Anda di halaman 1dari 219

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH INTERVENSI “ MaSa INDAH” DALAM


PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA
AGGREGATE LANSIA DI KELURAHAN CURUG,
KECAMATAN CIMANGGIS, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

AGNES DEWI ASTUTI


1106042555

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS
KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2014

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH INTERVENSI “ MaSa INDAH” DALAM


PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA
AGGREGATE LANSIA DI KELURAHAN CURUG,
KECAMATAN CIMANGGIS, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

AGNES DEWI ASTUTI


1106042555

Pembimbing I : Dra. Junaiti Sahar, SKp.,M.App.Sc.,PhD


Pembimbing II : Widyatuti, SKp.,M.Kep.,Sp.Kom

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS
KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2014

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala berkat kasih karunia Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang
berjudul “Pengaruh Intervensi “MaSa INDAH” dalam Pelayanan dan Asuhan
Keperawatan Komunitas Terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Aggregate Lansia di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok”. Karya Ilmiah Akhir ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam memberikan masukan, bimbingan, semangat serta dukungan yang sangat
besar dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada :

1. Dra. Junaiti Sahar, SKp.,M.App., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ini.
2. Ns. Henny Permatasari, SKp.,M.Kep.,Sp.Kom., selaku Ketua Program Pasca
Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ns. Widyatuti, S,Kp.,M.Kep.,Sp.Kom selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin praktik
residensi keperawatan komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
7. Kepala Puskesmas Cimanggis Kota Depok yang telah memberikan ijin
praktik residensi keperawatan komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
8. Suami tercinta Vinsensius Goda Lengu, anak-anak kesayangan Alberto
Alessandro Senada Putra dan Rafael Senada Putra, mamah tercinta dan kakak

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Dodi, Maria, keponakan Anto serta seluruh keluarga yang telah mendukung
melalui doa dan semangat yang sangat besar.
9. Seluruh rekan-rekan residen Program Spesialis Keperawatan Komunitas
angkatan 2013 (13 Pejuang’13) dan rekan-rekan Program Magister angkatan
2011 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah
memberikan masukan serta motivasi yang begitu besar.

Semoga seluruh kebaikan serta dukungan yang diberikan mendapatkan berkat dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ini, maka kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi karya ilmiah
akhir ini sangat penulis hargai agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

Depok, Juni 2014

Penulis

vi

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Agnes Dewi Astuti


Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Pengaruh Intervensi “MaSa INDAH” dalam Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas
Terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Aggregate Lansia di Kelurahan Curug, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok

MaSa INDAH merupakan bentuk intervensi keperawatan komunitas untuk menurunkan tingkat
depresi pada lansia. Penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh intervensi “MaSa
INDAH” dalam pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas terhadap penurunan tingkat depresi
lansia. Hasil menunjukkan terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia sebesar 31,58% dengan
peningkatan pengetahuan 25,01 %; sikap 35 %; keterampilan lansia melakukan intervensi ”MaSa
INDAH” dengan presentasi paling besar yaitu meningkatkan harga diri positif sebesar 52,9%.
Kesimpulan peningkatan harga diri lansia dapat menurunkan tingkat depresi. Direkomendasikan
pengambil keputusan program kesehatan lansia meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan yang melibatkan lansia sebagai bentuk penghargaan, agar lansia tetap sehat dan bahagia.

Kata kunci : MaSa INDAH, intervensi keperawatan komunitas, lansia, depresi.

ABSTRACT
Agnes Dewi Astuti
Specialist Community Nursing, Faculty of Nursing, University Indonesia
Effect of Intervention "MaSa INDAH" in the Services and Community Nursing Care to Decreased
Elderly’s Depression Level in Curug Sub Distric, Cimanggis, Depok

MaSA INDAH is a form of community nursing intervention to decrease the level of depression in
the elderly. The aims of this paper was to provide an overview of the effect of the intervention
"MaSa INDAH" in the community nursing service and to decrease the level of depression. The
results showed that there was a decrease in the level of depression in the elderly by 31.58% with
an increase knowledge of 25.01%; attitudes 35%; the skills of the elderly in giving “MaSa
INDAH” intervention was the greatest presentation of improving positive self-esteem by 52.9%.
Conclusion improved positive self-esteem in the elderly has been decreased the level of
depression. The decision makers is recommended to improve community empowerment through
activities involving the elderly as a form of appreciation, so that the elderly remain healthy and
happy.

Keywords: MaSa INDAH, community nursing intervention, the elderly, depression.

viii

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................. ii
HALAMAN ORISINALITAS .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 12
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 12
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 12
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................... 13
1.3.1 Pengelola Program Kesehatan .................................................... 13
1.3.2 Kader Kesehatan ........................................................................ 13
1.3.3 Masyarakat, Keluarga dan Lansia ............................................... 14
1.3.4 Pengembangan Ilmu Keperawatan .............................................. 14

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


2.1 Lansia sebagai Populasi Rentan (Vulnerable Population) ..................... 15
2.1.1 Definini Populasi Rentan ........................................................... 15
2.1.2 Karakteristik Lansia sebagai Populasi Rentan ........................... 16
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerentanan ......................... 18
2.1.4 Konsekuensi Fungsional pada Kelompok Lansia ....................... 20
2.2 Lansia dengan Depresi ............................................................................ 21
2.2.1 Perubahan akibat Proses Penuaan pada Lansia .......................... 21
2.2.2 Depresi pada Lansia ................................................................... 23
2.3 Keperawatan Komunitas ......................................................................... 26
2.3.1 Unsur-unsur Penting dalam Kesehatan Komunitas .................... 26
2.3.2 Karakteristik keperawatan Komunitas ....................................... 26
2.3.3 Strategi Keperawatan Komunitas .............................................. 27
2.3.4 Prinsip Keperawatan Komunitas ............................................... 31
2.3.5 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ...................... 33
2.3.6 Asuhan Keperawatan ................................................................. 42
2.4 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Lansia dengan Depresi....... 60
2.4.1 Peran sebagai Pemberi Pelayanan Keperawatan atau provider.. 60
2.4.2 Peran sebagai Pendidik atau edukator ....................................... 60
2.4.3 Peran sebagai advocator ............................................................ 61
2.4.4 Peran sebagai Manajer .............................................................. 61
2.4.5 Peran sebagai Kolaborator .......................................................... 62

ix

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


2.4.6 Peran sebagai leader.................................................................... 62
2.4.7 Peran sebagai Peneliti ................................................................. 62

BAB 3 KERANGKA KONSEP PRAKTIK KEPERAWATAN


KOMUNITAS
3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas ............................... 64
3.2 Pelaksanaan Intervensi MaSa INDAH dalam menurunkan Depresi pada
Lansia ...................................................................................................... 67
3.3 Profil Wilayah Kelurahan Curug Kota Depok ........................................ 69

BAB 4 PELAKSANAA INTERVENSI “MaSa INDAH” DALAM


PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
UNTUK MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA AGGREGATE
LANSIA
4.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas dalam Mencegah
Depresi pada Aggregate Lansia .............................................................. 73
4.1.1 Analisis Situasi .......................................................................... 73
4.1.2 Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ....... 93
4.1.3 Rencana Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ....... 93
4.1.4 Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas.. 100
4.1.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ........................................ 104
4.2 Asuhan Keperawatan Komunitas ................................................................ 109
4.2.1 Pengumpulan Data..................................................................... 109
4.2.2 Analisis Situasi .......................................................................... 111
4.2.3 Masalah Keperawatan Komunitas ............................................ 115
4.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan Komunitas ............................ 117
4.2.5 Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ...................................... 121
4.2.6 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ....................................... 123
4.3 Asuhan Keperawatan Keluarga .................................................................. 129
4.3.1 Analisis Situasi ......................................................................... 129
4.3.2 Masalah Keperawatan Keluarga ............................................... 132
4.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga .............................. 134
4.3.4 Pelaksanaan Keperawatan Keluarga ......................................... 139
4.3.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ....................................... 140

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan .............................................................. 145
5.1.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Kesehatan ...................... 145
5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas ............................................. 148
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................ 153
5.2 Keterbatasan .............................................................................................. 155
5.3 Implikasi keperawatan ............................................................................... 155
5.3.1 Implikasi Pelayanan Keperawatan Komunitas ........................ 155
5.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan ........................................... 156

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ................................................................................................. 158
6.2 Saran ....................................................................................................... 158

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Community As Partner.............................. 43


Gambar 2.2 Modifikasi Langkah-langkah dalam Proses
Keperawatan Individu dan Keluarga Lansia
dengan Depresi...................................................... 58
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan
Komunitas pada Aggregate Lansia dengan
Depresi ................................................................. 66
Gambar 3.2 Kerangka Modifikasi Pelaksanaan Intervensi
MaSa INDAH ................................................... 69
Gambar 4.1 Fish Bone Analisis Manajemen Pelayanan
Kesehatan pada Aggregate Lansia dengan
Depresi ................................................................. 92
Gambar 4.2 WOC (Web of Causation) Asuhan Keperawatan
Komunitas pada Aggregat Lansia dengan
Depresi ................................................................. 116
Gambar 4.3 WOC (Web of Causation) Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Aggregate Lansia dengan
Depresi ................................................................. 133

xii

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi


yang mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan usia, masalah kesehatan dan
tingkat ketergantungan di Kelurahan Curug
tahun 2013 (n=19) ................................................ 111
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi
yang mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di
Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19) ................... 112
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi
yang mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan jaminan kesehatan di Kelurahan
Curug tahun 2013 (n=19) ..................................... 113
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum
mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore pengetahuan tentang
perawatan kesehatan lansia dengan depresi di
Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19) ................... 113
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum
mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore depresi dan tingkat depresi di
Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19) ................... 114
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi lansia depresi setelah
mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore pengetahuan tentang
perawatan kesehatan lansia dengan depresi di
Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19) ................... 124
Tabel 4.7 Distribusi rata-rata skor pengetahuan kelompok
lansia sebelum dan sesudah mendapatkan
intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug
Kota Depok tahun 2014 (n=19) ........................... 124
Tabel 4.8 Distribusi Perubahan Kemampuan Lansia dalam
Memilih Cara untuk Mengatasi Depresi Pre dan
Post intervensi MaSa INDAH di Kelurahan
Curug, Cimanggis Kota Depok, 2014 (n=19) ..... 125
Tabel 4.9 Distribusi rata-rata skor depresi kelompok lansia
sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi
MaSa INDAH di Kelurahan Curug Kota Depok
tahun 2014 (n=19) ............................................... 126
Tabel 4.10 Distribusi Perubahan Tingkat Depresi Lansia
Sebelum dan Sesudah intervensi MaSa INDAH
di Kelurahan Curug, Cimanggis Kota Depok,
2014 (n=19) ......................................................... 126

xiii

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Penapisan Masalah Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas


Lampiran 2: Kuesioner
Lampiran 3: Leaflet
Lampiran 4: Kartu Tilik Diri (KTD)

xiv

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


1

BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat dari penerapan model
asuhan keperawatan pada komunitas dan keluarga lansia dengan depresi di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Jawa Barat.

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, maka
akan berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) dalam Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2013) dan Komisi Nasional Lanjut Usia (2010),
peningkatan UHH terjadi dari tahun 1980 adalah 55,7 tahun, angka ini kemudian
meningkat pada tahun 1990 menjadi 59,5 tahun, pada tahun 2009 mencapai 70,6
tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan UHH menjadi 71,7 tahun. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin
meningkat.

Lansia mengalami suatu proses dalam kehidupan yang alami dan pasti akan
dihadapi oleh setiap manusia dan tidak dapat dihindari yaitu penuaan. Perubahan
yang terjadi pada proses penuaan ditandai dengan hilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan organ tubuh memperbaiki diri dan bersifat irreversibel.
Perubahan yang terjadi yaitu pada aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan sosial
(Miller, 2012).

Perubahan kondisi fisik mengakibatkan lansia tidak mampu beraktifitas secara


optimal (Stanhope & Lancaster, 2010). Lansia menjadi kurang aktif dan akhirnya
mengalami keterbatasan pergerakan, kekakuan otot dan tulang. Hal ini
menyebabkan lansia lebih banyak melakukan aktifitas hanya di dalam rumah.
Lansia yang lebih banyak melakukan aktifitas sendiri di dalam rumah akan
merasakan kondisi kesepian dan jauh dari pengaruh sosial di dalam masyarakat.

1 Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


2

Perubahan psikologis, sosial dan ekonomi juga dapat dialami oleh lansia terutama
yang memasuki masa pensiun atau penurunan peran dalam masyarakat (Stanhope
& Lancaster, 2010; Miller, 2012). Demikian pula dengan lansia yang mengalami
proses kehilangan pasangan hidup atau orang-orang yang dicintainya, ia akan
merasakan kesedihan dan kesepian (Stanhope & Lancaster, 2010; Friedman,
Bowden & Jones, 2010). Penurunan produktivitas dan ekonomi lansia berdampak
pada penurunan pendapatan, sehingga lansia mengalami pemenuhan nutrisi yang
kurang baik, terjadinya penelantaran, hingga kondisi sulitnya mendapatkan
pelayanan kesehatan. (Stanhope & Lancaster, 2010; Miller, 2012). Kondisi
tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan pada lansia yaitu depresi.

Depresi merupakan salah satu gangguan mental emosional yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya (Sadock & Sadock, 2010). Kurangnya motivasi dan gangguan dalam alam
perasaan menyebabkan penurunan semangat hidup, sehingga jika depresi terjadi
pada kondisi lansia yang sudah mengalami penurunan kesehatan, maka akan
memperberat kondisi kesehatannnya.

Menurut ahli, faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia adalah karena
hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang tertentu, dan
kontak sosial yang kurang (Reker, 1997 dalam Miller, 2012). Faktor lain yang
berkontribusi dalam munculnya masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia;
jenis kelamin, kurangnya peran sosial dan rendahnya status sosial ekonomi;
pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil; stres sosial yang berulang
termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan sosial yang tidak
adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial misalnya
ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor (Miller, 2012; Cole & Dendukuri, 2003).

Depresi diawali dengan gejala ringan seperti merasa sedih, kurang bersemangat
dan malas beraktifitas. Manifestasi depresi akan meningkat ke depresi sedang dan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


3

berat, jika lansia tidak memiliki koping yang adekuat. Kondisi tersebut membuat
lansia atau aggregate (kelompok khusus) lansia menjadi bagian dalam populasi
rentan meliputi rentan secara fisiologis yaitu berupa proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, sehingga masalah
kesehatan lansia banyak yang bersifat kronik; rentan secara psikologis yaitu lansia
akan dihadapkan oleh berbagai peristiwa dan kejadian kehidupan yang
mengakibatkan perubahan-perubahan yang berpotensi menimbulkan stres; rentan
secara sosial yaitu stres sosial dapat disebabkan oleh diskriminan baik ras, budaya,
atau yang lainnya; dan rentan secara ekonomi yaitu lansia mengalami keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya (Miller, 2012; Swanson & Nies, 1993;
Stanhope & Lancaster, 2010; Ruof, 2004).

Kondisi keterasingan, kemiskinan dan kurangnya dukungan sosial membuat lansia


semakin tidak diperhatikan. Moccia dan Mason (1986, dalam Stanhope &
Lancaster, 2010) menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah utama karena
melibatkan kontrol atas sumber daya yang diperlukan, sehingga dapat berfungsi
efektif di dalam masyarakat. Kondisi tersebut mengakibatkan lansia semakin
berisiko besar mengalami masalah kesehatan dengan depresi.

Angka kejadian depresi pada lansia semakin meningkat. Kejadian depresi secara
klinis pada lansia di dunia cukup signifikan yaitu 8-16%. Menurut Back dalam
Tamber & Kookasiani (2009), prevalensi depresi pada lansia yang menjalani
perawatan di institusi seperti rumah sakit dan panti perawatan adalah sebesar 50-
75%. Sedangkan di komunitas, prevalensi depresi yang dialami oleh lansia adalah
1-35% (Frazer, Christense & Griffith, 2005). Di Indonesia dilaporkan bahwa 74%
lansia berusia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,
hipertensi, stroke, rematik, asma dan jantung. Angka tersebut mengindikasikan
bahwa ada kemungkinan sebanyak 74% lansia di Indonesia akan berisiko
mengalami depresi, karena kondisi lansia dengan proses penuaan disertai penyakit
kronik akan berdampak pada ekspresi putus asa pada keadaan dan tidak memiliki
harapan kesembuhan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


4

Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia adalah sebesar 6%. Jawa
Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gangguan mental
emosional yang lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 9,3%
(Kemenkes RI, 2013a). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa depresi bukan
merupakan masalah yang berisiko akan terjadi dalam masyarakat, namun sudah
memang menjadi masalah kesehatan yang aktual dan perlu diperhatikan.

Pentingnya masalah depresi pada lansia didasarkan pula dari fenomena yang
ditemukan di lapangan. Hasil survei di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis,
Depok, Jawa Barat pada bulan September-Oktober 2013 dengan menggunakan
kuesioner depresi yaitu GDS (Geriatric Depression Scale) ditemukan 38 lansia
yang ada di masyarakat mengalami depresi, dimana 12 lansia (31,5%) dengan
risiko depresi dan 16 lansia (42,1%) mengalami depresi ringan dan 10 lansia
(26,3%) mengalami depresi sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa prevelensi
lansia yang mengalami depresi di Kelurahan Curug (risiko depresi, ringan hingga
sedang) adalah 7,5 % atau lebih tinggi dari prevalensi nasional maupun provinsi
(Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK-UI, 2013).

Sejumlah 38 lansia yang mengalami depresi di Kelurahan Curug, memiliki pola


komunikasi lansia yang tidak terbuka, banyak berdiam diri dan duduk sendiri di
dalam rumah. Hal tersebut disebabkan pula karena kondisi fisik yang tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan di luar rumah, ada juga yang
disebabkan karena lansia merasakan malu dengan perubahan yang terjadi pada
dirinya. Beberapa lansia jarang berkomunikasi dengan anggota keluarganya,
karena kesibukan anggota keluarga yang lain dan lansia juga merasakan
kerinduannya untuk dikunjungi oleh anggota keluarga yang lain. Kondisi tersebut
tidak dikomunikasikan oleh lansia dengan baik kepada keluarga atau orang lain,
sehingga lansia memendam keinginan dan perasaannya sendiri dengan
mengekpresikannya melalui tangisan maupun sikap berdiam diri.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


5

Dukungan bagi kesehatan lansia depresi masih kurang optimal dan sering
diabaikan. Banyak keluarga yang masih belum mengetahui perawatan bagi lansia
depresi di rumah, sehingga dapat memperburuk kondisi lansia dan akhirnya akan
menambah beban bagi keluarga yang merawatnya. Selain itu, dukungan dari
masyarakat yang masih kurang memperhatikan kondisi psikososial lansia dalam
kegiatan bermasyarakat serta persepsi keluarga dan masyarakat yang masih
kurang tepat tentang depresi pada lansia dengan menyatakan bahwa kesedihan di
masa tua adalah hal yang biasa dan tidak perlu dipersoalkan. Hasil pengamatan
pada kegiatan posbindu, lansia hanya mendapatkan pelayanan kesehatan minimal
berupa pengukuran tekanan darah dana belum adanya kegiatan lansia sebagai
upaya promotif dan preventif khususnya untuk masalah depresi.

Masalah kesehatan depresi pada lansia sering diabaikan bukan hanya oleh
masyarakat, namun juga oleh tenaga kesehatan. Menurut Conner (2010), persepsi
negatif terhadap masalah lansia depresi dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
dan perhatian dalam memperoleh dan memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal bagi lansia depresi. Sejumlah faktor yang menyebabkan keadaan ini
adalah karena adanya fakta bahwa lansia mengalami kondisi gangguan fisik saja,
sehingga depresi menjadi tersamarkan. Selain itu, isolasi sosial, sikap orang tua,
penyangkalan, pengabaian terhadap proses penuaan normal menyebabkan tidak
terdeteksi dan tidak tertanganinya depresi pada lansia (Love, 1991 dalam Stanley
& Beare, 2007).

Lansia yang mengalami kesedihan hingga depresi dan tidak segera ditangani
dengan baik akan berdampak negatif bagi kondisi kesehatan lansia. Kondisi
depresi dapat memperpendek harapan hidup dan memperburuk kemunduran fisik
lansia. Dampak terbesar sering terjadi pada penurunan kepuasan dan kualitas
hidup lansia serta menghambat pemenuhan tugas perkembangan lansia (Stanley,
& Beare, 2007; Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Depresi juga akan menguras
habis emosi dan finansial lansia dan keluarga lansia serta sistem pendukung sosial
informal dan formal yang dimilikinya. Akhirnya, angka bunuh diri yang tinggi
menjadi konsekuensi yang serius dari kondisi depresi tersebut (Stanley & Beare,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


6

2007). Kondisi lansia dengan depresi, membutuhkan dukungan seoptimal


mungkin, sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sehat, bahagia,
produktif dan berkualitas secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan.

Kualitas hidup lansia dapat dicapai dengan kondisi peningkatan kesehatan fisik
dan mental lansia dalam mewujudkan proses menua secara aktif dan sehat bagi
lansia. Dukungan, bantuan dan perlindungan lansia diperlukan diberbagai bidang
seperti kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam menggunakan
fasilitas, sarana dan prasarana umum serta pelayanan dengan memperhatikan
kemauan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010). Dukungan tersebut dapat diberikan oleh pemerintah,
masyarakat, keluarga dan petugas atau pemberi pelayanan kesehatan.

Perawat merupakan salah satu petugas kesehatan yang memberikan asuhan


keperawatan secara holistik dan komprehensif terhadap masalah kesehatan yang
terjadi pada lansia (Roger dalam Ruof, 2004). Hal ini juga seiring dengan
perkembangan keperawatan di masyarakat terutama di bidang spesialistik yaitu
spesialisasi keperawatan komunitas, dimana peran perawat spesialis keperawatan
komunitas antara lain sebagai manajer dan pemberi asuhan keperawatan dengan
manajemen kasus (Allender, Rector, & Warner, 2014).

Peran perawat sebagai manajer yaitu dalam pengelolaan pelayanan kesehatan


secara langsung untuk kebutuhan masyarakat dengan menjalankan fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan
evaluasi kemajuan dari tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesehatan
lansia (Allender, Rector, & Warner, 2014; Marquis & Huston, 2012). Salah
satunya adalah masalah lansia dengan depresi. Sedangkan peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dengan manajemen kasus adalah memberikan
pelayanan keperawatan secara sistematis dengan mengkaji kebutuhan klien,
merencanakan dan mengkoordinasikan pelayanan, rujukan pada pemberi
pelayanan kesehatan yang lain, dan monitoring serta evaluasi dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


7

menggunakan biaya yang efektif (Allender, Rector, & Warner, 2014; Stuart &
Laraia, 2005). Tindakan keperawatan diharapkan bertujuan untuk mencegah atau
menurunkan tanda dan gejala depresi melalui penguatan sumber koping dan
kemampuan personal lansia serta dukungan sosial dari keluarga maupun
masyarakat Perawat juga berperan sebagai edukator, advokator, kolaborator,
leadership, dan peneliti (Allender, Rector, & Warner, 2014).

Seorang perawat komunitas harus mampu mengkaji dan menganalisis masalah


yang terjadi pada aggregat lansia depresi dengan membuat rencana pemecahan
masalah dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas. Peran perawat
komunitas diharapkan dapat melakukan proses pengkajian komunitas berdasarkan
perspektif manajemen/pengorganisasian masyarakat dan manajemen asuhan
keperawatan di komunitas. Salah satunya dengan penerapan model konseptual
Betty Neuman yaitu Community As Partner sebagai framework pengkajian
terhadap sistem klien dengan memperhatikan aspek biopsikososiospiritual dan
kultural yang meliputi lingkungan fisik, pendidikan, sistem keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan, komunikasi, ekonomi
dan rekreasi (Anderson & McFarlene, 2011). Komponen tersebut sangat
diperlukan lansia dalam upayanya untuk mencegah depresi melalui kegiatan-
kegiatan yang ada di dalam masyarakat atau dalam kelompok.

Model Betty Neuman yang diterapkan dalam Community As Partner memandang


manusia sebagai makhluk holistik meliputi aspek fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Kelima aspek tersebut saling
berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap
stressor baik dari internal maupun eksternal yang dapat mengakibatkan lansia
mengalami depresi. Model Community As Partner juga menekankan pengertian
komunitas sebagai mitra untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer
yang menjadi landasannya (Anderson & McFarlene, 2011). Pelayanan kesehatan
dan asuhan keperawatan komunits diberikan untuk menurunkan tingkat depresi
pada lansia. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam keperawatan komunitas yang
ditetapkan oleh ANA (2007 dalam Allender, Rector & Warner, 2014) yaitu

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


8

perawat bekerja sama dengan komunitas (komunitas sebagai rekan kerja) dalam
mencapai tujuan intervensi keperawatan kesehatan komunitas yang berfokus pada
upaya pencegahan primer. Intervensi keperawatan yaitu dengan
mempertimbangkan kondisi lansia dengan masalah depresi.

Lansia dengan kondisi penuaannya dan mengalami depresi merupakan salah satu
bentuk stress, sehingga lansia berada pada kondisi risiko terhadap masalah
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori konsekuensi fungsional yang menyatakan
bahwa perubahan yang berkaitan dengan usia dapat mempengaruhi kualitas hidup
(Miller, 2012). Respon konsekuensi fungsional baik secara positif maupun negatif,
tergantung dari faktor-faktor risiko serta koping yang dilakukan dalam mengatasi
masalahnya. Konsekuensi fungsional negatif terjadi bila tidak dapat
memkompensasikan perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis,
sedangkan konsekuensi fungsional positif terjadi bila lansia dapat
memkompensasikan perubahan yang terjadi dengan koping yang baik.

Salah satu sumber koping yang dapat digunakan oleh lansia adalah dari keluarga.
Sebuah keluarga terdiri dari beberapa anggota keluarga yang saling berinteraksi,
sehingga dapat memberikan dukungan yang mempengaruhi kesehatan seseorang
(Pender, 2002). Dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga (dukungan
keluarga) adalah suatu sistem pendukung keluarga bagi anggota keluarganya yang
mengalami situasi stres, sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis (Taylor, 2006). Hal ini sesuai dengan model proses keperawatan
keluarga menurut Friedman yaitu Family Centered Nursing yang menyatakan
bahwa perawat mengonseptualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan yang
memiliki kekuatan dalam memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, serta menjadi sumber kekuatan dalam intervensi
asuhan keperawatan (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Salah satunya untuk
pengelolaan asuhan keperawatan keluarga lansia dengan risiko depresi.

Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan dalam


menurunkan tingkat depresi lansia menggunakan teori manajemen keperawatan,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


9

sedangkan asuhan keperawatan komunitas menggunakan community as partner,


konsekuensi fungsional dan family center nursing (Anderson & McFarlene, 2011;
Miller, 2012; Friedman, Bowden & Jones, 2003; Marquis & Huston, 2012).
Integrasi teori dan model tersebut digunakan dalam melakukan proses asuhan
keperawatan yaitu pengkajian faktor risiko, sumber koping, mekanisme koping
dan manajemen keperawatan, mengidentifikasi diagnosis keperawatan, membuat
rencana untuk mencapai hasil yang diharapkan, serta implementasi keperawatan
dan evaluasi terhadap keefektifan dari intervensi yang diberikan kepada lansia
dengan depresi sebagai individu, kelompok dan komunitas serta keluarga sebagai
bagian masyarakat dan menjadi rekan kerja petugas kesehatan dalam bentuk
program intervensi keperawatan (Anderson & McFarlene, 2011; Stanhope &
Lancaster, 2010; Miller, 2012).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan
dan dapat dilakukan oleh perawat dalam menangani masalah lansia dengan
depresi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa 70% dari lansia di atas 60 tahun
mengalami ketergantungan dengan orang lain. Banyaknya lansia yang depresi
merasa tidak bahagia, karena bergantung pada orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sebagai akibat dari penurunan kesehatan fisik dan mental
(Palestin, 2006). Aktivitas pekerjaan dan rekreasi sangat membantu dalam
meningkatkan kondisi fisik lansia, menurunkan emosi dan tekanan serta
berdampak pada antidepresan. Aktifitas yang dapat dilakukan adalah seperti
jogging, berjalan, berenang, bersepeda dan berolahraga (Trivedi, 2006). Aktivitas
kegiatan lansia dapat dilakukan secara rutin di dalam rumah bersama-sama
keluarga seperti kegiatan yang membersihkan rumah, memasak berbagai menu
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia.

Kegiatan di luar rumah juga dapat membantu lansia mengatasi depresi. Perawat
dapat membantu lansia dengan meningkatkan kemampuan sosial lansia melalui
identifikasi perilaku interaksi sosial dan kemampuan sosial yang positif lansia
serta mencoba melakukan kemampuan sosialnya. Faktor sosial dapat memberikan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


10

pengalaman yang positif pada kondisi depresi, meningkatkan harga diri dan
kepuasan diri karena adanya dukungan sosial dan penerimaan pribadi (Cutler,
2005). Hasil penelitian yang dipresentasikan pada konferensi dari British Nutrition
Foundation (2008) juga menyatakan bahwa individu dengan aktifitas fisik yang
rendah memiliki risiko depresi dua kali dibanding individu yang memiliki
aktivitas teratur (David, 2008), sehingga lansia diharapkan dapat melakukan
aktivitas secara teratur di rumah maupun di masyarakat. Hal ini sangat penting
bagi lansia dengan proses penuaan, sehingga lansia bisa menerima kondisinya
dengan baik.

Proses penerimaan diri pada lansia yaitu kondisi lansia dapat menerima dirinya
dengan segala kekurangannya untuk dapat tetap merasa bahagia, hal ini
didasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita
perimenopuase. Berdasarkan perubahan tersebut, diharapkan perawat dapat
berperan membantu lansia untuk mampu menerima proses penuaan secara baik,
karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan lansia bisa merasa tetap berguna
di masa tuanya adalah kemampuan lansia dalam menyesuaikan diri dan menerima
segala perubahan dan kemunduran yang dialaminya (Miller, 2012).

Kemampuan lansia dalam penerimaan diri penting dalam meningkatkan harga diri
lansia. Peningkatan harga diri lansia diidentifikasikan juga secara verbal dan non
verbal yang menunjukkan nilai-nilai positif dan penerimaan diri lansia. Hal
tersebut dapat dilihat dalam partisipasi aktif lansia pada terapi kelompok,
kemampuan meditasi dan relakasasi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam diri lansia untuk menghadapi ketegangan hidup sehari-hari dan
mendukung gaya hidup yang sehat (Copel, 2007).

Proses penerimaan kondisi lansia juga dilihat dari kemampuan lansia untuk
mengenal masalah depresinya. Kemampuan lansia tersebut adalah kesadaran akan
diri sendiri. Kesadaran diri merupakan proses mengembangkan pemahaman
tentang perasaan yang dapat menggunakan kemampuan lansia. Ketika lansia

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


11

memahami dan memadukan individu, maka lansia akan belajar memperbaiki diri,
berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga diri yang tinggi. Harga diri
berhubungan dengan afek lansia. Jika lansia dengan harga diri tinggi, maka akan
menurunkan tingkat depresi (MacInnes, 2006).

