososial dalam keluarga dan dukungan anggota keluarga pada lansia
dengan depresi; dan fungsi perawatan kesehatan keluarga praktik diet
keluarga, kebiasaan tidur dan istirahat keluarga, praktik aktivitas
fisik dan rekreasi, praktik penggunaan obat, penggunaan terapi
komplementer.
5) Stres dan mekanisme koping
Meliputi stresor jangka pendek dan jangka panjang yang dialami lansia
depresi dan keluarga, kemampuan lansia dan keluarga berespon
terhadap stresor, strategi koping yang digunakan ketika menghadapi
masalah. Koping yang dilakukan lansia dan keluarga merupakan upaya
untuk beradaptasi terhadap stimulus yang mengharuskan sistem
keluarga merubah perilakunya. Pelaksanaan adaptasi, keluarga dan
unsur-unsur didalamnya akan menerapkan koping individu dan koping
keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai
keseimbangan keluarga.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rencana Keperawatan :
- Kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada lansia dengan depresi
- Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk
mengatasi masalah lansia dengan depresi
- Kemampuan keluarga melakukan tindakan
perawatan pada lansia dengan depresi
- Kemampuan kleuarga memodifikasi lingkungan
terhdapat lansia dengan depresi
- Kemampua keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan bagi lansia dengan depresi
Implementasi:
Implementasi rencana keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
rencana keperawatan.
2) Keluarga mandiri tingkat kedua (KM-II) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
3) Keluarga mandiri tingkat ketiga (KM-III) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
4) Keluarga mandiri tingkat keempat (KM-IV) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI WILAYAH KELURAHAN CURUG
Kondisi depresi yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari perawat
Universitas Indonesia
64
komunitas. Intervensi yang paling utama dalam program MaSa INDAH yang
telah dimodifikasi yaitu dengan cara meningkatkan perilaku kesehatan
(pengetahum, keterampilan dan sikap) bagi tenaga kesehatan, kader posbindu,
komunitas, keluarga dan kelompok lansia dengan depresi, sehingga dapat
menurunkan tingkat depresi pada lansia. intervensi dilakukan melalui pelatihan
tenaga kesehatan, pelatihan kader, pembentukan dan pembinaan kelompok
pendukung lansia INDAH dan kelompok lansia sebaya di Kelurahan Curug.
Universitas Indonesia
Lansia aktif dan ikut serta dalam aktivitas atau kegiatan di dalam rumah.
Kegiatan tersebut adalah segala aktivitas yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan lansia, misalnya membersihkan rumah dengan menyapu atau
mencuci piring; memasak masakan sesuai hobbinya; membantu menyiapkan
bahan masakan yang akan di masak seperti menyiapkan sayuran. Lansia juga
melakukan kegiatan di luar rumah yaitu kegiatan kemasyarakatan terutama
berhubungan dengan sesama lansia.
Universitas Indonesia
c. Lansia melakukan doa dan diskusi bersama anggota keluarga yang lain.
Menurut teori Maslow (1980), menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang
penting adalah kebutuhan akan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan, karena akan semakin terintegrasi pada
kehidupan lansia (Keliat, 2011). Lansia melakukan kegiatan keagamaannya
berupa doa sesuai dengan agama dan kepercayaannnya masing-masing secara
rutin dan teratur yang dilakukan sendiri maupun bersama orang lain. Lansia
juga melakukan diskusi atau komunikasi yang baik secara verbal dan non
verbal dengan orang lain atau anggota keluarganya untuk menyampaikan
perasaan, keluhan atau keinginannya.
Gambar 3.2
Kerangka Modifikasi Pelaksanaan Intervensi “MaSa INDAH”
Universitas Indonesia
Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Depok sejalan dengan visi Pemerintah Kota
Depok yaitu “Terwujudnya kota Depok sehat dengan layanan kesehatan merata
dan berkualitas” dengan misinya mencakup 1) meningkatkan pemerataan layanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan ketersediaan puskesmas pada setiap
kelurahan, meningkatkan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan layanan kesehatan dan pengembangan obat
tradisional, meningkatkan pengelolaan jaminan pemeliharaan kesehatan agar
menjangkau seluruh masyarakat miskin, meningkatkan upaya kewaspadaan
pangan dan gizi; 2) meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk semua
puskesmas; yang bertujuan meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan di
seluruh puskesmas, meningkatkan kualitas layanan kesehatan keluarga yang
komprehensif mulai dari layanan KIA, KB hingga lansia, meningkatkan upaya
penjaminan mutu untuk kesehatan di puskesmas, klinik dan rumah sakit,
meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak swasta dan masyarakat
yang menyediakan layanan kesehatan, meningkatkan sistem manajemen,
kebijakan, dan peraturan daerah untuk menjamin kualitas layanan kesehatan yang
merata.
Misi Dinas Kesehatan Kota Depok juga meningkatkan kualitas sumber daya
termasuk sumber daya manusia dan pembiayaan kesehatan yang bertujuan
Universitas Indonesia
Kelurahan Curug merupakan salah satu kelurahan yang berada pada wilayah kerja
Puskesmas Cimanggis Kota Depok yang memiliki batas wilayah Utara adalah
Kelurahan Cisalak Pasar, wilayah Timur adalah Kelurahan Sukatani, wilayah
Selatan adalah Kelurahan Sukamaju dan wilayah Barat adalah Kelurahan Cisalak
(Kelurahan Curug, 2013). Kelurahan Curug memiliki 11 RW (rukun
warga),dengan jumlah penduduk 15.025 jiwa, dimana jumlah lansia yang berusia
≥60 tahun sebanyak 505 jiwa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN INTERVENSI “MaSa INDAH” DALAM PELAYANAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK MENURUNKAN
TINGKAT DEPRESI PADA AGGREGATE LANSIA
Tujuan program kesehatan masih disampaikan secara umum, tidak spesifik pada
setiap tingkat usia. Program kesehatan lansia di Puskesmas lebih banyak pada
upaya kuratif dibandingkan upaya promotif dan preventif. Program promotif dan
preventif untuk lansia di masyarakatpun belum optimal karena keterbatasan
kemampuan kader dalam melaksanakan proses kegiatan di posbindu (Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Puskesmas Cimanggis, September
2013). Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 36 tentang kesehatan pasal 138
diyatakan bahwa 1) upaya pemeliharaan kesehatan bagi usia lanjut ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial dan ekonomi
sesuai dengan martabat kemanusiaan; 2) pemerintah wajib menjamin ketersediaan
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap
hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomi.
73 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Perencanaan pelatihan juga dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok
adalah untuk kesehatan jiwa yaitu berupa pelatihan tim ACT (Assertive
Community Treatment) Kesehatan Jiwa bagi tenaga kesehatan dan kader
posbindu. Kegiatan ini merupakan kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
khusus untuk setiap tingkat usia dan tidak spesifik untuk lansia depresi, sehingga
kader atau tenaga kesehatan yang dilatih memahami tentang masalah kesehatan
jiwa adalah secara umum.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dukungan pemerintah dalam hal dana pada
pelayanan kesehatan lansia belum memadai, sehingga pelayanan terhadap
kesehatan lansia pun kurang optimal yang berdampak lebih lanjut yaitu kesehatan
lansia di masyarakat khususnya di wilayah Kelurahan Curug yang merupakan area
binaan menjadi kurang optimal, sehingga status kesehatan lansianya pun kurang.
4.1.1.2 Pengorganisasian
Struktur organisasi yang berkaitan dengan program kesehatan lanjut usia di
Dinkes Kota Depok tahun 2013 meliputi Bidang Pelayanan Kesehatan
Masyarakat membawahi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, dan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi membawahi tiga program dan salah satunya adalah Program
Kesehatan Lanjut Usia (Hasil interview dengan Penanggungjawab Program
Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013). Program Kesehatan Lansia
memiliki satu orang penanggungjawab dengan kualifikasi akademik S1
kedokteran gigi. Demikian pula lingkup puskesmas Cimanggis, program lansia
dipegang oleh seorang tenaga kesehatan dengan kualifikasi S1 kedokteran dan
dengan pembina wilayah Kelurahan Curug yaitu seorang tenaga kesehatan dengan
Universitas Indonesia
Pemegang program kesehatan lansia masih belum bisa optimal dalam melakukan
upaya kesehatan khususnya keperawatan kesehatan lansia, karena dengan
kualifikasi bukan dari perawat dan kurang memahami tentang program kesehatan
keperawatan lansia. Struktur organisasi akan menentukan tingkah laku staf
pegawai sebagai akibat dari peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan,
pemusatan, dan komunikasi (Gillies, 1994).
Informasi atau data di Dinas Kesehatan Kota Depok tentang status kesehatan
lansia terutama dengan masalah kesehatan dengan depresi (gangguan mental
emosional) untuk wilayah Puskesmas Cimanggis tidak ada dilaporkan baik dari
program kesehatan lansia maupun program jiwa. Hal ini dikarenakan pihak
puskesmas Cimanggis tidak ada memberikan laporan resmi tentang kesehatan
lansia (khususnya tentang gangguan mental emosional) kepada pihak Dinas
Kesehatan Depok bagian program lansia. Sistem pelaporan khusus untuk kasus
lansia dengan depresi tidak dilakukan oleh pembina kelurahan Curug, karena
program kesehatan jiwa tidak ada penanggungjawabnya, sehingga data di Dinas
Kesehatan Kota Depok tidak ditemukan laporan jumlah kasus depresi atau lansia
dengan gangguan mental emosional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Program kegiatan untuk kesehatan lansia dari Dinkes Kota Depok ditujukan
langsung kepada masyarakat, sedangkan pihak Puskesmas Cimanggis hanya
bersifat koordinasi saja dalam hal mengundang lansia, misalnya kegiatan lomba
lansia sehat, pemeriksaan kesehatan lansia (Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, Oktober 2013). Hal tersebut menunjukkan
bahwa pihak Puskesmas adalah sebagai bentuk perpanjangan tangan dari Dinkes
dan tidak dilibatkan secara langsung dalam melaksanakan program dari Dinkes
Kota Depok. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pihak Program Lansia Dinkes
Kota Depok masih kurang melakukan kerja sama yang baik antar lintas program
(pihak Puskesmas Cimanggis), sehingga cenderung terjadi kurang optimalnya
pelayanan terhadap lansia khususnya juga pada lansia yang mengalami depresi.
Seksi pelayanan dasar meliputi salah satunya adalah kesehatan jiwa. Program
kesehatan jiwa belum berkoordinasi secara optimal dengan program kesehatan
lansia untuk menangani masalah kesehatan lansia dengan depresi (Interview
dengan Penanggungjawab Program kesehatan jiwa Dinkes Kota Depok, Oktober
2013). Hal ini menimbulkan program yang seharusnya bisa dipadukan tapi dalam
kenyataannya adalah terpisah. Program Kesehatan keluarga yang meliputi
kesehatan lansia tidak berhubungan dengan kesehatan jiwa lansia dan kegiatan
perkesmas, padahal kegiatan kesehatan jiwa keluarga, perkesmas dan posbindu
termasuk dalam kegiatan di bawah kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia
4.1.1.3 Personalia
Pengangkatan perawat kesehatan sebagai pegawai negeri sipil yang bekerja di
Dinas Kesehatan Kota Depok berdasarkan formasi dari Badan Kepegawaian
Daerah (BKD). Hal ini tidak di dasarkan pada perencanaan kebutuhan pegawai,
sehingga pengangkatan pegawai yang diangkat tidak memiliki kualifikasi khusus
untuk memegang suatu program kesehatan. Perencaanaan adalah salah satu peran
kepemimpinan utama dalam kepersonaliaan dan sering diabaikan dalam proses
kepersonaliaan. Karena keberhasilan dalam keputusan kepersonaliaan sangat
bergantung pada keputusan yang diambil sebelumnya dalam fase perencanaan dan
pengorganisasian. Perekrutan adalah proses mencari atau menarik pelamar secara
aktif untuk mengisi posisi yang tersedia (Marquis & Huston, 2012).
Seleksi pegawai yang diangkat untuk menjadi staf di Dinas Kesehatan Kota
Depok dan di Puskesmas Cimanggis dilakukan berdasarkan test PNS yang
diselenggarakan oleh pihak BKD dan tidak ada keterlibatan pihak Dinas
Kesehatan dan pihak Puskesmas, sehingga kualitas pegawai yang diterima hanya
diseleksi melalui test tertulis saja. Seleksi adalah proses pemilihan individu yang
memiliki kualitas terbaik atau individu untuk pekerjaan atau posisi tertentu dari
banyak pelamar. (Marquis & Huston, 2012).
Orientasi dilakukan kepada staf baru secara bertahap. Staf baru langsung
ditempatkan dan diorientasikan langsung oleh pimpinan yang ada di tempat sraf
Universitas Indonesia
baru ditempatkan. Hal ini menunjukkan bahwa tahapan orientasi staf baru masih
belum dioptimalkan. Orientasi staf baru sangat penting. Tujuan dari orientasi
adalah untuk membantu pegawai dengan menyediakan informasi yang akan
memperlancar transisi mereka ke lingkungan kerja baru. Kurangnya orientasi
lengkap bagi staf baru akan menimbulkan frustasi pada pegawai baru, meskipun ia
sudah mendapatkan sedikit orientasi pada unit tertentu. Orientasi yang memadai
meminimalkan kecenderungan pelanggaran peraturan, keluhan, dan
kesalahpahaman, menumbuhkan perasaan memiliki dan menerima serta
meningkatkan antusiasme dan moral bagi staf baru (Marquis & Huston, 2012).
Pelatihan atau sosialisasi di dalam institusi baik di Dinas Kesehatan Kota Depok
maupun di Puskesmas Cimanggis masih belum pernah dilakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa belum optimalnya job training di dalam institusi untuk
meningkatkan kualitas pegawai. Salah satu prosesnya disebut sebagai proses
interaksi dan melibatkan kelompok dan orang terdekat dalam konteks sosial.
Proses lainnya adalah proses belajar dan meliputi mekanisme, misalnya bermain
peran, identifikasi, demonstrasi, belajar operan, instruksi, pengamatan, meniru,
trial and error, dan negosisasi peran (Hardy & Conway, 1988 dalam Marquis &
Huston, 2012).
Kegiatan pelatihan di luar institusi bagi petugas di Dinkes Kota Depok yang
berkaitan dengan kesehatan lansia jarang dilakukan apalagi pelatihan yang
ditujukan untuk masalah depresi pada lansia belum pernah dilakukan (Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013).
Perawat yang memegang program lansia dan program jiwa di puskesmas belum
pernah mendapatkan pelatihan tentang pembinaan kesehatan lansia dengan
masalah psikososial lansia khususnya dengan depresi, hal ini membuat petugas
puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru dalam pelayanan terhadap kesehatan
lansia.
Universitas Indonesia
kader Posbindu untuk Kelurahan Curug sebanyak 54 kader namun yang sudah
mengikuti pelatihan Posbindu hanya 3 kader (Hasil interview dengan Pembina
Kelurahan Curug Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Jumlah kader posbindu
yang kurang tersebut disertai juga dengan kurangnya pemahaman kader tentang
penatalaksanaan masalah depresi pada lansia di rumah sehingga dapat berdampak
pada kurang optimalnya pelaksanaan posbindu dalam membina kesehatan lansia
terutama masalah depresi.
Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan paket BKKBN dalam
upaya kesejahteraan lanjut usia melalui pemberdayaan keluarga yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran serta keluarga
dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, produktif dan bermartabat bagi keluarga dan masyarakat. Program pokok
BLK berkaitan pula dengan upaya kesehatan bagi lansia depresi yaitu: 1)
pelaksanaan usaha ekonomi produktif keluarga lansia dalam memanfaatkan waktu
luang dan memberdayakan kemampuan anggota keluarga dan lansia; 2)
membudayakan tingkah laku anggota keluarga dalam memberikan pelayanan,
penghormatan dan penghargaan kepada anggota keluarga lansia; 3) pemberdayaan
peran serta lansia sesuai dengan pengalaman, keahlian dan kearifannya dalam
Universitas Indonesia
Pembinaan dan pelatihan bagi kader selama ini juga masih bersifat secara umum
dan terbatas jumlahnya. Data menunjukkan bahwa kader yang mengikuti
pelatihan terkait posbindu hanya tiga orang kader (Puskesmas Cimanggis, 2013).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah kader posbindu yang dilatih hanya
sedikit dari jumlah kader yang terdapat di suatu kelurahan sehingga kader kurang
optimal dalam memberikan pelayanan kepada lansia yang dapat berdampak pada
menurunnya status kesehatan pada aggregate lansia salah satunya adalah lansia
dengan masalah depresi .
Tenaga kesehatan yang saat ini memegang program lansia dan kesehatan jiwa
masih memiliki kualifikasi pendidikan DIII, dan masaih belum diberikan
kesempatan dalam mengikuti pendidikan formal (jenjang pendidikan S1), karena
sulitnya birokrasi dan perijinan untuk pengajuan ijin maupun untuk tugas belajar
yang didapat dari BKD. Hal itu menghambat semangat staf dalam pengembangan
diri melalui pendidikan formal. Namun beberapa staf di Puskesmas yang berniat
sekolah lagi, tetap melanjutkan niatnya untuk sekolah lagi dengan modal
dispensasi dari kepala puskesmas dan dengan biaya sendiri.
Universitas Indonesia
Jenjang karir staf keperawatan adalah sebagai pegawai fungsional yang berperan
dalam pelayanan. Berbeda dengan staf yang bekerja sebagai pegawai struktural.
Depkes RI pada Tahun 2006 menyusun pedoman jenjang karir bagi perawat, yang
didalamnya dijelaskan penjenjangan karir perawat profesional yang meliputi
perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti, sebagai
berikut :
a) Perawat Klinik (PK), yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada pasien/klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b) Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan
di sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah (front line
manager), tingkat menengah (middle management) maupun tingkat atas (top
manager)
c) Perawat Pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada
peserta didik di institusi pendidikan keperawatan.
d) Perawat Peneliti/Riset (PR) yaitu perawat yang bekerja dibidang penelitian
keperawatan/kesehatan
Sistem saat ini masih belum tampak adanya unsur kompetensi yang menjadi
pembeda tiap level dalam penjenjangan tersebut, area karir perawat juga terbatas
pada fungsional klinik. Sistem ini belum mampu menciptakan kondisi yang ideal
pada saat profesi keperawatan tengah berkembang.
Universitas Indonesia
4.1.1.4 Pengarahan
Dinas Kesehatan Kota Depok membawahi sarana pelayanan kesehatan di wilayah
kecamatan Cimanggis. Kegiatan supervisi dilakukan oleh pemegang program
lansia setiap 3-6 bulan sekali secara bergantian di puskesmas induk (UPT)
se-Kecamatan (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota
Depok, September 2013). Pembinaan di wilayah kelurahan Curug dilakukan oleh
seorang bidan dan kegiatan evaluasi kegiatan pembinaan kesehatan lansia di
lakukan langsung oleh pembina wilayah dan bukan dilakukan oleh pemegang
program lansia puskesmas. Kondisi tersebut mengakibatkan pemegang program
lansia puskesmas Cimanggis, kurang memahami kondisi di lapangan dalam upaya
pembinaan kesehatan lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kegiatan motivasi juga sering dilakukan terhadap petugas di Dinkes Kota Depok
saat upacara yang dilakukan setiap hari sebelum memulai aktivitas. Hal ini
dilakukan oleh Kepala Dinkes Kota Depok yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja staf pegawai Dinkes Kota Depok agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien demi meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan secara umum terhadap
masyarakat dan terhadap secara khusus lansia. Sedangkan pelaksanaan motivasi
bagi petugas di Puskemas jarang dilakukan. Kegiatan motivasi dilakukan oleh
pihak Dinkes Kota Depok untuk menarik minat lansia dalam mengikuti Posbindu
dengan melakukan lomba seperti lomba senam jantung sehat. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa motivasi yang diberikan kepada lansia untuk dapat
meningkatkan status kesehatannya dengan cara mengadakan berbagai kegiatan
yang dapat mengundang minat masyarakat khususnya lansia dalam melakukan
berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesehatannya (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013).
Universitas Indonesia
4.1.1.5 Pengawasan
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan belum adanya penilaian kinerja kader
dalam kegiatan posbindu termasuk pengelolaan depresi pada lansia, selain itu juga
belum adanya sistem pemantauan atau pencatatan kasus depresi pada lansia,
belum ada evalusi dari kepala puskesmas terhadap penanggujawab program
tingkat puskesmas tentang program lansia termasuk lansia depresi hanya berupa
penilaian kinerja pemegang program berupa DP3, sedangkan alat penilaian kinerja
tiap program kegiatan lansia khususnya dengan masalah depresi masih belum ada.
Universitas Indonesia
spesifik, sehingga pelatihan dan pemberian umpan balik kinerja menjadi hal yang
lebih mudah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Fish Bone Hasil Analisis Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Aggregat Lansia dengan Depresi
PERENCAANAAN PERSONALIA PENGAWASAN
Koordinasi dan
Belum ada perencanaan Kurangnya SDM yang dapat kerjasama lintas
Pelayanan kesehatan Belum optimalnya Belum ada penilaian Kurang optimal dalam
untuk program mengembangkan program program dalam
khusus dalam upaya rekruitmen SDM nakes kinerja kader dalam mengevaluasi kinerja
penatalaksanaan depresi kesehatan keperawatan lansia pengembangan
promotif dan preventif bagi dalam memenuhi kebutuhan kegiatan posbindu kader kesehatan
secara berkelompok pada sesuai dengan keilmuan yang program kes.lansia
lansia depresi belum tenaga yang kompeten dlm termasuk pengelolaan
lansia dengan depresi tepat dengan depresi belum
optimal yankes lansia dengan depresi depresi pada lansia Kondisi lansia tidak optimal
terpantau secara efektif
Belum adanya terkait perubahan tingkat Pengembangan staf
Program lansia bukan Masih rendahnya kesempatan nakes untuk Kurangnya pengetahuan sistem pemantauan
SDM nakes tentang isu-isu depresi dan tindakan yang untuk meningkatkan
merupakan program Penanganan masalah mendapatkan pendidikan formal maupun kasus depresi pada kemampuan yankes
terbaru dalam program perlu dilakukan
yang menjadi prioritas lansia dengan depresi nonformal dari institusi khususnya dalam lansia lansia dengan
termasuk lansia dengan tidak optimal peningkatan kemampuan pelaksanaan kesehatan lansia depresi;
pembinaan kes.lansia depresi belum
depresi program kesehatan lansia dengan depresi Penanggungjawab optimal
menjadi tidak optimal. Belum ada evalusi dari
kepala puskesmas program kurang
mengetahui kelemahan Kegiatan
Anggaran yang Pembinaan terhadap Rendahnya motivasi terhadap penanggujawab supervisi
tersedia belum ada kesehatan lansia depresi Kurang jelasnya jenjang nakes dalam program tingkat dan kelebihan yankes.