Pendekatan perawat dalam pencapaian kesehatan lansia bukan hanya kondisi fisik,
namun juga membantu lansia dalam memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungan dengan Tuhan atau agama yang dianutnya karena agama dan
kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan lansia yang disebut dalam
kebutuhan spiritual (Maslow, 1980 dalam Keliat, 2011). Spiritual adalah suatu
aktivitas untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berhubungan dengan kegiatan
spiritual keagamaan (Keliat, 2011). Aktivitas-aktivitas spiritual akan memberikan
nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan, harapan dan rasa
harga dirinya dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari,
lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya, menurunkan gejala depresi dan
kecemasan akan kematian serta meningkatkan kesehatan mental lansia
(Kemensos, 2008; Bjorklop, 2013; Hill, 2006; Meisenhelder, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian tentang intervensi yang dapat diberikan bagi lansia
dengan depresi, maka penulis memadukan beberapa intervensi keperawatan ke
dalam sebuah program yang bernama “MaSa INDAH” yaitu MAri berSAma
melakukan “I “adalah ikut dalam kegiatan keluarga dan masyarakat, “N” adalah
meNerima kondisi penuaan dengan tulus dan ikhlas, “D” adalah doa dan diskusi
bersama orang lain, “A” adalah atasi segala macam stres dengan baik, dan “H”
adalah harga diri yang tinggi. Program ini diharapkan lansia akan merasakan
masa-masa tua dengan indah tanpa ada kesedihan dan merasakan kebermaknaan
hidup bersama orang lain disekitarnya. Kegiatan dilakukan dalam intervensi untuk
petugas kesehatan dan kelompok di masyarakat yaitu kelompok pendukung MaSa
INDAH dan kelompok lansia depresi, serta intervensi individu dalam keluarga.
Selain itu lansia juga dikenalkan dengan kartu tilik diri (KTD) yang membantu
lansia dalam menilai perasaanya. Lansia dapat berusaha belajar untuk menurunkan
kondisi depresi atau kesedihan yang dirasakannya dengan cara yang baik dan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


12

efektif dengan adanya panduan dalam membantu diri sendiri, sehingga dapat
meningkatakan kebahagiaan lansia dengan depresi (Songprakum, Wallapa &
McCann, 2012).

Pelaksanaan intervensi “MaSa INDAH” pada kelompok lansia dengan depresi


menggunakan strategi pemberdayaan kemampuan lansia sebagai klien dan
dukungan sosialnya. Hasil dari intervensi selama 9 bulan waktu efektif praktik
residensi spesialis keperawatan kesehatan komunitas, dapat tergambarkan
keefektifan intervensi “MaSa INDAH” dalam penurunan tingkat depresi yang
signifikan pada aggregat lansia yang mendapatkan intervensi yaitu sebesar
31,58%. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk menyampaikan inti
dari hasil praktik residensi spesialis keperawatan kesehatan komunitas melalui
intervensi “MaSa INDAH” untuk menurunkan tingkat depresi pada aggregate
lansia dengan depresi di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok
dalam Karya Ilmiah Akhir ini.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran pengaruh intervensi “MaSa INDAH” dalam pelayanan dan
asuhan keperawatan komunitas terhadap penurunan tingkat depresi pada
aggregate lansia di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus adalah teridentifikasi:
1.2.2.1 Peningkatan perilaku kesehatan tenaga kesehatan yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam melaksanakan intervensi
“MaSa INDAH” pada aggregate lansia di Kelurahan Curug.
1.2.2.2 Peningkatan perilaku kesehatan kelompok pendukung yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam melaksanakan intervensi
“MaSa INDAH” pada aggregate lansia di Kelurahan Curug.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


13

1.2.2.3 Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan


dan sikap dalam melaksanakan intervensi “MaSa INDAH” pada
aggregate lansia di Kelurahan Curug.
1.2.2.4 Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia
dengan depresi.
1.2.2.5 Peningkatan perilaku lansia dengan depresi yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam melaksanakan intervensi “MaSa INDAH”
di Kelurahan Curug.
1.2.2.6 Penurunan tingkat depresi setelah pelaksanaan intervensi “MaSa
INDAH” pada aggregate lansia di Kelurahan Curug.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan mencakup:
1.3.1 Pengelola Program Kesehatan
1.3.1.1 Dinas Kesehatan
Sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan program dan sebagai masukan untuk
pengembangan program promosi kesehatan terkait dengan masalah kesehatan
depresi pada aggregate lansia melalui intevensi “MaSa INDAH”.
1.3.1.2 Puskesmas
Sebagai masukan dalam pengembangan program inovasi tambahan pada
pelayanan kesehatan di dalam gedung dan di luar gedung pada aggregate lansia
melalui intevensi “MaSa INDAH”.
1.3.1.3 Perawat Kesehatan Masyarakat (Perawat Komunitas)
Sebagai gambaran pelaksanaan intervensi pada aggregate lansia dengan depresi
atau keluarga serta yang melibatkan kader dalam kelompok pendukung melalui
intevensi “MaSa INDAH”.

1.3.2 Kader Kesehatan


Sebagai gambaran pelaksanaan kegiatan oleh kader kesehatan atau kelompok
pendukung kesehatan lansia dengan depresi serta memberikan umpan balik pada
aggregate lansia maupun pada keluarga melalui intevensi “MaSa INDAH”.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


14

1.3.3 Masyarakat, Keluarga dan Lansia


Sebagai gambaran upaya peningkatan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap,
keterampilan) dan tingkat kemandirian keluarga serta masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan keluarga melalui perawatan lansia dengan depresi
melalui intervensi “MaSa INDAH”.

1.3.4 Pengembangan Ilmu Keperawatan


Pengembangan asuhan keperawatan komunitas, kelompok dan keluarga melalui
intervensi “MaSa INDAH” pada aggregate lansia dengan depresi, serta
pengembangan penelitian yang terkait tentang keperawatan kesehatan lansia
dengan depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


15

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teroritis yang menjadi sumber referensi atau
landasan dalam menulis karya ilmuah akhir yaitu lanjut usia sebagai populasi
rentan, konsekuensi fungsional, lansia dengan depresi, dan keperawatan
komunitas yang mencakup manajemen pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga sebagai integrasi model Community as
Partner, Family Centered Nursing pada aggregat lansia dengan depresi.

2.1 Lansia sebagai Populasi Rentan (Vulnerable Population)


2.1.1 Definisi populasi rentan
Flaskerud dan Winslow (1998, dalam Stanhope & Lancaster, 2010) mengatakan
bahwa kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber
keadaan tidak sehat dan tingginya faktor risiko. Kerentanan juga menunjukkan
interaksi antara keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, sumber personal
(human capital), dan sumber biopsikososial (adanya penyakit dan kecenderungan
genetik) (Aday, 2001 dalam Stanhope & Lancaster, 2010). Populasi rentan adalah
populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami masalah kesehatan
akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang lainnya (Stanhope &
Lancaster, 2010). Vulnerable population ialah suatu kelompok yang mempunyai
karakteristik lebih memungkinkan berkembangnya masalah kesehatan dan lebih
mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan serta kemungkinan
besar penghasilannya kurang atau masa hidup lebih singkat akibat kondisi
kesehatan (Maurer & Smith, 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi


rentan adalah populasi atau sekelompok orang yang memiliki karakteristik
tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber
lingkungan, personal dan biopsikososial sehingga mudah mengalami masalah
kesehatan, kesulitan dalam mengakses kesehatan, berpenghasilan rendah dan
memiliki masa hidup yang lebih singkat. Lansia yang mengalami depresi adalah

15 Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


16

karena kondisi penuaan yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang


terjadi dan kadang berbeda dengan harapan lansia sebelumnya. Perubahan kondisi
yang tidak sesuai harapan, membuat lansia terpukul, kecewa hingga putus ada dan
pada kondisi ketidakberdayaan. Koping pemecahan masalah yang tidak efektif,
membuat kondisi lansia menjadi lebih berat lagi misalnya dengan risiko terjadinya
bunuh diri pada lansia.

2.1.2 Karakteristik Lansia sebagai Populasi Rentan


Lansia dengan depresi merupakan bagian dari populasi rentan. Karakteristik lansia
sebagai populasi rentan mencakup rentan secara fisiologis, psikologis, sosial dan
ekonomi dalam mengatasi masalah kesehatannya.

2.1.2.1 Rentan Secara Fisiologis


Rentan secara fisiologis pada lansia semakin meningkat sesuai dengan usia
kronologis (Miller, 2012). Seseorang individu yang disebut lansia menurut umur
kronologis meliputi young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74
tahun; middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 tahun sampai 85 tahun;
dan old old atau very old yaitu kelompok lansia yang telah berusia berusia 85
tahun atau lebih (Mauk, 2006; Miller 2012; Swanson & Nies, 1993). Lansia
sebagai individu yang sangat tua atau lebih dari 65 tahun dikategorikan termasuk
dalam populasi rentan (Maurer & Smith, 2005). Menurut UU No. 13 tahun 1998
dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Biro Hukum & Humas BPKP, 1998, 2004).

Lansia mengalami proses menua atau aging. Proses menua yaitu terjadinya suatu
proses perubahan fisiologis sebagai konsekuensi fungsional berupa proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita,
sehingga masalah kesehatan pada lansia banyak yang bersifat kronik yang
berhubungan dengan genetik dan gaya hidup (Miller, 2012; Stanhope &
Lancaster, 2010).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


17

2.1.2.2 Rentan Secara Psikologis


Lansia mengalami kemunduran fungsi psikologis berupa perubahan fungsi
psikososial. Lansia dihadapkan pada berbagai peristiwa dan kejadian kehidupan
yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang berpotensi menimbulkan stres
(Miller, 2012; Swanson & Nies, 1993). Stres yang berkepanjangan dapat
berpengaruh pada kondisi kesehatan lansia.

Peristiwa kehidupan yang terjadi pada lansia antara lain peristiwa kehilangan
pasangan hidup atau orang yang dicintai; kehilangan pekerjaaan atau masa
pensiun yang berdampak pada berkurangnya pendapatan, identitas dan peran;
gangguan dalam kesehatan atau akibat menderita penyakit kronik; maupun
persepsi atau pendapat negatif tentang lansia. Peristiwa tersebut menimbulkan
reaksi tubuh lansia terhadap stres dan berdampak pada fungsi psikologis yang
berhubungan dengan koping individu misalnya menjadi menolak kondisi saat ini,
menjadi pendiam, pemarah, pemurung, pencemas sampai kondisi depresi (Miller,
2012).

2.1.2.3 Rentan Secara Sosial


Menurut teori Cumning dan Henry (1961 dalam Miller, 2012) menyatakan bahwa
semakin tua seseorang akan semakin tidak terlibat secara emosional dengan dunia
sekitar, sehingga lansia akan melepaskan diri dari berbagai ikatan. Lansia juga
menjadi rentan secara sosial karena dapat mengalami stress sosial dan hal ini akan
mempengaruhi kesehatan lansia. Stres sosial dapat disebabkan oleh adanya
diskriminasi ras, budaya, atau yang lainnya (Stanhope & Lancaster, 2010;
Swanson & Nies, 1993).

2.1.2.4.Rentan Secara Ekonomi


Proses penuaan atau kondisi kesehatan yang kurang baik pada lansia,
menimbulkan lansia tidak dapat beraktifitas secara optimal, sehingga bagi lansia
yang semula bekerja harus berhenti bekerja atau lansia yang harus memasuki
masa pensiun. Kondisi tersebut membuat lansia mengalami penurunan
penghasilan (Miller, 2012). Keterbatasan dana berdampak pada ketidakmampuan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


18

lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, termasuk untuk


kesehatannya karena mengalami keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan
perawatan kesehatan yang optimal (Ski & Stevens; 2004 dalam Allender, 2014;
Swanson & Nies, 1993).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik lansia


yang merupakan bagian dari populasi rentan. Karakteristik lansia sebagai populasi
rentan dapat secara fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
status kesehatan lansia. Kerentanan tersebut juga dipengaruhi oleh banyak faktor.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerentanan


Menurut Stanhope dan Lancaster (2010), lansia masuk dalam populasi rentan dan
sering memiliki faktor risiko yang lebih banyak dari pada populasi yang lain.
Kerentanan bersifat multidimensi yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berkontribusi.

2.1.3.1 Faktor Keterbatasan Sumber Daya


Kurangnya sumber daya sosial, pendidikan dan ekonomi yang memadai
merupakan faktor seseorang menjadi rentan. Kemiskinan adalah penyebab utama
terhadap kerentanan. Kemiskinan menyebabkan kerentanan karena membuat
seseorang sulit berfungsi atau mengakses sumber daya untuk hidup atau untuk
perawatan kesehatan. Kondisi lansia tidak memiliki penghasilan atau pensiun
dengan penghasilan kecil berkontribusi besar pada kondisi kerentanan pada
masalah kesehatan karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

Perubahan-perubahan yang terjadi lansia akan berpengaruh pada aktivitas


ekonomi dan sosial mereka. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2009, hampir
separuh (47,44%) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja dan
sebesar 0,41% termasuk menganggur/ mencari kerja, 27,88% mengurusi rumah
tangga dan kegiatan lain sekitar 24,27%. Tingginya persentase lansia yang bekerja
dapat dimaknai bahwa sebenarnya lansia masih mampu bekerja secara produktif

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


19

untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun disisi lain mengindikasikan


bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah
lanjut, lansia terpaksa bekerja untuk membiayai kehidupan rumah tangganya
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).

2.1.3.2 Faktor Perubahan Status Kesehatan


Perubahan status fisiologi mempengaruhi individu untuk menjadi rentan akibat
dari proses penyakit seperti individu dengan satu atau lebih penyakit kronis.
Menurut Allender (2014), populasi yang dipertimbangkan masuk dalam populasi
rentan adalah populasi yang mengalami kecacatan, penyakit kronik (misalnya
hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dll), penyakit mental dan penyalahgunaan
obat terlarang.

Menurut teori konsekuensi fungsional, kesehatan lansia adalah kemampuan lansia


untuk berfungsi secara optimal meskipun dalam situasi perubahan yang berkaitan
dengan penuaan dan faktor risiko (Miller, 2012). Proses penuaan yang terjadi
pada lansia tersebut dapat mempengaruhi status kesehatannya karena memiliki
keterbatasan akibat kemunduran berbagai sistem dalam tubuh. Lansia yang
disertai dengan penyakit kronik dan kurangnya dukungan mengakibatkan lansia
dengan depresi masuk dalam kelompok rentan.

2.1.3.3 Faktor Risiko Kesehatan


Populasi rentan tidak hanya mengalami beberapa risiko kumulatif, tetapi populasi
tersebut juga sangat sensitif terhadap efek dari risiko tersebut. Risiko yang
berasal dari bahaya lingkungan (paparan zat adatif) atau bahaya sosial (kejahatan,
kekerasaan dan pengabaian/penyalahgunaan), dalam perilaku pribadi (diet dan
kebiasaan olahraga) atau susunan biologis atau genetik (bawaan atau status
kesehatan). Populasi rentan sering memiliki komorbiditas atau penyakit multiple
dengan masing-masing mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Lansia juga
merupakan individu yang mempunyai kondisi fisik, psikologi, dan sosial yang
lemah, sehingga mudah berkembangnya masalah kesehatan dan mengalami
kondisi kesehatan yang buruk (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


20

2.1.3.4 Faktor Marjinalisasi


Populasi rentan terpinggirkan (marginalisasi) dengan populasi secara keseluruhan
yaitu karena masalah yang dihadapi oleh populasi rentan merupakan masalah
yang tidak terlihat oleh penduduk yang lebih besar serta populasi rentan tersebut
memiliki keterbatasan dalam memperoleh sumber daya yang mereka butuhkan.
Moccia dan Mason (1986, dalam Stanhope & Lancaster, 2010) menyatakan
bahwa kemiskinan adalah masalah utama karena melibatkan kontrol atas sumber
daya yang diperlukan sehingga dapat berfungsi efektif di dalam masyarakat.

Marjinalisasi merupakan pencabutan hak, ini mengacu pada perasaan terpisah dari
masyarakat dimana tidak memiliki hubungan emosional dengan kelompok
tertentu atau dengan tatanan sosial yang lebih besar, seperti kelompok orang
miskin, tunawisma dan imigran yang pada dasarnya terlihat oleh masyarakat
secara keseluruhan dan dilupakan dalam perencanaan kesehatan dan sosial. Hal
ini menunjukkan bahwa populasi rentan tidak memiliki dukungan sosial yang
diperlukan untuk mengelola hidup sehat secara emosional dan fisik, sehingga
rawan terhadap keterlantaran.

Berdasarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerentangan populasi,


maka populasi lansia yang rentan sangat memerlukan dukungan untuk dapat hidup
tua, aktif dan produktif. Hal tersebut dapat didukung dengan pendekatan teori
yang berhubungan dengan kesehatan lansia. Rose and Killien (1983 dalam Miller,
2012) menganalisis bahwa konsep risiko maupun rentan dapat diaplikasikan ke
dalam teori konsekuensi fungsional yang terjadi pada lansia.

2.1.4 Konsekuensi Fungsional pada Aggregate Lansia


Konsekuensi fungsional adalah berbagai faktor perubahan yang berkaitan dengan
usia, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, dimana tingkat
ketergantungan semakin tinggi (Miller, 2012). Menurut teori konsekuensi
fungsional, kesehatan lansia adalah kemampuan lansia untuk berfungsi secara
optimal meskipun dalam situasi perubahan yang berkaitan dengan penuaan dan
faktor risiko. Proses penuaan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi status

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


21

kesehatannya karena memiliki keterbatasan akibat kemunduran berbagai sistem


dalam tubuh. (Miller, 2012).

Konsekuensi fungsional dapat bersifat positif maupun negatif, berdasarkan hasil


observasi efek dari tindakan, faktor risiko, perubahan akibat penuaan yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia dan aktifitas lansia sehari-hari. Fokus
pengkajian perawat adalah mengkaji perubahan lansia yang disebabkan oleh usia,
konsekuensi fungsional negatif dan faktor risiko tambahan yang lain. Selanjutnya
perawat melakukan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencapai
konsekuensi fungsional positif bagi lansia (Miller, 2012).

Lansia yang mengalami depresi adalah salah satu bentuk konsekuensi fungsional
negatif yaitu apabila lansia tidak dapat memkompensasikan perubahan yang
terjadi akibat proses penuaan, baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan lansia
berupa ekonomi yang kurang, ketidakmampuan bergerak, kurangnya dukungan
sosial, dan kesalahpahaman tentang penuaan. Hal tersebut perlu diperhatikan
untuk mencapai konsekuensi fungsional positif, terutama bagi lansia dengan
depresi.

2.2 Lansia dengan Depresi


2.2.1 Perubahan akibat Proses Penuaan pada Lansia
2.2.1.1 Teori Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson adalah seseorang yang berusia
lebih dari 65 tahun berada pada fase integrity vs despair yaitu seseorang akan
melihat kembali (flash back) kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha
untuk menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan. Penerimaan
terhadap prestasi, kegagalan dan keterbatasan adalah hal utaman yang membawa
dalam sebuah kesadaran bahwa hidup seseorang adalah tanggung jawabnya
sendiri. Orang yang berhasil melewati tahapan ini berarti ia dapat mencerminkan
keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai
kebijaksanaan meskipun saat menghadapi kematian. Keputusasaan dapat terjadi

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


22

pada orang-orang yang menyesali cara mereka dalam menjalani hidup atau
bagaimana kehidupan mereka telah berubah (Shaffer, 2005)

Teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontal sosial yang kurang (Reker, 1997 dalam Miller, 2012). Faktor
yang berkontribusi dalam munculnya masalah depresi pada lansia adalah
meliputi: usia; kurangnya peran sosial dan rendahnya status sosial ekonomi;
pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil; stres sosial yang berulang
termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan sosial yang tidak
adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial misalnya
ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor.

Teori psikososial menggambarkan tentang masalah depresi sebagai suatu kondisi,


dimana individu mengalami penurunan pada kognitif, motivasi, harga diri dan
afektif-somatik (Seligman, 1981 dalam Miller, 2012). Blazer (2003)
menyarankan bahwa strategi untuk meningkatkan kepuasan diri pada lansia akan
mencegah depresi. Jika lansia terus menerus melakukan berbagai aktivitas, maka
lansia akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaan (Hikmawati & Purnama,
2008). Hal ini merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan tujuan
intervensi keperawatan mencegah depresi terutama pada lansia.

2.2.1.2 Teori Gangguan Kognitif


Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional termasuk proses
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart & Sundeen,
2009). Gangguan kognitif akan mempengaruhi gambaran diri lansia, lingkungan
dan pengalamannya serta pandangannya untuk masa depan. Orang dengan depresi
kurang memikirkan masa depan yang dapat membuatnya bahagia. Lansia dengan
depresi biasanya memiliki penilaian negatif terhadap kehidupannya dengan
adanya perasaan tidak berharga, menganggap kejadian kehidupan adalah suatu hal

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


23

yang buruk, berpikir tidak realistis terhadap kondisi ketidakberdayaannya (Miller,


2012).

2.2.1.3 Teori Biologis


Teori biologi berhubungan dengan proses penuaan, depresi dan perubahan pada
otak, sistem saraf dan neurotransmitter. Neurotransmitter seperti serotonin,
dopamin, asetilkolin dan norefinephrin yang berkontribusi pada kondisi depresi
pada lansia (Miller, 2012). Teori menunjukkan bahwa penyebab depresi
sebenarnya tidak datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Jika lansia
dihadapkan pada suatu masalah, ia akan mudah menyerah dan terjadi penurunan
kemampuan dalam memecahkan masalah, sehingga lansia akan cenderung
mengalami keputuasaan. Penelitian membuktikan bahwa perubahan
neuroendokrin seperti penurunan kadar serotonin berkontribusi terhadap
peningkatan risiko bunuh diri (Mann, 2002 dalam Miller, 2012).

2.2.2 Depresi pada Lansia


2.2.2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional yang mewarnai seluruh proses
mental baik pikiran, perasaan dan aktivitasnya (Keliat dkk, 2011). Depresi
merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan perubahan
afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat
dalam beraktifitas (Stuart, 2009). Depresi juga diartikan sebagai salah satu
diagnosis mood (afektif) dengan kriteria terdapat 2 dari 3 gejala inti depresi
ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu yaitu penurunan mood (sedih,
tertekan dan merasa tidak bahagia) atau afek depresif, kelelahan (merasa
kelelahan atau energi berkurang) dan anhendonia atau tidak berminat dan
kegembiraan berkurang untuk melakukan aktivitas (Townsend, 2009).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi


adalah adanya gangguan kondisi emosional yang maladaptif baik pikiran,
perasaan dan aktivitasnya yang ditandai dengan kesedihan, gelisah, kelelahan dan
lambat dalam beraktifitas yang ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


24

2.2.2.2 Penyebab Depresi


Penyebab depresi menurut Stuart (2009) adalah akumulasi ketidakpuasan, frustasi,
kritikan pada diri sendiri tentang kejadian hidup sehari-hari tanpa adanya
dukungan hal positif, stres dalam pekerjaan dan keluarga serta kehilangan.
Depresi terjadi pada lansia tergantung banyaknya jumlah stressor (sumber stres)
kehilangan yang dialami seperti pasangan, penghasilan, peran, kesehatan, fungsi
seperti masih muda (Carson, 2010; Townsend, 2009). Penyebab depresi tidak
hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling berinteraksi
dengan faktor yang lain, sehingga munculnya depresi (Townsend, 2009). Selain
itu ditambah dengan perubahan-perubahan akibat proses penuaan yang terjadi
pada lansia.

2.2.2.3 Faktor risiko terjadinya depresi


Faktor risiko terjadinya depresi adalah sebagai berikut (Miller, 2012; WHO,
2009), meliputi : genetik atau keturunan; jenis kelamin wanita dua kali lebih besar
berisiko menderita depresi dibandingkan laki-laki; lama tinggal di tempat khusus;
dukungan sosial terbatas; kontrol tubuh yang kurang; kualitas tidur yang rendah;
kejadian hidup yang membuat stres dan berulang; merasa tidak berdaya dan tidak
ada harapan; merasa tidak ada alasan untuk melanjutkan hidup; gangguan
fungsional menetap (misalnya: gangguan penglihatan); menderita penyakit serius
(misalnya: kanker, kerusakan persyarafan).

2.2.2.4 Gejala Umum


Afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi, mudah
lelah dan menurunnya aktivitas dan lamanya episode depresif yaitu selama 2
minggu (Kemenkes RI, 2012). Depresi pada lansia dengan usia lebih 65 tahun
atau lebih sering terjadi karena efek dari masalah penyakit kronik, kerusakan
kognitif dan kemampuan yang menurun (Alexopoulus, 2005; Carson, 2010).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


25

Gejala umum yang terjadi pada lansia depresi (Miller, 2012; Stuart & Sundeen,
2009; Carson, 2010; Townsend, 2009, Keliat, 2011; Kemenkes RI, 2012)
meliputi :
a. Gejala fisik berupa: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu
sedikit), menurunnya tingkat aktifitas, efisiensi kerja, produktifitas kerja dan
mudah merasa letih atau sakit.
b. Gejala psikis berupa: kehilangan kepercayaan diri, sering memandang
peristiwa netral dipandang dari sudut pandang yang berbeda, bahkan disalah
artikan akibatnya sehingga lansia mudah tersinggung, mudah marah, perasa,
curiga, mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri, merasa dirinya tidak
berguna, selalu gagal, merasa bersalah, merasa kehidupan ini sebagai
hukuman, memiliki perasaan terbebani, dan menyalahkan orang lain.
c. Gejala Sosial berupa: adanya masalah interaksi sosial, konflik, minder, malu,
cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal, merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan
secara aktif menjalani hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

Tanda dan gejala depresi setiap lansia bervariasi. Penilaian tingkat depresi dapat
diidentifikasi dengan penilaian menggunakan alat ukur yang tepat. Penilaian
dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat, sehingga dapat menentukan
intervensi yang tepat.

2.2.2.5 Pengukuran tingkat depresi pada lansia


Pengukuran kondisi depresi pada lansia menggunakan kuesioner Geriatric
Depression Scale (GDS) dengan 15 item pertanyaan yang sudah valid secara
internasional (Sheikh, J. & Yesavage. JA, 1986 dalam Landefeld et al, 2004 &
Ham et al, 2008). Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh
jawaban, kemudian diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu jika skor penilaian 0–4
maka kategori lansia normal (tidak depresi), skor 5–8 kategori lansia depresi
ringan, skor 9–10 kategori lansia depresi sedang dan skor 12–15 kategori lansia
depresi berat.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


26

Lansia depresi memerlukan perhatian yang serius dengan pendekatan asuhan


keperawatan untuk menurunkan faktor risiko, meningkatkan fungsi psikososial,
memberikan latihan-latihan serta konseling oleh tenaga kesehatan yang didukung
oleh lansia itu sendiri, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.

2.3 Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan kesehatan komunitas menurut WHO (1974) dalam Stanhope
dan Lancaster (2010) adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga dan juga
meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang luas dan membantu
masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada
pada komunitas sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan keperawatan yang berfokus pada
perawatan kesehatan komunitas atau populasi dari individu, keluarga dan
kelompok (Stanhope dan Lancaster, 2010).

2.3.1 Unsur-unsur Penting dalam Kesehatan Komunitas


Unsur penting dalam kesehatan masyarakat menurut Allender, Rector dan Warner
(2014) adalah memprioritaskan upaya pencegahan, proteksi dan promosi
kesehatan tanpa mengesampingkan upaya kuratif sebagai bentuk praktik
profesional; mengukur dan menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan
konsep epidemiologi dan biostatistik; mempengaruhi faktor dari lingkungan untuk
kesehatan aggregate atau kelompok; prinsip yang menjadi dasar dalam kesehatan
masyarakat adalah manajemen dan pengorganisasian kesehatan komunitas melalui
pengorganisasian masyarakat; analisis kebijakan dan pengembangan publik;
advokasi kesehatan serta pemahaman terhadap proses politik. Unsur-unsur
penting tersebut adalah sebagai upaya dalam mencapai kesehatan yang optimal
khususnya bagi keperawatan kesehatan komunitas lansia depresi.

2.3.2 Karakteristik Keperawatan Komunitas


Menurut Clark, 2008 dalam Maglaya et.al.,(2009), karakteristik keperawatan
komunitas meliputi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit atau masalah

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


27

kesehatan sebagai bentuk praktik profesional yang dilakukan secara


komprehensif, general dan berkelanjutan pada tiga level atau tingkatan klien yaitu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (populasi). Selain itu, perawat juga
mengenal dampak dari faktor yang berbeda pada kesehatan dan mempunyai
kesadaran yang lebih besar terhadap situasi dan kehidupan klien dengan
menggunakan strategi keperawatan komunitas yang tepat.

2.3.3 Strategi Keperawatan Komunitas


2.3.3.1 Proses Kelompok (Group Process).
Proses kelompok merupakan proses pembentukan suatu kelompok untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Kelompok ini dapat membantu dalam program
promosi kesehatan keperawatan komunitas dan dapat diwujudkan dalam
kelompok lansia sebaya. Pengorganisasian masyarakat ini merupakan suatu proses
perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko
dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. Individu-individu dalam suatu kelompok dapat mempengaruhi
pemikiran, perilaku, nilai dan interaksi sosial di masyarakat, maka diperlukan
kekompakkan di dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster, 2010).

Proses kelompok dilakukan dengan proses pembentukan kelompok khusus bagi


lansia yang mengalami depresi yaitu kelompok lansia MaSa INDAH. Kelompok
lansia merupakan salah satu sarana bentuk dukungan sosial yang dapat
berkontribusi dalam promosi kesehatan. Kelompok swabantu adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan saling
berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi
semangat (Pistrang, 2008).

Perawat dapat melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok di masyarakat.


Kegiatan kelompok dapat dilakukan dengan kegiatan yang dipadukan dengan
kegiatan keagamaan. Kelompok dapat membantu lansia membangun integritas
dan penghargaan atas diri sendiri. Situasi kelompok juga akan membimbing lansia
keluar dari keterisolasian dan lansia akan menemukan makna dalam kehidupan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


28

mereka, sehingga mereka dapat hidup sepenuhnya dengan fungsi sosial dan
physiologis yang tinggi. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki
kesempatan dalam memfasilitasi kelompok dalam meningkatkan perawatan
therapeutik bagi lansia dengan masalah depresi (Pistrang, 2008)

2.3.3.2 Pendidikan Kesehatan (Health Promotion).


Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan,
mengurangi ketidakmampuan dan mengoptimalkan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan juga
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, perbaikan sikap dan peningkatan
keterampilan, sehingga diharapkan ada perubahan gaya hidup yang lebih baik.
Perubahan perilaku sehat masyarakat dapat mengubah penerimaan yang kondusif
terhadap program promosi kesehatan yang dilakukan. Strategi pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses yang memfasilitasi pembelajaran yang
mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010).

Pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi maupun


lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan juga
dilakukan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan keagamaan.
Pendidikan kesehatan adalah memberikan informasi kesehatan tentang masalah
kesehatan lansia, depresi pada lansia, komunikasi yang efektif bagi lansia dan
keluarga, harga diri rendah dan cara meningkatkannya.

Intervensi promosi kesehatan juga diberikan tentang faktor risiko yang


mengkibatkan depresi dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan. Diskusi
tentang perubahan fungsional yang terjadi pada lansia yang merupakan
konsekuensi proses penuaan dengan faktor risiko pada lansia. Diskusi tentang
hubungan potensial dan identifikasi pemecahan masalah bersama dengan pemberi
pelayanan keperawatan (Miller, 2012).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


29

2.3.3.3 Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)


Pemberdayaan (empowerment) merupakan proses pemberian kekuatan atau
motivasi sehingga membentuk interaksi transformasi kepada masyarakat antara
lain dengan adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchock, Scubert, & Thomas,
1999). Perawat komunitas mendorong masyarakat untuk dapat berbuat mandiri
dan berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatannya. Kerjasama ini dilakukan untuk
mencapai tujuan bersama dalam upaya meningkatkan kesehatan lansia depresi
yaitu dengan melibatkan masyarakat dan keluarga.