yang telah dilakukan pembinaan
untuk kegiatan kurang optimal di karir bagi tenaga pelaksanaan program puskesmas tentang
terhadap lansia dengan kesehatan
pembinaan program masyarakat kesehatan dalam kesehatan lansia dan program lansia termasuk lansia
lansia depresi. pelaksanaan perannya. pembinaan kader lansia depresi depresi
dengan
kurang. depresi
oleh
pemegang
Pembagian tugas dalam penyelenggaraan posbindu Penanganan dan yankes utk Tidak ada pelatihan bagi petugas program
dilakukan oleh 1 orang bidan dibantu oleh kader posbindu lansia depresi kurang optimal Dinkes dan Puskesmas khusus untuk lansia
Petugas puskesmas belum
atau posyandu. penatalaksanaan lansia dengan depresi belum
mempuyai petunjuk khusus dalam
Pihak puskesmas kurang penatalaksanaan lansia dengan terlaksana
Kegiatan program lansia dari Dinkes langsung dengan baik
mengetahui materi pelaksanaan depresi
dijalankan oleh Dinas, puskesmas tidak dilibatkan
kegiatan, shg follow up
secara langsung. Belum jelasnya pemegang program Sedikit kader yang mempunyai
menjadi terhambat Kader Posbindu yang baru Wadah yang
untuk masalah lansia dengan depresi. Program kemampuan yang optimal dari hasil
kesehatan lansia dan jiwa berjalan sendiri-sendiri Pelaporan pertanggunjawaban mengikuti pelatihan hanya 3 mendukung
pelatihan sehingga pelayanan kurang mayarakat
dalam pembinaan kesehatan lansia dengan depresi. kegiatan program kesehatan orang dari 54 kader Posbindu dan
optimal di posbindu dalam
lansia dengan depresi menjadi jarang melakukan sosialisasi hasil
pelatihan pembinaan
Pengaturan tugas dan tanggungjawab dalam tidak maksimal.
lansia depresi
penyelenggaranan program kesehatan lansia Pemegang program lansia kurang memahami belum tersedia
depresi masih belum optimal Pembinaan dan cakupan Penilaian dan observasi langsung kondisi di lapangan secara langsung dalam
Belum adanya wadah yang mendukung pelayanan kesehatan lansia terhadap kegiatan pembinaan upaya pembinaan kes.lansia Monitor evaluasi
untuk masyarakat dalam pembinaan dengan depresi menjadi tidak lansia jarang dilakukan oleh tentang
khusus lansia dengan depresi optimal pemegang program lansia pelaksanaan
program
PENGORGANISASIAN PENGARAHAN
kesehatan lansia
dengan depresi
belum terlaksana
Sumber : Swanburg, 2000; Marquis & Huston, 2012; Gillies, 1994; Ervin, 2002; Ratanto, 2013;
Fatmah, 2003; Ratnasari, 2012. Universitas Indonesia
92
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
93
Universitas Indonesia
b. Tujuan Khusus :
1) Terjadi peningkatan pengetahuan perawat atau tenaga kesehatan tentang
intervensi MaSa INDAH pada kelompok lansia depresi
2) Terjadi peningkatan sikap perawat atau tenaga kesehatan tentang intervensi
MaSa INDAH pada kelompok lansia depresi
3) Peningkatan keterampilan perawat atau tenaga kesehatan minimal sebesar
20% dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan lansia dalam teknik
meningkatkan harga diri, manajemen stres, senam kaki DM, latihan ROM
pada lansia depresi.
4) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan minimal sebesar 20% dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan tentang pelayanan kesehatan bagi
lansia serta status mental emosional lansia pada KMS lansia dalam laporan
ke tingkat puskesmas dan dinas kesehatan.
5) Terjadinya peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang intervensi
MaSa INDAH minimal 20%
6) Terjadinya peningkatan sikap kader kesehatan tentang intervensi MaSa
INDAH kader kesehatan minimal 20%.
7) 70% kader kesehatan memiliki kemampuan dengan kategori baik
memberikan intervensi MaSa INDAH untuk masalah kesehatan lansia
dengan depresi.
8) 70% kader kesehatan melakukan pendataan dan pencatatan tentang status
emosional lansia dalam KMS lansia.
Kader kesehatan yang akan dilatih adalah kader posbindu di wilayah Kelurahan
Curug, bisa membaca dan menulis, serta bersedia untuk berperan dalam kegiatan
pembinaan kesehatan lansia khususnya dengan masalah depresi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Tujuan Khusus
1) Tersosialisasinya tentang program MaSa INDAH bagi dinas kesehatan
kota Depok dan Puskesmas Cimanggis serta kelompok pendukung/
masyarakat.
2) Terbentuknya struktur organisasi kelompok pendukung MaSa INDAH
bebas depresi.
3) Dibuatnya rencana program kegiatan kelompok pendukung MaSa INDAH
bebas depresi.
4) Terbinanya kelompok pendukung MaSa INDAH bebas depresi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Pembenaran :
Penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap
kelompok dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggungjawab
mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993). Pengorganisasian juga
merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam proses manajemen dan
dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang hubungan, prosedur
pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas (Marquis & Huston, 2012).
Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Faktor tersebut berkontribusi terhadap efektifitas kerja dari
masing-masing staf pegawai atau anggota organisasi dan sebagai bentuk
dukungan antara sesama dalam pelaksanaan kegiatan program lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selama kegiatan, terjadi diskusi yang interaktif karena sebagian besar kader
belum pernah mengikuti pelatihan yang sifatnya untuk masalah psikologis
seperti depresi lansia dan karena kader memiliki minat dan semangat yang
tinggi mengikuti kegiatan hingga berakhir. Penyegaran dan pelatihan kader
diakhir dengan proses evaluasi mengenai masing-masing komponen yang
telah disampaikan dan pemberian wacana dan kesepakatan tentang pentingnya
pencegahan risiko depresi lansia dan mahasiswa akan melakukan supervisi ke
rumah keluarga lansia bersama kader untuk melihat kemampuan kader dalam
memberikan penyuluhan kesehatan kepada lansia dan keluarga tentang risiko
depresi dan pencegahannya. Kader juga diberikan 1 paket materi berupa
buklet dan media penyuluhan dalam bentuk leaflet dan lembar balik. Evaluasi
juga dilakukan di akhir kegiatan pelatihan, kemudian kegiatan ditutup.
Universitas Indonesia
Acara dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Acara
langsung dibuka oleh Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas
Kesehatan Kota Depok dan dihadiri oleh kepala Puskesmas Cimanggis Kota
Depok. Narasumber dalam pelatihan ini adalah dari mahasiswa residensi
keperawatan komunitas FIK UI yaitu Agnes, Rizky, Hera dan Ani. Metode
pelatihan dengan diskusi ceramah tanya jawab, studi dokumentasi dan
praktik/role play. Evaluasi kegiatan dilaksanakan dengan pre dan post test,
serta dengan observasi kegiatan supervisi di lapangan. Peserta yang hadir
sejak hari pertama sampai hari kedua sebanyak 10 orang yang terdiri dari 1
orang perawat dengan pendidikan S1 keperawatan, 3 orang perawat dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Hambatan :
1) Terbatasnya dana program bagi pembinaan kesehatan lansia yang
diberikan oleh pemerintah.
2) Terbatasnya dana untuk pengembangan staf melalui pendidikan formal
dan non formal khususnya keperawatan oleh institusi maupun pemerintah.
Universitas Indonesia
4) Kader Kesehatan
Kader atau anggota kelompok pendukung tetap meningkatkan kemampuan
diri dalam melakukan intervensi MaSa INDAH dengan banyak berlatih
serta berbagi pengalaman dengan sesama kader.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Hambatan
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan yaitu :1) padatnya kegiatan
kader, sehingga kesulitan dalam pengaturan jadwal kegiatan; 2) kemampuan kader
bervariasi, sehingga beberapa kader dilakukan pembinaan secara bertahap;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
n=
n =((1,65*1,65)*(0,093*0,907))/0,01
n = 22,9
n: Besar sampel
α: Derajat kepercayaan (0,05)
: 1,652 = 2,7225
p : proporsi kejadian lansia mengalami sakit (9,3% atau 0,093)
q : 1-p (proporsi lansia yang sehat) adalah 1-0,093 = 0,907
d : Limit dari error atau presisi absolut = 0,1.
= 22,9 / (1-0,1)
= 25,4
= 25
Keterangan:
f = perkiraan proporsi drop out = 10%
n* = besar sampel setelah koreksi
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan
intervensi MaSa INDAH berdasarkan usia, masalah kesehatan dan
tingkat ketergantungan di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase
Usia
- 60-74 tahun 12 63,16
- ≥ 75 tahun 7 36,84
Masalah Kesehatan
- Hipertensi 10 52,63
- Diabetes mellitus 3 15,79
- Osteoartritis 4 21,05
- Katarak 2 10,53
Tingkat ketergantungan
- Mandiri 15 78,95
- Sebagian 4 21,05
Total 19 100
Universitas Indonesia
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik 19 lansia yaitu lebih dari separuh proporsi
lansia depresi adalah berusia 60–74 tahun sebanyak 12 lansia (63,16%), separuh
proporsi masalah kesehatan lansia depresi adalah dengan hipertensi sebanyak 10
lansia (52,63%); separuhnya lagi adalah dengan diabetes mellitus sebanyak 3
lansia (15,79%), Osteroartritis sebanyak 4 lansia (21,05%), katarak sebanyak 2
lansia (5,3%), dan proporsi tingkat ketergantungan sebagian sebanyak 4 orang
(21,05%).
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan intervensi
MaSa INDAH berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase
Jenis kelamin
- Laki-laki 4 21,05
- Perempuan 15 78,95
Status perkawinan
- Kawin 6 31,58
- Janda/duda 13 68,42
Pendidikan
- Tinggi (sekolah menengah dan PT) 4 21,05
- Rendah (tidak sekolah, pendidikan dasar) 15 78,95
Pekerjaan
- Bekerja 3 15,79
- Tidak bekerja 16 84,21
Penghasilan
- Tinggi (≥Rp.2.042.000,-) 5 26,32
- Rendah (<Rp.2.042.000,-) 14 73,68
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa lansia yang mengalami depresi, sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 lansia (78,94%). Selain itu, lebih dari
separuh berstatus perkawinan janda atau duda sebanyak 13 lansia (68,42%), lebih
dari separuh dengan pendidikan rendah (tidak sekolah atau pendidikan dasar)
sebanyak 15 lansia (78,95%). Sebagian besar proporsi lansia depresi tidak bekerja
sebanyak 16 lansia (84,21%), sebagian besar proporsi lansia depresi memiliki
penghasilan dalam keluarga yang kurang dari Rp.2.042.000,- sebanyak 14 lansia
(73,68%).
Universitas Indonesia
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan intervensi
MaSa INDAH berdasarkan jaminan kesehatan di Kelurahan Curug tahun 2013
(n=19)
Jaminan Kesehatan Frekuensi (n) Persentase
- Ada 15 78,95
- Tidak ada 4 21,05
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa lansia yang masih belum memiliki jaminan
kesehatan adalah sebanyak 4 lansia (21,05%), sedangkan 15 lansia (78,95%)
sudah memiliki jaminan kesehatan berupa askes atau jaminan kesehatan lain yang
mendukung dalam pemeliharaan kesehatan bagi lansia depresi.