Pemberdayaan juga merupakan proses pengembangan pengetahuan dan


keterampilan yang meningkatkan kemampuan seseorang atas keputusan-
keputusan mempengaruhi orang lain (Helvie, 1998). Pemberdayaan juga
merupakan proses yang memungkinkan orang untuk memilih, mengendalikan,
dan membuat keputusan tentang kehidupannya dengan rasa saling menghargai
terhadap semua yang terlibat (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
Pemberdayaan masyarakat dan keluarga dilakukan untuk mendukung lansia dalam
intervensi keperawatan “MaSa INDAH” sebagai upaya mencegah dan
menurunkan tingkat depresi pada lansia.

2.3.3.4 Kemitraan (partnership)


Kemitraan dilakukan untuk upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin
kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar
mengoptimalkan kegiatan program yang direncanakan, karena suatu program
berkaitan langsung dengan sektor kehidupan yang lain. Misalnya upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas
pelayanan kesehatan saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh politik, ekonomi,
budaya dan sektor yang lainnya.

Partnership juga merupakan suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara


tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas
yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


30

individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri


secara efektif (Helvie, 1998).

2.3.3.5 Intervensi Keperawatan Langsung.


Perawatan yang dapat dilakukan secara langsung bagi keluarga dan lansia depresi
adalah melalui terapi interpersonal (TI), terapi kognitif perilaku (CBT), terapi
relakasasi untuk manajemen nyeri, konseling kelompok. Blazer (2003)
menyatakan bahwa hal yang sangat penting dalam pencegahan primer dari depresi
adalah melalui intervensi keperawatan yang meningkatkan kepuasan hidup lansia
dan menurunkan kesedihan dan kesendirian. Perawat dapat mengidentifikasi
intervensi yang dapat meningkatkan dukungan sosial.

Menurut Miller (2012) tindakan keperawatan yang juga dapat dilakukan pada
lansia dengan depresi antara lain:
1) Promosi kesehatan dalam latihan dan intervensi nutrisi
Penelitian yang dilakukan oleh Blazer (2003) menyatakan bahwa latihan fisik
dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. Jika lansia memhami pentingnya
latihan fisik untuk kesehatan fisik dan mentalnya, maka lansia akan merasakan
manfaat langsung dari program latihan tersebut. Demikian pula dengan nutrisi
yang merupakan suatu hal yang penting dalam mencegah dan menurunkan depresi
karena status nutrisi merupakan efek dari depresi dan dapat menjadi konsekuensi
negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah merupakan efek positif dari
kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi terjadi, lansia cenderung
mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami gangguan pencernaan.

2) Pelaksanan konseling
Perawat berperan dalam memberikan konseling dan dukungan emosional untuk
lansia dan pada situasi yang sama, lansia berpartisipasi dalam terapi psikososial.
Konseling didefinisikan proses yang menggunakan bantuan secara interaktif yang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan pasien dan menggambarkan
dukungan koping, proses pemecahan masalah dan hubungan interpersonal (Iowa

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


31

Intervention Project, 2000 dalam Miller, 2012) dapat efektif untuk menurunkan
depresi.

Kegiatan intervensi yang lain dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah
depresi pada lansia meliputi: meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi
dalam mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan
perhatian; meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan;
penyediaan informasi yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia
dalam mengidentifikasi kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia (Piven &
Buckwalter, 2001 dalam Miller, 2012). Dukungan emosional didefinisikan
sebagai dukungan dalam mencari sumber, penerimaan dan dukungan selama
mengalami stres (Iowa Intervention Project, 2000 dalam Miller, 2012).

Terapi yang juga dapat diberikan kepada lansia yang mengalami depresi (Miller,
2012) antara lain: terapi perilaku (misalnya pemecahan masalah, praktik asertif
dan pengaturan jadwal kegiatan harian); terapi kognitif (misalnya rekonstruksi
kecemasan); terapi interpersonal (misalnya dengan modifikasi hubungan atau
ekspektasi tentang hubungan); terapi dukungan (misalnya evaluasi kekuatan dan
kelemahan individu serta memfasilitasi dalam memilih untuk dapat meningkatkan
kemampuan koping).

Strategi keperawatan komunitas digunakan untuk mencapai tujuan perawatan


komunitas yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan komunitas. Tujuan
keperawatan akan tercapai jika dilakukan dengan strategi keperawatan yang tepat.
Strategi keperawatan komunitas harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip dari
keperawatan komunitas (Allender, Rector & Warner, 2014).

2.3.4 Prinsip Keperawatan Komunitas


Prinsip-prinsip ditetapkan oleh ANA (2007, dalam Allender, Rector & Warner,,
2014) untuk praktik keperawatan kesehatan komunitas adalah sebagai berikut:
2.3.4.1 Fokus pada komunitas
Prinsip pertama adalah tanggungjawab perawatan kesehatan komunitas adalah

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


32

pelayanan langsung. Selain itu, perawat kesehatan komunitas dapat memberikan


intervensi untuk individu, keluarga atau kelompok yang membutuhkan dan
menjadi bagian dalam komunitas (komunitas sebagai klien).

2.3.4.2 Memprioritaskan untuk kebutuhan komunitas


Prinsip kedua adalah perawat kesehatan komunitas memprioritaskan kebutuhan
komunitas. Perawat harus berusaha untuk mempertimbangkan intervensi yang
terbaik dan yang akan diberikan kepada komunitas.

2.3.4.3 Bekerja bersama anggota masyarakat


Prinsip ketiga adalah perawat bekerja bersama-sama dengan komunitas
(komunitas sebagai rekan kerja) dalam mencapai tujuan intervensi keperawatan
kesehatan komunitas. Perawat dan anggota komunitas masing-masing memiliki
sistem nilai, kepercayaan dan keahlian masig-masing dalam hubungan kerjanya.
Perkembangan kebijakan dan jaminan lebih memungkinkan untuk bisa diterima
dan diterapkan sebagai dasar pertimbangan saling menghormati satu sama lain.

2.3.4.4 Fokus pada pencegahan primer


Prinsip keempat adalah keperawatan kesehatan komunitas menekankan pada
pentingnya tindakan pencegahan primer dalam promosi kesehatan masyarakat.
Perawat kesehatan komunitas berinisiatif untuk menemukan kelompok berisiko
tinggi, potensial masalah-masalah kesehatan, dan situasi yang berkontribusi dalam
masalah kesehatan. Kemudian perawat membuat suatu program pencegahan
masalah kesehatan.

2.3.4.5 Promosi lingkungan yang menyehatkan


Prinsip kelima adalah merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa
masyarakat hidup dalam kondisi yang mendukung kesehatan. Masyarakat akan
memiliki tingkat kesehatanyang rendah jika hidup dalam lingkungan yang tinggi
pengangguran, perumahan yang padat, tidak memiliki sumber air bersih, serta
pola hidup merokok, minum minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang.
Untuk mengubah kondisi tersebut membutuhkan komitmen, ketekunan,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


33

kesabaran, akal dan pandangan yang jangka panjang dari semua lapisan
masyarakat.

2.3.4.6 Target intervensi untuk semua yang membutuhkan manfaat intervensi


Prinsip keenam adalah perawat kesehatan komunitas memeriksa kebijakan atau
program untuk menentukan apakah kebijakan atau program tersebut dapat diakses
dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan dan
advokasi untuk perubahan jika diperlukan.

2.3.4.7 Promosi alokasi sumber daya yang optimal


Prinsip ketujuh adalah perawat kesehatan komunitas mengetahui hasil penelitian
yang efektif dari berbagai program. Perawat juga mengumpulkan informasi
tentang biaya jangka pendek dan jangka panjang dari program.

2.3.4.8 Kolaborasi dengan semua pihak yang ada di komunitas


Prinsip kedelapan adalah perawat kesehatan komunitas menekankan pada
pentingnya kolaborasi dengan perawat yang lain, pemberi pelayanan kesehatan,
pekerja sosial, guru, pemimpin agama, pengusaha dan pegawai pemerintahan di
masyarakat. Kolaborasi interdisiplin tersebut sangat penting dalam pelaksanaan
dan keefektifan program. Program tersebut direncanakan dan dilaksanakan tanpa
ada kesenjangan dan tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan.

Praktik keperawatan komunitas mencakup pelayanan keperawatan komunitas dan


asuhan keperawatan komunitas. Pelayanan keperawatan komunitas perlu dikelola
dan ditata dengan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut bertujuan agar
pencapaian kesehatan masyarakat menjadi lebih optimal.

2.3.5 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Manajemen pelayanan keperawatan komunitas adalah suatu penyelenggaraan
salah satu inti program spesialis keperawatan dengan aplikasi ilmu keperawatan
komunitas yang mengintegrasikan fungsi manajemen pelayanan kesehatan dengan
asuhan keperawatan komunitas dan keluarga.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


34

2.3.5.1 Pengertian Manajemen


Manajemen merupakan bagian dari kepemimpinan yang menekankan pada
pengendalian (Marquis & Huston, 2012). Manajemen keperawatan memiliki
fungsi yaitu: mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Fungsi tersebut dioptimalkan dalam upaya pencapaian tujuan
bersama yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan sumber daya
secara efektif, efisien dan rasional (Swansburg, 2000).

2.3.5.2 Fungsi Manajemen


a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling
penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisikan tujuan yang harus
dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan,
bagaimana indikator atau tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan
apa yang harus dilakukan selanjutnya dan berkelanjutan (Asmuji, 2012).
Selian itu, Ervin (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang terperinci dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang
membutuhkan solusi melalui intervensi yang terstruktur.

Perencanaan organisasi merupakan suatu bentuk pembentukan keputusan


manajerial. Perencanaan meliputi pengkajian lingkungan, gambaran sistem
organisasi menyeluruh termasuk seluruh bagian-bagian sistem, memberikan
kejelasan filosofi dan misi organisasi, prediksi sumber-sumber dan
kemampuan organisasi, identifikasi langkah-langkah yang dapat dilakukan,
prediksi efektifitas dari berbagai alternatif tindakan yang ditentukan, pilihan
tindakan yang akan dilakukan, dan menyiapkan staf atau karyawan untuk
melaksanakan berbagai tindakan yang perlu dilakukan (Gillies, 1994).

Berdasarkan teori yang telah disampaikan oleh para ahli, menunjukkan teori
tentang perencanaan yang bervariasi, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah suatu rangkaian rencana kegiatan yang terperinci,
terstruktur dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah-

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


35

langkah yang sistematis. Perencanaan juga menyiapkan staf atau karyawan


untuk melaksanakan rencana kegiatan, sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi khususnya dalam mengatasi masalah kesehatan lansia dengan
depresi.

Tahapan perencanaan sebuah organisasi mencakup memformulasikan


perencanaan organisasi, menentukan visi, menentukan misi, menggali
berbagai sumber dan kendala, mengidentifikasi metode dan aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan (Ervin, 2002). Perencanaan merupakan hal
yang penting dan merupakan proses yang pertama dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan yang adekuat, maka proses manajemen
akan menjadi gagal dan koordinasi serta tujuan tidak akan tercapai (Marquis
& Huston, 2012).

Visi menggambarkan tujuan organisasi di masa yang akan datang atau tujuan
jangka panjang organisasi dan menjadi bagian dari visi lembaga secara
keseluruhan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Visi merupakan dasar
untuk membuat suatu perencanaan dan merupakan nilai, aspirasi, dan tujuan
yang mendasar yang digunakan dengan jelas untuk mengetahui arah sebuah
organisasi yang bersifat terbuka serta menjadi motivasi dan stimulasi
organisasi dalam menjalankan aktivitas di dalam organisasi atau instansi
(Asmuji, 2012; Wijono, 1999).

Misi merupakan suatu strategi untuk mencapai visi yang telah ditetapkan
(Wijono, 1999). Tujuan atau pernyataan misi adalah pernyataan singkat yang
mengidentifikasi alasan keberadaan oraganisasi dan tujuan serta fungsi
organisasi di masa depan. Pernyataan misi merupakan prioritas tertinggi
dalam hierarki perencanaan karena hal tersebut mempengaruhi pembuatan
filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur dan ketentuan
organisasi (Marquis & Huston, 2012). Misi berisikan pernyataan-pernyataan
yang menunjukkan posisi etik, prinsip, dan standar praktik atau pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat atau konsumen (Marquis & Huston,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


36

2012). Misi juga tentu memberikan kejelasan kepada staf dalam uraian tugas
dari masing-masing instansi untuk menjalankan aktivitas sesuai dengan yang
telah ditetapkan, karena jika terjadi masalah seperti kurang kejelasan dalam
misi, sasaran, atau tujuan-tujuan menyebabkan kebingungan terhadap staf dan
menjadi tidak teratur terhadap usaha atau upaya yang dilakukan untuk
melayani konsumen yaitu masyarakat (Gillies, 1994).

Tujuan umum dan khusus adalah hasil dari perjalanan suatu organisasi.
Tujuan umum diartikan sebagai hasil yang diharapkan melalui usaha terarah.
Tujuan khusus lebih berfokus pada proses yang diharapkan, memiliki
kerangka waktu pencapaian yang spesifik dan dinyatakan dalam istilah
perilaku, dapat dievaluasi secara objektif dan mengidentifikasi hasil yang
positif, bukan negatif (Marquis & Huston, 2012). Undang-Undang Nomor 36
tentang kesehatan pasal 138 menyatakan bahwa (1) upaya pemeliharaan
kesehatan bagi usia lanjut ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial dan ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan; (2)
pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif secara sosial dan ekonomi. Tujuan organisasi termasuk dalam
rencana strategi, dimana menurut Martin (1998 dalam Marquis & Huston,
2012) menyatakan bahwa dalam rencana strategi dapat meramalkan
keberhasilan pencapaian organisasi di masa depan dengan menyesuaikan dan
menyelaraskan kapabilitas dengan kesempatan yang eksternal.

Perencanaan dalam suatu organisasi memerlukan sumber daya yang memadai


dalam menunjang kegiatan, salah satunya adalah pengelolaan keuangan.
Perencanaan anggaran membutuhkan visi, kreativitas dan seluruh
pengetahuan politik, sosial, dan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
bagi masyarakat (Marquis & Huston, 2012). Kesejahteraan suatu instansi
tergantung pada pengelolaan keuangan yang efektif (Gillies, 1994).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


37

Langkah-langkah dalam perencanaan anggaran meliputi (Marquis & Huston,


2012) : langkah pertama yaitu mengkaji kebutuhan apa yang harus dipenuhi
dalam penganggaran. Manajer membuat tujuan umum, tujuan khusus dan
estimasi anggaran berdasarkan masukan dari rekan kerja dan bawahan.
Penganggaran akan lebih efektif bila semua personil pengguna sumber daya
dapat terlibat dalam proses tersebut. Langkah kedua yaitu membuat
perencanaan. Siklus penganggaran sebagian besar disusun untuk dua belas
bulan disebut anggaran fiskal tahunan, tetapi penganggaran berkelanjutan
dapat dilakukan secara kontinu setiap bulan sehingga data anggaran 12 bulan
ke depan selalui tersedia. Langkah ketiga adalah implementasi yaitu
pemantauan berkelanjutan dan analisis dilakukan untuk mencegah
pembiayaan yang tidak adekuat atau berlebihan pada akhir tahun pembukuan.
Setiap manajer unit bertanggung gugat terhadap penyimpangan.

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas
pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang
bertanggungjawab mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian juga merupakan fase yang kedua setelah perencanaan
dalam proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan
tentang hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis & Huston, 2012). Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf
pegawai sebagai akibat dari peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan,
pemusatan, dan komunikasi (Gillies, 1994).

Aktivitas dalam upaya kesehatan lansia terutama untuk lansia dengan


depresi, dapat dilakukan dengan pembentukan dan pembinaan puskesmas
santun lansia dimana puskesmas santun lansia adalah puskesmas yang
melakukan pelayanan kepada lansia mengutamakan aspek promotif dan
preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif secara proaktif, baik dan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


38

sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia (Depkes RI,
2003).

Pembinaan kesehatan lansia dengan depresi diperlukan garis komando yang


jelas, sehingga program kesehatan lansia dapat dilaksanakan dengan baik.
Garis komando merupakan garis utuh vertikal antara posisi sebagai jalur
formal komunikasi dan kewenangan, sehingga menyebabkan pegawai
memiliki satu manajer tempat mereka memberikan laporan dan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya (Marquis & Huston, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang berkaitan


pengorganisasian terutama pengorganisasian sumber daya manusia (SDM)
perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat sebanyak 50,7% termasuk
dalam kategori baik (Ratnasari, Setyowati & Kuntarti, 2012).

c. Fungsi Ketenagaan (Staffing)


Ketenagaan merupakan proses manajemen yang berkaitan dengan
perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi, dan peningkatan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan kesehatan
(Marquis & Huston, 2012). Salah satunya adalah pelayanan kesehatan lansia
dengan depresi.

Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf secara
aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi atau
pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan perekrutan
maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang merupakan proses
pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan atau menempati
posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis & Huston, 2012). Proses
pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk mendapatkan
karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten dalam bidang
pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah staf melewati
proses seleksi yaitu orientasi (Marquis & Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


39

Orientasi merupakan proses penyesuaian seorang karyawan baru dengan


lingkungan pekerjaan, sehingga karyawan tersebut dapat berinteraksi dengan
cepat dan efektif dengan lingkungan baru tepat bekerja atau
memberikan pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Proses orientasi yang
adekuat akan meminimalkan kecenderungan pelanggaran peraturan,
keluhan, dan kesalahpahaman; serta lebih menumbuhkan perasaan memiliki
dan menerima serta meningkatkan antusiasme dalam bekerja pada institusi
dan memberikan pelayanan kesehatan kepada klien atau masyarakat
(Marquis & Huston, 2012).

Tahap selanjutnya setelah staf melalui proses orientasi maka dilanjutkan


dengan melakukan pembinaan atau pengembangan staf. Pembinaan atau
pengembangan staf merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan
produktivitas. Pembinaan atau pengembangan staf dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan. Proses pendidikan dan pelatihan bagi staf dapat
meningkatkan produktifitas yang lebih baik dalam menjalankan suatu
organisasi atau program (Marquis & Huston, 2003, 2012). Pelatihan
merupakan suatu proses seorang individu disediakan dengan berbagai
interaksi yang baik ditujukan untuk mengembangkan isu dan menerima
umpan balik terhadap kekuatan dan kesempatan untuk terlibat atau menerima
dukungan dan bimbingan selama transisi peran di dalam sebuah instansi
(Karten & Baggot dalam (Marquis & Huston, 2012). Kurangnya pelatihan
merupakan suatu kelemahan dalam sebuah manajemen, sehingga dapat
berdampak pada kinerja staf pegawai kurang memuaskan (Swanburg, 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanan dan pengaturan


sumber daya manusia (SDM) perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat secara berurutan sebanyak 54% dan
52,1% baik dan juga ada hubungan perencanaan, pengorganisasian SDM
dengan pelaksanaan perkesmas (Ratnasari, Setyowati, & Kuntarti, 2012).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


40

d. Fungsi Pengarahan
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi (Asmuji, 2012). Pengarahan yaitu proses interpersonal yang
ditunjukkan dengan staf pegawai atau karyawan mencapai objektifitas dan
merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk mencapai visi dan
misi (Swanburg, 2000). Fungsi pengarahan mencakup kegiatan motivasi,
komunikasi organisasi, supervisi, pendelegasian dan manajemen konflik
(Marquis & Huston, 2012).

Motivasi adalah merupakan tenaga dalam diri individu yang mempengaruhi


kekuatan atau mengarah perilaku. Salah satu motivator terkuat yang dapat
digunakan oleh manajer untuk menciptakan suasana memotivasi adalah
penguatan atau reinforcement positif (Marquis & Huston, 2012). Motivasi
merupakan proses emosional yang lebih cenderung bersifat psikologis
daripada logika, terfokus pada kebutuhan di dalam diri individu yang kuat,
langsung, terus-menerus, dan menghentikan perilaku (Swanburg, 2000).

Pengarahan harus menggunakan komunikasi yang efektif karena komunikasi


yang efektif dapat mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian yang disampaikan (Swanburg, 2000).
Komunikasi dalam organisasi membentuk inti dan masuk di semua proses
manajemen, dimana komunikasi adalah pertukaran pikiran, pesan, gagasan
atau informasi melalui pembicaraan, tanda, tulisan dan perilaku (Marquis &
Huston, 2012). Jadi komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pertukaran informasi oleh dua atau lebih orang dalam sebuah organisasi.

Supervisi merupakan suatu bentuk pengawasan pekerjaan atau kinerja orang


lain secara langsung (Whitehead, Weiss & Tappen, 2010). Supervisi
merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memastikan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan pengawasan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


41

terhadap pelaksanaan kegiatan. Supervisi dilakukan untuk memastikan


kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
memungkinkan terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga
bimbingan yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan
dalam tindakan (Asmuji, 2012).

Pendelegasian mengandung makna bahwa seseorang memberikan


kepercayaan kepada orang lain untuk melakukan tugas yang sangat penting
(Marquis & Huston, 2012). Pimpinan pun dalam menentukan wewenang yang
didelegasikan melalui komunikasi dengan bawahan (Swanburg, 2000).
Pendelegasian yang diberikan berupa kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung
jawab sehingga yang menerima delegasi harus dapat melaksanakannya
dengan baik (Swanburg, 2000).

Elemen selanjutnya adalah manajemen konflik. Konflik adalah perselisihan


internal dan eksternal yang disebabkan oleh perbedaan nilai, pendapat, atau
perasaan antara dua orang atau lebih berupa konflik interpersonal, intra
personal dan interkelompok (Marquis & Huston, 2012). Tujuan terbaik
dalam menyelesaikan konflik adalah menciptakan penyelesaian menang-
menang (win-win solution) untuk semua pihak yang terkait.

e. Fungsi Pengendalian
Pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja dengan tujuan perencanan, untuk mendesain sistem
umpan balik informasi untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya
dengan standar yang telah ditetapkan (Mockler, 1984 dalam Keliat, 2006).
Pengawasan atau pengendalian mempunyai fungsi yang sangat besar dalam
mempunyai manajemen pelayanan. Pengawasan atau pengendalian
merupakan suatu bentuk koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan
organisasi mulai dari perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan,
pelaporan, penggunaan berbagai sumber-sumber yang digunakan untuk
mengamati tercapainya visi atau misi sebuah instansi (Swanburg, 2000).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


42

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian atau pengawasan sumber


daya manusia (SDM) perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat
sebanyak 52,1% baik dan juga menunjukkan ada hubungan pengendalian
atau pengawasan SDM dengan pelaksanaan perkesmas (Ratnasari,
Setyowati, & Kuntarti, 2012).

2.3.6 Asuhan Keperawatan


2.3.6.1 Asuhan Keperawatan Komunitas
Ervin (2002), menjabarkan bahwa Community as partner ini mendefinisikan
partner sebagai gambaran hubungan antara keperawatan dan kelompok/komunitas
sebagai klien. Komunitas didefinisikan oleh Higgs & Gustafson yang dikutip oleh
Ervin (2002), adalah merupakan sebagai suatu kelompok atau agregat dari
berbagai orang yang memiliki batasan geopolitikal dan mereka dianggap sebagai
unit praktek pelayanan. Anderson dan McFarlene mengembangkan teory
Community As Partner ini berdasarkan model konseptual keperawatan yang
dikembangkan oleh Betty Neuman dalam Neuman’s Health Care System Model
dan dalam keluarga yang ada di komunitas dengan sisitem pengkajian dari Family
Center Nursing oleh Friedman. Konsep-konsep teori ini kemudian diaplikasikan
saat praktik keperawatan komunitas pada kelompok lansia dan pada keluarga
dengan lansia depresi di wilayah kerja kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis,
Kota Depok, Jawa Barat

Asuhan Keperawatan Komunitas mulai pengkajian, analisis data, diagnosa


keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


43

Gambar 2.1 Model Community As Partner


(Sumber: Anderson & McFarlane, 2011).

a. Pengkajian Keperawatan Komunitas


1) Inti Komunitas (Core)
a) Demografi (karakteristik lansia meliputi: usia, jenis kelamin, status
perkawinan)
Penduduk lanjut usia adalah penduduk berumur 60 tahun ke atas
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010). Sedangkan definisi lain
tentang lanjut usia adalah individu yang berusia lebih dari 65 tahun
(Mauk, 2006). Berdasarkan pendapat tersebut, maka lansia adalah
individu yang berumur lebih atau sama dengan 60 tahun.

Menurut Miller (2012), faktor resiko depresi adalah jenis kelamin


(wanita lebih cepat depresi dibandingkan laki-laki), selain itu faktor
resiko depresi adalah lansia dengan status perkawinan terutama yang

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


44

bercerai atau berpisah yang dituangkan dalam riwayat keluarga


lansia (dalam genogram tiga generasi).

b) Vital Statistik
Vital statistik adalah angka kejadian kesakitan lansia yang
disebabkan oleh depresi. Skrining pada lansia dilakukan dengan
menggunakan GDS (Geriatric Deppresion Scale), serta gambaran
angka kematian akibat bunuh diri atau akibat menarik diri dan atau
diabaikan oleh keluarga.

c) Riwayat kesehatan lansia


Riwayat kesehatan lansia yang menjadi faktor risiko, pendukung dan
pencetus masalah kesehatan lansia dengan depresi. Selain itu,
penyakit degenerative juga mempengaruhi riwayat kesehatan lansia
dengan depresi.

d) Etnis dan Kebiasaan hidup


Budaya di masyarakat dan yang dianut yang berpengaruh terhadap
permasalahan kesehatan depresi pada lansia. Selain itu juga gaya
hidup masyarakat terutama yang berpengaruh kesehatan lansia
terhadap masalah depresi. Gaya hidup kelompok masyarakat
terutama dalam pola komunikasi hubungan antar individu, bentuk
keluarga, dukungan antar keluarga.

e) Nilai dan keyakinan


Agama, nilai dan keyakinan yang dianut oleh keluarga terkait makna
hidup, dukungan keluarga terhadap lanjut usia., warisan budaya/ pola
kebiasaan serta stigma masyarakat/keluarga terhadap pengabaian
orang tua. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya masalah
kesehatan lansia dengan depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


45

2) SUBSISTEM
a) Lingkungan Fisik
Lokasi tempat tinggal lansia dan tetangga serta komunitas.
Lingkungan rumah yang dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada
di sekitar tempat tinggal meliputi kondisi rumah, sumber polusi,
cuaca. Rancangan pengkajian yang akan diidentifikasi ialah situasi
tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi masalah depresi
seperti tingkat kenyamanan, kebisingan di sekitar rumah, suasana
rumah yang kondusif.

Hal-hal yang dikaji meliputi status rumah, type rumah, keadaan atau
kondisi rumah termasuk kepadatan, ventilasi, pencahayaan, dan
kebersihan, keamanan, kesesuaian dengan kondisi lansia. Kondisi
lingkungan, terutama sosial yang tidak baik dapat menjadi pemicu
timbulnya depresi.

b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Fasilitas kesehatan yang dapat mengakomodasi masalah kesehatan
pada lansia khususnya depresi pada tingkat wilayah atau RW dan
puskesmas, rumah sakit atau klinik swasta. Posbindu merupakan
bagian dalam sarana pelayanan kesehatan dan sosial bagi lansia yang
ada di masyarakat. Dukungan pelayanan sosial seperti tunjangan
khusus untuk lanjut usia, kepemilikan kartu jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan. Data yang berhubungan dengan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan antara lain: sumber daya kesehatan di wilayah
kerja puskesmas serta pelayanan kesehatan serta pengobatan yang
diberikan bagi lansia untuk mengatasi masalah depresi dan untuk
mengurangi risiko depresi baik yang ada di masyarakat maupun di
layanan kesehatan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


46

c) Ekonomi
Meliputi pekerjaan yang dilakukan lansia, pendapatan dan
pengeluaran, status ekonomi serta potensi sumber daya yang tersedia
disekitar lansia. Karakteristik rata–rata pendapatan lansia secara
khusus dan keluarga serta karakteristik pekerjaan baik lansia maupun
keluarga. Alokasi penggunaan pendapatan, pendapatan yang rendah,
tidak bekerja terutama lansia yang tidak mempunyai pekerjaan atau
menganggur merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
depresi.

d) Transportasi dan keamanan/keselamatan


Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan dan
sosial. Kemudahan mencapai akses kesehatan, dan kemudahan
mendapat sumber makanan. Keamanan dan keselamatan lansia dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya juga mempengaruhi dalam
menentukan risiko depresi pada lansia karena dengan perasaan aman
dan nyaman dapat membuat lansia merasa lebih baik.

e) Politik dan Pemerintahan


Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan lansia
khususnya dengan depresi. Ketersediaan bantuan dari pemerintah atau
swasta juga sangat diperlukan dalam mendukung program kesehatan
dalam mengatasi masalah penanggulangan depresi pada lansia.

f) Komunikasi
Sumber informasi kesehatan yang digunakan dalam pencapaian
kesehatan lansia. Pola komunikasi antar pengurus RT/RW dengan
warga khususnya lanjut usia. Media komunikasi apa yang digunakan
keluarga dalam memperoleh informasi tentang depresi pada lanjut
usia. Pola komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena
komunikasi dapat menjadi penyebab dan sekaligus solusi dari masalah
depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


47

g) Edukasi
Tingkat pendidikan pada lansia yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan lansia dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya
dengan depresi. Tingkat pendidikan kelompok lansia, sangat
mempengaruhi dalam tranformasi perilaku mengatasi masalah
kesehatan depresi.

h) Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dan keluarga dengan lansia
pada waktu senggang untuk meningkatkan status kesehatan berkaitan
dengan masalah depresi serta sarana rekreasi yang tersedia bagi lansia,
tempat warga bermain, ketersediaan tempat bermain untuk para lanjut
usia, bentuk rekreasi utama, fasilitas untuk rekreasi yang terlihat,
kecukupan hal tersebut dalam membantu memenuhi kebutuhan
rekreasi lansia dengan depresi.

i) Persepsi masyarakat
Persepsi dari tenaga kesehatan, masyarakat, keluarga maupun lansia
tentang masalah depresi pada lansia. Persepsi bisa berbeda-beda
karena bersifat subjektif tergantung dari individu masing-masing.

b. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian dan analisis data
yang mengancam masyarakat dan reaksi yang timbul pada masyarakat. Hasil
akhir analisis adalah mensintesis pernyataan simpulan menjadi diagnosis
keperawatan komunitas. Diagnosis keperawatan membatasi proses diagnostik
pada berbagai diagnosis yang ditegakkan untuk menunjukkan respon manusia
terhadap masalah kesehatan baik aktual maupun potensial, yang dapat secara
legal ditangani oleh perawat (Anderson & McFarlane, 2011). Label diagnosis
keperawatan menurut NANDA 2012-2014 yaitu diagnosis aktual; promosi
kesehatan (termasuk sejahtera atau wellness) dan risiko. Berdasarkan hasil
Konas Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas (IPPKI, 2013), disepakati bahwa

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


48

diagnosis keperawatan komunitas dituliskan tanpa menuliskan etiologi (single


diagnosis).

c. Perencanaan Keperawatan Komunitas


Tahap ketiga dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
rencana tindakan untuk membantu masyarakat dalam upaya promotif,
preventif, primer, sekunder, dan tersier. Langkah pertama dalam tahap
perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi
masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan, maka ada
dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun
rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti
dana, sarana, tenaga yang tersedia (Anderson & McFarlane, 2011).