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore pengetahuan tentang perawatan kesehatan lansia dengan
depresi di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Skore Frekuensi (n) Persentase
11 1 5,26
12 2 10,53
13 1 5,26
15 5 26,32
16 2 10,53
17 2 10,53
18 1 5,26
20 2 10,53
21 1 5,26
24 2 10,53
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan
Komunitas FIK UI Tahun 2013
Universitas Indonesia
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore depresi dan tingkat depresi di Kelurahan Curug tahun 2013
(n=19)
Skore depresi Tingkat depresi Frekuensi (n) Persentase
0 Normal/ resiko ringgi 0 0
1 Normal/ resiko ringgi 0 0
2 Normal/ resiko ringgi 1 5,26
3 Normal/ resiko ringgi 2 10,53
4 Normal/ resiko ringgi 3 15,79
5 Ringan 3 15,79
6 Ringan 4 21,05
7 Ringan 1 5,26
8 Ringan 0 0
9 Sedang 3 15,79
10 Sedang 1 5,26
11 Sedang 1 5,26
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI
Tahun 2013
Universitas Indonesia
Gambar 4.2
WOC (Web of Causation)
Asuhan Keperawatan Komunitas pada aggregat Lansia dengan Depresi Di
Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Sumber : Anderson & McFarlene, 2011; Stanhope & Lancaster, 2010; Allender,
Rector & Warner, 2104; Swanson & Nies, 1993.
Universitas Indonesia
a. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan, diharapkan koping
aggregat lansia menjadi efektif dalam penanganan depresi di Kelurahan Curug,
Cimanggis, Depok.
Universitas Indonesia
d. Pembenaran
Kelompok lansia sebaya merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang
diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk promosi kesehatan. Kelompok
lansia sebaya adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang bersama untuk
membuat kesepakatan saling berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang
disebut juga kelompok pemberi semangat (Steward, 2009). Aktifitas fisik yang
memiliki pengaruh besar pada harga diri lansia adalah aktifitas yang melibatkan
Universitas Indonesia
interaksi sosial dan kontak dengan orang lain, sehingga menurunkan tingkat
depresi (Parent & Whall, 1984 dalam Maas, 2012). Pengorganisasian masyarakat
ini merupakan suatu proses perubahan komunitas yang memberdayakan individu
dan kelompok berisiko dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai
tujuan yang diinginkan bersama. Individu-individu dalam suatu kelompok dapat
mempengaruhi pemikiran, perilaku, nilai dan interaksi sosial di masyarakat, maka
diperlukan kekompakan di dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster, 2004).
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan, diharapkan
pemeliharaan kesehatan pada aggregat lansia menjadi efektif di Kelurahan Curug,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
Universitas Indonesia
d. Pembenaran :
Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
perbaikan sikap dan peningkatan keterampilan, sehingga diharapkan ada
perubahan gaya hidup yang lebih baik. Perubahan perilaku sehat masyarakat
dapat mengubah penerimaan yang kondusif terhadap program promosi
kesehatan yang dilakukan. Strategi pendidikan kesehatan merupakan suatu
proses yang memfasilitasi pembelajaran yang mendukung perilaku sehat
dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
MaSa INDAH yaitu dengan topik komunikasi yang baik kepada lansia,
topik manajemen stres dengan nafas dalam dan musik kepada lansia, topik
harga diri rendah dalam kelompok lansia sebaya.
5) Partisipasi aktif lansia dari awal hingga akhir untuk delapan kali kegiatan.
Anggota kelompok terlihat saling berinteraksi satu sama lain dalam
kegiatan kelompok.
6) Peningkatan pengetahuan kesehatan anggota kelompok lansia (n=19)
setelah mendapatkan intervensi MaSa INDAH yang dijabarkan dalam
tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi lansia depresi setelah mendapatkan intervensi MaSa
INDAH berdasarkan skore pengetahuan tentang perawatan kesehatan
lansia dengan depresi di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Skore Frekuensi (n) Persentase
20 1 5,26
21 3 15,79
23 3 15,79
24 1 5,26
25 7 36,84
26 1 5,26
27 1 5,26
28 2 10,53
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014.
Tabel 4.7
Distribusi rata-rata skor pengetahuan kelompok lansia sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug
Kota Depok tahun 2014 (n=19)
Variabel Mean SD SE P value
Skor pengetahuan
Sebelum 16,63 3,76 0,86 0,000
Sesudah 24,21 2,32 0,53
Beda pengukuran -7,579 3,437 0,788
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Tabel 4.8
Distribusi Perubahan Kemampuan Lansia dalam Memilih Cara
untuk Mengatasi Depresi Pre dan Post intervensi MaSa INDAH
di Kelurahan Curug, Cimanggis Kota Depok, 2014
(n=19)
No Intervensi Pre Post Peningkatan
1 Ikut kegiatan 15 (78,9%) 17 (89,47%) 11,7 %
2 Nerima Kondisi 12 (63,16%) 18 (94,74%) 33,3%
3 Doa 16 (84,21%) 19 (100%) 15,78%
4 Diskusi 9 (47,37%) 15 (78,95%) 40 %
5 Atasi stress 12 (63,16%) 15 (78,95%) 20 %
6 Harga diri positif 8 (42,11%) 17 (89,47%) 52,9%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014
Berdasarkan tabel 4.8, intervensi lansia MaSa INDAH yang banyak dipilih
dan dilakukan dengan baik oleh anggota kelompok lansia adalah intervensi
meningkatkan harga diri positif yaitu dengan peningkatan sebesar 52,9%.
Universitas Indonesia
10) Perubahan skor depresi pada kelompok lansia berdasarkan hasil sebelum
dan sesudah dilakukannya intervensi MaSa INDAH digambarkan pada
tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Distribusi rata-rata skor depresi kelompok lansia sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug Kota Depok
tahun 2014 (n=19)
Variabel Mean SD SE P value
Skor depresi
Sebelum 6,00 2,560 0,587 0,000
Sesudah 4,11 2,183 0,501
Beda pengukuran 1,895 1,197 0,275
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014
11) Hasil dibuktikan dengan uji paired t test dengan rata-rata skor depresi
sebelum intervensi sebesar 6,00 dan 4,11 sesudah intervensi, didapatkan nilai
p value 1 tailed sebesar 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p value < α), yang
berarti bahwa terdapat penurunan tingkat depresi yang signifikan setelah
dilakukannya intervensi MaSa INDAH bagi lansia depresi. Penurunan skor
depresi sebelum dan sesidah intervensi MaSa INDAH sebesar 31,58%.
Berdasarkan skor depresi, maka dapat disimpulkan kategori perubahan
tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah intervensi MaSa INDAH yang
dijabarkan pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10
Distribusi Perubahan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah
Intervensi
MaSa INDAH di Kelurahan Curug, Cimanggis
Kota Depok, 2014 (n=19)
Tingkat Depresi
No Jumlah
Pre Post
1 Normal/Risiko (NR) Normal/Risiko (NR) 6
2 Ringan (R) Normal/Risiko (NR) 6
3 Ringan (R) Ringan (R) 2
4 Sedang (S) Ringan (R) 5
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
b. Hambatan
Kondisi kesehatan lansia yang sering sakit, dan beberapa lansia juga mengikuti
kegiatan lain di masyarakat, sehingga ada lansia yang tidak bisa mengikuti
kegiatan sepenuhnya. Pelaksanaan intervensi MaSa INDAH dilakukan pada
lansia depresi dengan menggunakan Kartu Tilik Diri (KTD) mengalami
kendala, karena ada lansia yang lupa untuk mengisi kartu setiap hari, sehingga
kolom pada kartu tidak terisi penuh. Selain itu, penilaian tingkat depresi
memerlukan waktu yang lama karena mahasiswa membacakan kuesioner
penilaian depresi (GDS) kepada setiap lansia secara perlahan-lahan karena
hampir 80% lansia tidak bisa membaca dan menulis. Pernyataan dari lansia
merupakan informasi yang tidak mudah didapatkan, karena lansia akan
memberikan informasi jika sudah percaya kepada mahasiswa.
Universitas Indonesia
b. Hambatan
Lansia yang mengalami keterbatasan aktifitas dan pergerakan, memerlukan
perhatian khusus untuk melatih dan mengajarkan agar bisa percaya diri dalam
perawatan kesehatan mandiri dan menggunakan sarana pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat, karena keterbatasan aktifitas lansia menurunkan
motivasi lansia untuk melakukan kegiatan di luar rumah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Masalah komunikasi dalam keluarga Bpk S saat ini diawali dengan peristiwa
hilangnya uang nenek N sebesar 1 juta lebih beberapa bulan yang lalu dan nenek
N mengatakan kalau uang itu diambil (dicuri) oleh ibu U di lemarinya dan tanpa
seijinnya. Sedangkan Ibu U mengatakan kalau ia sendiri tidak tahu kalau ibunya
itu ada memiliki uang sebanyak itu, namun hingga saat ini ia masih tetap dianggap
sebagai orang yang mengambil uang tersebut. Ekspresikan kemarahan nenek N
terlihat dengan tidak menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu U.
Menurut Ibu U, ibunya kadang marah-marah sendiri dan mengeluarkan kalimat
sumpah kepadanya dan anggota keluarga yang lain. Hal itu membuat suami dan
anaknya marah dan merasa kecewa terhadap nenek N, sehingga sampai saat ini
suami dan anaknya pun jarang untuk berbicara dengan ibunya.
Nenek N memiliki penilaian yang kurang baik pula dengan bpk S dan Sdr. Sm
dengan ungkapannya bahwa selama ini bpk S dan Sdr. Sm itu bicaranya kasar dan
judes serta tidak memperdulikannya. Hingga saat ini nenek N jarang
berkomunikasi dengan ibu U, Bpk S maupun Sdr Sm, sehingga aktifitas nenek N
lebih banyak sendirian duduk di depan rumah, terlihat pasif, lemah dan tidak ada
inisiatif untuk melakukan aktifitas di rumah. Adanya masalah komunikasi yang
jelas terlihat pada keluarga bpk S adalah saat ibu U dan nenek N berbicara, terlihat
salah satu sari mereka saling mencibir, demikian pula saat ibu U berbicara tentang
keluarganya dan nenek N, maka sikap nenek N terlihat tidak menerima dan
mencibir.
Universitas Indonesia
3) Distress spiritual pada nenek N. Hal ini ditunjukkan pada Nenek N tidak
mampu menunjukkan kemampuannya dalam melakukan aktifitas atau kegiatan
keagamaan seperti sholat dan merasa tidak mau dan tidak mampu untuk
melakukan karena merasa sudah bebal atau tidak bisa lagi. Tidak ada inisiatif
untuk berbagai aktifitas, kontak mata kurang saat berkomunikasi.
Universitas Indonesia
Gambar 4.3
WOC (Web of Causation)
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia dengan Depresi
Keputusasaan
Regimen therapeutik
tidak efektif Depresi pada lansia Distress spiritual
Komunikasi disfungsional
dalam keluarga
Pemenuhan
Ketidakmampuan keluarga kebutuhan
dalam berfokus pada masalah ekonomi rendah
kesehatan lansia
Sumber : Friedman, Bowden & Jones, 2010; Miller,2012; Landefeld et al, 2004;
Ham et al, 2008, Maglaya et al, 2009; Kemenkes, 2006; Wilkinson, 2011
Universitas Indonesia
b. Tujuan Khusus :
1) Keluarga dapat mengenal masalah keputusasaan pada nenek N
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan
terjadinya akibat lanjut dari keputusasaan nenek N
3) Keluarga dapat menyebutkan cara merawat nenek N yang mengalami
keputusasaan
4) Keluarga dapat memberikan dorongan, semangat dan energi bagi nenek N
untuk mempertahankan aktifitas kehidupan sehari-hari dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
5) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif bagi keamanan
personal untuk mencegah keputusasaan pada nenek N
6) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
mencegah keputusasaan pada nenek N
7) Penurunan Tingkat depresi pada nenek N
c. Rencana tindakan :
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang keputusasaan akibat depresi, faktor
risiko keputusasaan, tanda dan gejala depresi, akibat lanjut jika kondisi
tersebut dibiarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
2) Berikan penguatan positif terhadap perilaku lansia yang menunjukkan
inisiatif, seperti kontak mata, membuka diri, dan perawatan diri.
3) Bimbing keluarga dalam merawat lansia dengan keputusasaan yaitu dengan
cara mendengarkan aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif , cara
meningkatkan harga diri lansia, serta membimbing dan memantau serta
membantu dalam pengisian kartu tilik diri (KTD) lansia yang harus diisi
setiap hari.
Universitas Indonesia
d. Pembenaran :
Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan
atau ketiadaan alternatif atau pilihan yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi untuk kepentingan individu (Wilkinson, 2011).
Pendidikan kesehatan yang dilakukan pada nenek N adalah dalam upaya
preventif dan promotif tentang kesehatan lansia terutama pada lansia dengan
masalah depresi yang mengalami keputusasaan. Pendidikan kesehatan adalah
suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan
penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi bagi masyarakat untuk
berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Bimbingan yang dilakukan bagi lansia dan keluarga adalah untuk dapat
melakukan pencegahan dari akibat lanjut kondisi keputusasaan pada nenek N.
Bimbingan yang dilakukan disertai dengan peran perawat dalam memotivasi
lansia dan keluarga untuk dapat melakukan teknik yang diajarkan berupa
melatih kemampuan untuk bisa mendengarkan secara aktif dan
mengungkapkan kemarahan secara adaptif misalnya dengan menyalurkan
Universitas Indonesia
Kartu tilik diri digunakan sebagai sarana evaluasi diri lansia setiap hari untuk
dapat menilai status emosionalnya setiap hari. Lansia dilatih untuk melakukan
kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari sehingga kemampuan kognitifnyapun
diasah kembali. Pemanfaatan sarana kesehatan dapat menunjang kondisi
kesehatan bagi lansia. selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tambag (2013) meunjukkan bahwa pemberian asuhan keperawatan
dengan psikoedukasi pada keluarga melalui kunjungan rumah berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Kegiatan kunjungan rumah dengan melakukan
pendidikan kesehatan tentang perilaku gaya hidup sehat yaitu manajemen stres,
dukungan interpersonal, latihan aktifitas fisik, nutrisi.
b. Tujuan Khusus
1) Keluarga dapat mengenal masalah komunikasi yang terjadi dalam keluarga
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan
terjadinya akibat lanjut dari masalah komunikasi
Universitas Indonesia
c. Rencana tindakan :
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang komunikasi yang efektif, penyebab
masalah komunikasi dalam keluarga, akibat lanjut jika masalah komunikasi
tersebut dibiarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
2) Tunjukkan minat untuk berkomunikasi dengan keluarga dan lansia
3) Ajarkan keluarga dalam mendorong dan motivasi lansia untuk
mengungkapkan ide, perasaan, keinginan
4) Bimbing dan ajarkan keluarga mempraktikkan cara berkomunikasi yang baik
dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan cara mendengarkan
aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif. Terapi interpersonal
dilakukan pada nenek N untuk memaksimalkan tujuan intervensi keperawatan
khususnya untuk masalah komunikasi.
5) Bimbing dan ajarkan keluarga dalam latihan asertif dalam meningkatkan
komunikasi dan kaji hambatan dalam sikap asertif.
6) Diskusikan bersama seluruh anggota keluarga dalam upaya memodifikasi
lingkungan yang kondusif, agar dapat mencegah masalah komunikasi dalam
keluarga dengan cara memperbanyak frekuensi diskusi dalam keluarga yang
melibatkan seluruh anggota keluarga di dalam rumah.
7) Dukung dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan lansia yang didasarkan atas kesepakatan bersama yang
telah dibicarakan dalam keluarga sebelumnya.
Universitas Indonesia
d. Pembenaran :
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan
preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi
bagi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Bimbingan yang dilakukan bagi lansia dan keluarga adalah agar untuk dapat
keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat sehingga tidak terjadinaya
akibat lanjut dari masalah komunikasi maladaptif dalam keluarga. Keterbukaan
dan sikap kekeluargaan dapat diciptakan dengan komunikasi yang dilakukan
secara rutin dalam keluarga. Sehingga dengan demikian, masalah yang ada
pada anggota keluarga dapat teridentifikasi dan dicarikan solusi bersama-sama.
Terapi interpersonal adalah salah satu strategi penanganan masalah depresi dan
disarankan untuk digunakan oleh tenaga kesehatan di level kesehatan dasar
(Valdivia, 2004). Fokus solusi dalam terapi ini adalah memperbaiki hubungan
interpersonal lansia dengan depresi dengan asumsi bahwa depresi dapat
dipulihkan dengan meningkatkan pola komunikasi dan cara berhubungan
dengan orang lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sama lain untuk mencapai kesehatan; 2) motivasi lansia dan keluarga untuk tetap
melakukan evaluasi diri setiap hari untuk melihat status kesehatan mental agar
bisa hidup lebih baik lagi; 3) motivasi keluarga dalam membantu lansia untuk
melakukan aktifitasnya sehari-hari jika diperlukan dan tetap mempertahankan
kondisi yang mendukung kesehatan mental lansia dengan mengikutsertakan lansia
dalam kegiatan kelompok lansia di komunitas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.11
Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan depresi sebelum dan sesudah
pembinaan keluarga dengan intervensi MaSa INDAH
di kelurahan Curug, Cimanggis, Kota Depok Juni 2014 (n=10)
Tingkat Kemandirian Keluarga
No Sebelum Pembinaan Sesudah Pembinaan
Keluarga Keluarga
1 I IV
2 II IV
3 I III
4 I III
5 II III
6 I IV
7 I III
8 II IV
9 II III
10 II III
b. Hambatan
Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
depresi adalah sebagian besar anggota keluarga lansia memiliki kegiatan/
bekerja di luar rumah saat dilaksanakannya kunjungan rumah, anggota
keluarga lansia juga ada yang tidak bisa dihubungi untuk berkomunikasi
dengan lansia, sehingga selama pelaksanaan intervensi, mahasiswa melibatkan
anggota keluarga yang bisa hadir misalnya cucu dan keponakan yang
diundang datang berkunjung ke rumah lansia pada hari-hari tertentu. Selama
intervensi, tetangga dekat lansia juga dilibatkan untuk terlibat dalam
kunjungan ke rumah lansia, sehingga lansia juga merasa terhibur dengan
kehadiran orang lain di sekitarnya. Selain itu, faktor ekonomi menjadi salah
satu masalah utama bagi lansia depresi, karena ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian
perawat pelaksana disupervisi oleh kepala ruang mengalami peningkatan secara
Universitas Indonesia
145
bermakna motivasi dari perawat pelaksana (Saefulloh, Keliat, & Haryati, 2009).
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Karten & Baggot dalam Marquis &
Huston (2012) bahwa pelatihan merupakan suatu proses seorang individu
disediakan dengan berbagai interaksi yang baik ditujukan untuk mengembangkan
isu dan menerima umpan balik terhadap kekuatan dan kesempatan untuk terlibat
atau menerima dukungan dan bimbingan selama transisi peran di dalam sebuah
instansi. Kurangnya pelatihan merupakan suatu kelemahan dalam sebuah
manajemen sehingga dapat berdampak pada kinerja staf pegawai kurang
memuaskan (Swanburg, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmah juga
menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan bagi kader kesehatan dapat
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam
kegiatan posbindu di kota Depok.
Kondisi di masyarakat juga mengalami hal yang sama, terutama bagi kader
kesehatan. Kader yang berperan sebagai orang yang mendukung program
kesehatan di masyarakat, memerlukan sistem dan perencanaan dalam
pengembangan dirinya untuk dapat melayani masyarakat terutama lansia dengan
depresi. Kader posbindu yang terdapat di Kelurahan Curug memerlukan suatu
kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam
perannya sebagai kader melalui pelatihan bagi kader. Peningkatan perilaku
kesehatan kader kesehatan akan berkontribusi bagi kader dalam meningkatkan
kemampuan lansia depresi melakukan intervensi MaSa INDAH secara optimal.
Universitas Indonesia
Hasil evaluasi dalam pembentukan wadah bagi masyarakat untuk kesehatan lansia
depresi menunjukkan adanya Intervensi MaSa INDAH yang disosialisasikan bagi
Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Cimanggis maupun masyarakat,
serta terbentuknya kelompok pendukung sebanyak 15 orang sebagai pondasi awal
penentuan kebijakan program kesehatan lansia di masyarakat. Keterlibatan tenaga
kesehatan dalam pembinaan dilakukan oleh bidan selaku pemegang program
lansia dan pembina wilayah Curug. Kelompok Pendukung yang diberikan
pembinaan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan dengan
topik kesehatan lansia sebesar 28,24%; deteksi dini depresi dan cara
pencegahannya sebesar 25%, teknik pendidikan kesehatan sebesar 34,12%,
komunikasi efektif sevebsar 33,9%, manajemen stress sebesar 25%; dan cara
meningkatkan harga diri sebesar 25%.
Menurut analisis penulis, kelompok kerja dapat digunakan sebagai cara untuk
meningkatkan produktifitas sebuah organisasi. Kader atau kelompok pendukung
memiliki peran yang diharapkan produktif dalam membantu mengatasi masalah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Intervensi MaSa INDAH didasari oleh pendapat para ahli bahwa penyebab
depresi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling
berinteraksi dengan faktor yang lain, sehingga munculnya depresi (Townsend,
2009). Berdasarkan hal tersebut maka, intervensi MaSa INDAH merupakan
perpaduan dari berbagai intervensi yang berdasarkan hasil penelitian dibuktikan
telah terbukti dapat mengatasi masalah depresi pada lansia.
Hasil intervensi MaSa INDAH sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Trivedi (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas pekerjaan dan rekreasi
sangat membantu dalam meningkatkan kondisi fisik lansia, menurunkan emosi
dan tekanan serta berdampak pada antidepresan. Aktifitas yang dapat dilakukan
adalah seperti jogging, berjalan, berenang, bersepeda dan berolahraga (Trivedi,
2006). Hasil penelitian yang dipresentasikan pada konferensi dari British
Nutrition Foundation (2008) juga menyatakan bahwa individu dengan aktifitas
fisik yang rendah memiliki risiko depresi dua kali dibanding individu yang
memiliki aktivitas teratur (David, 2008). Aktivitas-aktivitas spiritual juga akan
memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan, harapan
dan rasa harga dirinya dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-
hari, lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya, menurunkan gejala
depresi dan kecemasan akan kematian serta meningkatkan kesehatan mental lansia
(Kemensos, 2008; Bjorklop, 2013; Hill, 2006; Meisenhelder, 2002).