Strategi yang digunakan mencakup proses kelompok, pendidikan kesehatan


dan kerjasama, serta mendemontrasikan keterlibatan dalam asuhan
keperawatan. Strategi tersebut untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi dan diperlukan
pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk mengembangkan
masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki, serta
mampu mengurangi hambatan yang ada. Selain itu, untuk menumbuhkan
kondisi, kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif
masyarakat dan dengan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi terutama dalam mengatasi masalah depresi
pada lansia.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan lansia dengan


depresi dilatarbelakangi dari kesehatan fisik dan mental lansia dalam
mewujudkan proses menua secara aktif, sehat dam bahagia bagi lansia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa 70% dari lansia diatas 60
tahun mengalami ketergantungan dengan orang lain. Banyaknya lansia yang

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


49

depresi dan tidak bahagia adalah karena bergantung pada orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dikarenakan kesehatan fisik dan
mental lansia yang menurun (Palestin, 2006). Aktivitas pekerjaan dan
kegiatan rekreasi sangat membantu dalam meningkatkan kondisi fisik lansia,
menurunkan emosi dan tekanan serta berdampak pada antidepresan. Aktifitas
yang dapat dilakukan adalah seperti jogging, berjalan, berenang, bersepeda
dan berolahraga (Trivedi, et al, 2006). Aktivitas kegiatan lansia dapat
dilakukan secara rutin di dalam rumah bersama-sama keluarga seperti
kegiatan membersihkan rumah, memasak berbagai menu. Kegiatan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia.

Kegiatan di luar rumah juga dapat membantu lansia yang mengalami depresi.
Faktor sosial dapat memberikan pengalaman yang positif pada kondisi
depresi, meningkatkan harga diri dan kepuasan diri karena adanya dukungan
sosial dan penerimaan pribadi (Cutler, 2005). Hasil penelitian yang
dipresentasikan pada konferensi dari British Nutrition Foundation (2008) juga
menyatakan bahwa individu dengan aktifitas fisik yang rendah memiliki
risiko depresi dua kali dibanding individu yang memiliki aktivitas teratur
(David, 2008), sehingga lansia diharapkan dapat melakukan aktivitas secara
teratur di rumah maupun di masyarakat. Hal ini sangat penting bagi lansia
dengan proses penuaan, sehingga lansia bisa menerima kondisinya dengan
baik.

Proses penerimaan diri pada lansia yaitu kondisi lansia dapat menerima
dirinya dengan segala kekurangannya untuk dapat tetap merasa bahagia, hal
ini didasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012)
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan
depresi pada wanita perimenopuase. Berdasarkan perubahan tersebut,
diharapkan perawat dapat berperan membantu lansia untuk mampu menerima
proses penuaan secara baik, karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan
lansia bisa merasa tetap berguna di masa tuanya adalah kemampuan lansia

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


50

dalam menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran


yang dialaminya (Miller, 2012).

Kemampuan lansia dalam penerimaan diri penting dalam meningkatkan harga


diri lansia. Peningkatan harga diri lansia diidentifikasikan juga secara verbal
dan non verbal yang menunjukkan nilai-nilai positif dan penerimaan diri
lansia. Hal tersebut dapat dilihat dalam partisipasi aktif lansia pada terapi
kelompok, kemampuan meditasi dan relaksasi, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan koping dalam diri lansia untuk menghadapi ketegangan hidup
sehari-hari dan mendukung gaya hidup yang sehat (Copel, 2007).

Proses penerimaan kondisi lansia juga dilihat dari kemampuan lansia untuk
mengenal masalah depresinya. Kemampuan lansia tersebut adalah kesadaran
akan diri sendiri. Kesadaran diri merupakan proses mengembangkan
pemahaman tentang perasaan yang dapat menggunakan kemampuan lansia.
Ketika lansia memahami dan memadukan individu, maka lansia akan belajar
memperbaiki diri, berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga diri yang
tinggi. Harga diri berhubungan dengan afek lansia. Jika lansia dengan harga
diri tinggi, maka akan menurunkan tingkat depresi (MacInnes, 2006).

Pendekatan perawat dalam pencapaian kesehatan lansia bukan hanya kondisi


fisik, namun juga membantu lansia dalam memberikan ketenangan dan
kepuasan batin dalam hubungan dengan Tuhan atau agama yang dianutnya
karena agama dan kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan lansia
yang disebut dalam kebutuhan spiritual (Maslow, 1980 dalam Keliat, 2011).
Spiritual adalah suatu aktivitas untuk mencari arti dan tujuan hidup yang
berhubungan dengan kegiatan spiritual keagamaan (Keliat, 2011). Aktivitas-
aktivitas spiritual akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk
menemukan kebermaknaan, harapan dan rasa harga dirinya dengan banyak
berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari, lansia akan menjadi lebih
tenang dalam hidupnya, menurunkan gejala depresi dan kecemasan akan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


51

kematian serta meningkatkan kesehatan mental lansia (Kemensos, 2008;


Bjorklop, 2013; Hill, 2006; Meisenhelder, 2002).

Intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah depresi dipadukan dalam sebuah intervensi yang bernama “ MaSa
INDAH” yaitu Mari berSama untuk “I “adalah Ikut dalam kegiatan keluarga
dan masyarakat, “N” adalah meNerima kondisi penuaan dengan tulus dan
ikhlas, “D” adalah Doa dan Diskusi bersama orang lain, “A” adalah Atasi
segala macam stres dengan baik, dan “H” adalah Harga diri yang tinggi.
Intervensi ini diharapkan lansia akan merasakan masa-masa tua dengan indah
tanpa ada kesedihan dan merasakan kebermaknaan hidup bersama orang lain
disekitarnya. Kegiatan dilakukan dalam intervensi kelompok di masyarakat
dan individu dalam keluarga.

Selain itu lansia juga dikenalkan dengan kartu tilik diri (KTD) yang menilai
atau mengevaluasi perasaaan lansia sendiri setiap hari, agar lansia dapat
berusaha belajar untuk bisa mencapai kebahagiaannya dan menurunkan
kondisi depresi atau kesedihan yang dirasakannya dengan koping yang efektif
(Songprakum, Wallapa & McCann, 2012). Lansia dengan depresi sebaiknya
mengenali masalah yang dialaminya dan lansia memahami bahwa hal tersebut
dapat berpengaruh pada perasaan dan perilakunya. Hanya dengan keaktifan
dan berusaha menerima tantangan secara sistematis, maka keyakinan dan
persepsi akan harapannya berubah menjadi lebih baik. Perasaan negatif akan
menurunkan kemampuan dalam mencegah depresi (Peden, 2005).

Kartu Tilik Diri (KTD) berisikan identitas lansia yaitu tentang nama, usia,
alamat, tinggal bersama siapa, hobby atau kegemaran dan cita-cita yang ingin
di capai. Lansia diminta untuk mengevaluasi perasaannya pada pagi hari saat
bangun tidur dan pada malam hari sebelum tidur dengan memberikan tanda
(simbol yang sudah ditentukan) pada kolom yang tersedia. Untuk kegiatan
atau koping yang dilakukan selama 1 hari, lansia diminta untuk memberikan
tanda (√) pada kolom sudah disediakan. Kegiatan atau koping lansia adalah

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


52

item intervensi MaSa INDAH yang telah diajarkan pada lansia dan keluarga
sebelumnya. Kartu dievaluasi setiap hari oleh anggota keluarga yang sudah
disepakati untuk membantu lansia dalam pengisian kartu. Keluarga juga dapat
membantu lansia dalam pengisian kartu khusus bagi lansia yang tidak mampu
untuk melakukan pengisian misalnya lansia dengan kebutaan, kelumpuhan
atau tidak bisa membaca. Kartu juga memberikan informasi nomor telepon
kader kesehatan lansia yang dapat dihubungi, jika lansia teridentifikasi
merasakan kesedihan dalam beberapa hari (lebih dari 3 hari), sehingga lansia
segera mendapatkan dukungan yang optimal dalam mengatasi masalahnya.

d. Implementasi Keperawatan Komunitas


Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan dalam mengatasi masalah kesehatan lansia dengan depresi yang
sifatnya yaitu: 1) bantuan dalam upaya mengatasi masalah fisik dan
psikologis, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan lansia; 2) mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk
mencegah terjadinya depresi pada lansia; 3) sebagai advokat komunitas untuk
sekaligus memfasilitasi kebutuhan komunitas.

Kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan


yaitu :
1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, misalnya dengan imunisasi,
penyuluhan, simulasi dan dukungan dalam kesehatan keluarga bagi lansia
depresi.
2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah
kesehatan depresi pada lansia. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit,
misalnya dengan mengkaji masalah kesehatan fisik dan psikologis lansia,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


53

memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi


lansia.
3) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, misalnya dengan membantu keluarga yang mempunyai lansia
dengan depresi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posbindu.

e. Evaluasi Keperawatan Komunitas


Evaluasi merupakan peralatan terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan konsep
evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari
evaluasi hasil sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
2) Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksanaan, peran alat atau pelaksana tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta.
3) Efesiensi biaya yaitu dalam pencarian sumber dana dan penggunaaannya
serta keuntungan program.
4) Efektifitas kerja yaitu tujuan tercatat dan kepuasan klien atau masyarakat
terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5) Dampak yaitu status kesehatan yang meningkat setelah dilaksanakan
tindakan dan perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

2.3.6.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional satu sama lain (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
Selain itu ada pendapat lain yang menunjukkan bahwa keluarga adalah keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


54

dengan lainnya, mempunyai peranan masing-masing, menciptakan serta


mempertahankan kebudayaannya (Maglaya et al., 2009). Berdasarkan pendapat-
pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang bersatu dalam kebersamaan atau mempunyai ikatan biologis,
sosial, ekonomi maupun psikososial.

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga lansia dengan depresi


menggunakan family center nursing adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian
Model pengkajian keluarga menggunakan Friedman yang merupakan
pendekatan terpadu dengan teori sistem secara umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga (tipe keluarga, riwayat perkembangan keluarga,
tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga), lingkungan
tempat tinggal, struktur keluarga, fungsi keluarga, serta stres dan mekanisme
koping keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini yang ditentukan
berdasarkan usia anak tertua, tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi yang dapat menjadi sumber stres bagi lansia dan keluarga,
riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan sebelumnya termasuk
riwayat kesehatan masing masing anggota keluarga.
2) Lingkungan
Ditujukan pada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Dilakukan
untuk mengidentifikasi keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan baik fisik maupun emosional yang dapat
mempengaruhi masalah hipertensi antara lain meliputi kebisingan,
keamanan dan lain lain.
3) Struktur Keluarga
Meliputi pola komunikasi keluarga yaitu bagaimana cara berkomunikasi
antar anggota keluarga, peran dari masing masing anggota keluarga,
struktur kekuatan keluarga yang dapat mempengaruhi anggota keluarga
untuk merubah perilaku yang berhubungan dengan pencegahan depresi

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


55

pada lansia.
4) Fungsi Keluarga
Meliputi fungsi afektif yang memberikan gambaran hubungan
psikososial dalam keluarga dan dukungan anggota keluarga pada lansia
dengan depresi; dan fungsi perawatan kesehatan keluarga praktik diet
keluarga, kebiasaan tidur dan istirahat keluarga, praktik aktivitas
fisik dan rekreasi, praktik penggunaan obat, penggunaan terapi
komplementer.
5) Stres dan mekanisme koping
Meliputi stresor jangka pendek dan jangka panjang yang dialami lansia
depresi dan keluarga, kemampuan lansia dan keluarga berespon
terhadap stresor, strategi koping yang digunakan ketika menghadapi
masalah. Koping yang dilakukan lansia dan keluarga merupakan upaya
untuk beradaptasi terhadap stimulus yang mengharuskan sistem
keluarga merubah perilakunya. Pelaksanaan adaptasi, keluarga dan
unsur-unsur didalamnya akan menerapkan koping individu dan koping
keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai
keseimbangan keluarga.

b. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga merupakan pengembangan dari diagnosis
keperawatan ke sistem dan subsistem keluarga serta merupakan hasil
pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga mencakup masalah
kesehatan aktual, risiko atau ancaman kesehatan, dan sejahtera (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010; Maglaya et al., 2009). Diagnosis keperawatan yang
telah didapat dilanjutkan dengan membuat prioritas dan proses pembuatan
prioritas menggunakan perhitungan tertentu.

c. Rencana Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga merupakan bentuk asuhan keperawatan yang
dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
memelihara kesehatan dan atau mengelola masalah kesehatan melalui tujuan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


56

umum dan khusus keperawatan, kriteria evaluasi, dan standar (Maglaya et


al., 2009). Penentuan rencana keperawatan keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga lansia dengan depresi (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Pembuatan rencana dengan menetapkan tujuan bersama dengan
keluarga. Penyusunan tujuan yang jelas, spesifik dan dapat diterima
oleh keluarga dalam mengatasi masalah depresi.

Pembuatan tujuan mencakup jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan


panjang dan jangka pendek diperlukan agar lebih spesifik, langsung dan
terukur. Tujuan jangka pendek dibuat untuk motivasi dan memberikan
keyakinan kepada keluarga dan individu lansia dengan depresi telah
membuat kemajuan dan untuk menuntun keluarga ke tujuan yang lebih luas
dan lebih komprehensif (Friedman, Bowden, & Jones, 2010; Maglaya et al.,
2009).

Tujuan jangka pendek mencakup peningkatan kemampuan keluarga dalam


mengenal masalah depresi pada lansia, membuat keputusan untuk mengatasi
masalah depresi, melakukan tindakan perawatan pada lansia dengan depresi,
memodifikasi lingkungan terhadap lansia dengan depresi, dan menggunakan
fasilitas kesehatan bagi lansia dengan depresi. Penentuan evaluasi terhadap
rencana keperawatan dengan kriteria atau indikator yang pengetahuan
(kognitif), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap) yang terdiri dari
emosi, perasaan, dan nilai (Maglaya et al., 2009).

d. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi keperawatan didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
perawat untuk pasien dan keluarga dengan tujuan membantu pasien dan
keluarga meningkatkan, mengoreksi, dan menyesuaikan kondisi fisik, emosi,
psikososial, spiritual, dan lingkungan sebagai alasan mencari bantuan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2010).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


57

Implementasi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan hasil pengkajian,


diagnosis keperawatan, dan perencanaan keluarga dengan memperhatikan
prioritas. Implementasi yang diberikan kepada keluarga mencakup tiga
domain yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif (Friedman, Bowden, &
Jones, 2010). Strategi intervensi dalam keperawatan keluarga mencakup
pendidikan kesehatan, konseling, melakukan kontrak, manajemen kasus,
kolaborasi, dan konsultasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dari
proses lainnya. Evaluasi keperawatan berdasarkan seberapa besar
efektifitas intervensi yang dilakukan oleh keluarga dan perawat dan
intervensi yang diberikan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Apabila tujuan tidak tercapai maka
perlu dilakukan analisa alasan yang dapat diidentifikasi seperti keadekuatan
hasil pengkajian, tujuan umum dan tujuan khusus yang tidak realistik,
sumber yang dimiliki keluarga tidak fokus pada kebutuhan yang menjadi
prioritas; atau keluarga kehilangan dukungan baik internal maupun eksternal
(Maglaya et al., 2009), sehingga evaluasi keperawatan keluarga dilakukan
secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga dapat menyelesaikan
masalah yang terjadi di dalam keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Evaluasi asuhan keperawatan keluarga dapat dinilai dari perubahan
tingkat kemandirian keluarga dalam perawatan kesehatan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


58

Pengkajian dalam keluarga : Pengkajian individu


- Mengidentifikasi data sosial budaya anggota keluarga :
- Data lingkungan - Mental
- Struktur - Fisik
- Fungsi - Emosi
- Stres dan strategi koping keluarga - Sosial
- Spiritual

Identifikasi keluarga, subsistem


keluarga, masalah kesehatan individu:
(Diagnosa Keperawatan)

Rencana Keperawatan :
- Kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada lansia dengan depresi
- Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk
mengatasi masalah lansia dengan depresi
- Kemampuan keluarga melakukan tindakan
perawatan pada lansia dengan depresi
- Kemampuan kleuarga memodifikasi lingkungan
terhdapat lansia dengan depresi
- Kemampua keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan bagi lansia dengan depresi

Implementasi:
Implementasi rencana keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Gambar 2.2 Modifikasi Langkah-langkah dalam Proses Keperawatan


Individu dan Keluarga Lansia dengan Depresi (Sumber: Friedman,
Bowden, & Jones, 2003; Maglaya et al., 2009)

f. Tingkat Kemandirian Keluarga


Kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan masyarakat
dibagi dalam empat tingkatan (Kemenkes, 2006) yaitu:
1) Keluarga mandiri tingkat pertama (KM-I) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


59

rencana keperawatan.
2) Keluarga mandiri tingkat kedua (KM-II) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
3) Keluarga mandiri tingkat ketiga (KM-III) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
4) Keluarga mandiri tingkat keempat (KM-IV) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif.

g. Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga


Tugas perawatan kesehatan keluarga meliputi (Friedman, Bowden, & Jones,
2010; Maglaya et al., 2009; Miller, 2012):
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada lansia dengan
depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


60

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk mengatasi masalah


masalah kesehatan pada lansia dengan depresi.
3) Kemampuan keluarga melakukan tindakan keperawatan pada masalah
kesehatan lansia dengan depresi.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan terhadap lansia dengan
depresi.
5) Kemampuan keluarga menggunakan saran fasilitas kesehatan dalam
mengatasi masalah kesehatan pada lansia dengan depresi.

2.4 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Lansia dengan Depresi


Peran perawat komunitas terdiri dari pemberi pelayanan keperawatan
atau provider, edukator, advokasi, manajer, kolaborator, leader atau
pemimpin, dan peneliti (Allender, Rector, & Warner, 2014; Friedman,
Bowden, & Jones, 2010) yang dijabarkan sebagai berikut :
2.4.1 Peran sebagai Pemberi Pelayanan Keperawatan atau provider
Peran perawat komunitas secara klinis adalah memberikan pelayanan
keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan tidak hanya individu
dan keluarga tetapi juga kelompok dan populasi lansia (Allender,
Rector, & Warner, 2014). Perawat melakukan pengkajian secara kolektif
dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
kelompok (Allender, Rector, & Warner, 2014). Perawat melakukan
penilaian depresi dan melakukan kunjungan terhadap kelompok lansia
dengan depresi di wilayah masing-masing, serta memberikan pelayanan
keperawatan di puskesmas dan posbindu yang terdapat pada wilayah
setempat.

2.4.2 Peran sebagai pendidik atau edukator


Peran perawat komunitas sebagai edukator juga yaitu memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga maupun kelompok atau
masyarakat atau kelompok pendukung (Allender, Rector, & Warner, 2014).
Perawat memberikan informasi kesehatan tentang masalah depresi,
perubahan kesehatan lansia, pencegahan dan penanganan depresi

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


61

mencakup, intervensi MaSa INDAH. Selain itu perawat bertindak sebagai


konsultan masalah depresi dan penanganannya bagi individu, keluarga,
maupun kelompok atau masyarakat.

2.4.3 Peran sebagai advocator


Peran perawat komunitas sebagai advocator yaitu menjamin individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber komunitas yang sesuai dengan kebutuhan
serta meningkatkan kemandirian dalam perilaku kesehatan (Allender,
Rector, & Warner, 2014; Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Maglaya
et al., 2009). Perawat mengikutsertakan lansia dalam kegiatan posbindu,
mengikutsertakan lansia dalam kegiatan kelompok lansia seperti
penyuluhan kesehatan tentang depresi, perubahan kesehatan lansia,
pencegahan dan penanganan depresi mencakup, intervensi MaSa INDAH
serta menganjurkan atau merunjuk lansia untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit yang tersedia. Selain itu,
perawat juga memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan sumber-sumber
komunitas yang sesuai yang dapat memberikan keluarga informasi
kesehatan yang sesuai, mengoptimalkan kemandirian lansia dalam
mengatasi masalah depresi dan kelompok pendukung untuk memberikan
dukungan bagi lansia dengan depresi untuk mengatasi masalahnya
dengan melakukan kegiatan dalam intervensi MaSa INDAH.

2.4.4 Peran sebagai Manajer


Peran perawat komunitas sebagai manajer menilai secara langsung
kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal dengan
menjalankan fungsi manajemen yaitu perencanaan dan pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan dan evaluasi kemajuan dari tujuan yang ingin
dicapai untuk meningkatkan kesehatan (Allender, Rector, & Warner, 2014;
Marquis & Huston, 2012). Sistem manajemen berfokus pada upaya
meningkatkan kesehatan lansia dan mencegah depresi.
Perawat komunitas mengelola perawatan kesehatan klien dalam hal ini

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


62

pada lansia dengan depresi, melakukan supervisi penambahan staf,


mengatur beban kasus dan melakukan pengkajian kebutuhan kesehatan
komunitas. Peran sebagai manajer melibatkan klien, tenaga profesional
yang lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2.4.5 Peran sebagai Kolaborator


Peran perawat komunitas sebagai kolaborator adalah melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak termasuk klien, perawat lain, tenaga kesehatan
lain, aparat setempat mencakup ketua RW dan RT, kader (Allender,
Rector, & Warner, 2014). Kerja sama yang terjalin dalam tim sebagai kerja
sama yang bersifat kemitraan. Perawat dalam menjalankan peran sebagai
kolaborator perlu menyiapkan kemampuan diri dalam berkomunikasi,
melakukan interpretasi, dan bertindak secara asertif dengan mitra kerja
untuk bersama-sama melakukan penanganan masalah depresi pada lansia
(Allender, Rector, & Warner, 2014).

2.4.6 Peran sebagai leader


Peran perawat komunitas sebagai leader berfokus pada kemampuan
mempengaruhi masyarakat untuk berubah dan menjadi agen pembawa
perubahan bagi lansia dengan depresi ke arah hidup yang lebih sehat
(Allender, Rector, & Warner, 2014). Perawat mengamati hal positif yang
dapat mempengaruhi dan berkontribusi terhadap kesehatan lansia dengan
depresi, seperti melakukan intervensi MaSa INDAH, membentuk
kelompok lansia MaSa INDAH, membentuk kelompok pendukung MaSa
INDAH bagi lansia. Perawat komunitas juga mempengaruhi anggota dan
keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia dengan
depresi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam
keluarga agar tercapai rasa nyaman bagi lansia dengan depresi (Allender,
Rector, & Warner, 2014).

2.4.7 Peran sebagai Peneliti


Peran perawat komunitas sebagai peneliti adalah melakukan identifikasi,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


63

mengumpulkan dan menganalisis data masalah depresi secara sistematis


unutk mencari solusi dan meningkatkan praktik keperawatan komunitas
dalam penanganan masalah kesehatan misalnya pada lansia dengan depresi
(Allender, Rector & Warner, 2014). Perawat komunitas melakukan praktik
keperawatan berdasarkan evidence base dari literature dan hasil penelitian
keperawatan komunitas yang sesuai untuk mengatasi masalah depresi pada
lansia (Allender, Rector, & Warner, 2014).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


64

BAB 3
KERANGKA KONSEP PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI WILAYAH KELURAHAN CURUG

Kerangka konsep menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep yang


mendasari praktik keperawatan komunitas pada aggregat lansia dengan depresi.
Kerangka konsep residensi dalam pengelolaan aggregat lansia menggunakan
integrasi teori manajemen keperawatan, Community As Partner Model, Family
Center Nursing Model (FCN), dan Functional Consequences Theory.

3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas yang dilakukan di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis, Depok, Jawa Barat berfokus pada aggregate dan keluarga lansia
dengan depresi. Praktik tersebut merupakan integrasi dari praktik manajemen
pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan keluarga pada
aggregate lansia dengan depresi.

Model pengkajian yang akan dikembangkan pada aggregate lansia dengan


depresi adalah aplikasi dari bentuk community as partner yang dikembangkan
dari teori Betty Neuman oleh Anderson dan McFarlane (Anderson &
McFarlane, 2011). Fokus dari praktik keperawatan komunitas adalah populasi
dengan melibatkan elemen-elemen yang terdapat di dalam masyarakat.

Variabel yang diidentifikasi dalam penulisan yang dilakukan mencakup


manajemen pelayanan, Community As Partner, Family Center Nursing, Teori
Konsekuensi Fungsional. Manajemen pelayanan mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, personalia dan pengawasan (Gillies, 1994;
Marquis & Huston, 2012). Family Center Nursing mencakup tugas perawatan
kesehatan dan tingkat kemandirian keluarga, teori konsekuensi fungsional
yang terkait dengan depresi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Miller, 2012).

Kondisi depresi yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari perawat

Universitas Indonesia
64

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


65

komunitas. Intervensi yang paling utama dalam program MaSa INDAH yang
telah dimodifikasi yaitu dengan cara meningkatkan perilaku kesehatan
(pengetahum, keterampilan dan sikap) bagi tenaga kesehatan, kader posbindu,
komunitas, keluarga dan kelompok lansia dengan depresi, sehingga dapat
menurunkan tingkat depresi pada lansia. intervensi dilakukan melalui pelatihan
tenaga kesehatan, pelatihan kader, pembentukan dan pembinaan kelompok
pendukung lansia INDAH dan kelompok lansia sebaya di Kelurahan Curug.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


66
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Karya Ilmiah Akhir
Input Proses Output
Pelayanan Keperawatan Manajemen Manajemen :
Komunitas  Pelatihan tenaga kesehatan  Peningkatan
Manajemen  Pelatihan kader posbindu pengetahuan,
Perencanaan  Pembentukan dan pembinaan keterampilan dan sikap
Pengorganisasian kelompok pendukung lansia tenaga kesehatan
Personalia MaSa INDAH.  Peningkatan perilaku
Pengarahan kesehatan anggota
Pengawasan MaSa kelompok pendukung
lansia MaSa INDAH
Asuhan Keperawatam INDAH Komunitas :
Komunitas : Pembentukan dan pembinaan
kelompok lansia dalam upaya Komunitas :
Inti komunitas : lansia
menurunkan dan mencegah Peningkatan
Yankes dan yansos Masalah pengetahuan, sikap dan
Ekonomi Keperawatan: depresi dengan Masa INDAH
Strategi Praktik Penilaian kemampuan lansia keterampilan
Keamanan dan komunitas lansia dalam
Keperawatan Komunitas melalui KTD (Kartu tilik diri)
Keselamatan Manajemen mengatasi depresi
 Proses kelompok Penilaian tingkat depresi lansia
Politik dan pemerintahan Komunitas Penurunan tingkat
Komunikasi  Pendidikan kesehatan
Keluarga  Pemberdayaan depresi.
Pendidikan Lansia  Kemitraan Keluarga :
Rekreasi
 Tindakan keperawatan  Pendidikan kesehatan dan Keluarga :
Persepsi  Peningkatan
langsung pemberdayaan keluarga
 Penilaian perilaku kesehatan pengetahuan, sikap dan
Keluarga: keterampilan keluarga
Perilaku kesehatan tentang MaSa INDAH bagi
lansia depresi dalam perawatan lansia
terhadap depresi dengan depresi
pada lansia  Penilaian tingkat kemandirian
 Peningkatan tingkat
Tingkat kemandirian kemandirian keluarga
keluarga. pada perawatan pada
Lansia : lansia depresi.
Lansia :  Pendidikan kesehatan pada
Perilaku Kesehatan lansia lansia
 Tindakan keperawatan Lansia :
Tingkat depresi lansia
langsung  Peningkatan perilaku
 Penilaian tingkat depresi kesehatan lansia
 Penurunan tingkat
depresi
Sumber: Swanburg, 2000; Marquis & Huston, 2012; Gillies, 1994; Friedman, Bowden & Jones, 2010; Anderson & McFarlene, 2011;
Stanhope & Lancaster, 2010; Allender, Rector & Warner, 2104; Swanson & Nies, 1993; Ervin, 2002; Judith, 2011;
Miller,2012; Landefeld et al, 2004; Ham et al, 2008, Maglaya et al, 2009; Wilkinson, 2011; Kemenkes, 2006.
66
Universitas Indonesia
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
67

3.2 Pelaksanaan Intervensi MaSa INDAH dalam Menurunkan Depresi


pada Lansia
Modifikasi intervensi MaSa INDAH adalah perpaduan intervensi yang
berdasarkan hasil penelitian dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia.
Intervensi MaSa INDAH terdiri dari :
a. Lansia ikut dalam kegiatan di dalam rumah maupun di masyarakat
Teori psikososial menggambarkan tentang masalah depresi sebagai suatu
kondisi, dimana individu mengalami penurunan pada kognitif, motivasi,
harga diri dan afektif-somatik (Seligman, 1981 dalam Miller, 2012). Blazer
(2002) menyarankan bahwa strategi untuk meningkatkan kepuasan diri pada
lansia akan mencegah depresi. Jika lansia terus menerus melakukan berbagai
aktivitas, maka lansia akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaan
(Hikmawati & Purnama, 2008).

Lansia aktif dan ikut serta dalam aktivitas atau kegiatan di dalam rumah.
Kegiatan tersebut adalah segala aktivitas yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan lansia, misalnya membersihkan rumah dengan menyapu atau
mencuci piring; memasak masakan sesuai hobbinya; membantu menyiapkan
bahan masakan yang akan di masak seperti menyiapkan sayuran. Lansia juga
melakukan kegiatan di luar rumah yaitu kegiatan kemasyarakatan terutama
berhubungan dengan sesama lansia.

b. Lansia menerima kondisi penuaan dengan tulus dan ikhlas


Menurut teori psikososial, lansia berada pada fase integrity vs despair yaitu
lansia akan melihat kembali kehidupan yang telah dijalani hingga saat ini.
Lansia berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang belum
terselesaikan. Penerimaan terhadap apa yang sudah dicapai maupun
kegagalan adalah hal utama yang bisa membawa lansia dalam sebuah
kesadaran akan hidup adalah tanggungjawab pribadi. Lansia belajar
menerima kondisinya dengan cara melakukan kegiatan perawatan dirinya
seperti mandi, menghias, membersihkan atau merapikan diri, serta tampil

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


68

sesuai dengan situasi dan kondisi. Lansia juga menyatakan penerimaannya


secara verbal terhadap kondisinya saat ini.

c. Lansia melakukan doa dan diskusi bersama anggota keluarga yang lain.
Menurut teori Maslow (1980), menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang
penting adalah kebutuhan akan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan, karena akan semakin terintegrasi pada
kehidupan lansia (Keliat, 2011). Lansia melakukan kegiatan keagamaannya
berupa doa sesuai dengan agama dan kepercayaannnya masing-masing secara
rutin dan teratur yang dilakukan sendiri maupun bersama orang lain. Lansia
juga melakukan diskusi atau komunikasi yang baik secara verbal dan non
verbal dengan orang lain atau anggota keluarganya untuk menyampaikan
perasaan, keluhan atau keinginannya.

d. Lansia mengatasi stres atau masalahnya dengan baik


Lansia melakukan tindakan manajemen stres yang dapat dilakukannya jika
merasa ada masalah. Tindakan yang dilakukan yaitu berupa teknik relaksasi
nafas dalam yang bisa diiringi dengan musik lembut. Tahapannya adalah
sebagai berikut :
1) Posisikan tubuh secara nyaman.
2) Pilih dan dengarkan musik santai, tenang dan teratur.
3) Pejamkan mata dan konsentrasi penuh dengan pernafasan sesuai suara
musik.
4) Bernafas dengan santai sebanyak 3-4 kali sampai merasa nyaman dalam
bernafas.
5) Tarik nafas melalui hidung secara perlahan, mendalam, santai dan rasakan
naiknya perut dan tahan sampai 3–5 hitungan.
6) Keluarkan nafas secara perlahan lewat mulut dengan bentuk huruf “O” dan
rasakan turunnya perut.
7) Selingi nafas seperti biasa 4-5 kali dengan tarikan nafas dalam.
8) Ulangi pernafasan secara berulang kali hingga merasa nyaman santai.
9) Dengarkan musik sambil memikirkan hal-hal yang positif.
Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


69

e. Lansia memiliki harga diri yang positif.