Universitas Indonesia
Menurut analisa penulis, bahwa aktivitas yang dilakukan oleh lansia secara rutin
dapat membuat lansia tetap aktif dalam melakukan kegiatan, terutama yang
disukainya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Lansia yang melakukan
aktifitas di rumah atau di masyarakat akan terus berinteraksi dengan orang lain,
sehingga lansia tidak akan merasa sendirian dan akan semakin memperbaiki
moodnya menjadi lebih baik. Kegiatan yang banyak dilakukan oleh lansia adalah
seperti memasak, menyapu, membersihkan sayuran, mencuci piring atau pakaian.
Kegiatan tersebut akan merangsang lansia untuk berkomunikasi dengan orang
lain, bercerita dan berdiskusi tentang keinginannya, keluhannya serta harapannya.
Hal ini dapat melegakan hati lansia, sehingga perasaan sedih dan kesepian akan
menurun.
Hasil intervensi MaSa INDAH ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Piven & Buckwalter, 2001 dalam Miller, 2012) yang
mengungkapkan bahwa kegiatan intervensi yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah depresi pada lansia adalah dengan meningkatkan harga dirinya
melalui teknik meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi dalam
mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan
perhatian; meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan;
penyediaan informasi yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia
dalam mengidentifikasi kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia.
Selain itu intervensi MaSa INDAH sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh MacInnes, (2006) yang menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan
afek lansia. Jika lansia dengan harga diri tinggi, maka akan menurunkan tingkat
depresinya. Hal ini sesuai dengan teori psikososial yang menggambarkan tentang
masalah depresi adalah sebagai suatu kondisi, dimana individu mengalami
penurunan pada kognitif, motivasi, harga diri dan afektif-somatik (Seligman, 1981
dalam Miller, 2012).
Universitas Indonesia
melalui kelompok lansia sebaya. Kelompok lansia sebaya adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan saling berbagi
masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi semangat
(Steward, 2009). Ketika lansia memahami dan memadukan individu, maka lansia
akan belajar memperbaiki diri, berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga
diri yang tinggi.
Menurut analisa penulis, lansia mengalami proses penuaan yang harus dijalaninya
dengan segala perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan tersebut membuat
lansia juga merasa perubahan akan penilaian terhadap dirinya baik dari
kemampuan, penampilan maupun gaya hidupnya. Penilaian lansia tersebut
mempengaruhi perilaku kopingnya, terutama bila lansia tidak mendapatkan
dukungan sosial yang kuat dari lingkungan di sekitarnya. Lansia merasa dirinya
tidak berharga, tidak mampu dan tidak bisa lagi seperti masa mudanya dulu
karena keterbatasan dan ketidakmampuannya. Melalui intervensi meningkatkan
harga diri, lansia belajar untuk menghargai dirinya sendiri dengan menggali
persepsi yang positif terhadap dirinya untuk dapat melihat kemampuan dan
kelebihan yang tersisa dalam hidupnya. Lansia belajar untuk menerima tantangan
baru, mengenal tanggapan positif dari orang lain, serta melakukan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan kemampuannya baik di dalam rumah bersama keluarga
maupun dalam kelompok lansia.
Universitas Indonesia
dapat membangun kepercayaan diri lansia dan semangat lansia untuk bisa
mengikuti kegiatan walaupun dengan keterbatasannya.
Blazer (2002b) menyatakan bahwa hal yang sangat penting dalam pencegahan
primer dari depresi adalah melalui intervensi keperawatan yang meningkatkan
kepuasan hidup lansia dan menurunkan kesedihan dan kesendirian. Perawat dapat
mengidentifikasi intervensi yang dapat meningkatkan dukungan sosial. Hal ini
didukung pula dengan pendapat para ahli bahwa kelompok lansia sebaya
Universitas Indonesia
merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada seseorang
dengan tujuan untuk promosi kesehatan.
Analisis dari penulis adalah bahwa intervensi keperawatan yang langsung dan
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan lansia merupakan hal yang sangat perlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada lansia,
karena lansia merupakan bagian dari populasi rentan yang memiliki banyak faktor
mempengaruhinya. Asuhan keperawatan pada populasi lansia lebih efektif
dilakukan dalam bentuk kelompok, sehingga dapat memberikan kekuatan satu
sama lain dengan intervensi yang dapat menurunkan kesedihan lansia dan
membuat mereka semakin bahagia. Kemampuan perawat kesehatan komunitas
dalam melakukan pendekatan dengan teknik komunikasi yang efektif dan
terapeutik sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan lansia dalam mengatasi
masalah depresi. Keterbukaan lansia dalam mengungkapkan masalahnya
merupakan awal keberhasilan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.
Universitas Indonesia
harga diri lansia, memotivasi lansia dalam beraktivitas dalam kegiatan rumah dan
masyarakat. Peningkatan sikap keluarga seiring dengan peningkatan kemandirian
keluarga pada keluarga binaan sebesar 55,88% dalam mengatasi masalah depresi
pada lansia sehingga terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia dalam waktu 4-
5 bulan dalam 8 kali pertemuan kelompok lansia sebaya MaSa INDAH.
Hasil juga menunjukkan bahwa ada perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan
sesudah intervensi MaSa INDAH Intervensi yang dilakukan sesuai dengan
masalah yang ditemukan pada lansia depresi. Semua keluarga lansia diberikan
intervensi berupa pendidikan kesehatan tentang kondisi kesehatan di masa lansia,
pendidikan kesehatan tentang depresi, latihan aktivitas di rumah, latihan
komunikasi efektif, latihan manajemen stres, latihan memberikan dukungan
spiritual serta latihan dalam meningkatkan harga diri lansia. semua intervensi
melibatkan keluarga sebagai sumber dukungan utama bagi lansia.
Koping yang dilakukan lansia dan keluarga merupakan upaya untuk beradaptasi
terhadap stimulus yang mengharuskan sistem keluarga merubah perilakunya.
Pelaksanaan adaptasi, keluarga dan unsur-unsur didalamnya akan menerapkan
koping individu dan koping keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain
untuk mencapai keseimbangan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini telah sesuai dengan hasil
penelitian hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozlem Bozo tahun 2009 pada
lansia di Turki yaitu mengungkapkan bahwa dengan penurunan aktivitas sehari-
hari dapat meningkatkan depresi pada lansia dan dengan dukungan sosial yang
tinggi dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia (Bozo,2009). Hal tersebut
membuktikan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat dalam asuhan
keperawatan komunitas sangat berpengaruhi dalam meningkatkan derajat
kesehatan lansia dengan depresi.
Analisis penulis adalah karena lansia merupakan bagian dalam keluarga. Depresi
yang terjadi dapat diatasi oleh lansia dan dengan dukungan lingkungan di
sekitarnya terutama adalah keluarga. Sebagai orang terdekat dari lansia, keluarga
Universitas Indonesia
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan intervensi MaSa INDAH adalah terkait dengan sumber
daya manusia yang terdapat di puskesmas. Tenaga dari puskesmas juga
merupakan seorang bidan yang bukan menjadi kompetensinya dalam melakukan
intervensi keperawatan dalam MaSa INDAH, sehingga dasar pengetahuan untuk
intervensi keperawatan masih kurang. Selain itu, sumber daya manusia di
masyarakat yaitu kader diberikan kesempatan untuk mendukung dan
memfasilitasi lansia dalam melakukan intervensi MaSa INDAH dengan
dibantu oleh keluarga lansia. Kondisi di lapangan adalah kader kesehatan
mempunyai tugas yang banyak seperti terlibat juga dalam mengurus posyandu
balita dan juga kegiatan lainnya seperti telah terbentuk juga kelompok
pendukung lainnya yang membuat jumlah kader kesehatan menjadi terbatas dan
menjadi beban tersendiri bagi kader. Keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan
intervensi keperawatan masih kurang dan menjadi keterbatasan pencapaian
peningkatan kemandirian keluarga yang optimal dalam perawatan kesehatan
lansia depresi di rumah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Bagian simpulan dan saran menguraikan tentang hasil pembahasan secara singkat
terkait pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga.
6.1 Simpulan
6.1.1. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tenaga kesehatan dalam
melaksanakan intervensi MaSa INDAH pada aggregat lansia depresi di
Kelurahan Curug.
6.1.2 Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok
pendukung lansia MaSa INDAH tentang kesehatan lansia; deteksi dini
depresi dan cara pencegahannya; teknik pendidikan kesehatan;
komunikasi efektif; manajemen stres; cara meningkatkan harga diri lansia
di Kelurahan Curug.
6.1.3. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam
perawatan kesehatan lansia dengan depresi melalui intervensi MaSa
INDAH di Kelurahan Curug.
6.1.4 Peningkatan kemandirian keluarga pada keluarga binaan dalam mengatasi
masalah depresi pada lansia melalui intervensi MaSa INDAH
6.1.5 Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia dalam perawatan
kesehatan lansia dengan depresi melalui intervensi MaSa INDAH di
Kelurahan Curug.
6.1.6 Penurunan tingkat depresi lansia setelah dilakukan intervensi MaSa
INDAH di Kelurahan Curug.
6.2 Saran
6.2.1 Pengelola Program Kesehatan
6.2.1.1 Dinas Kesehatan
a. Merumuskan kebijakan program terkait dengan masalah kesehatan depresi
pada aggregat lansia meliputi pengembangan staf atau sumber daya manusia
6.2.1.2 Puskesmas
a. Mengembangkan kegiatan tambahan pada pelayanan di dalam gedung dan di
luar gedung dari rangkaian intervensi “MaSa INDAH” pada kelompok lansia
di Kelurahan Curug.
b. Meningkatkan kemampuan dan potensi perawat sebagai pelaksana intervensi
keperawatan melalui pemberian kesempatan dalam pengembangan
pendidikan berkelanjutan di dalam institusi maupun di luar institusi.
c. Mengoptimalkan puskesmas santun lansia hingga ke lapisan masyarakat
dengan memberikan pelayanan keperawatan kesehatan lansia baik berupa
pelayanan kesehatan fisik maupun psikologis sebagai bentuk penghargaan
bagi lansia di masa tuanya
d. Memfasilitasi setiap kegiatan kelompok lansia sebaya MaSa INDAH dan
pembinaan kader dalam kelompok pendukung serta bimbingan untuk
meningkatkan semangat dan motivasi masyarakat dalam mengatasi masalah
depresi pada lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Bjorklof, G. H., Engedal, K., Selbæk, G., Kouwenhoven, S.E. dan Helvik, A.S.
(2013). Coping and Depression in Old Age: A Literature Review.
Psychology Journal 35: 121-54.
Blazer, D.G. (2003). Depression in Late Life: Review and Commentary. The
Journal of Gerontology; Mar 2003; 58 A,3. http://proquest.umi.com,
diperoleh tanggal 23 Oktober 2013.
Carson, V.B. (2010). Mental Health Nursing : The Nurse-Patient Journey 2nd
Edition. Philadelphia: W.B. Sounder Company.
Cole, M.G., dan Dendukuri, N. (2003). Risk factors for depression among elderly
community subjects: A systematic review and meta-analysis. The American
Journal of Psychiatry 160.6 (Jun 2003): 1147-56.
Conner, K.O., Copelan, V.C., Grote, N.K., Koeske, G., Rosen, D., Reynold.,C.F.,
dan Brown, C. (2010). Mental Health Treatment Seeking Among Older
Adults with Depression: The Impact of Stigma and Race. Am J Geriatr
Psychiatry; 18(6):531-43.
Universitas Indonesia
Cutler, C.G. (2005). Self-Efficacy and Social Adjustment of Patient with Mood
Disorder. J.Am Psychiatr Nurs assoc 11:283.
Hikmawati, Eny dan Purnama, Akhmad. (2008). Kondisi Kepuasan Hidup Lanjut
Usia. Jurnal PKS Vol. VII, No. 26 Desember 2008, 79-93.
Hill, T.D., Burdette, A.M., Angel, J.L., Angel, R.J. (2006). Religious Attendance
and Cognitive Functioning among Older Mexican Americans. J Gerontol
B Psychol Sci Soc Sci. 61(1):3-9.
Universitas Indonesia
Keliat, B.A., Wiyono A.P. dan Susanti. (2011). Manajemen Kasus gangguan jiwa;
CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Kementerian Sosial (2008). Mencapai Optimum Aging pada Lansia, Diakses dari
http://www.kemensos.go.id tanggal 04 Oktober 2013.
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010), Profil Penduduk Lanjut Usia 2009,
Jakarta: Komisi Nasiona Lanjut Usia.
Landefeld, C.S., Palmer, R.M., Johnson, M., Anne, J.C.B dan Lyons, W. (2004).
Current Geriatric Diagnosis & Treatmen. Singapore: Mc Graw Hill.
MacInnes, D.L. (2006).Mental Health ; Effect of self esteem and self acceptance
on phychological health is examined. Journal of Psychiatric and Mental
Health Nursing 2006;13(5):483-89.
http://search.proquest.com/docview/211467955?accountid=17242
Universitas Indonesia
Pistrang, N..et al. (2008) Mutual Help Group for Mental Health Problems: A
Review of Effectiveness Studies. Am J Community Psychol : 42;110-121.
Sadock, B. J. dan Sadock, V.A. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan
Sandock. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis :
Mosby.
Tambag, H., Oz, Fatma (2013). Evaluation of the Psychoeducation Given to the
Elderly at Nursing Home for a Healty Lifestyle and Developing Life
Satisfaction. Community Ment Health J 49:742-47.
Taylor, SE. (2006). Health Psychology 6th ed. Singapore: M.C. Grow Hill Book
Company.
Universitas Indonesia
Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan staf untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lansia depresi masih belum optimal (15)
2. Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan kesehatan lansia belum tersedia (14)
3. Kegiatan supervisi pembinaan kesehatan lansia dengan depresi oleh pemegang program lansia belum terlaksana dengan baik (12)
4. Koordinasi dan kerjasama lintas program dalam pengembangan program kesehatan lansia dengan depresi belum optimal (11)
5. Monitoring evaluasi tentang pelaksanaan program kesehatan lansiadengan depresi belum terlaksana (10)
Score 3 1/6
PRIORITAS MASALAH :
1. Keputusasaan pada nenek N.
2. Komunikasi keluarga disfungsional
3. Distress spiritual pada nenek N
4. Regimen therapeutik tidak efektif pada nenek N.
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
Kegiatan : ..............................................................
Nilai Sesuai
NO Kegiatan Kegiatan
0 1
1 Melakukan pengisian KMS lansia dengan lengkap
2 Melakukan pengisian KMS lansia dengan benar
3 Melakukan komunikasi yang baik pada lansia untuk
mendapatkan data :
a. Kegiatan sehari-hari
b. Status mental masalah emosional
c. Indeks Massa Tubuh (Berat Badan, Tinggi Badan)
d. Tekanan darah dan pengobatan
4 Bersikap sopan dan empathi saat berkomunikasi dengan
lansia
5 Memberikan motivasi bagi lansia dengan memberikan
informasi kesehatan yang sederhana sesuai dengan
masalah kesehatan lansia
6 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
pada KMS lansia.
Total Nilai =
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (sangat setuju, setuju,
tidak setuju atau sangat tidak setuju) !
Tidak Sangat
Sangat
No Pernyataan Setuju setuju tidak
setuju
setuju
Lansia adalah orang yang perlu dihormati dan
1
dihargai
Lansia yang mengalami proses penuaan hanya
2 memiliki masalah fisik yang harus bisa diterima
dengan tulus
Lansia membutuhkan teman untuk berbicara
3
dalam mengatasi depresinya
Petugas kesehatan memiliki peran besar dalam
4
membantu lansia depresi
Suasana yang menyenangkan, akan membuat
5
lansia merasa bahagia.
Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (Sering, Jarang,
Pernah Atau Tidak Pernah ) !
Tidak
No Pernyataan Sering/ Jarang/ Pernah/ pernah/
setiap sebagian sedikit tidak
waktu besar waktu waktu sama
sekali
1 Bapak/Ibu tersenyum dan bersikap ramah
terhadap lansia
2 Bapak/Ibu menanyakan kepada lansia
tentang perasaan, keinginan lansia
3 Bapak/Ibu melakukan pengkajian kondisi
mental emosional lansia dan mencatatnya
4 Bapak/Ibu memberikan informasi tentang
perubahan kondisi kesehatan lansia akibat
proses penuaannya
5 Bapak/Ibu memotivasi lansia untuk terlibat
dalam kegiatan posbindu dan kegiatan di
masyarakat
6 Bapak/Ibu berperan serta dalam
merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan untuk lansia bersama
masyarakat (kader dan lansia)
7 Bapak/Ibu mengajarkan lansia dalam
mengatasi stres dengan teknik nafas dalam
8 Bapak/Ibu memotivasi lansia dalam rutin
melakukan kegiatan keagamaan seperti
berdoa sesuai agama dan kepercayaan
9 Bapak/Ibu membiarkan lansia duduk
sendirian dan berdiam diri.
10 Bapak/Ibu melakukan pengembangan diri
seperti mengikuti pelatihan atau seminar
tentang kesehatan lansia depresi
Tidak
No Kegiatan Dilakukan
Dilakukan
Memberikan penjelasan saat umpan balik kepada kader lansia
tentang pentingnya :
1 Identitas lansia
2 Data kunjungan (Tanggal kunjungan)
3 Kegiatan sehari-hari (A, B atau C)
4 Status mental emosional penilaian 2 menit (Ada/tdk ada)
5 Indeks Massa Tubuh
6 Berat badan (Kg)
7 Tekanan darah (Tinggi, Normal atau Rendah)
8 Hasil pemeriksaan tekanan darah (sistole/diastole =
mmHg)
9 Pengobatan tekanan darah (ada/ tidak ada)
10 Hb (Kurang/ Normal)
11 Hasil pemeriksaan Hb (gram%)
12 Hasil pemeriksaan gula darah
13 Pengobatan DM (ada /tidak ada)
14 Hasil pemeriksaan Protein urine (positif/ negatif)
15 Pengobatan (ada/ tidak ada)
16 Kasus di konseling
17 Penyuluhan Kesehatan
JUMLAH
TOTAL NILAI SESUAI KEGIATAN
Keterangan : TOTAL NILAI
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan dengan benar
Total Nilai =
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Menyiapkan media penyuluhan (leaflet, lembar balik, dll)
2 Media peyuluhan sudah sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
3 Menyiapkan alat dan tempat untuk penyuluhan
4 Mengatur lingkungan yang kondusif seperti lingkungan yang
nyaman terhindar dari kebisingan, tidak berbau, tidak panas
dan tidak sempit
5 Menyampaikan salam pembukaan
6 Kontrak waktu, tempat dan tema
7 Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan
8 Mempertahankan kontak mata
9 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
10 Menjelaskan materi pendidikan kesehatan dengan benar dan
berurutan
11 Bertanya kembali tentang apa yang telah disampaikan oleh
penyuluh kepada peserta
12 Memberikan pujian atas jawaban peserta
13 Memberikan umpan balik atas jawaban dari peserta
14 Melakukan kontrak untuk pertemuan dan kegiatan
selanjutnya
15 Menyampaikan salam penutup
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Harga diri rendah adalah perasaan positif terhadap diri
2 Kondisi harga diri rendah bisa terjadi pada lansia karena
perasaan malu akibat kejadian tertentu
3 Peran yang sesuai dengan keinginan lansia, dapat
membuat harga dirinya rendah
4 Lansia yang mengalami harga diri rendah akan sukar
mengambil keputusan
5 Harga diri lansia bisa ditingkatkan oleh lansia dan dibantu
oleh orang lain
6 Lansia dengan harga diri rendah selalu merasa percaya diri
7 Dukungan yang dapat diberikan pada lansia dengan harga
diri rendah adalah dengan mengenalkan kekuatan dan
kemampuan pada diri lansia
8 Pujian sangat diperlukan dalam membantu lansia dalam
meningkatkan harga dirinya
9 Keikutsertaan dalam kelompok membuat lansia semakin
malu dan tidak percaya diri
10 Lansia sehat dan bahagia meningkatkan harga dirinya
Lembar Observasi
Cara Meningkatkan Harga Diri
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
Kontak mata saat berbicara dengan lansia
1 Menanyakan kepada orang lain/ lansia :
a. Pendapat orang lain/ lansia tentang
dirinya
b. Hal-hal yang membuat orang lain/ lansia
c. Hal-hal yang membuat ia tidak percaya
diri atau malu
2 Memberikan dukungan kepada orang lain/
lansia :
a. Untuk mengenal kekuatan dan
kemampuan yang dimilikinya
b. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas
untuk melakukan kepandaiannya
c. Mengenalkan tanggapan positif dari orang
lain terhadap dirinya
d. Belajar menerima pengaruh dan tantangan
baru
e. Melakukan aktifitas bersama dalam
kelompok
3 Memberikan pujian untuk tindakan orang lain/
lansia dalam meningkatkan harga dirinya.