Lansia melakukan kegiatan yang positif dan disukainya bersama orang lain
tanpa ada perasaan malu, minder maupun terpaksa, sehingga lansia
menunjukkan kepuasaan terhadap apa yang sudah dilakukannya. Lansia juga
menyatakan secara verbal tentang perasaaanya yaitu dihargai oleh orang lain,
sehingga lansiapun juga menghargai dirinya sendiri dengan baik.
Intervensi MaSa INDAH dapat digambarkan dalam gambar berikut :

Gambar 3.2
Kerangka Modifikasi Pelaksanaan Intervensi “MaSa INDAH”

Ikut kegiatan di dalam rumah


maupun di masyarakat

meNerima kondisi penuaan dengan


tulus dan ikhlas MAri berSAma
(MaSa INDAH)
Doa dan diskusi bersama anggota Lansia
keluarga Depresi

Atasi stres dengan baik

Harga diri yang positif

3.3 Profil Wilayah Kelurahan Curug Kota Depok


Pemerintah Kota Depok dengan visi yang dimiliki untuk periode 2011-2016 yaitu
“Terwujudnya Kota Depok yang maju dan sejahtera” sedangkan misi Pemerintah
Kota Depok “Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi
informasi; Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal;
Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; Mewujudkan sumber
daya manusia yang unggul, kreatif dan religius” dan dalam misi ini tertuang
tujuan “Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat”

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


70

dengan sasaran “Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat dan kesejahteraan


sosial masyarakat” (Pemerintah Kota Depok, 2012).
Kota Depok sebagai salah satu wilayah di Propinsi Jawa Barat mempunyai
Komisi Daerah Lanjut Usia sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan Propinsi
Jawa Barat untuk membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia yang mempunyai visi
yaitu “Tercapainya lansia Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan menjadi
tauladan generasi penerus” (Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat,
2010). Keberadaan Komda Lansia di Kota Depok mempunyai tugas menyusun,
merumuskan, dan mengkoordinasikan kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan lanjut usia di Kota Depok
(Wali Kota Depok, 2011).

Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Depok sejalan dengan visi Pemerintah Kota
Depok yaitu “Terwujudnya kota Depok sehat dengan layanan kesehatan merata
dan berkualitas” dengan misinya mencakup 1) meningkatkan pemerataan layanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan ketersediaan puskesmas pada setiap
kelurahan, meningkatkan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan layanan kesehatan dan pengembangan obat
tradisional, meningkatkan pengelolaan jaminan pemeliharaan kesehatan agar
menjangkau seluruh masyarakat miskin, meningkatkan upaya kewaspadaan
pangan dan gizi; 2) meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk semua
puskesmas; yang bertujuan meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan di
seluruh puskesmas, meningkatkan kualitas layanan kesehatan keluarga yang
komprehensif mulai dari layanan KIA, KB hingga lansia, meningkatkan upaya
penjaminan mutu untuk kesehatan di puskesmas, klinik dan rumah sakit,
meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak swasta dan masyarakat
yang menyediakan layanan kesehatan, meningkatkan sistem manajemen,
kebijakan, dan peraturan daerah untuk menjamin kualitas layanan kesehatan yang
merata.

Misi Dinas Kesehatan Kota Depok juga meningkatkan kualitas sumber daya
termasuk sumber daya manusia dan pembiayaan kesehatan yang bertujuan
Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


71

meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan, pendidikan, evaluasi kinerja SDM,


meningkatkan efektivitas biaya kesehatan dan kualitas jaminan pemeliharaan
kesehatan. Selain itu juga misinya adalah meningkatkan promosi kesehatan dan
kualitas lingkungan untuk mendukung pencegahan penyakit yang bertujuan
membuat kebijakan dan peraturan untuk mendukung peningkatan kesehatan
lingkungan, meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
dan tidak menular, meningkatkan upaya promosi kesehatan melalui kerjasama
lintas sektoral, dunia usaha dan masyarakat (Dinas Kesehatan Kota Depok,
2012b).

Puskesmas Cimanggis juga mempunyai visi dan misi dalam penyelenggarakan


pelayanan kesehatannya. Misinya yaitu “Mewujudkan puskesmas yang mampu
memberikan layanan prima dan menjadi pilihan utama bagi seluruh lapisan
masyarakat tanpa melupakan tugas pokoknya sebagai pembina kesehatan di
wilayahnya“, sedangkan misi Puskesmas Cimanggis mencakup: 1) Meningkatkan
dan mengembangkan mutu pelayanan; 2) Meningkatkan dan mengembangkan
sumber daya manusia; 3) Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
umum; 4) Meningkatkan jumlah kunjungan; 5) Meningkatkan dan
mengembangkan jumlah sarana dan prasarana; 6) Meningkatkan dan
mengembangkan sistem pemasaran; 7) Meningkatkan dan mengembangkan
sistem informasi manajemen; 8) Meningkatkan kemitraan; 9) Melaksanakan
program pokok; 10) Menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayahnya.

Kelurahan Curug merupakan salah satu kelurahan yang berada pada wilayah kerja
Puskesmas Cimanggis Kota Depok yang memiliki batas wilayah Utara adalah
Kelurahan Cisalak Pasar, wilayah Timur adalah Kelurahan Sukatani, wilayah
Selatan adalah Kelurahan Sukamaju dan wilayah Barat adalah Kelurahan Cisalak
(Kelurahan Curug, 2013). Kelurahan Curug memiliki 11 RW (rukun
warga),dengan jumlah penduduk 15.025 jiwa, dimana jumlah lansia yang berusia
≥60 tahun sebanyak 505 jiwa.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


72

Kelurahan Curug terdapat fasilitas kesehatan dan pelayanan sosial. Sarana


kesehatan dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia berupa: rumah sakit 1 buah,
puskesmas 1 buah, adanya fasilitas bidang praktek, posbindu untuk setiap RW.
Belum adanya kelompok masyarakat sebagai pemerhati kesehatan lansia dengan
depresi dan masih belum adanya kelompok yang memfasilitasi kegiatan bagi
lansia dengan depresi, karena kegiatan dalam masyarakat masih bersifat umum.
Wilayah Kelurahan Curug, tidak ada sarana atau fasilitas rekreasi khusus bagi
lansia.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


73

BAB 4
PELAKSANAAN INTERVENSI “MaSa INDAH” DALAM PELAYANAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK MENURUNKAN
TINGKAT DEPRESI PADA AGGREGATE LANSIA

4.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas dalam Mencegah


Depresi pada Aggregate Lansia
4.1.1 Analisis Situasi
4.1.1.1 Perencanaan
Visi dan misi yang dibuat oleh Puskesmas Cimanggis, Dinas Kesehatan, dan
Pemerintahan Kota Depok menunjukkan kesinergisan strategi dari instansinya
masing-masing. Namun, dalam kesinergisannya, program kesehatan lansia
terutama yang mengalami depresi belum menjadi prioritas arah kebijakan
kesehatan dalam rencana strategi tahun 2011-2016 (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013).
Sedangkan kondisi kesehatan lansia saat ini semakin kompleks dan dapat
berakibat pada kondisi depresi yang telah menjadi masalah aktual dan perlu
diperhatikan.

Tujuan program kesehatan masih disampaikan secara umum, tidak spesifik pada
setiap tingkat usia. Program kesehatan lansia di Puskesmas lebih banyak pada
upaya kuratif dibandingkan upaya promotif dan preventif. Program promotif dan
preventif untuk lansia di masyarakatpun belum optimal karena keterbatasan
kemampuan kader dalam melaksanakan proses kegiatan di posbindu (Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Puskesmas Cimanggis, September
2013). Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 36 tentang kesehatan pasal 138
diyatakan bahwa 1) upaya pemeliharaan kesehatan bagi usia lanjut ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial dan ekonomi
sesuai dengan martabat kemanusiaan; 2) pemerintah wajib menjamin ketersediaan
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap
hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomi.

73 Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


74

Rencana Strategi dalam program pembinaan terhadap lansia yang mengalami


depresi belum menjadi prioritas arah kebijakan bidang kesehatan dalam rencana
strategi tahun 2011–2016, karena masalah kesehatan jiwa (depresi) lebih banyak
diprogramkan pada bagian pelayanan kesehatan dasar (Yandas) (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinas Kesehatan Kota Depok, Oktober 2013).
Masing-masing seksi program (lansia dan jiwa) memiliki program sendiri-sendiri,
sehingga penanganan masalah lansia dengan depresi menjadi tidak optimal.

Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa diprogramkan oleh pihak Dinas Kesehatan


Kota Depok dengan sasaran masyarakat secara umum pada semua tingkat usia
dan tidak spesifik pada kelompok masyarakat khususnya lansia (Interview dengan
Penanggungjawab Program Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota Depok,
Oktober 2013). Rencana program lansia di Dinas Kesehatan untuk kegiatan 1
tahun (2013) berdasarkan desiminasi informasi adalah berupa pelatihan kesehatan
lanjut usia terutama untuk mengatasi Penyakit Tidak Menular (PTM), seminar
usia lanjut, seminar diabetes mellitus, pengadaan sarana cetak, pengadaan alat
kesehatan serta monev program lansia di puskesmas (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Oktober 2013). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa rencana kegiatan yang ditetapkan oleh pemegang
program lansia masih bersifat umum dan belum ada program atau kegiatan khusus
untuk lansia dengan depresi. Kondisi tersebut pun terjadi karena anggaran yang
dikeluarkan juga masih terbatas dan tidak mempertimbangkan kegiatan yang
spesifik bagi aggregate lansia dengan masalah tertentu seperti masalah depresi.
Kegiatan pun belum terfokus pada masalah yang dialami lansia, sehingga
berdampak pada kurang optimalnya penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi
pada aggregate lansia dan salah satunya adalah lansia dengan depresi.

Indikator kerja dalam perencanaan program lansia di Dinas Kesehatan Kota


Depok adalah: 1) terlaksananya pertemuan desiminasi dan informasi program
lansia setiap tahun; 2) terlatihnya 200 kader posbindu; 3) terdistribusinya sarana
cetak dan alat kesehatan ke puskesmas dan posbindu; 4) terbentuknya 2
puskesmas santun lansia sehingga total menjadi 5 puskesmas; 5) peningkatan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


75

strata posbindu. Belum adanya indikator pencapaian khusus kesehatan lansia


khususnya depresi, karena program kesehatan lansia masih bersifat umum
(Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
Oktober 2013). Sedangkan perencanaan kegiatan di wilayah kelurahan Curug
yaitu dalam kegiatan posbindu dilakukan setiap bulan dalam rapat koordinasi di
kantor kelurahan (Interview dengan Penanggung jawab Program Lansia
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Kegiatan hanya lebih banyak
mendiskusikan dan menentukan waktu pelaksanaan kegiatan posbindu. Martin
(1998 dalam Marquis & Huston, 2012) menyatakan bahwa dalam rencana strategi
sebuah organisasi dapat meramalkan keberhasilan pencapaian organisasi sesuai
dengan harapan pencapaian di masa depan dengan menyesuaikan dan
menyelaraskan kapabilitas dengan kesempatan eksternal.

Perencanaan pelatihan juga dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok
adalah untuk kesehatan jiwa yaitu berupa pelatihan tim ACT (Assertive
Community Treatment) Kesehatan Jiwa bagi tenaga kesehatan dan kader
posbindu. Kegiatan ini merupakan kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
khusus untuk setiap tingkat usia dan tidak spesifik untuk lansia depresi, sehingga
kader atau tenaga kesehatan yang dilatih memahami tentang masalah kesehatan
jiwa adalah secara umum.

Kegiatan program lansia di dalam gedung puskesmas Cimanggis sudah


menerapkan pelayanan khusus lansia, karena puskesmas Cimanggis merupakan
salah satu puskesmas santun lansia. Berdasarkan hasil pengamatan dalam
pelayanan kesehatan bagi lansia, pelayanan santun lansia masih belum optimal,
karena lansia antri pelayanan di poliklinik lansia, namun lebih banyak untuk
pelayanan pengobatan dan rujukan. Belum adanya kegiatan pelayanan
keperawatan yang lebih pada aspek promotif dan preventif seperti penyuluhan
kesehatan dan konseling jiwa (Interview dengan Penanggungjawab Program
Lansia Puskesmas Cimanggis, Kota Depok, Oktober 2013). Hal ini menunjukkan
bahwa belum optimalnya pelaksanaan atau pelayanan santun lansia di tingkat
puskesmas, karena puskesmas santun lansia adalah puskesmas yang melakukan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


76

pelayanan kepada lansia mengutamakan aspek promotif dan preventif disamping


aspek kuratif dan rehabilitatif secara proaktif, baik dan sopan serta memberikan
kemudahan dan dukungan bagi lansia (Depkes RI, 2003).

Pemegang program lansia menyusun anggaran tahunan untuk seluruh kebutuhan


yang mendukung kegiatan pada kelompok lansia terutama lansia dengan depresi.
Anggaran program kesehatan lansia di Dinas Kesehatan Kota Depok sebesar 200
juta dan dengan program PTM hanya 14 juta dalam satu tahun. Dana tersebut
didistribusikan untuk pelatihan kader, pengadaan sarana dan kit lansia (Hasil
interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
September 2013). Penerimaan bantuan pembinaan lansia di tingkat puskesmas
dari Dinas Kesehatan Kota Depok tidak berupa uang, namun berupa materi kit
posbindu antara lain snelen chart, timbangan, metlin, alat pemeriksaan gula darah
dan kolesterol. Anggaran yang digunakan lebih banyak berasal dari biaya
operasional kesehatan (BOK) Puskesmas untuk kegiatan program lansia di dalam
dan di luar gedung puskesmas. (Interview dengan Pembina Kelurahan Curug
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013).

Bantuan dari pemerintah kota untuk pembinaan kesehatan lansia di kelurahan


Curug yaitu melalui PMKS (Pemberdayaan Masyarakat Keluarga Sejahtera)
berupa uang sebesar 2,5 juta untuk kegiatan posbindu lansia yang diberikan secara
bertahap. Dana diperoleh berdasarkan proposal yang dibuat oleh kader
sekelurahan karena untuk kegiatan posbindu tidak ada memiliki dana khusus,
sehingga semua kegiatan dilaksanakan dengan swadaya dan swadana dari
masyarakat. Dana digunakan untuk pemberian makanan tambahan, pembelian
alat-alat berupa timbangan, tensimeter dan ATK. Dana juga akan diturunkan jika
posbindu yang telah terdaftar melalui proses pelaporan setiap bulan. Anggaran
yang diajukan program lansia pun tidak semuanya dapat diterima oleh pengelola
anggaran karena dari pengelola anggaran pun membatasi pengeluaran anggaran
karena sesuai dengan APBD yang tersedia (Interview dengan Pembina Kelurahan
Curug Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Namun kondisi anggaran tersebut

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


77

masih dalam kondisi kurang untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat


khususnya kelompok lansia dengan masalah depresi.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dukungan pemerintah dalam hal dana pada
pelayanan kesehatan lansia belum memadai, sehingga pelayanan terhadap
kesehatan lansia pun kurang optimal yang berdampak lebih lanjut yaitu kesehatan
lansia di masyarakat khususnya di wilayah Kelurahan Curug yang merupakan area
binaan menjadi kurang optimal, sehingga status kesehatan lansianya pun kurang.

Anggaran adalah rencana keuangan yang mencakup perkiraan biaya yang


dikeluarkan sekaligus yang diterima aktivitas suatu program dalam periode
tertentu (Marquis & Huston, 2012). Kesejahteraan suatu instansi tergantung pada
pengelolaan keuangan yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi (Gillies,
1994). Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 tentang
pembiayaan kesehatan BAB XV menyatakan bahwa pasal 171(2) besar anggaran
kesehatan pemerintah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%; pasal
171(3) sebanyak 2/3 anggaran untuk kesehatan pelayanan publik; pasal 172(1)
alokasi 2/3 anggaran kesehatan di bidang pelayanan publik terutama bagi
penduduk miskin, kelompok usia lanjut dan anak terlantar.

4.1.1.2 Pengorganisasian
Struktur organisasi yang berkaitan dengan program kesehatan lanjut usia di
Dinkes Kota Depok tahun 2013 meliputi Bidang Pelayanan Kesehatan
Masyarakat membawahi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, dan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi membawahi tiga program dan salah satunya adalah Program
Kesehatan Lanjut Usia (Hasil interview dengan Penanggungjawab Program
Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013). Program Kesehatan Lansia
memiliki satu orang penanggungjawab dengan kualifikasi akademik S1
kedokteran gigi. Demikian pula lingkup puskesmas Cimanggis, program lansia
dipegang oleh seorang tenaga kesehatan dengan kualifikasi S1 kedokteran dan
dengan pembina wilayah Kelurahan Curug yaitu seorang tenaga kesehatan dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


78

kualifikasi D3 kebidanan (Hasil interview dengan Penanggungjawab Program


Lansia Puskesmas Cimanggis Kota Depok, Oktober 2013).

Program penatalaksanaan depresi pada lansia di posbindu wilayah kelurahan


Curug juga masih belum optimal. Kegiatan posbindu lebih banyak berupa
pemeriksaan tekanan darah dan penyuluhan singkat kepada lansia. Belum adanya
kegiatan dalam bentuk kelompok peduli secara khusus untuk program
penatalaksanaan keperawatan kesehatan lansia dengan depresi serta belum adanya
kegiatan-kegiatan pemantauan kasus depresi pada lansia di dalam masyarakat,
karena kelompok kerja dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas yang
didukung oleh klarifikasi peran dan dinamika kelompok yang produktif (Marquis
& Huston, 2012)

Pemegang program kesehatan lansia masih belum bisa optimal dalam melakukan
upaya kesehatan khususnya keperawatan kesehatan lansia, karena dengan
kualifikasi bukan dari perawat dan kurang memahami tentang program kesehatan
keperawatan lansia. Struktur organisasi akan menentukan tingkah laku staf
pegawai sebagai akibat dari peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan,
pemusatan, dan komunikasi (Gillies, 1994).

Informasi atau data di Dinas Kesehatan Kota Depok tentang status kesehatan
lansia terutama dengan masalah kesehatan dengan depresi (gangguan mental
emosional) untuk wilayah Puskesmas Cimanggis tidak ada dilaporkan baik dari
program kesehatan lansia maupun program jiwa. Hal ini dikarenakan pihak
puskesmas Cimanggis tidak ada memberikan laporan resmi tentang kesehatan
lansia (khususnya tentang gangguan mental emosional) kepada pihak Dinas
Kesehatan Depok bagian program lansia. Sistem pelaporan khusus untuk kasus
lansia dengan depresi tidak dilakukan oleh pembina kelurahan Curug, karena
program kesehatan jiwa tidak ada penanggungjawabnya, sehingga data di Dinas
Kesehatan Kota Depok tidak ditemukan laporan jumlah kasus depresi atau lansia
dengan gangguan mental emosional.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


79

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kurang jelasnya garis komando dalam


pencatatan dana pelaporan status kesehatan lansia dengan masalah depresi, karena
garis komando merupakan garis utuh vertikal antara posisi sebagai jalur formal
komunikasi dan kewenangan, sehingga menyebabkan pegawai memiliki satu
manajer tempat mereka memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan
pekerjaannya (Marquis & Huston, 2012).

Program kesehatan lansia di Dinas Kesehatan di pegang hanya oleh 1 orang


pegawai. Sedangkan untuk program kesehatan lansia di Puskesmas Cimanggis,
dipegang oleh seorang 1 pegawai yang bertanggungjawab dalam pelaporan
pembinaan kesehatan lansia di dalam gedung dan 1 pegawai pembina wilayah
kelurahan yang bertanggunjawan dalam pelaporan pembinaan kesehatan lansia di
luar gedung yaitu untuk 11 RW (sekelurahan Curug). Kondisi di puskesmas
Cimanggis, pembina wilayah tidak saling bekerjasama dengan pemegang program
lansia dalam sistem pelaporan kesehatan lansia.

Pemegang program lansia di Puskesmas Cimanggis melakukan tugas dalam


memberikan pelayanan kesehatan lansia di dalam gedung yaitu di poliklinik lansia
dan lebih banyak berupa pelayanan pengobatan dan rujukan. Pembinaan
kesehatan lansia di luar gedung khusus di wilayah kelurahan Curug dilaksanakan
dalam kegiatan posbindu setiap bulan 1 kali untuk 11 RW yang dikoordinasikan
dengan pihak kader dan tim penggerak PKK untuk kegiatan posbindu setiap
bulannya. Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan posbindu di seluruh RW
kelurahan Curug, tidak ada pencatatan status kesehatan mental emosional lansia
pada KMS lansia serta belum adanya pengorganisasian atau wadah pembinaan
bagi kelompok lansia yang mengalami depresi. Pemegang program lansia masih
belum optimal dalam menegaskan tugas dan fungsi stafnya dalam pembinaan
kesehatan lansia, karena secara tidak langsung struktur organisasi mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsikan peran mereka dan status yang diberikan
kepada mereka pimpinan dalam sebuah organisasi (Marquis & Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


80

Program kegiatan untuk kesehatan lansia dari Dinkes Kota Depok ditujukan
langsung kepada masyarakat, sedangkan pihak Puskesmas Cimanggis hanya
bersifat koordinasi saja dalam hal mengundang lansia, misalnya kegiatan lomba
lansia sehat, pemeriksaan kesehatan lansia (Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, Oktober 2013). Hal tersebut menunjukkan
bahwa pihak Puskesmas adalah sebagai bentuk perpanjangan tangan dari Dinkes
dan tidak dilibatkan secara langsung dalam melaksanakan program dari Dinkes
Kota Depok. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pihak Program Lansia Dinkes
Kota Depok masih kurang melakukan kerja sama yang baik antar lintas program
(pihak Puskesmas Cimanggis), sehingga cenderung terjadi kurang optimalnya
pelayanan terhadap lansia khususnya juga pada lansia yang mengalami depresi.

Seksi pelayanan dasar meliputi salah satunya adalah kesehatan jiwa. Program
kesehatan jiwa belum berkoordinasi secara optimal dengan program kesehatan
lansia untuk menangani masalah kesehatan lansia dengan depresi (Interview
dengan Penanggungjawab Program kesehatan jiwa Dinkes Kota Depok, Oktober
2013). Hal ini menimbulkan program yang seharusnya bisa dipadukan tapi dalam
kenyataannya adalah terpisah. Program Kesehatan keluarga yang meliputi
kesehatan lansia tidak berhubungan dengan kesehatan jiwa lansia dan kegiatan
perkesmas, padahal kegiatan kesehatan jiwa keluarga, perkesmas dan posbindu
termasuk dalam kegiatan di bawah kesehatan keluarga.

Pelayanan kesehatan bagi lansia di wilayah puskesmas Cimanggis kelurahan


Curug dibina oleh salah satu bidan. Bidan tersebut membina 11 RW tanpa adanya
keterlibatan tenaga kesehatan lainnya, karena belum pernah ada perawat yang
terlibat dalam pelaksanaan Posbindu di masing-masing RW di Kelurahan Curug,
sedangkan dokter biasanya hanya sekali dalam setahun melakukan kunjungan ke
Posbindu, namun tidak rutin (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Curug
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Peran perawat komunitas pun belum
optimal dalam pelaksanaan pembinaan program kesehatan lansia, sehingga
kegiatan yang bersifat advokasi program kesehatan lansia terutama untuk

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


81

intervensi keperawatan kesehatan lansia depresi belum bisa dilaksanakan secara


optimal.

Pemberdayaan adalah proses interaktif yang membentuk, membangun dan


meningkatkan kekuasaan melalui bekerjasama, berbagi dan saling membantu.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberdayakan pekerja saat mereka
mendelegasikan tugas untuk memberikan kesempatan belajar dan memungkinkan
pekerja untuk berbagi kepuasan yang didapatkan dari pencapaian (Marquis &
Huston, 2012).

4.1.1.3 Personalia
Pengangkatan perawat kesehatan sebagai pegawai negeri sipil yang bekerja di
Dinas Kesehatan Kota Depok berdasarkan formasi dari Badan Kepegawaian
Daerah (BKD). Hal ini tidak di dasarkan pada perencanaan kebutuhan pegawai,
sehingga pengangkatan pegawai yang diangkat tidak memiliki kualifikasi khusus
untuk memegang suatu program kesehatan. Perencaanaan adalah salah satu peran
kepemimpinan utama dalam kepersonaliaan dan sering diabaikan dalam proses
kepersonaliaan. Karena keberhasilan dalam keputusan kepersonaliaan sangat
bergantung pada keputusan yang diambil sebelumnya dalam fase perencanaan dan
pengorganisasian. Perekrutan adalah proses mencari atau menarik pelamar secara
aktif untuk mengisi posisi yang tersedia (Marquis & Huston, 2012).

Seleksi pegawai yang diangkat untuk menjadi staf di Dinas Kesehatan Kota
Depok dan di Puskesmas Cimanggis dilakukan berdasarkan test PNS yang
diselenggarakan oleh pihak BKD dan tidak ada keterlibatan pihak Dinas
Kesehatan dan pihak Puskesmas, sehingga kualitas pegawai yang diterima hanya
diseleksi melalui test tertulis saja. Seleksi adalah proses pemilihan individu yang
memiliki kualitas terbaik atau individu untuk pekerjaan atau posisi tertentu dari
banyak pelamar. (Marquis & Huston, 2012).

Orientasi dilakukan kepada staf baru secara bertahap. Staf baru langsung
ditempatkan dan diorientasikan langsung oleh pimpinan yang ada di tempat sraf

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


82

baru ditempatkan. Hal ini menunjukkan bahwa tahapan orientasi staf baru masih
belum dioptimalkan. Orientasi staf baru sangat penting. Tujuan dari orientasi
adalah untuk membantu pegawai dengan menyediakan informasi yang akan
memperlancar transisi mereka ke lingkungan kerja baru. Kurangnya orientasi
lengkap bagi staf baru akan menimbulkan frustasi pada pegawai baru, meskipun ia
sudah mendapatkan sedikit orientasi pada unit tertentu. Orientasi yang memadai
meminimalkan kecenderungan pelanggaran peraturan, keluhan, dan
kesalahpahaman, menumbuhkan perasaan memiliki dan menerima serta
meningkatkan antusiasme dan moral bagi staf baru (Marquis & Huston, 2012).

Pelatihan atau sosialisasi di dalam institusi baik di Dinas Kesehatan Kota Depok
maupun di Puskesmas Cimanggis masih belum pernah dilakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa belum optimalnya job training di dalam institusi untuk
meningkatkan kualitas pegawai. Salah satu prosesnya disebut sebagai proses
interaksi dan melibatkan kelompok dan orang terdekat dalam konteks sosial.
Proses lainnya adalah proses belajar dan meliputi mekanisme, misalnya bermain
peran, identifikasi, demonstrasi, belajar operan, instruksi, pengamatan, meniru,
trial and error, dan negosisasi peran (Hardy & Conway, 1988 dalam Marquis &
Huston, 2012).

Kegiatan pelatihan di luar institusi bagi petugas di Dinkes Kota Depok yang
berkaitan dengan kesehatan lansia jarang dilakukan apalagi pelatihan yang
ditujukan untuk masalah depresi pada lansia belum pernah dilakukan (Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013).
Perawat yang memegang program lansia dan program jiwa di puskesmas belum
pernah mendapatkan pelatihan tentang pembinaan kesehatan lansia dengan
masalah psikososial lansia khususnya dengan depresi, hal ini membuat petugas
puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru dalam pelayanan terhadap kesehatan
lansia.

Kader posbindu di setiap RW di kelurahan Curug, masing-masing terdapat antara


3–15 kader posbindu. Kader bertugas merangkap sebagai kader posyandu. Jumlah

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


83

kader Posbindu untuk Kelurahan Curug sebanyak 54 kader namun yang sudah
mengikuti pelatihan Posbindu hanya 3 kader (Hasil interview dengan Pembina
Kelurahan Curug Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Jumlah kader posbindu
yang kurang tersebut disertai juga dengan kurangnya pemahaman kader tentang
penatalaksanaan masalah depresi pada lansia di rumah sehingga dapat berdampak
pada kurang optimalnya pelaksanaan posbindu dalam membina kesehatan lansia
terutama masalah depresi.

Pelaksanaan kegiatan posbindu meliputi kegiatan penimbangan berat badan,


pengukuran tekanan darah dan pengobatan yang dilakukan oleh bidan dengan
memberikan pengobatan sederhana. Kegiatan promosi kesehatan biasanya
dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan pembina). Namun jika pada kegiatan
posbindu, bidan tidak bisa hadir, maka pelayanan kesehatan lansia tidak bisa
dilakukan, walaupun di beberapa posbindu, kegiatan pengukuran tekanan darah
lansia dilakukan oleh kader (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Curug
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
kader sebagai salah satu petugas kesehatan yang dekat dengan masyarakat belum
optimal menjalankan fungsinya sebagai seorang kader kesehatan dalam pelayanan
lansia di posbindu, sehingga materi pelatihan yang telah didapatkan selama
pelatihan tidak diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat

Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan paket BKKBN dalam
upaya kesejahteraan lanjut usia melalui pemberdayaan keluarga yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran serta keluarga
dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, produktif dan bermartabat bagi keluarga dan masyarakat. Program pokok
BLK berkaitan pula dengan upaya kesehatan bagi lansia depresi yaitu: 1)
pelaksanaan usaha ekonomi produktif keluarga lansia dalam memanfaatkan waktu
luang dan memberdayakan kemampuan anggota keluarga dan lansia; 2)
membudayakan tingkah laku anggota keluarga dalam memberikan pelayanan,
penghormatan dan penghargaan kepada anggota keluarga lansia; 3) pemberdayaan
peran serta lansia sesuai dengan pengalaman, keahlian dan kearifannya dalam

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


84

pembangunan keluarga sejahtera atau meningkatkan mutu kehidupan berkeluarga,


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (BKKBN, 2012). Namun program BKL
di Kelurahan Curug masih belum optimal dilaksanakan, karean masih kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia terutama tentang depresi (Hasil
interview dengan Pembina Kelurahan Curug Puskesmas Cimanggis, Oktober
2013).

Pembinaan dan pelatihan bagi kader selama ini juga masih bersifat secara umum
dan terbatas jumlahnya. Data menunjukkan bahwa kader yang mengikuti
pelatihan terkait posbindu hanya tiga orang kader (Puskesmas Cimanggis, 2013).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah kader posbindu yang dilatih hanya
sedikit dari jumlah kader yang terdapat di suatu kelurahan sehingga kader kurang
optimal dalam memberikan pelayanan kepada lansia yang dapat berdampak pada
menurunnya status kesehatan pada aggregate lansia salah satunya adalah lansia
dengan masalah depresi .

Pelatihan merupakan suatu proses seorang individu disediakan dengan berbagai


interaksi yang baik ditujukan untuk mengembangkan isu dan menerima umpan
balik terhadap kekuatan dan kesempatan untuk terlibat atau menerima dukungan
dan bimbingan selama transisi peran di dalam sebuah instansi (Karten & Baggot
dalam Marquis & Huston, 2012). Kurangnya pelatihan merupakan suatu
kelemahan dalam sebuah manajemen sehingga dapat berdampak pada kinerja staf
pegawai kurang memuaskan (Swanburg, 2000).

Tenaga kesehatan yang saat ini memegang program lansia dan kesehatan jiwa
masih memiliki kualifikasi pendidikan DIII, dan masaih belum diberikan
kesempatan dalam mengikuti pendidikan formal (jenjang pendidikan S1), karena
sulitnya birokrasi dan perijinan untuk pengajuan ijin maupun untuk tugas belajar
yang didapat dari BKD. Hal itu menghambat semangat staf dalam pengembangan
diri melalui pendidikan formal. Namun beberapa staf di Puskesmas yang berniat
sekolah lagi, tetap melanjutkan niatnya untuk sekolah lagi dengan modal
dispensasi dari kepala puskesmas dan dengan biaya sendiri.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


85

Jenjang karir staf keperawatan adalah sebagai pegawai fungsional yang berperan
dalam pelayanan. Berbeda dengan staf yang bekerja sebagai pegawai struktural.
Depkes RI pada Tahun 2006 menyusun pedoman jenjang karir bagi perawat, yang
didalamnya dijelaskan penjenjangan karir perawat profesional yang meliputi
perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti, sebagai
berikut :
a) Perawat Klinik (PK), yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada pasien/klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b) Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan
di sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah (front line
manager), tingkat menengah (middle management) maupun tingkat atas (top
manager)
c) Perawat Pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada
peserta didik di institusi pendidikan keperawatan.
d) Perawat Peneliti/Riset (PR) yaitu perawat yang bekerja dibidang penelitian
keperawatan/kesehatan

Sistem saat ini masih belum tampak adanya unsur kompetensi yang menjadi
pembeda tiap level dalam penjenjangan tersebut, area karir perawat juga terbatas
pada fungsional klinik. Sistem ini belum mampu menciptakan kondisi yang ideal
pada saat profesi keperawatan tengah berkembang.

SK Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor :


94/KEP/M.PAN/11/2001 Tanggal 07 Nopember 2001 mengatur tentang jabatan
fungsional perawat termasuk angka kreditnya. SK ini kemudian diperkuat dengan
SKB antara Menpan dan Menkes dengan nomor SK 733/MENKES/SKB/VI/2002
dan Nomor 10 Tahun 2002 Tanggal 14 Juni 2002; Nomor 47 Tahun 2006 Tanggal
26 Mei 2006. Sistem karir yang diatur dalam SK Menpan menggolongkan
perawat kedalam dua jabatan, yaitu ketrampilan dan keahlian. Model penjejangan
berdasarkan tingkat keahlian yang didasarkan pada tingkat pendidikan dan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


86

golongan/jabatan. Sistem imbalan yang diberikan berdasarkan level karir yang


ada. Penerapan sistem jenjang karir merupakan salah satu solusi yang dapat
diterapkan untuk menghindari kebosanan (Marquis & Huston, 2012). Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian dari Ratanto (2013) ditemukan bahwa salah satu
faktor yang sangat berhubungan dengan kinerja perawat adalah pengembangan
karir, sehingga peningkatan kinerja perawat pelaksana harus memperhatikan
aspek pendidikan, motivasi, persepsi, kepemimpinan dan pengembangan karir.

4.1.1.4 Pengarahan
Dinas Kesehatan Kota Depok membawahi sarana pelayanan kesehatan di wilayah
kecamatan Cimanggis. Kegiatan supervisi dilakukan oleh pemegang program
lansia setiap 3-6 bulan sekali secara bergantian di puskesmas induk (UPT)
se-Kecamatan (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota
Depok, September 2013). Pembinaan di wilayah kelurahan Curug dilakukan oleh
seorang bidan dan kegiatan evaluasi kegiatan pembinaan kesehatan lansia di
lakukan langsung oleh pembina wilayah dan bukan dilakukan oleh pemegang
program lansia puskesmas. Kondisi tersebut mengakibatkan pemegang program
lansia puskesmas Cimanggis, kurang memahami kondisi di lapangan dalam upaya
pembinaan kesehatan lansia.

Supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memastikan


kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut yang dapat dilakukan setiap
bulan pada kegiatan posbindu. Supervisi tersebut dilakukan untuk memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
memungkinkan terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan
yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan
(Asmuji, 2012).

Komunikasi dalam rangka penyampaian program kesehatan lansia dilakukan


setahun sekali dalam kegiatan sosialisasi tentang program kesehatan lansia dalam
1 tahun di Dinas Kesehatan Kota Depok yang dihadiri oleh pemegang program

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


87

lansia tiap puskesmas (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia


Dinkes Kota Depok, September 2013). Komunikasi biasanya dilakukan satu arah
karena puskesmas hanya sebagai perpanjangan tangan pelaksanaan program yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, sehingga sering pemegang program lansia
tidak mengetahui secara jelas tentang apa saja impelementasi program kesehatan
lansia yang akan dilaksanakan.

Kader posbindu dalam melaksanakan perannya, telah memberikan masukan


kepada masyarakat khususnya lansia yang mengalami masalah kesehatan, tetapi
materi yang diberikan sangat terbatas, karena kader tidak menggunakan media
memberikan masukan atau penyuluhan kesehatan kepada lansia (Interview dengan
Pembina Kelurahan Curug Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa kader lansia tidak mampu memberikan penyuluhan
secara optimal kepada lansia, karena keterbatasan media untuk melakukan
penyuluhan, sehingga lansia tidak mendapatkan informasi yang adekuat dari kader
posbindu. Selain itu beban kerja kader yang diamanahkan dari berbagai sektor
kehidupan membuat kader tidak mampu melaksanakan semuanya secara
maksimal. Sedangkan dalam kenyataan di lapangan, petugas kesehatan lebih
banyak memberikan pengarahan berupa informasi sebatas teknis pelaksanaan
adminisrasi dan proses kegiatan posbindu, belum terkait dengan pembinaan
kesehatan lansia tentang pola hidup sehat dan penyuluhan kesehatan khususnya
dengan masalah kesehatan depresi pada lansia.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia khususnya dengan depresi juga


masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari kemampuan tenaga kesehatan dan
kader dalam melakukan pengkajian status mental emosional lansia berdasarkan
kartu menuju sehat (KMS) lansia. Tenaga kesehatan dan kader belum mampu
membangun kepercayaan dalam berkomunikasi dengan lansia saat berkunjung di
sarana pelayanan kesehatan puskesmas maupun di posbindu. Tenaga kesehatan
dan kader melakukan komunikasi dengan lansia tanap memperhatikan privasi atau
kerahasiaan, hal ini membuat lansia enggan mengungkapkan masalahnya dengan
jujur, sehingga lansia yang datang belum sepenuhnya terkaji masalah mental

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


88

emosionalnya secara mendalam. Lansia langsung pulang ke rumah setelah kader


melakukan aktifitas pelayanan di posbindu secara umum seperti menimbang berat
badan, pencatatan tekanan darah, tanpa ada kegiatan khusus untuk pembinaan
kesehatan lansia.

Pengarahan harus menggunakan komunikasi yang efektif karena komunikasi


yang efektif dapat mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian yang disampaikan (Swanburg, 2000). Kepekaan
terhadap komunikasi verbal dan non verbal; pengakuan terhadap status,
kekuasaan dan kewenangan serta kemampuan dalam teknik asertif adalah
keterampilan kepemimpinan. Pemimpin menggunakan kelompok untuk
memfasilitasi komunikasi.

Kegiatan motivasi juga sering dilakukan terhadap petugas di Dinkes Kota Depok
saat upacara yang dilakukan setiap hari sebelum memulai aktivitas. Hal ini
dilakukan oleh Kepala Dinkes Kota Depok yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja staf pegawai Dinkes Kota Depok agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien demi meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan secara umum terhadap
masyarakat dan terhadap secara khusus lansia. Sedangkan pelaksanaan motivasi
bagi petugas di Puskemas jarang dilakukan. Kegiatan motivasi dilakukan oleh
pihak Dinkes Kota Depok untuk menarik minat lansia dalam mengikuti Posbindu
dengan melakukan lomba seperti lomba senam jantung sehat. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa motivasi yang diberikan kepada lansia untuk dapat
meningkatkan status kesehatannya dengan cara mengadakan berbagai kegiatan
yang dapat mengundang minat masyarakat khususnya lansia dalam melakukan
berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesehatannya (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2013).

Pendelegasian di Dinkes Kota Depok pada Program Lansia dilakukan jika


pemegang program berhalangan hadir yaitu dengan berkoordinasi dengan petugas
lain dalam satu seksi, namun pendelegasian yang dilakukan hanya secara lisan
tanpa ada format pendelegasian secara tertulis (Interview dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


89

Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Oktober 2013). Demikian


pula sistem pendelegasian di tingkat Puskesmas yaitu dalam melakukan
pendelegasian hanya dengan penyampaian lisan tanpa ada format tertulis
tergantung dari puskesmas yang dilakukan dari pimpinan Puskesmas kepada
bawahan dan sesama rekan kerja (Interview dengan Pembina Kelurahan Curug
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2013). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
proses pendelegasian yang dilakukan di tingkat dinas dan puskesmas berjalan
secara baik tanpa ada masalah, namun untuk sistem pendelegasian yang baik
adalah dengan adanya pernyataan tertulis dalam melakukan pendelegasian tugas
kepada rekan atau tim dan penerima delegasi juga harus mempunyai kompetensi
dalam melakukan kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab yang diberikan
oleh pemberi delegasi sebab pendelegasian yang diberikan berupa kewajiban,
tugas-tugas, dan tanggung jawab, sehingga yang menerima delegasi harus dapat
melaksanakannya dengan baik (Swanburg, 2000).

4.1.1.5 Pengawasan
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan belum adanya penilaian kinerja kader
dalam kegiatan posbindu termasuk pengelolaan depresi pada lansia, selain itu juga
belum adanya sistem pemantauan atau pencatatan kasus depresi pada lansia,
belum ada evalusi dari kepala puskesmas terhadap penanggujawab program
tingkat puskesmas tentang program lansia termasuk lansia depresi hanya berupa
penilaian kinerja pemegang program berupa DP3, sedangkan alat penilaian kinerja
tiap program kegiatan lansia khususnya dengan masalah depresi masih belum ada.

Penilaian kinerja adalah penilaian seberapa baik pegawai melakukan pekerjaan


mereka yang diuraikan dalam deskripsi pekerjaan mereka. Hal ini dapat
memotivasi pegawai (Marquis & Huston, 2012). Alat penilaian kinerja untuk
program kesehatan lansia khususnya dengan depresi diperlukan karena menurut
Decter dab Strader 1998 dalam Marquis dan Huston, 2012 menyatakan bahwa
alat pengkajian kompetensi yang efektif harus memungkinkan manajer untuk
berfokus pada tindakan prioritas dan kompetensi yang didefinisikan secara

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


90

spesifik, sehingga pelatihan dan pemberian umpan balik kinerja menjadi hal yang
lebih mudah.

Sistem pemantauan dan penilaian penanganan perawatan kesehatan pada kasus


depresi pada lansia masih belum ada di dalam gedung maupun di luar gedung.
Selain itu, belum adanya evaluasi dari kepala puskesmas terhadap penangunjawab
program tingkat puskesmas tentang program kesehatan lansia termasuk dengan
masalah depresi. Menurut Ervin (2002), kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat
efektifitas dan efisiensi program yang sedang dan telah dilakukan, sehingga dapat
mengidentifikasi masalah atau hambatan yang muncul selama pelaksanaan
program.

Pelayanan keperawatan kesehatan khususnya untuk di puskesmas Cimanggis


maupun di posbindu khusus program lansia tidak pernah melakukan penyebaran
lembar evaluasi asuhan/pemberian pelayanan sebagai upaya kendali mutu bagi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan lansia. Kendali mutu memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang mutu asuhan mereka saat ini dan
bagaimana asuhan yang mereka berikan dapat diperbaiki. Kendali mutu
membutuhkan evaluasi penampilan semua anggota tim multidisiplin (Marquis &
Huston, 2012).

Program kesehatan lansia yang dicanangkan dan dilakukan ternyata belum


optimal apalagi yang berkaitan dengan masalah yang spesifik pada lansia seperti
masalah depresi. Kegiatan yang dilakukan hanya bersifat umum tidak terfokus
pada masalah kesehatan yang dialami lansia. Program kegiatan terus dijalankan
tetapi karena tidak spesifik berdampak pada kurang efektif penyelesaian masalah
kesehatan pada lansia, sehingga lansia masih banyak yang mengalami berbagai
masalah kesehatan salah satunya adalah masalah depresi.

Berdasarkan analisis situasi manajemen kesehatan keperawatan komunitas, maka


dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program kesehatan lansia dengan
depresi yang dikoordinasikan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Depok kepada

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


91

pihak puskesmas Cimanggis, teridentifikasi beberapa masalah yaitu koordinasi


dan kerjasama lintas program dalam pengembangan program kesehatan lansia
depresi belum optimal dilaksanakan; pengembangan staf (tenaga kesehatan dan
kader kesehatan) untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan lansia
depresi belum optimal, khususnya dalam meningkatkan kualitas kemampuan
pelaksanaan program kesehatan lansia; kegiatan supervisi pembinaan kesehatan
lansia depresi oleh pemegang program lansia belum terlaksana dengan baik;
wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan lansia depresi belum
tersedia; monitor evaluasi tentang pelaksanaan program kesehatan lansia depresi
belum terlaksana; serta masih kurang jelasnya jenjang karier bagi tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan perannya sebagai pemberi pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya bagi lansia denga depresi. Masalah manajemen kesehatan
keperawatan tersebut digambarkan dalam fish bone berikut ini :

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


92

Gambar 4.1 Fish Bone Hasil Analisis Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Aggregat Lansia dengan Depresi
PERENCAANAAN PERSONALIA PENGAWASAN
Koordinasi dan
Belum ada perencanaan Kurangnya SDM yang dapat kerjasama lintas
Pelayanan kesehatan Belum optimalnya Belum ada penilaian Kurang optimal dalam
untuk program mengembangkan program program dalam
khusus dalam upaya rekruitmen SDM nakes kinerja kader dalam mengevaluasi kinerja
penatalaksanaan depresi kesehatan keperawatan lansia pengembangan
promotif dan preventif bagi dalam memenuhi kebutuhan kegiatan posbindu kader kesehatan
secara berkelompok pada sesuai dengan keilmuan yang program kes.lansia
lansia depresi belum tenaga yang kompeten dlm termasuk pengelolaan
lansia dengan depresi tepat dengan depresi belum
optimal yankes lansia dengan depresi depresi pada lansia Kondisi lansia tidak optimal
terpantau secara efektif
Belum adanya terkait perubahan tingkat Pengembangan staf
Program lansia bukan Masih rendahnya kesempatan nakes untuk Kurangnya pengetahuan sistem pemantauan
SDM nakes tentang isu-isu depresi dan tindakan yang untuk meningkatkan
merupakan program Penanganan masalah mendapatkan pendidikan formal maupun kasus depresi pada kemampuan yankes
terbaru dalam program perlu dilakukan
yang menjadi prioritas lansia dengan depresi nonformal dari institusi khususnya dalam lansia lansia dengan
termasuk lansia dengan tidak optimal peningkatan kemampuan pelaksanaan kesehatan lansia depresi;
pembinaan kes.lansia depresi belum
depresi program kesehatan lansia dengan depresi Penanggungjawab optimal
menjadi tidak optimal. Belum ada evalusi dari
kepala puskesmas program kurang
mengetahui kelemahan Kegiatan
Anggaran yang Pembinaan terhadap Rendahnya motivasi terhadap penanggujawab supervisi
tersedia belum ada kesehatan lansia depresi Kurang jelasnya jenjang nakes dalam program tingkat dan kelebihan yankes.
yang telah dilakukan pembinaan
untuk kegiatan kurang optimal di karir bagi tenaga pelaksanaan program puskesmas tentang
terhadap lansia dengan kesehatan
pembinaan program masyarakat kesehatan dalam kesehatan lansia dan program lansia termasuk lansia
lansia depresi. pelaksanaan perannya. pembinaan kader lansia depresi depresi
dengan
kurang. depresi
oleh
pemegang
Pembagian tugas dalam penyelenggaraan posbindu Penanganan dan yankes utk Tidak ada pelatihan bagi petugas program
dilakukan oleh 1 orang bidan dibantu oleh kader posbindu lansia depresi kurang optimal Dinkes dan Puskesmas khusus untuk lansia
Petugas puskesmas belum
atau posyandu. penatalaksanaan lansia dengan depresi belum
mempuyai petunjuk khusus dalam
Pihak puskesmas kurang penatalaksanaan lansia dengan terlaksana
Kegiatan program lansia dari Dinkes langsung dengan baik
mengetahui materi pelaksanaan depresi
dijalankan oleh Dinas, puskesmas tidak dilibatkan
kegiatan, shg follow up
secara langsung. Belum jelasnya pemegang program Sedikit kader yang mempunyai
menjadi terhambat Kader Posbindu yang baru Wadah yang
untuk masalah lansia dengan depresi. Program kemampuan yang optimal dari hasil
kesehatan lansia dan jiwa berjalan sendiri-sendiri Pelaporan pertanggunjawaban mengikuti pelatihan hanya 3 mendukung
pelatihan sehingga pelayanan kurang mayarakat
dalam pembinaan kesehatan lansia dengan depresi. kegiatan program kesehatan orang dari 54 kader Posbindu dan
optimal di posbindu dalam
lansia dengan depresi menjadi jarang melakukan sosialisasi hasil
pelatihan pembinaan
Pengaturan tugas dan tanggungjawab dalam tidak maksimal.
lansia depresi
penyelenggaranan program kesehatan lansia Pemegang program lansia kurang memahami belum tersedia
depresi masih belum optimal Pembinaan dan cakupan Penilaian dan observasi langsung kondisi di lapangan secara langsung dalam
Belum adanya wadah yang mendukung pelayanan kesehatan lansia terhadap kegiatan pembinaan upaya pembinaan kes.lansia Monitor evaluasi
untuk masyarakat dalam pembinaan dengan depresi menjadi tidak lansia jarang dilakukan oleh tentang
khusus lansia dengan depresi optimal pemegang program lansia pelaksanaan
program
PENGORGANISASIAN PENGARAHAN
kesehatan lansia
dengan depresi
belum terlaksana

Sumber : Swanburg, 2000; Marquis & Huston, 2012; Gillies, 1994; Ervin, 2002; Ratanto, 2013;
Fatmah, 2003; Ratnasari, 2012. Universitas Indonesia
92
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
93

4.1.2 Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Analisis dengan menggunakan diagram fish bone terhadap manajemen pelayanan
keperawatan pada aggregate lansia dengan depresi teridentifikasi masalah
manajemen pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan
depresi yang mencakup:
a. Koordinasi dan kerjasama lintas program dalam pengembangan program
kesehatan lansia dengan depresi belum optimal.
b. Pengembangan staf untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan
bagi lansia dengan depresi belum optimal.
c. Kegiatan supervisi pembinaan kesehatan lansia dengan depresi oleh
pemegang program lansia belum terlaksana.
d. Wadah yang mendukung untuk masyarakat dalam pembinaan khusus lansia
dengan depresi belum tersedia.
e. Monitor evaluasi tentang pelaksanaan program kesehatan lansia dengan
depresi belum terlaksana.

Hasil prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan komunitas adalah :


a. Pengembangan staf tenaga kesehatan dan kader kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan bagi lansia dengan depresi
belum optimal.
b. Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan khusus lansia dengan
depresi belum tersedia.

4.1.3 Rencana Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.3.1 Masalah Keperawatan Manajemen (1):
Pengembangan staf tenaga kesehatan dan kader kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan pemberian pelayanan kesehatan bagi lansia depresi belum optimal.
a. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan upaya pengembangan staf yaitu bagi tenaga kesehatan dan
kader posbindu selama 9 bulan diharapkan dapat meningkatkan perilaku
kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi lansia depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


94

b. Tujuan Khusus :
1) Terjadi peningkatan pengetahuan perawat atau tenaga kesehatan tentang
intervensi MaSa INDAH pada kelompok lansia depresi
2) Terjadi peningkatan sikap perawat atau tenaga kesehatan tentang intervensi
MaSa INDAH pada kelompok lansia depresi
3) Peningkatan keterampilan perawat atau tenaga kesehatan minimal sebesar
20% dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan lansia dalam teknik
meningkatkan harga diri, manajemen stres, senam kaki DM, latihan ROM
pada lansia depresi.
4) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan minimal sebesar 20% dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan tentang pelayanan kesehatan bagi
lansia serta status mental emosional lansia pada KMS lansia dalam laporan
ke tingkat puskesmas dan dinas kesehatan.
5) Terjadinya peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang intervensi
MaSa INDAH minimal 20%
6) Terjadinya peningkatan sikap kader kesehatan tentang intervensi MaSa
INDAH kader kesehatan minimal 20%.
7) 70% kader kesehatan memiliki kemampuan dengan kategori baik
memberikan intervensi MaSa INDAH untuk masalah kesehatan lansia
dengan depresi.
8) 70% kader kesehatan melakukan pendataan dan pencatatan tentang status
emosional lansia dalam KMS lansia.

Tenaga kesehatan yang akan dilatih adalah dengan kriteria sebagai


penanggungjawab atau perawat pelaksana program kesehatan lansia atau
perkesmas atau program kesehatan jiwa yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas
Cimanggis, Kota Depok.

Kader kesehatan yang akan dilatih adalah kader posbindu di wilayah Kelurahan
Curug, bisa membaca dan menulis, serta bersedia untuk berperan dalam kegiatan
pembinaan kesehatan lansia khususnya dengan masalah depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


95

c. Alternatif Penyelesaian Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan


Komunitas
1) Pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang asuhan keperawatan psikososial
(khususnya dengan depresi ) bagi lansia dengan intervensi MaSa INDAH.
a) Pelatihan tentang proses asuhan keperawatan (pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi) pada lansia dengan depresi dengan
intervensi MaSa INDAH
b) Pelatihan tentang tindakan keperawatan bagi kesehatan lansia berupa
latihan meningkatkan harga diri lansia, manajemen stres dengan teknik
nafas dalam, latihan ROM dan senam kaki DM.
c) Evaluasi tenaga kesehatan dalam pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan lansia serta kegiatan pembinaan kesehatan lansia di
puskesmas dan di masyarakat.

2) Penyegaran bagi kader posbindu :


a) Pendidikan kesehatan bagi kader tentang depresi pada lansia dan cara
pencegahannya melalui intervensi MaSa INDAH
b) Melatih kader dalam melakukan pendidikan kesehatan bagi lansia dan
keluarga lansia
c) Melatih kader untuk melakukan komunikasi efektif, meningkatkan
harga diri lansia, teknik relaksasi: meditasi untuk manajemen stres
pada lansia depresi
d) Melatih kader dalam pengisian KMS dan mengevaluasi pengisian Kartu
Tilik Diri (KTD) lansia INDAH untuk hasil pengkajian status
emosional lansia.
e) Evaluasi kader dalam melakukan intervensi MaSa INDAH yaitu
melakukan komunikasi efektif, meningkatkan harga diri lansia, teknik
relaksasi nafas dalam untuk manajemen stress pada lansia depresi.
d. Pembenaran :
Pelatihan merupakan suatu proses seorang individu disediakan dengan berbagai
interaksi yang baik ditujukan untuk mengembangkan isu dan menerima umpan
balik terhadap kekuatan dan kesempatan untuk terlibat atau menerima

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


96

dukungan dan bimbingan selama transisi peran di dalam sebuah instansi


(Karten & Baggot dalam (Marquis & Huston, 2012). Kurangnya pelatihan
merupakan suatu kelemahan dalam sebuah manajemen sehingga dapat
berdampak pada kinerja staf pegawai kurang memuaskan (Swanburg, 2000).
Kurang adanya pelatihan bagi staf pegawai Dinkes Kota Depok serta petugas
kesehatan di puskesmas khususnya staf Program Lansia terhadap berbagai
aspek yang berkaitan dengan lansia dapat berdampak pada kurang optimalnya
kinerja staf pegawai Dinkes Kota Depok untuk meningkatkan status kesehatan
bagi lansia serta membuat petugas puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru
dalam pelayanan terhadap kesehatan lansia.

Kader posbindu yang terdapat di Kelurahan Curug memerlukan suatu kegiatan


untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam perannya
sebagai kader melalui pelatihan bagi kader. Kegiatan posbindu di kelurahan
Curug memfasilitasi petugas kesehatan untuk lebih banyak memberikan
informasi program-program sebatas teknis pelaksanaan administrasi dan proses
kegiatan posbindu, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan
lansia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Fatmah (2013)
menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan kader kesehatan (posbindu) dalam
peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis bagi kader posbindu di kota
Depok.

4.1.3.2 Masalah Keperawatan Manajemen (2):


Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan khusus lansia dengan
depresi belum tersedia.
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengelolaan fungsi manajemen : tersedianya wadah yang
mendukung masyarakat program kesehatan lansia dengan depresi selama 9 bulan
diharapkan program MaSa INDAH dapat diaplikasikan langsung dalam upaya
peningkatan status kesehatan lansia dengan depresi.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


97

b. Tujuan Khusus
1) Tersosialisasinya tentang program MaSa INDAH bagi dinas kesehatan
kota Depok dan Puskesmas Cimanggis serta kelompok pendukung/
masyarakat.
2) Terbentuknya struktur organisasi kelompok pendukung MaSa INDAH
bebas depresi.
3) Dibuatnya rencana program kegiatan kelompok pendukung MaSa INDAH
bebas depresi.
4) Terbinanya kelompok pendukung MaSa INDAH bebas depresi.

c. Alternatif Penyelesaian Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan


Komunitas :
1) Sosialisasi program lansia INDAH bebas depresi bagi dinas kesehatan
kota Depok dan Puskesmas Cimanggis serta kelompok pendukung atau
masyarakat.
2) Pembentukan kelompok pendukung (support group) yaitu membuat
struktur organisasi kelompok pendukung dan pembagian kerja masing-
masing anggota kelompok pendukung.
3) Pembinaan kelompok pendukung lansia INDAH bebas depresi dalam 9
kali pertemuan untuk kegiatan :
a) Pertemuan 1 yaitu: pembentukan kelompok pendukung lansia INDAH
bebas depresi di RW 11, identifikasi pengetahuan, sikap dan
keterampilan kelompok pendukung, identifikasi masalah kesehatan
lansia yang dihubungkan dengan masalah depresi, pembagian buku
kerja dan cara penggunaannya, penyusunan rencana kegiatan kelompok
selanjutnya yaitu : mengidentifikasi masalah kesehatan lansia di
wilayah RW
b) Pertemuan 2 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu identifikasi
masalah kesehatan pada lansia di wilayah RW, pemberian materi
kesehatan tentang masalah kesehatan dan depresi lansia, identifikasi
lansia depresi dan faktor risiko depresi pada lansia, penyusunan rencana
kegiatan kelompok selanjutnya yaitu: identifikasi faktor risiko dan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


98

tanda-tanda depresi pada minimal satu (1) lansia dengan kunjungan ke


rumah lansia oleh masing-masing kader.
c) Pertemuan 3 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu identifikasi
faktor risiko dan tanda-tanda depresi pada minimal satu (1) lansia
dengan kunjungan ke rumah lansia oleh masing-masing kader,
pembinaan kader dalam melakukan kegiatan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan lansia dan risiko depresi lansia oleh kader,
penyusunan rencana kegiatan kelompok selanjutnya yaitu
mengeksplorasi kemampuan diri oleh kader masing-masing untuk
persiapan memberikan pendidikan kesehatan.
d) Pertemuan 4 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu ekplorasi
kemampuan diri kader untuk memberikan pendidikan kesehatan dan
memberikan umpan balik dan motivasi, praktik melakukan pendidikan
kesehatan oleh kader, evaluasi kegiatan penkes oleh kader, penyusunan
rencana kegiatan kelompok selanjutnya yaitu identifikasi cara keluarga
berkomunikasi dengan lansia melalui kunjungan rumah
e) Pertemuan 5 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu identifikasi cara
keluarga berkomunikasi dengan lansia melalui kunjungan rumah,
pembinaan melalui pendidikan kesehatan tentang komunikasi efektif
dan latihan dalam berkomunikasi efektif, penyusunan rencana kegiatan
selanjutnya yaitu identifikasi stress dan cara mengatasi stress pada diri
sendiri oleh kader.
f) Pertemuan 6 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu identifikasi
stress dan cara mengatasi stress oleh kader, latihan manajemen stres
dengan teknik relaksasi, penyusunan rencana kegiatan selanjutnya
yaitu eksplorasi perasaan malu pada individu atau harga diri rendah.
g) Pertemuan 7 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu eksplorasi
perasaan malu pada individu atau harga diri rendah, pembinaan dengan
pendidikan kesehatan tentang harga diri rendah pada lansia dan cara
meningkatkannya, penyusunan rencana kegiatan selanjutnya yaitu
persiapan untuk evaluasi keluarga binaan dengan melakukan kunjungan
rumah.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


99

h) Pertemuan 8 yaitu: Review kegiatan-kegiatan sebelumnya dan


pembinaan ulang untuk topik yang masih kurang dipahami.
i) Pertemuan 9 yaitu: evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu persiapan untuk
evaluasi keluarga binaan dengan melakukan kunjungan rumah dan
evaluasi perilaku kesehatan kelompok pendukung (post test).

d. Pembenaran :
Penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap
kelompok dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggungjawab
mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993). Pengorganisasian juga
merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam proses manajemen dan
dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang hubungan, prosedur
pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas (Marquis & Huston, 2012).
Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Faktor tersebut berkontribusi terhadap efektifitas kerja dari
masing-masing staf pegawai atau anggota organisasi dan sebagai bentuk
dukungan antara sesama dalam pelaksanaan kegiatan program lansia.

Upaya pencapaian suatu tujuan program lansia dapat dengan memberdayakan


masyarakat juga diperlukan. Huber (2006) menyatakan bahwa
pengorganisasian berarti memobilisasi sumber daya material dan manusia
untuk mencapai apa yang dibutuhkan. Selain itu melalui pendidikan kesehatan
adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan
melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi bagi masyarakat
untuk berperilaku sehat termasuk dalam pelayanan kesehatan bagi lansia
(Stanhope & Lancaster, 2004).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


100

4.1.4 Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.4.1 Masalah Keperawatan Manajemen (1)
a. Penyegaran Kader Posbindu
Kegiatan dilaksanakan di kantor Kelurahan Curug pada tanggal 12-13
Nopember 2013 pukul 13.00–17.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan bersama
mahasiswa residensi/ spesialis keperawatan komunitas yang berfokus pada
tujuan revitalisasi posbindu di kelurahan Curug. Kegiatan yang dihadiri oleh
kader 37 orang (hari pertama) dan 33 orang (hari kedua). Undangan hadir
100% dari 33 undangan yang disebarkan. Kegiatan ini meliputi kegiatan
penyuluhan kesehatan bagi kader tentang masalah-masalah kesehatan lansia
dan penanganannya serta cara mencegahnya sehingga diharapkan bagi kader
nantinya bisa melaksanakan pendidikan kesehatan sedehana bagi lansia dan
keluarga lansia dalam upaya pencegahan depresi lansia. Kegiatan penyuluhan
diawali dengan memberikan soal sebelum pelatihan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan kader terkait masalah depresi pada lansia kemudian dengan
kegiatan penyuluhan kesehatan. Soal dipadukan dengan soal tentang masalah
kesehatan yang lainnya.