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Depresi adalah kondisi gangguan pada jiwa lansia yang
sudah berat
2 Depresi terjadi pada semua lansia karena sudah menjadi tua
dan berpenyakit kronis
3 Depresi pada lansia ditandai dengan perasaan bersedih lebih
dari dua minggu
4 Lansia yang depresi lama memiliki keinginan untuk bunuh
diri
5 Kondisi depresi pada lansia bisa dicegah dengan dukungan
keluarga dan masyarakat
6 Lansia depresi karena tinggal bersama keluarga
7 Lansia depresi selalu mengungkapkan perasaannya secara
terbuka dengan orang lain
8 Depresi pada lansia bisa berakibat tekanan darah meningkat
9 Pencegahan depresi pada lansia adalah dengan tetap aktif
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
10 Lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan di
masyarakat tidak berisiko mengalami depresi
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
Lembar Observasi
Teknik Komunikasi Efektif
No Dilakukan
Tindakan saat berkomunikasi
Ya Tidak
1 Ekspesi wajah sesuai
2 Nada suara sesuai
3 Kontak mata sesuai
4 Bersikap tenang
5 Menunjukkan minat untuk mendengarkan
orang lain saat berbicara
6 Menggunakan kata-kata sederhana
7 Tidak menyinggung atau mengkritik
8 Bahasa yang digunakan jelas
9 Menyampaikan informasi
10 Tidak memotong pembicaaan
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Stres adalah situasi atau kondisi yang nyaman bagi
seseorang
2 Stres dapat berasal dari dalam tubuh dan dari luar
tubuh
3 Tanda stres pada lansia adalah mudah menangis
4 Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain bukan
merupakan tanda stres pada lansia
5 Pikiran menjadi tenang merupakan akibat dari stres
6 Stres pada lansia bisa diatasi
7 Orang stres sebaiknya menenangkan diri di kamar
dalam jangka waktu tertentu
8 Orang stres harus makan makanan bergizi dan
istirahat yang cukup
9 Cara mengatasi stres bisa dengan melakukan
relaksasi nafas dalam dengan diiringi musik
10 Mengatasi stres bisa dilakukan dengan melakukan
doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
Lembar Observasi
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Musik
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Pakaian dilonggarkan dengan posisi tenang
dan nyaman
2 Diawali dengan berdoa, berzikir atau sholawat
3 Memejamkan mata dan konsentrasi dengan
pernafasan sesuai suara musik
4 Bernafas santai sebanyak 3-4 kali sampai
merasa nyaman dalam bernafas
5 Menarik nafas melalui hidung secara perlahan,
mendalam, santai dan merasakan naik perut
dan menahan sampai 3-5 hitungan
6 Mengeluarkan nafas secara perlahan lewat
mulut dengan bentuk huruf “O” dan merasakan
turunnya perut
7 Diselingi dengan nafas biasa 4-5 kali dengan
tarikan nafas dalam
8 Mengulangi pernafasan secara berulang kali
hingga merasa nyaman dan santai
9 Mendengarkan musik sambil memikirkan hal-
hal yang positif
10 Masih berada pada posisi yang aman dan
nyaman hingga prosesi selesai
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Harga diri rendah adalah perasaan positif terhadap
diri
2 Kondisi harga diri rendah bisa terjadi pada lansia
karena perasaan malu akibat kejadian tertentu
3 Peran yang sesuai dengan keinginan lansia, dapat
membuat harga dirinya rendah
4 Lansia yang mengalami harga diri rendah akan
sukar mengambil keputusan
5 Harga diri lansia bisa ditingkatkan oleh lansia dan
dibantu oleh orang lain
6 Lansia dengan harga diri rendah selalu merasa
percaya diri
7 Dukungan yang dapat diberikan pada lansia dengan
harga diri rendah adalah dengan mengenalkan
kekuatan dan kemampuan pada diri lansia
8 Pujian sangat diperlukan dalam membantu lansia
dalam meningkatkan harga dirinya
9 Keikutsertaan dalam kelompok membuat lansia
semakin malu dan tidak percaya diri
10 Lansia sehat dan bahagia meningkatkan harga
dirinya
Lembar Observasi
Cara Meningkatkan Harga Diri
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
Kontak mata saat berbicara dengan lansia
1 Menanyakan kepada orang lain/ lansia :
a. Pendapat orang lain/ lansia tentang dirinya
b. Hal-hal yang membuat orang lain/ lansia
c. Hal-hal yang membuat ia tidak percaya diri atau
malu
2 Memberikan dukungan kepada orang lain/ lansia :
a. Untuk mengenal kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya
b. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas untuk
melakukan kepandaiannya
c. Mengenalkan tanggapan positif dari orang lain
terhadap dirinya
d. Belajar menerima pengaruh dan tantangan baru
e. Melakukan aktifitas bersama dalam kelompok
3 Memberikan pujian untuk tindakan orang lain/ lansia
dalam meningkatkan harga dirinya.
Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Depresi adalah kondisi gangguan pada jiwa lansia yang sudah
berat
2 Depresi terjadi pada semua lansia karena sudah menjadi tua dan
berpenyakit kronis
3 Depresi pada lansia ditandai dengan perasaan bersedih lebih dari
dua minggu
4 Lansia yang depresi lama memiliki keinginan untuk bunuh diri
5 Kondisi depresi pada lansia bisa dicegah dengan dukungan
keluarga dan masyarakat
6 Lansia depresi karena tinggal bersama keluarga
7 Lansia depresi selalu mengungkapkan perasaannya secara terbuka
dengan orang lain
8 Depresi pada lansia bisa berakibat tekanan darah meningkat
9 Pencegahan depresi pada lansia adalah dengan tetap aktif
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
10 Lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan di
masyarakat tidak berisiko mengalami depresi
Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (sangat setuju, setuju,
tidak setuju atau sangat tidak setuju) !
Tidak Sangat
Sangat
No Pernyataan Setuju setuju tidak
setuju
setuju
Lansia adalah orang yang perlu dihormati dan
1
dihargai
Lansia yang mengalami proses penuaan hanya
2 memiliki masalah fisik yang harus bisa diterima
dengan tulus
Lansia membutuhkan teman untuk berbicara dalam
3
mengatasi depresinya
Keluarga memiliki peran besar dalam membantu
4
lansia depresi untuk bisa pulih, sehat dan bahagia
Suasana yang menyenangkan, akan membuat lansia
5
merasa bahagia.
6 Masalah lansia hanya bisa diatasi oleh lansia sendiri
Lansia tidak perlu ikut dalam kegiatan di rumah
7
maupun di masyarakat
Sarana pelayanan di puskesmas dan posbindu sebagai
8 salah satu fasilitas untuk membuat lansia tetap sehat
dan bahagia
Lansia yang datang ke pelayanan kesehatan untuk
9 mendapatkan pelayanan keperawatan secara fisik dan
psikologis
Memberikan dukungan bagi kesehatan lansia itu
10
penting
Tidak
No Pernyataan Sering/ Jarang/ Pernah/ pernah/
setiap sebagian sedikit tidak
waktu besar waktu waktu sama
sekali
1 Bapak/Ibu tersenyum dan bersikap ramah
terhadap lansia
2 Bapak/Ibu menanyakan kepada lansia
tentang perasaan, keinginan lansia
3 Bapak/Ibu mengajak lansia dalam kegiatan
atau aktivitas di dalam rumah
4 Bapak/Ibu memberikan motivasi kepada
lansia untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan lansia
5 Bapak/Ibu memotivasi lansia untuk terlibat
dalam kegiatan posbindu dan kegiatan di
masyarakat
6 Bapak/Ibu berperan serta dalam
merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan untuk lansia bersama
masyarakat (kader dan lansia)
7 Bapak/Ibu bersama-sama lansia dalam
mengatasi stres dengan teknik nafas dalam
8 Bapak/Ibu memotivasi lansia dalam rutin
melakukan kegiatan keagamaan seperti
berdoa sesuai agama dan kepercayaan
9 Bapak/Ibu membiarkan lansia duduk
sendirian dan berdiam diri.
10 Bapak/Ibu memberikan pujian bagi lansia
atas keberhasilan lansia melakukan sesuatu
yang baik.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Hilangnya perasaan senang dalam beraktivitas normal
2 Berat badan menurun atau bertambah
3 Merasa kesulitan tidur atau kebanyakan tidur
4 Merasa kelelahan dan tidak punya tenaga
5 Sulit berkonsentrasi
6 Merasa tidak puas dengan kehidupan saat ini
7 Merasa hidup terasa kosong
8 Merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi
9 Merasa ditinggalkan dan tidak dipedulikan
10 Merasa tidak berdaya
11 Merasa kehilangan orang yang dicintai
12 Menderita penyakit yang tidak sembuh-sembuh
13 Harus minum obat-obatan
14 Merasakan peristiwa yang menyedihkan dan
menyakitkan
15 Perasaan penyesalan dalam hidup ini
Badan dan persendian terasa - Jadwal makan dibuat sering di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis
SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
nyeri dengan porsi kecil, mudah BAHAGIA.
Tidak selera makan dicerna dan jangan makan
Ingin cepat meninggal dunia terlau kenyang Sekian
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA DEPRESI ITU ? mudah marah
Depresi merupakan gangguan perasan perasa
yang ditandai dengan adanya perasaan curiga
bersedih, hilang minat dan mudah mudah sedih dan murung
putus asa. suka menyendiri
merasa tidak berguna
MENGAPA LANSIA ITU merasa bersalah
BERISIKO DEPRESI ? merasa banyak beban
Pergaulan berkurang tidak mampu mengungkapkan
Penghasilan menurun
perasaan terbuka dengan orang
Tubuh lemah
Kondisi kesehatan menurun
lain.
Kurang aktif
Rekreasi terbatas
Keluarga sibuk
Olahraga kurang
Tinggal sendiri
Tidak memiliki jaminan kesehatan
Menderita penyakit kronis.
BAGAIMANA TAHAPAN
BERDUKACITA/KEHILANGAN
dan PERAN KELUARGA ?
TAHAP 2 : MARAH
TAHAP 1 : PENOLAKAN Seseorang biasanya marah dan
Seseorang mengatakan : merasa apa yang terjadi padanya
“ ini tidak mungkin terjadi “ sungguh tidak adil
“saya tidak percaya”
“mustahil” Peran keluarga tahap marah :
Oleh : Bantu lansia untuk mengerti
Peran keluarga tahap penolakan :
Mahasiswa Spesialis
bahwa marah adalah suatu
Keperawatan Komunitas Secara verbal mendukung respon yang normal untuk
lansia tetapi tidak mendukung merasakan kehilangan dan
penolakannya ketidakberdayaan
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA Tidak membantah penolakan
Fasilitasi ungkapan kemarahan
2013 atau penyangkalan lansia
lansia
tetapi menyampaikan
Tangani kebutuhan dasar pada
fakta/kenyataan
tahapan reaksi kemarahan
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
TAHAP 3 : MENIMBANG- Peran keluarga tahap depresi/ “Saya yakin ia bahagia disisi Allah,
NIMBANG/ MENAWAR-NAWAR kesedihan : maka saya akan merasa bahagia
Seseorang mengatakan : Membantu lansia mengurangi pula”
“Andai saja saya yang ada di posisi rasa bersalah denga tetap Peran keluarga tahap Penerimaan
tersebut “ mendukungnya
“seandainya ia tidak pergi secepat Memberikan kesempatan lansia Membantu lansia
ini “ untuk bercerita tentang mengidentifikasi rencana
kesedihannya kegiatan yang akan dilakukan
Peran keluarga tahap Bantu lansia untuk bisa
Memberikan dukungan non
menimbang-nimbang/ tawar mengerti penyebab kematian
verbal dengan cara duduk di
menawar : Bersama-sama lansia, lakukan
samping lansia dan memegang
tangan lansia ziarah ke makam dan atau
Dengarkan dengan penuh
Hargai perasaan lansia melihat foto-foto pemakaman.
perhatian
Bersama lansia membahas Mengurusi surat-surat yang
Ajak lansia berbicara untuk
pikiran negatif yang sering diperlukan
mengurangi rasa bersalah dan
ketakutan yang tidak masuk muncul
akal. Latih mengidentifikasi hal
Berikan dukungan spiritual. positif yang masih dimiliki.
Terganggunnya dalam
penyelesaian masalah
Terganggunya hubungan
APA TANDA-TANDA STRES dengan orang lain
PADA LANSIA ?
Oleh :
Sedih Terganggunya kesehatan
Mahasiswa Spesialis
Mudah menangis
Keperawatan Komunitas
Mudah marah
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Takut
UNIVERSITAS INDONESIA Cemas
Sulit Konsentrasi
Sulit mengambil keputusan
Mudah lupa
Malam
Yang Ikut kegiatan di rumah
saya Ikut kegiatan di masyarakat
lakukan Nerima kondisi dengan tulus dan ikhlas
Doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Beribadah sesuai dengan agama kepercayaan
Diskusi bersama anggota keluarga yang lain
Atasi stress dengan teknik relaksasi : meditasi
Harga diri positif dengan selalu berpikiran
positif
Harga diri positif dengan merasa diri berharga
dan berguna bagi orang lain
Tanggal 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Pagi
Malam
Yang Ikut kegiatan di rumah
Saya Ikut kegiatan di masyarakat
Lakukan Nerima kondisi dengan tulus dan ikhlas
Doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Beribadah sesuai dengan agama kepercayaan
Diskusi bersama anggota keluarga yang lain
Atasi stress dengan teknik relasasi: meditasi
Harga diri positif dengan selalu berpikiran
positif
Harga diri positif dengan merasa diri berharga
dan berguna bagi orang lain