Kegiatan penyegaran kader yang dilaksanakan selama 2 hari ini merupakan


salah satu bagian dari rangkaian kegiatan dengan persiapan undangan, sarana
prasarana, materi dan media pelatihan penyegaran kader sudah dipersipakan
sebelumnya. Selama kegiatan, kader disampaikan materi tentang kesehatan
lansia, depresi serta cara memberikan pendidikan kesehatan dan keluarga
lansia sekaligus latihan cara berkomunikasi yang baik dengan lansia. Setelah
sesi penyuluhan berakhir, kader diberikan kesempatan untuk melakukan
latihan penyuluhan kesehatan kepada kelompok yang lain sehingga
memberikan pengalaman yang nyata dalam memberikan penyuluhan
kesehatan. Kegiatan ini juga disertakan untuk penyegaran kader dalam
pengisian KMS lansia terutama pada status emosional lansia yang sering tidak
diisi oleh kader pada kegiatan posbindu.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


101

Selama kegiatan, terjadi diskusi yang interaktif karena sebagian besar kader
belum pernah mengikuti pelatihan yang sifatnya untuk masalah psikologis
seperti depresi lansia dan karena kader memiliki minat dan semangat yang
tinggi mengikuti kegiatan hingga berakhir. Penyegaran dan pelatihan kader
diakhir dengan proses evaluasi mengenai masing-masing komponen yang
telah disampaikan dan pemberian wacana dan kesepakatan tentang pentingnya
pencegahan risiko depresi lansia dan mahasiswa akan melakukan supervisi ke
rumah keluarga lansia bersama kader untuk melihat kemampuan kader dalam
memberikan penyuluhan kesehatan kepada lansia dan keluarga tentang risiko
depresi dan pencegahannya. Kader juga diberikan 1 paket materi berupa
buklet dan media penyuluhan dalam bentuk leaflet dan lembar balik. Evaluasi
juga dilakukan di akhir kegiatan pelatihan, kemudian kegiatan ditutup.

b. Pelatihan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis


Pelatihan bagi tenaga kesehatan dilaksanakan di aula Puskesmas Cimanggis
selama 2 hari yaitu tanggal 29-30 April 2014. Pelatihan asuhan keperawatan
psikososial (terutama dengan depresi pada lansia) bagi tenaga kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Cimanggis. Pelatihan direncanakan bersama dengan
pihak puskesmas dan berkoordinasi dalam rencana penentuan peserta yang
akan di undangan dalam pelatihan. Pihak puskesmas membuat undangan
resmi untuk tenaga kesehatan penanggungjawab perkesmas atau jiwa dan
pemegang program lansia di UPT (unit pelaksana teknis) dan UPF (unit
pelaksana fungsional) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis yaitu
UPF Puskesmas Mekar Sari, UPF Puskesmas Cisalak Pasar, UPF Puskesmas
Tugu, UPF Puskesmas Pair Gunung Selatan, UPF Puskesmas Harja Mukti
dan UPT Puskesmas Cimanggis. Kegiatan pelatihan juga mengundang
petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Depok.

Judul materi yang diberikan yaitu :


1) Konsep kesehatan lansia an peran perawat kesehatan lansia selama 30
Menit.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


102

2) Pengkajian fisik dan psikologis pada lansia dengan masalah psikososial


(khususnya depresi) selama 45 menit.
3) Komunikasi dan pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan selama 30
menit.
4) Konsep dan manajemen puskesmas santun lansia selama 30 menit.
5) Pemberdayaan kelompok dan masyarakat bagi kesehatan lansia untuk
cegah depresi selama 45 menit.
6) Praktik Tindakan keperawatan bagi lansia selama 180 menit.
a) Manajemen stress dengan meditasi nafas dalam dan musik
b) Senam kaki bagi lansia DM
c) Latihan rentang gerak bagi lansia stroke
d) Peningkatan harga diri bagi lansia
e) Evaluasi keperawatan dan Pencatatan pelaporan hasil pembinaan
kesehatan lansia selama 30 menit.

Kegiatan juga dilaksanakan di dalam di luar gedung (120 menit) untuk


mengevaluasi kegiatan pembinaan kesehatan lansia di puskesmas maupun
di posbindu yaitu bimbingan kemampuan tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan lansia depresi
melalui intervensi MaSa INDAH.

Acara dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Acara
langsung dibuka oleh Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas
Kesehatan Kota Depok dan dihadiri oleh kepala Puskesmas Cimanggis Kota
Depok. Narasumber dalam pelatihan ini adalah dari mahasiswa residensi
keperawatan komunitas FIK UI yaitu Agnes, Rizky, Hera dan Ani. Metode
pelatihan dengan diskusi ceramah tanya jawab, studi dokumentasi dan
praktik/role play. Evaluasi kegiatan dilaksanakan dengan pre dan post test,
serta dengan observasi kegiatan supervisi di lapangan. Peserta yang hadir
sejak hari pertama sampai hari kedua sebanyak 10 orang yang terdiri dari 1
orang perawat dengan pendidikan S1 keperawatan, 3 orang perawat dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


103

pendidikan D3 keperawatan, 2 orang perawat dengan pendidikan SPK, 3


bidan dengan pendidikan D3 kebidanan, 1 orang dokter umum.

4.1.4.2 Masalah Keperawatan Manajemen (2)


a. Sosialisasi intervensi MaSa INDAH bagi Pihak Dinas kesehatan kota Depok
dan Puskesmas Cimanggis. Kegiatan diawali dengan persiapan dalam
penyajian hasil dari analisis situasi manajemen kesehatan di Dinas Kesehatan
Kota Depok dan Puskesmas Cimanggis selama 1 bulan.
b. Sosialisasi intervensi MaSa INDAH bagi Kelompok atau masyarakat diawali
dengan persiapan undangan yang disebarkan kepada masyarakat terutama
kader dan tokoh masyarakat di RW.
c. Pembentukan Kelompok pendukung lansia depresi dan membuat struktur
organisasi kelompok pendukung serta pembagian kerja masing-masing
anggota kelompok pendukung di RW 11 dilaksanakan pada tanggal 02
Desember 2013 dan di RW 05 dilaksanakan tanggal 18 Pebruari 2014.
Kegiatan diawali dengan pemaparan tentang kelompok pendukung lansia
dengan depresi dan pembentukan struktur organisasi kelompok dengan nama
“Kelompok Pendukung MaSa INDAH” sebanyak 15 orang.
d. Evaluasi awal dilakukan dengan memberikan soal pre test yang pengetahuan,
dan sikap anggota kelompok tentang perawatan lansia depresi yang
diintergrasikan dalam intervensi MaSa INDAH.
e. Anggota diberikan buku kerja untuk kelompok pendukung yang berisikan
uraian kegiatan yang akan dilakukan selama menjadi anggota kelompok
pendukung. Buku diharapkan diisi selama mengikuti kegiatan dan menjadi
bahan evaluasi diri bagi kemampuan anggota kelompok.
f. Pembinaan Kelompok pendukung lansia depresi MaSa INDAH di RW 11 dan
05 dengan topik: kesehatan lansia, deteksi dini depresi dan cara
pencegahannya, teknik pendidikan kesehatan, komunikasi efektif, manajemen
stres dan cara meningkatkan harga diri rendah. Pembinaan dilakukan dalam 9
kali pertemuan.
g. Evaluasi kelompok pendukung dilakukan dengan memberikan soal post test.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


104

4.1.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


4.1.5.1 Hasil Evaluasi Masalah Manajemen Keperawatan (1)
a. Hasil Evaluasi Kegiatan penyegaran kader :
1) Jumlah kader yang hadir 100% (sesuai dengan jumlah undangan yang
diberikan yaitu 37 orang hari 1 dan 3)
2) Pengetahuan kader posbindu tentang intervensi MaSa INDAH meningkat
25% dari nilai rata-rata sebelum dan sesudah test.
3) Sikap kader posbindu tentang intervensi MaSa INDAH bagi lansia
depresi meningkat 32%% dari nilai rata-rata sebelum dan sesudah test.
4) 28 dari 33 kader posbindu (85%) memiliki kemampuan dengan kategori
baik dalam melakukan intervensi MaSa INDAH.
5) 100% status emosional lansia yang datang ke posbindu tercatat pada
KMS pada kegiatan posbindu di RW 11.

b. Hasil Evaluasi Pelatihan Tenaga Kesehatan


1) Peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan tentang depresi pada lansia
sebesar 19,28 % (n= 10)
2) Peningkatan sikap tenaga kesehatan tentang kesehatan lansia dengan
depresi sebesar 26,45% (n=10)
3) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada lansia depresi di dalam gedung atau di luar
gedung sebesar 20,63% (n=10)
4) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi
keperawatan meningkatkan harga diri sebesar 29,03% (n=10)
5) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi
keperawatan manajemen stres sebesar 9,07% (n=10)
6) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi
keperawatan latihan ROM sebesar 29,5% (n=10)
7) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi
keperawatan senam kaki sebesar 21,99% (n=10).
8) Peningkatan pengetahuan dalam pencatatan dan pelaporan status
kesehatan dan status mental emosioonal lansia sebesar

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


105

9) Peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan dalam melakukan supervisi


kader dalam melakukan pendataan dan pencatatan status mental
emosional lansia sebesar 26,67% (n=2)
10) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan supervisi
kader dalam melakukan pendataan dan pencatatan status mental
emosional lansia sebesar 15,15% (n=2)

c. Hambatan :
1) Terbatasnya dana program bagi pembinaan kesehatan lansia yang
diberikan oleh pemerintah.
2) Terbatasnya dana untuk pengembangan staf melalui pendidikan formal
dan non formal khususnya keperawatan oleh institusi maupun pemerintah.

d. Rencana Tindak Lanjut


1) Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinas Kesehatan mengganggarankan program kesehatan lansia dengan
optimal serta memperhatikan sumber daya manusianya. Dinas Kesehatan
meningkatkan peluang dan kesempatan bagi tenaga kesehatan khususnya
keperawatan yang ingin mengembangkan diri dengan mengajukan usulan
kepada pihak pemerintah tentang kebutuhan tenaga kesehatan terutama
perawat dalam mengembangkan program kesehatan lansia khususnya
untuk lansia dengan depresi.
2) Pihak Puskesmas Cimanggis
Pihak Puskesmas memberikan dukungan kesempatan bagi tenaga
kesehatan yang memiliki keinginan dalam pengembangan diri di dalam
gedung maupun di luar gedung yaitu melalui pelatihan atau seminar
bidang keperawatan kesehatan masyarakat terutama untuk kesehatan
lansia.
3) Kelurahan Curug
Pihak kelurahan juga bekerja sama dengan pihak puskesmas dalam
pembinaan kesehatan lansia dan pembinaan kader kesehatannya, serta
merencanakan anggaran untuk kesejahteraan kader kesehatan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


106

4) Kader Kesehatan
Kader atau anggota kelompok pendukung tetap meningkatkan kemampuan
diri dalam melakukan intervensi MaSa INDAH dengan banyak berlatih
serta berbagi pengalaman dengan sesama kader.

4.1.5.2 Hasil Evaluasi Masalah Manajemen Keperawatan (2)


a. Hasil evaluasi
1) Undangan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi sebanyak 70% dari 20
undangan dan 100% peserta yang hadir menyatakan mendukung dalam
program lansia MaSa INDAH dan Kartu Tilik Diri (KTD).
2) Sosialisasi bagi masyarakat
a) Kegiatan di RW 11 dihadiri 15 orang (75% dari 20 undangan), 100%
peserta yang hadir menyatakan mendukung dalam program lansia
INDAH dan Kartu Tilik Diri (KTD).
b) Kegiatan di RW 05 dihadiri 12 orang (60% dari 20 undangan), 100%
peserta yang hadir menyatakan mendukung dalam program lansia
INDAH dan Kartu Tilik Diri (KTD).
3) Pembentukan kelompok pendukung program MaSa INDAH di RW 11
dilaksanakan tanggal dan di RW 05 dilaksanakan tanggal 18 Februari 2014
sebanyak 15 orang.
4) Tersusunnya rencana dan komitmen kegiatan di RW 11, dan tersusunnya
Struktur organisasi kelompok pendukung MaSa INDAH Lansia Cegah
Depresi yaitu :
Penasihat : Bapak Lurah
Penanggungjawab : Ketua RW 11
Ketua : Neni Susanti
Sekretaris : Umi Khasanah
Bendahara : Nuraeni
Anggota : Dwi Kurniati, Sumini, Rahayuk,
Hj. Fatimah, dan Ratnasari.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


107

Anggota kelompok sepakat untuk waktu dan rencana serta komitmen


kegiatan adalah setiap hari Jumat pada minggu 1 dan 3 setiap bulannya,
tempatnya di balai RW dan konsumsi disediakan oleh anggota secara
bergantian. Pembuatan SK masih dalam proses di kantor kelurahan.
5) Tersusunnya rencana dan komitmen kegiatan di RW 05, dan tersusunnya
struktur organisasi kelompok pendukung MaSa INDAH Lansia Cegah
Depresi yaitu :
Penasihat : Bapak Lurah
Penanggungjawab : Ketua RW 11
Ketua : Mariah
Sekretaris : Eviana
Bendahara : Hikmawati
Anggota : Hj. Aminah, Sulastri, Sugiarti, Hj.Asroah.
Anggota kelompok sepakat untuk waktu dan rencana serta komitmen
kegiatan adalah setiap hari Selasa pada minggu 2 dan 4 setiap bulannya,
tempatnya di rumah Ibu H. Aminah dan konsumsi disediakan oleh anggota
secara bergantian. Pembuatan SK masih dalam proses di kantor kelurahan.
6) Pembinaan kelompok pendukung MaSa INDAH Lansia Cegah Depresi
dengan 6 (enam) topik yaitu :
a) Kesehatan lansia :
i. Terdistribusinya buku kerja KP sebanyak 15 buah (n=15)
ii. Peserta yang hadir sebanyak 12 orang (80% dari anggota kelompok)
iii. 100% anggota aktif dalam proses tanya jawab pada kegiatan KP
iv. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar
28,24%.
b) Deteksi Dini depresi dan cara pencegahannya
i. Peserta yang hadir sebanyak 10 orang (67%)
ii. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar 25%.
iii. Keterampilan anggota dalam melakukan deteksi dini depresi pada
lansia dengan hasil baik sebanyak 60%.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


108

iv. Anggota berperan serta dalam kunjungan ke rumah lansia dengan


depresi untuk identifikasi masalah kesehatan dan faktor risiko pada
lansia depresi dengan penggunaan KTD (kartu tilik diri) bagi lansia.

c) Teknik pendidikan kesehatan


i. Peserta yang hadir sebanyak 12 orang (80%)
ii. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar
34,12%.
iii. Keterampilan anggota dalam melakukan pendidikan kesehatan
dengan hasil baik sebanyak 67%
d) Komunikasi efektif
i. Peserta yang hadir sebanyak 10 orang (67%)
ii. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar
33,9%.
iii. Keterampilan anggota dalam melakukan komunikasi yang efektif
dengan hasil baik sebanyak 70%
e) Manajemen stres
i. Peserta yang hadir sebanyak 12 orang (80%)
ii. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar
35,29%.
iii. Keterampilan anggota dalam melakukan manajemen stres dengan
hasil baik sebanyak 58,3%
f) Cara meningkatkan harga diri rendah.
i. Peserta yang hadir sebanyak 13 orang (87%)
ii. Peningkatan pengetahuan dari hasil pre dan post test sebesar 25%.
iii. Keterampilan anggota dalam meningkatkan harga diri orang lain
dengan hasil baik sebanyak 69,25%.

b. Hambatan
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan yaitu :1) padatnya kegiatan
kader, sehingga kesulitan dalam pengaturan jadwal kegiatan; 2) kemampuan kader
bervariasi, sehingga beberapa kader dilakukan pembinaan secara bertahap;

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


109

3) Masih kurangnya inisiatif dalam kegiatan; 4) keterbatasan ketersediaan KMS


lansia untuk pendokumentasian status kesehatan lansia; 5) keterbatasan alat
pemeriksaan kesehatan fisik dan media pendidikan kesehatan bagi lansia;
6) Terbatasnya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan bagi kader atau anggota
kelompok pendukung.

c. Rencana Tindak Lanjut


1) Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinas Kesehatan khususnya penangungjawab program lansia dan program
jiwa berkoordinasi dalam perencanaan operasional program kesehatan
lansia depresi dengan intervensi MaSa INDAH yaitu memberdayakan
masyarakat yang ada dengan pengorganisasian pelaksanaan program
bersama tenaga kesehatan di puskesmas.
2) Pihak Puskesmas Cimanggis
Pihak Puskesmas menindakklanjuti rencana operasional dinas kesehatan
dengan menerima delegasi dari Dinas Kesehatan untuk melakukan
pembinaan kesehatan lansia dengan depresi dengan intervensi MaSa
INDAH di dalam dan di luar gedung serta melakukan supervisi dan
pemantauan pencapaian tujuan dalam program kesehatan lansia.
3) Kelurahan Curug
Pihak kelurahan diikutsertakan dalam membantu pelaksanaan pembinaan
kesehatan lansia dan menghimbau kepada masyarakat untuk turut serta
memperhatikan kesehatan lansia sebagai bagian dalam pelayanan kepada
masyarakat.
4) Kader Kesehatan
Kader kesehatan dan atau anggota kelompok pendukung intervensi MaSa
INDAH tetap meningkatkan kemampuan dalam memberikan dukungan
bagi lansia dengan depresi yaitu melalui intervensi MaSa INDAH baik
dalam keluarga sendiri maupun dalam masyarakat.

4.2 Asuhan Keperawatan Komunitas


4.2.1. Pengumpulan Data

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


110

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam asuhan keperawatan komunitas


mencakup winshield survey, studi literatur, wawancara, dan angket/kuesioner.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah responden
atau lansia dengan penentuan populasi dan sampel. Populasi adalah kelompok
orang yang diteliti secara statistik yang mempunyai karakteristik yang
umum (Hastono, 2007; Polit & Beck, 2012). Populasi dalam asuhan
keperawatan komunitas ini yaitu lanjut usia (usia ≥60 tahun) yang mengalami
depresi (ringan, sedang dan risiko depresi) di kelurahan Curug kecamatan
Cimanggis Kota Depok.

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel


diambil dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Murti, 2003).
Kriteria inklusi dari responden (lansia) adalah: 1) lansia tinggal bersama keluarga
2) lansia bersedia menjadi responden 3) lansia tidak mengalami gangguan jiwa/
tidak dalam keadaan terminal. Kriteria inklusi dari responden (keluarga) adalah :
1) Keluarga yang merawat lansia adalah sebagai care giver utama; 2) Keluarga
dapat berkomunikasi verbal dengan baik; 3) Keluarga bisa membaca dan
menulis; 4) Keluarga bersedia menjadi sampel dalam pengkajian.
Perhitungan jumlah sampel menggunakan formula sebagai berikut:

n=
n =((1,65*1,65)*(0,093*0,907))/0,01
n = 22,9

n: Besar sampel
α: Derajat kepercayaan (0,05)
: 1,652 = 2,7225
p : proporsi kejadian lansia mengalami sakit (9,3% atau 0,093)
q : 1-p (proporsi lansia yang sehat) adalah 1-0,093 = 0,907
d : Limit dari error atau presisi absolut = 0,1.

Hasil sampel terebut kemudian dikoreksi untuk menghindari terjadinya


droupout, maka:
n* = n/(1-f)
Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


111

= 22,9 / (1-0,1)
= 25,4
= 25

Keterangan:
f = perkiraan proporsi drop out = 10%
n* = besar sampel setelah koreksi

Berdasarkan perhitungan, sampel minimal dalam pengumpulan data adalah


sebanyak 25 lansia, namun dalam pelaksanaannya, pengumpulan data
dengan penyebaran total kuesioner dilakukan di semua RW sebanyak 50
kuesioner dan hasil dari pengumpulan data awal teridentifikasi 38 lansia
dengan depresi. Pembinaan kelompok lansia untuk mendapatkan intervensi
MaSa INDAH dilakukan di RW 11 dan 05 yaitu sebanyak 19 lansia,
karena merupakan RW binaan residen dengan lokasi RW berdekatan, serta
merupakan RW yang teridentifikasi sebagai wilayah kantong masalah
lansia dengan depresi di Kelurahan Curug.

4.2.2 Analisis Situasi


Data karakteristik lansia yang mengalami depresi dan menerima pembinaan
intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug meliputi usia, masalah kesehatan,
dan tingkat ketergantungan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan
intervensi MaSa INDAH berdasarkan usia, masalah kesehatan dan
tingkat ketergantungan di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase
Usia
- 60-74 tahun 12 63,16
- ≥ 75 tahun 7 36,84
Masalah Kesehatan
- Hipertensi 10 52,63
- Diabetes mellitus 3 15,79
- Osteoartritis 4 21,05
- Katarak 2 10,53
Tingkat ketergantungan
- Mandiri 15 78,95
- Sebagian 4 21,05
Total 19 100
Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


112

Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik 19 lansia yaitu lebih dari separuh proporsi
lansia depresi adalah berusia 60–74 tahun sebanyak 12 lansia (63,16%), separuh
proporsi masalah kesehatan lansia depresi adalah dengan hipertensi sebanyak 10
lansia (52,63%); separuhnya lagi adalah dengan diabetes mellitus sebanyak 3
lansia (15,79%), Osteroartritis sebanyak 4 lansia (21,05%), katarak sebanyak 2
lansia (5,3%), dan proporsi tingkat ketergantungan sebagian sebanyak 4 orang
(21,05%).
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan intervensi
MaSa INDAH berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase
Jenis kelamin
- Laki-laki 4 21,05
- Perempuan 15 78,95
Status perkawinan
- Kawin 6 31,58
- Janda/duda 13 68,42
Pendidikan
- Tinggi (sekolah menengah dan PT) 4 21,05
- Rendah (tidak sekolah, pendidikan dasar) 15 78,95
Pekerjaan
- Bekerja 3 15,79
- Tidak bekerja 16 84,21
Penghasilan
- Tinggi (≥Rp.2.042.000,-) 5 26,32
- Rendah (<Rp.2.042.000,-) 14 73,68
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa lansia yang mengalami depresi, sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 lansia (78,94%). Selain itu, lebih dari
separuh berstatus perkawinan janda atau duda sebanyak 13 lansia (68,42%), lebih
dari separuh dengan pendidikan rendah (tidak sekolah atau pendidikan dasar)
sebanyak 15 lansia (78,95%). Sebagian besar proporsi lansia depresi tidak bekerja
sebanyak 16 lansia (84,21%), sebagian besar proporsi lansia depresi memiliki
penghasilan dalam keluarga yang kurang dari Rp.2.042.000,- sebanyak 14 lansia
(73,68%).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


113

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik lansia depresi yang mendapatkan intervensi
MaSa INDAH berdasarkan jaminan kesehatan di Kelurahan Curug tahun 2013
(n=19)
Jaminan Kesehatan Frekuensi (n) Persentase
- Ada 15 78,95
- Tidak ada 4 21,05
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2013

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa lansia yang masih belum memiliki jaminan
kesehatan adalah sebanyak 4 lansia (21,05%), sedangkan 15 lansia (78,95%)
sudah memiliki jaminan kesehatan berupa askes atau jaminan kesehatan lain yang
mendukung dalam pemeliharaan kesehatan bagi lansia depresi.

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore pengetahuan tentang perawatan kesehatan lansia dengan
depresi di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Skore Frekuensi (n) Persentase
11 1 5,26
12 2 10,53
13 1 5,26
15 5 26,32
16 2 10,53
17 2 10,53
18 1 5,26
20 2 10,53
21 1 5,26
24 2 10,53
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan
Komunitas FIK UI Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.4, hasil pengukuran rata-rata skor pengetahuan kelompok


lansia sebelum intervensi MaSa INDAH adalah 16,63 dengan standar deviasi 3,76
(n=19).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


114

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi lansia depresi sebelum mendapatkan intervensi MaSa INDAH
berdasarkan skore depresi dan tingkat depresi di Kelurahan Curug tahun 2013
(n=19)
Skore depresi Tingkat depresi Frekuensi (n) Persentase
0 Normal/ resiko ringgi 0 0
1 Normal/ resiko ringgi 0 0
2 Normal/ resiko ringgi 1 5,26
3 Normal/ resiko ringgi 2 10,53
4 Normal/ resiko ringgi 3 15,79
5 Ringan 3 15,79
6 Ringan 4 21,05
7 Ringan 1 5,26
8 Ringan 0 0
9 Sedang 3 15,79
10 Sedang 1 5,26
11 Sedang 1 5,26
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI
Tahun 2013

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 19 lansia depresi memiliki tingkat depresi


berbeda-beda berdasarkan skor tingkat depresi dengan menggunakan instrumen
GDS (Geriatric Depression Scale) yaitu: 6 lansia tidak depresi dan memiliki
faktor risiko depresi (31,58%); 8 lansia dengan depresi ringan (42,10%); dan 5
lansia dengan depresi sedang (26,32%). Tidak ada teridentifikasi lansia yang
mengalami depresi berat. Keluhan yang paling banyak dialami lansia dan
berdampak pada kondisi depresi adalah penurunan aktivitas dan minat yaitu pada
12 lansia (63,16%) dan merasakan bahwa orang disekitarnya lebih baik daripada
dirinya yaitu sebanyak 15 lansia (78,95%).

Keluhan lansia sifatnya bervariasi dan mempengaruhi tingkatan depresi pada


lansia. 19 lansia yang mengalami depresi menunjukkan pola komunikasi yang
tidak terbuka, memiliki kebiasaan berdiam diri dan duduk sendirian di dalam
rumah, serta kurang melakukan kegiatan di luar rumah. Sejumlah 3 dari 19 lansia
yang mengalami depresi terlihat kurang menunjukkan keinginan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, terlihat lansia tidak melakukan kontak mata
saat berbicara dan sering menundukkan kepala.
Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


115

Hasil wawacara ditemukan data sebagai berikut :


a) Pendapat kader tentang kondisi lansia: “... kalau keluarga tidak mampu, lansia
yang sakit dibiarkan di rawat di rumah tanpa ada perawatan khusus....kalau
ada lansia yang bengong-bengong atau berdiam diri, hal itu dianggap suatu
hal yang biasa saja... lansia stress karena tak punya uang alias “ kanker” atau
kantong kering...”
b) Pendapat kader tentang posbindu: “...posbindu yang aktif hanya ada di
beberapa RW saja, lansianya jarang datang dan karena kondisi kesehatan
fisik lansia ngga kuat... kegiatan posbindu hanya untuk penimbangan berat
badan, pemeriksaan tekanan darah dan sekali-sekali untuk pemberian obat...”
c) Pendapat tenaga kesehatan tentang pelayanan kesehatan bagi lansia depresi :
“...kunjungan rawat jalan lebih banyak mengatasi pada masalah fisik lansia
dibandingkan dengan masalah psikis misalnya depresi...belum adanya
pengelolaan kesehatan jiwa pada lansia di pelayanan puskesmas maupun
komunitas...penanganan masalah kesehatan lansia dilaksanakan saat
pelaksanaan posbindu setiap bulannya... jarang melakukan penyuluhan
kesehatan lansia...”

4.2.3 Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas


Berdasarkan hasil analisis situasi, maka dapat disimpulkan dan digambarkan
masalah asuhan keperawatan komunitas yang dijabarkan dalam web of causation
(web) asuhan keperawatan komunitas pada aggregate lansia depresi di Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


116

Gambar 4.2
WOC (Web of Causation)
Asuhan Keperawatan Komunitas pada aggregat Lansia dengan Depresi Di
Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Risiko peningkatan angka


kejadian depresi pada
aggregat lansia

Koping aggregat lansia Pemeliharaan kesehatan


depresi tidak efektif aggregat lansia depresi tidak
efektif

Daya dukung/ support Pola komunikasi aggregat


system masyarakat masih lansia depresi tidak efektif
rendah untuk masalah
depresi pada lansia

Sumber : Anderson & McFarlene, 2011; Stanhope & Lancaster, 2010; Allender,
Rector & Warner, 2104; Swanson & Nies, 1993.

Diagnosa Keperawatan Komunitas Berdasarkan Prioritas


a) Koping aggregat lansia depresi tidak efektif di Kelurahan Curug, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok.
b) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada aggregat lansia depresi di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok.
c) Pola komunikasi kurang efektif pada aggregat lansia depresi di Kelurahan
Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
d) Risiko peningkatan masalah depresi pada aggregat lansia di Kelurahan
Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


117

4.2.4 Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Komunitas


4.2.4.1 Masalah Keperawatan Komunitas (1)
Koping aggregat lansia depresi tidak efektif di Kelurahan Curug, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok (NANDA, 2011).

a. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan, diharapkan koping
aggregat lansia menjadi efektif dalam penanganan depresi di Kelurahan Curug,
Cimanggis, Depok.

b. Tujuan Khusus (NOC, 2011) :


1) Teridentifikasi lansia yang mengalami depresi
2) Terjadi pembentukan kelompok lansia depresi dengan kegiatan rutin setiap
bulannya dan peningkatan komunikasi di antara anggotanya melalui
kegiatan dalam intervensi MaSa INDAH setiap bulannya.
3) Terjadi peningkatan semangat, keakraban dan kerjasama lansia dalam
kegiatan kelompok melalui ekspresi kekuatan untuk mengelola perubahan
dalam peningkatan fungsi kelompok lansia depresi dengan dukungan
keluarga dan masyarakat.
4) Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia
mengidentifikasi masalah depresi dan menggunakan strategi penyelesaian
masalah yang efektif dengan intervensi MaSa INDAH untuk mengatasi
depresi pada kelompok lansia.
5) Terjadi peningkatan kehadiran dan peran serta lansia dalam kegiatan
pembinaan kelompok
6) Terjadi penurunan tingkat depresi pada kelompok lansia.

c. Rencana tindakan (NIC, 2011):


1) Pengkajian atau penilaian tingkat depresi pada lansia
2) Pembentukan kelompok lansia depresi MaSa INDAH dengan kesiapan
lansia untuk berkomitmen mengikuti dan berperan serta aktif dalam
kegiatan kelompok lansia (pertemuan ke-1).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


118

3) Melibatkan kader dan keluarga dalam memberikan dukungan bagi lansia


untuk mengikuti setiap kegiatan dalam kelompok lansia.
4) Mengajak lansia dalam membangun semangat dengan menggunakan yel-
yel kelompok pada saat sebelum dan sesudah kegiatan kelompok.
5) Mengembangkan dan memberikan bimbingan serta pengalaman belajar
bagi kelompok lansia dalam mengidentifikasi masalah depresi melalui
KTD (Kartu Tilik Diri).
6) Mengembangkan dan memberikan bimbingan serta pengalaman belajar
bagi kelompok lansia tentang strategi koping untuk mengatasi masalah
depresi dengan intervensi MaSa INDAH yaitu melalui kegiatan
pendidikan kesehatan tentang depresi lansia, strategi berkomunikasi yang
baik, manajemen stres dan meningkatkan harga diri, dengan rincian 8 kali
pertemuan yaitu dengan topik: a) pembentukan kelompok dan identifikasi
masalah kesehatan lansia; b) mengenal depresi pada lansia dan KTD
(Kartu Tilik Diri); c) intervensi MaSa INDAH untuk atasi depresi pada
lansia; d) mengenal cara berkomunikasi yang baik; e) bercerita dan
curahan hati lansia; f) manajemen stres dengan relaksasi nafas dalam dan
musik; g) harga diri rendah dan cara meningkatkannya; h) atraksi
kebolehan lansia.
7) Mengeksplore kemampuan lansia dalam melakukan bagian intervensi
MaSa INDAH pada setiap akhir kegiatan kelompok.
8) Penilaian pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkat depresi kelompok
lansia sebaya MaSa INDAH menggunakan alat ukur GDS (Geriatric
Depression Scale).

d. Pembenaran
Kelompok lansia sebaya merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang
diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk promosi kesehatan. Kelompok
lansia sebaya adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang bersama untuk
membuat kesepakatan saling berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang
disebut juga kelompok pemberi semangat (Steward, 2009). Aktifitas fisik yang
memiliki pengaruh besar pada harga diri lansia adalah aktifitas yang melibatkan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


119

interaksi sosial dan kontak dengan orang lain, sehingga menurunkan tingkat
depresi (Parent & Whall, 1984 dalam Maas, 2012). Pengorganisasian masyarakat
ini merupakan suatu proses perubahan komunitas yang memberdayakan individu
dan kelompok berisiko dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai
tujuan yang diinginkan bersama. Individu-individu dalam suatu kelompok dapat
mempengaruhi pemikiran, perilaku, nilai dan interaksi sosial di masyarakat, maka
diperlukan kekompakan di dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster, 2004).

4.2.4.2 Masalah Keperawatan Komunitas (2)


Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada aggregat lansia depresi di Kelurahan
Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok (NANDA, 2011).

a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan, diharapkan
pemeliharaan kesehatan pada aggregat lansia menjadi efektif di Kelurahan Curug,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

b. Tujuan Khusus (NOC, 2011)


1) Teridentifikasi status kesehatan kelompok lansia
2) Teridentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan kelompok lansia dengan
jadwal kunjungan oleh tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan bagi
kelompok lansia.
3) Terjadi peningkatan pengetahuan tentang kesehatan anggota kelompok
lansia.
4) Terjadi peningkatan status kesehatan kelompok lansia dengan dukungan
masyarakat dan keluarga.

c. Rencana tindakan (NIC, 2011):


1) Pemeriksaan awal kesehatan fisik dan psikologis kelompok lansia melalui
deteksi dini depresi dan mencatat dalam perkembangan kesehatan lansia di
KMS lansia.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


120

2) Persiapan dalam perencanaan waktu, tempat, dan media untuk pemberian


pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami pada
kelompok lansia.
3) Pendidikan kesehatan tentang masalah kesehatan yang terjadi pada
anggota kelompok lansia.
4) Mengembangkan dan memberikan bimbingan serta pengalaman belajar
bagi kelompok lansia melalui intervensi MaSa INDAH yaitu kegiatan
pendidikan kesehatan tentang perubahan kesehatan lansia akibat proses
penuaan dan cara perawatan diri untuk mengatasi masalah kesehatan fisik
lansia pada pertemuan ke-1 kelompok lansia sebaya.
5) Menggunakan kelompok lansia untuk memberikan dukungan emosi dan
informasi mengenai kesehatan lansia kepada anggota kelompoknya.

d. Pembenaran :
Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
perbaikan sikap dan peningkatan keterampilan, sehingga diharapkan ada
perubahan gaya hidup yang lebih baik. Perubahan perilaku sehat masyarakat
dapat mengubah penerimaan yang kondusif terhadap program promosi
kesehatan yang dilakukan. Strategi pendidikan kesehatan merupakan suatu
proses yang memfasilitasi pembelajaran yang mendukung perilaku sehat
dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Intervensi promosi kesehatan juga diberikan tentang faktor risiko yang


mengkibatkan depresi dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan. Diskusi
tentang perubahan fungsional yang terjadi pada lansia yang merupakan
konsekuensi proses penuaan dengan faktor risiko pada lansia. Diskusi tentang
hubungan potensial dan identifikasi pemecahan masalah bersama dengan
pemberi pelayanan keperawatan (Miller, 2012).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


121

4.2.5 Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


4.2.5.1 Masalah Keperawatan Komunitas (1)
1) Rekruitmen anggota kelompok lansia sebaya MaSa INDAH dilakukan
dengan penyebaran undangan bagi lansia yang berusia lebih atau sama
dengan 60 tahun dan mau bersama-sama mengikuti kegiatan lansia sebanyak
19 lansia yang dibina di 2 RW (11 dan 05). Pembentukan kelompok lansia di
RW 11 (dilaksanakan tanggal 03 Desember 2013 sebanyak 9 orang);
sedangkan di RW 05 (dilaksanakan tanggal 14 Januari 2014 sebanyak 10
orang).
2) Pembentukan kelompok lansia MaSa INDAH di RW 11 dan RW 05
dilakukan dengan meminta persetujuan lansia dalam pembentukan kelompok
dan komitmen mengikuti kegiatan kelompok lansia dengan semangat yel-yel
“lansia MaSa INDAH sehat dan bahagia...yess”, sambil bertepuk tangan.
3) Melibatkan kader atau keluarga lansia dalam setiap kegiatan kelompok lansia.
Keluarga lansia atau kader dilibatkan dalam memfasilitasi tempat kegiatan
kelompok dan penyediaan konsumsi, serta memfasilitasi akomodasi lansia
yang mengalami kesulitan dalam mobilisasi berupa kendaraan.
4) Pembinaan kelompok lansia MaSa INDAH sebanyak 19 lansia depresi.
Pembinaan kelompok lansia dilaksanakan di beberapa tempat agar lansia
tidak merasa jenuh dan merasa nyaman dalam kondisi dan suasana yang
berbeda-beda. Bimbingan serta pengalaman belajar bagi kelompok lansia
yaitu dengan belajar dalam mengidentifikasi masalah depresi melalui KTD
(Kartu Tilik Diri) yang menggambarkan perasaan hatinya setiap hari dan
mengingatkan untuk melakukan intervensi MaSa INDAH dalam
kehidupannya sehari-hari. Selain itu diajarkan pula strategi koping untuk
mengatasi masalah depresi yaitu melalui kegiatan pendidikan kesehatan
tentang depresi lansia, strategi berkomunikasi yang baik, manajemen stres
dan meningkatkan harga diri. Lama kegiatan untuk masing-masing pertemuan
adalah selama 45-60 menit.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


122

Kegiatan sebanyak 8 kali pertemuan yang terdiri dari:


a) Pertemuan ke-1: Pembentukan kelompok lansia sebanyak 9 lansia di RW
11 dan sebanyak 10 lansia di RW 05, dilanjutkan dengan pendidikan
tentang perawatan untuk masalah kesehatan fisik lansia.
b) Pertemuan ke-2: Pendidikan kesehatan tentang depresi pada lansia.
c) Pertemuan ke-3: Pendidikan kesehatan tentang intervensi MaSa INDAH
untuk mengatasi depresi pada lansia.
d) Pertemuan ke-4: Pendidikan kesehatan tentang mengenal cara
berkomunikasi yang baik.
e) Pertemuan ke-5: Topik tentang bercerita dan curahan hati lansia
f) Pertemuan ke-6: Pendidikan kesehatan tentang manajemen stres dengan
relaksasi nafas dalam dan musik
g) Pertemuan ke-7: Pendidikan kesehatan tentang harga diri rendah dan cara
meningkatkannya
h) Pertemuan ke-8: atraksi kebolehan lansia.

5) Penilaian/evaluasi pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkat depresi


kelompok lansia sebaya MaSa INDAH (n=19) menggunakan GDS (Geriatric
Depression Scale) dengan kriteria hasil yaitu risiko depresi atau normal
(skor= 0-4), depresi ringan (skor 5-8), depresi sedang (skor=9-11). Penilaian/
evaluasi kelompok lansia RW 11 tanggal 6 Mei 2014 dan di RW 05 tanggal 9
Mei 2014. Awal pertemuan dan akhir pertemuan kegiatan kelompok lansia
dilakukan pre test dan post test. Tujuan dari pre test dan post test ini adalah
untuk mengukur tingkat pengetahuan setiap pertemuan. Penilaian tidak dapat
dilakukan dengan meggunakan pre dan post secara tertulis bagi lansia, karena
80% lansia tidak bisa baca dan tulis, sehingga penilaian hanya dilakukan
dengan menanyakan kembali tentang materi yang telah diberikan secara lisan.

4.2.5.2 Masalah Keperawatan Komunitas (2)


1) Melakukan pemeriksaan kesehatan fisik dan psikologis lansia pada kegiatan
posbindu melalui deteksi dini depresi dan mencatat dalam perkembangan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


123

kesehatan lansia di KMS lansia. Pemeriksaan kesehatan lansia dilakukan


dengan pemeriksaan fisik berupa: tekanan darah; berat badan dan tinggi
badan; IMT (Indeks Massa Tubuh); tingkat ketergantungan lansia; dan
pemeriksaan psikologis berupa status mental emosional lansia. Kegiatan
posbindu di RW 11 dilaksanakan tanggal 10 setiap bulannya dan di RW 05
dilaksanakan tanggal 18 setiap bulannya.
2) Melakukan bimbingan dan pembinaan kelompok lansia untuk mendapatkan
pengalaman belajar melalui pendidikan kesehatan tentang proses penuaan
yang menyebabkan adanya masalah kesehatan fisik maupun psikologis lansia
pada pertemuan pertama pembentukan kelompok di RW 11 (dilaksanakan
tanggal 03 Desember 2013 sebanyak 9 orang); sedangkan di RW 05
(dilaksanakan tanggal 14 Januari 2014 sebanyak 10 orang).
3) Menggunakan kelompok lansia untuk saling memberikan dukungan emosi
dan informasi mengenai kesehatan lansia kepada anggota kelompoknya, serta
dengan menggalakan program MaSa INDAH dalam setiap kegiatan lansia di
posbindu dan di kegiatan masyarakat yaitu dengan sosialisasi kegiatan lansia
di posbindu maupun dalam kelompok lansia

4.2.6 Hasil Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


4.2.6.1 Hasil Evaluasi Masalah Keperawatan Komunitas (1)
a. Hasil evaluasi
1) Terbentuknya kelompok lansia sebaya MaSa INDAH yang mengalami
depresi di RW 11 dan RW 05 (n=19)
2) Diperoleh dukungan kegiatan kelompok lansia sebaya MaSa INDAH dari
pihak puskesmas dan kelurahan melalui kehadiran tenaga kesehatan dan
aparat Kelurahan dalam mengikuti kegiatan pembinaan kelompok lansia
sebaya.
3) Disepakatinya rencana kegiatan kelompok lansia sebaya dengan delapan
kali kegiatan oleh 19 lansia yang menjadi anggota kelompok lansia sebaya
MaSa INDAH.
4) Adanya keterlibatan kader yang termasuk dalam kelompok pendukung
untuk melakukan pendidikan kesehatan bagi kelompok lansia sebaya

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


124

MaSa INDAH yaitu dengan topik komunikasi yang baik kepada lansia,
topik manajemen stres dengan nafas dalam dan musik kepada lansia, topik
harga diri rendah dalam kelompok lansia sebaya.
5) Partisipasi aktif lansia dari awal hingga akhir untuk delapan kali kegiatan.
Anggota kelompok terlihat saling berinteraksi satu sama lain dalam
kegiatan kelompok.
6) Peningkatan pengetahuan kesehatan anggota kelompok lansia (n=19)
setelah mendapatkan intervensi MaSa INDAH yang dijabarkan dalam
tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi lansia depresi setelah mendapatkan intervensi MaSa
INDAH berdasarkan skore pengetahuan tentang perawatan kesehatan
lansia dengan depresi di Kelurahan Curug tahun 2013 (n=19)
Skore Frekuensi (n) Persentase
20 1 5,26
21 3 15,79
23 3 15,79
24 1 5,26
25 7 36,84
26 1 5,26
27 1 5,26
28 2 10,53
Total 19 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014.

Berdasarkan tabel 4.6, hasil pengukuran rata-rata skor pengetahuan kelompok


lansia setelah intervensi MaSa INDAH adalah 24,21 dengan standar deviasi 2,32
(n=19).

Tabel 4.7
Distribusi rata-rata skor pengetahuan kelompok lansia sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug
Kota Depok tahun 2014 (n=19)
Variabel Mean SD SE P value
Skor pengetahuan
Sebelum 16,63 3,76 0,86 0,000
Sesudah 24,21 2,32 0,53
Beda pengukuran -7,579 3,437 0,788
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


125

Berdasarkan tabel 4.7, rata-rata skor pengetahuan sebelum intervensi Masa


INDAH adalah 16,63 dengan standar deviasi 3,76 dan pengukuran
susudah intervensi MaSa INDAH didapat rata-rata skor pengetahuan
adalah 24,21 dengan standar deviasi 2,32. Terlihat nilai mean perbedaan
antara pengukuran sebelum dan sesudah adalah 7,579 dengan standar
deviasi 3,43. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,000, maka dapat
disimpulkan ada perbedaaan yang signifikan antara pengetahuan
kelompok lansia sebelum dan sesudah intervensi MaSa INDAH.
Peningkatan pengetahuan sebesar 31,30%.
7) Sikap dalam kategori baik dari anggota kelompok lansia dalam melakukan
intervensi MaSa INDAH sebanyak 100%.
8) Tersebarnya Kartu Tilik Diri (KTD) untuk 19 lansia sebagai evaluasi
kemampuan diri mengatasi depresi.
9) Peningkatan kemampuan dalam memilih dan menggunakan minimal satu
cara pemecahan masalah depresi secara tepat dan efektif.

Tabel 4.8
Distribusi Perubahan Kemampuan Lansia dalam Memilih Cara
untuk Mengatasi Depresi Pre dan Post intervensi MaSa INDAH
di Kelurahan Curug, Cimanggis Kota Depok, 2014
(n=19)
No Intervensi Pre Post Peningkatan
1 Ikut kegiatan 15 (78,9%) 17 (89,47%) 11,7 %
2 Nerima Kondisi 12 (63,16%) 18 (94,74%) 33,3%
3 Doa 16 (84,21%) 19 (100%) 15,78%
4 Diskusi 9 (47,37%) 15 (78,95%) 40 %
5 Atasi stress 12 (63,16%) 15 (78,95%) 20 %
6 Harga diri positif 8 (42,11%) 17 (89,47%) 52,9%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014

Berdasarkan tabel 4.8, intervensi lansia MaSa INDAH yang banyak dipilih
dan dilakukan dengan baik oleh anggota kelompok lansia adalah intervensi
meningkatkan harga diri positif yaitu dengan peningkatan sebesar 52,9%.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


126

10) Perubahan skor depresi pada kelompok lansia berdasarkan hasil sebelum
dan sesudah dilakukannya intervensi MaSa INDAH digambarkan pada
tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Distribusi rata-rata skor depresi kelompok lansia sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi MaSa INDAH di Kelurahan Curug Kota Depok
tahun 2014 (n=19)
Variabel Mean SD SE P value
Skor depresi
Sebelum 6,00 2,560 0,587 0,000
Sesudah 4,11 2,183 0,501
Beda pengukuran 1,895 1,197 0,275
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014

11) Hasil dibuktikan dengan uji paired t test dengan rata-rata skor depresi
sebelum intervensi sebesar 6,00 dan 4,11 sesudah intervensi, didapatkan nilai
p value 1 tailed sebesar 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p value < α), yang
berarti bahwa terdapat penurunan tingkat depresi yang signifikan setelah
dilakukannya intervensi MaSa INDAH bagi lansia depresi. Penurunan skor
depresi sebelum dan sesidah intervensi MaSa INDAH sebesar 31,58%.
Berdasarkan skor depresi, maka dapat disimpulkan kategori perubahan
tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah intervensi MaSa INDAH yang
dijabarkan pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10
Distribusi Perubahan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah
Intervensi
MaSa INDAH di Kelurahan Curug, Cimanggis
Kota Depok, 2014 (n=19)
Tingkat Depresi
No Jumlah
Pre Post
1 Normal/Risiko (NR) Normal/Risiko (NR) 6
2 Ringan (R) Normal/Risiko (NR) 6
3 Ringan (R) Ringan (R) 2
4 Sedang (S) Ringan (R) 5
Sumber : Survey Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


127

Tabel 4.10 menunjukkan tingkat depresi lansia yang mendapatkan intervensi


MaSa INDAH mengalami penurunan tingkat depresi yaitu dari 5 lansia (sedang
ke rendah), 2 lansia masih dalam tingkat depresi ringan, 6 lansia (ringan ke
normal/risiko) dan 6 lansia masih berada pada tingkat normal/risiko dengan
penilaian kategori tingkat depresi berdasarkan skor depresi yaitu normal/risiko
depresi (skor 0-4), depresi ringan (skor 5-8) dan depresi sedang (skor 9-10).

b. Hambatan
Kondisi kesehatan lansia yang sering sakit, dan beberapa lansia juga mengikuti
kegiatan lain di masyarakat, sehingga ada lansia yang tidak bisa mengikuti
kegiatan sepenuhnya. Pelaksanaan intervensi MaSa INDAH dilakukan pada
lansia depresi dengan menggunakan Kartu Tilik Diri (KTD) mengalami
kendala, karena ada lansia yang lupa untuk mengisi kartu setiap hari, sehingga
kolom pada kartu tidak terisi penuh. Selain itu, penilaian tingkat depresi
memerlukan waktu yang lama karena mahasiswa membacakan kuesioner
penilaian depresi (GDS) kepada setiap lansia secara perlahan-lahan karena
hampir 80% lansia tidak bisa membaca dan menulis. Pernyataan dari lansia
merupakan informasi yang tidak mudah didapatkan, karena lansia akan
memberikan informasi jika sudah percaya kepada mahasiswa.

c. Rencana Tindak Lanjut :


1) Kesepakatan pengaturan jadwal kegiatan didiskusikan bersama dalam
kelompok dan dengan pemberian undangan tertulis kepada lansia;
2) Motivasi keluarga dalam memberikan dukungan agar lansia dapat menilai
diri sendiri terhadap perasaannya melalui pengisian Kartu Tilik Diri (KTD);
3) Sosialisasi pentingnya kegiatan kelompok swabantu bagi kesehatan lansia
dan sosialiasasi hasil perubahan kondisi emosional lansia yang lebih baik
setelah mengikuti kegiatan intervensi MaSa INDAH untuk mendapatkan
dukungan dari semua pihak;
4) Modifikasi dan variasi teknik pengkajian depresi pada lansia di lokasi dan
tempat yang disepakati bersama lansia agar mendapatkan hasil pengkajian
depresi yang akurat.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


128

4.2.6.2 Hasil Evaluasi Masalah Keperawatan Komunitas (2)


a. Evaluasi hasil
1) Peningkatan pengetahuan kelompok lansia tentang perubahan kesehatan
lansia akibat proses penuaan sebesar 25 %.
2) Anggota kelompok lansia diperiksa status kesehatannya secara fisik maupun
mental emosional dalam kegiatan posbindu sebanyak 19 lansia (100%).
3) Terjadi peningkatan status kesehatan lansia. Semua anggota kelompok
lansia (100%) tidak memiliki gangguan mental emosional, dengan tekanan
darah dalam batas normal (nilai sistole antara 130-150 mmHg dan nilai
diastole antara 70-90 mmHg).
4) Peningkatan kemampuan lansia dalam melakukan perawatan diri sesuai
dengan masalah kesehatan yang dialaminya. 10 lansia depresi yang
mengalami hipertensi mampu menerapkan diit hipertensi, manajemen stres
yang baik; 3 lansia dengan DM mampu menerapkan diet DM dan senam
kaki dengan baik; 2 lansia dengan katarak dan 4 lansia dengan osteostritis
mampu melakukan perawatan diri yang baik.

b. Hambatan
Lansia yang mengalami keterbatasan aktifitas dan pergerakan, memerlukan
perhatian khusus untuk melatih dan mengajarkan agar bisa percaya diri dalam
perawatan kesehatan mandiri dan menggunakan sarana pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat, karena keterbatasan aktifitas lansia menurunkan
motivasi lansia untuk melakukan kegiatan di luar rumah.

c. Rencana Tindak Lanjut


1) Tenaga kesehatan meneruskan pembinaan kesehatan lansia MaSa INDAH
secara lebih optimal untuk mengurangi risiko meningkatnya depresi
terutama pada lansia.
2) Tenaga kesehatan memberikan dukungan yang adekuat bagi aggregate
lansia dan keluarga serta masyarakat disekitarnya dengan memberikan
motivasi dalam pelaksanaan MaSa INDAH dalam keluarga melalui
kunjungan rumah pada kegiatan perkesmas.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


129

3) Pemberi pelayanan kesehatan memodifikasi metode penyuluhan kesehatan


yang akan diberikan kapada aggregate lansia disesuaikan dengan kondisi
atau kemampuan lansia dalam menerima informasi, misalnya dengan
menggunakan alat pengeras suara, menggunakan media audiovisual yang
menarik serta dengan konsep bermain peran sambil belajar.

4.3 Asuhan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Curug dilakukan
pada 10 keluarga lansia dengan depresi. Pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga pada lima keluarga dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai
dengan bulan Januari 2014. Selanjutnya, tahap kedua pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga pada lima keluarga dilaksanakan mulai bulan Februari
sampai dengan Mei 2014. Pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang
digunakan yaitu dengan model Family Centered Nursing mulai dari pengkajian
hingga evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan keluarga menggunakan proses
keperawatan dengan melibatkan semua elemen yang ada dalam keluarga untuk
berinteraksi agar dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada lansia yang
mengalami depresi.

Berikut ini diuraikan ringkasan asuhan keperawatan keluarga Bapak S yang


dilihat sebagai keluarga yang sangat berhasil dilakukan intervensi keperawatan
keluarga binaan dalam waktu 4 bulan.

4.3.1 Analisa Situasi


Hasil pengkajian pada keluarga bapak S (63 tahun) terutama nenek N yang
ditemukan adalah dengan beberapa masalah kesehatan salah satunya adalah risiko
depresi disertai dengan penyakit hipertensi. Nenek N (85 tahun) adalah salah satu
anggota keluarga bapak S yang tinggal di kelurahan Curug. Anggota keluarga
bapak S yang lain adalah ibu U (60 tahun) adalah istrinya dan Sdr. Sm (23 tahun)
adalah anak laki-laki bapak S.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


130

Berdasarkan hasil pengkajiian yang dilakukan perawat, ada 4 masalah


keperawatan yang terjadi pada keluarga bpk S yaitu :
1). Keputusasaan pada nenek N, hal ini ditunjukkan pada kondisi nenek N yang
terlihat pasif, menangis saaat bercerita tentang kehidupannya. Ia mengalami
sesuatu yang menyedihkan dan mengecewakan di masa lalu dengan anak-
anaknya yang selama ini kurang memperhatikan dan mempedulikan di masa
tuanya. Setiap hari duduk di kursi di depan rumah, terlihat lemah dan tidak ada
inisiatif untuk berbagai aktifitas, kontak mata kurang saat berkomunikasi, hasil
penilaian depresi pada tingkat sedang (GDS=9 ).

Masalah keperawatan tentang keputusasaan pada nenek N sudah mulai


diselesaikan dengan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk
masalah keputusasaan yang merupakan manifestasi dari depresi, sehingga
keluarga mengetahui dan mengenal masalah yang terjadi pada nenek N. Keluarga
bapak S juga mulai mampu merawat nenek N dengan membantu beberapa
aktifitas yang diperlukannya. Pengaturan lingkungan yang kondusif, aman dan
nyaman bagi keluarga berinteraksi dan berdiskusi dengan anggota keluarga
terutama dengan nenek N. Namun keluarga masih belum merasakan perlu untuk
menggunakan sarana pelayanan kesehatan bagi kesehatan, karena untuk nenek N
belum bisa jalan sendiri ke posbindu/ puskesmas sedangkan anggota keluarga
yang lain sibuk dengan pekerjaannya.

2) Komunikasi keluarga disfungsional, hal ini ditunjukkan pada komunikasi


dalam keluarga Bpk S tidak terlalu sering dilakukan, dimana keluarga berusaha
menunggu nenek N untuk bercerita atau berbicara tentang masalahnya. Nenek N
terlihat setiap hari duduk di kursi di depan rumah, sendirian. Tidak ada inisiatif
untuk berbagai aktifitas, kontak mata kurang saat berkomunikasi, ada terlihat pola
komunikasi yang kurang baik yaitu ada rasa kecurigaan antara anggota keluarga;
Kekecewaan nenek N diekspresikannya dengan perilaku kemarahan dan
kecurigaan pada anaknya (Ibu U) yang selama ini merawat dan mendampinginya.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


131

Masalah komunikasi dalam keluarga Bpk S saat ini diawali dengan peristiwa
hilangnya uang nenek N sebesar 1 juta lebih beberapa bulan yang lalu dan nenek
N mengatakan kalau uang itu diambil (dicuri) oleh ibu U di lemarinya dan tanpa
seijinnya. Sedangkan Ibu U mengatakan kalau ia sendiri tidak tahu kalau ibunya
itu ada memiliki uang sebanyak itu, namun hingga saat ini ia masih tetap dianggap
sebagai orang yang mengambil uang tersebut. Ekspresikan kemarahan nenek N
terlihat dengan tidak menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu U.
Menurut Ibu U, ibunya kadang marah-marah sendiri dan mengeluarkan kalimat
sumpah kepadanya dan anggota keluarga yang lain. Hal itu membuat suami dan
anaknya marah dan merasa kecewa terhadap nenek N, sehingga sampai saat ini
suami dan anaknya pun jarang untuk berbicara dengan ibunya.

Nenek N memiliki penilaian yang kurang baik pula dengan bpk S dan Sdr. Sm
dengan ungkapannya bahwa selama ini bpk S dan Sdr. Sm itu bicaranya kasar dan
judes serta tidak memperdulikannya. Hingga saat ini nenek N jarang
berkomunikasi dengan ibu U, Bpk S maupun Sdr Sm, sehingga aktifitas nenek N
lebih banyak sendirian duduk di depan rumah, terlihat pasif, lemah dan tidak ada
inisiatif untuk melakukan aktifitas di rumah. Adanya masalah komunikasi yang
jelas terlihat pada keluarga bpk S adalah saat ibu U dan nenek N berbicara, terlihat
salah satu sari mereka saling mencibir, demikian pula saat ibu U berbicara tentang
keluarganya dan nenek N, maka sikap nenek N terlihat tidak menerima dan
mencibir.

Keluarga menyadari adanya suatu masalah komunikasi yang terjadi dalam


keluarga namun keluarga tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, sehingga
keluarga hanya membiarkan masalah terjadi dan menganggap hal tersebut dapat
selesai dengan sendirinya. Keluarga tidak mampu untuk mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah tersebut, namun tetap bersikap seperlunya saja dengan
nenek N. Keluarga tidak berupaya menggunakan fasilitas kesehatan untuk
mengatasi masalah karena menganggap hal tersebut adalah masalah pribadi
keluarga.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


132

Masalah keperawatan tentang komunikasi keluarga disfungsional sudah mulai


mau diselesaikan dengan diawali memberikan pengertian kepada keluarga tentang
pentingnya komunikasi dalam keluarga untuk hal tersebut pada pertemuan
selanjutnya yaitu pada hari ini, perawat akan mengenalkan bagaimana mengenal
dan mengidentifikasi masalah komunikasi pada keluarga sehingga keluarga
mampu untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah komunikasi
disfungsional keluarga tersebut.

3) Distress spiritual pada nenek N. Hal ini ditunjukkan pada Nenek N tidak
mampu menunjukkan kemampuannya dalam melakukan aktifitas atau kegiatan
keagamaan seperti sholat dan merasa tidak mau dan tidak mampu untuk
melakukan karena merasa sudah bebal atau tidak bisa lagi. Tidak ada inisiatif
untuk berbagai aktifitas, kontak mata kurang saat berkomunikasi.

Masalah keperawatan distress spiritual pada nenek N sudah mulai diselesaikan.


Intervensi diawali dengan melakukan kontrak bersama nenek N untuk melakukan
proses belajar tentang sholat yang akan dilakukan oleh perawat serta memberikan
motivasi belajarnya.

4) Regimen terapeutik hipertensi tidak efektif pada nenek N yang ditunjukkan


pada kondisi hipertensi (TD: 170/80 mmHg, N: 84 x/menit), terlihat kurang sehat,
terlihat lemah dan tidak ada inisiatif untuk berbagai aktifitas. Nenek N tidak
pernah minum obat dan tidak pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah kesehatannya. Lingkungan tempat tinggal bising.
Keluarga bpk S. dengan tingkat kemandirian keluarga I yaitu menerima pertugas
kesehatan namun tidak pernah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan sesuai
anjuran.

4.3.2 Masalah Keperawatan Keluarga Lansia dengan Depresi


Hasil pengkajiaan dianalisis menggunakan pendekatan web of causation (WOC)
dapat dirumuskan diagnosis keperawatan keluarga sesuai dengan hasil identifikasi
data. WOC keluarga bapak S tergambar pada skeme berikut :

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


133

Gambar 4.3
WOC (Web of Causation)
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia dengan Depresi

Risiko bunuh diri

Keputusasaan

Regimen therapeutik
tidak efektif Depresi pada lansia Distress spiritual

Dukungan keluarga tidak risiko kekurangan


optimal nutrisi

Komunikasi disfungsional
dalam keluarga

Pemenuhan
Ketidakmampuan keluarga kebutuhan
dalam berfokus pada masalah ekonomi rendah
kesehatan lansia

Sumber : Friedman, Bowden & Jones, 2010; Miller,2012; Landefeld et al, 2004;
Ham et al, 2008, Maglaya et al, 2009; Kemenkes, 2006; Wilkinson, 2011

Masalah Keperawatan pada Keluarga Bpk S. (berdasarkan hasil penapisan


terlampir)
1. Keputusasaan pada nenek N
2. Komunikasi keluarga disfungsional
3. Distress spiritual
4. Regimen therapeutik tidak efektif pada nenek N

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


134

4.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga


4.3.3.1 Masalah 1 : Keputusasaan pada nenek N
a. Tujuan umum :
Setelah intervensi keperawatan selama 4 bulan, masalah keputusasaan pada nenek
N tidak terjadi

b. Tujuan Khusus :
1) Keluarga dapat mengenal masalah keputusasaan pada nenek N
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan
terjadinya akibat lanjut dari keputusasaan nenek N
3) Keluarga dapat menyebutkan cara merawat nenek N yang mengalami
keputusasaan
4) Keluarga dapat memberikan dorongan, semangat dan energi bagi nenek N
untuk mempertahankan aktifitas kehidupan sehari-hari dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
5) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif bagi keamanan
personal untuk mencegah keputusasaan pada nenek N
6) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
mencegah keputusasaan pada nenek N
7) Penurunan Tingkat depresi pada nenek N

c. Rencana tindakan :
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang keputusasaan akibat depresi, faktor
risiko keputusasaan, tanda dan gejala depresi, akibat lanjut jika kondisi
tersebut dibiarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
2) Berikan penguatan positif terhadap perilaku lansia yang menunjukkan
inisiatif, seperti kontak mata, membuka diri, dan perawatan diri.
3) Bimbing keluarga dalam merawat lansia dengan keputusasaan yaitu dengan
cara mendengarkan aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif , cara
meningkatkan harga diri lansia, serta membimbing dan memantau serta
membantu dalam pengisian kartu tilik diri (KTD) lansia yang harus diisi
setiap hari.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


135

4) Konseling dengan menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus


pada kebutuhan lansia untuk meningkatkan koping dan hubungan
interpersonal.
5) Bantu keluarga dalam membantu lansia beradaptasi dengan penilaiannya
terhadap stressor, perubahan serta perannya dalam kehidupan.
6) Dukung partisipasi aktif dalam kegiatan kelompok lansia untuk memberikan
kesempatan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalah.
7) Diskusikan bersama keluarga dalam upaya memodifikasi lingkungan yang
kondusif agar dapat mencegah keputusasaan bagi nenek N dengan penguatan
positif bagi lansia dan memberikan perasaan aman dan nyaman dalam
keluarga
8) Dukung dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan lansia.
9) Penilaian tingkat depresi pada lansia dalam keluarga.

d. Pembenaran :
Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan
atau ketiadaan alternatif atau pilihan yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi untuk kepentingan individu (Wilkinson, 2011).
Pendidikan kesehatan yang dilakukan pada nenek N adalah dalam upaya
preventif dan promotif tentang kesehatan lansia terutama pada lansia dengan
masalah depresi yang mengalami keputusasaan. Pendidikan kesehatan adalah
suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan
penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi bagi masyarakat untuk
berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).

Bimbingan yang dilakukan bagi lansia dan keluarga adalah untuk dapat
melakukan pencegahan dari akibat lanjut kondisi keputusasaan pada nenek N.
Bimbingan yang dilakukan disertai dengan peran perawat dalam memotivasi
lansia dan keluarga untuk dapat melakukan teknik yang diajarkan berupa
melatih kemampuan untuk bisa mendengarkan secara aktif dan
mengungkapkan kemarahan secara adaptif misalnya dengan menyalurkan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


136

hobby atau melakukan aktifitas di rumah serta melakukan kegiatan positif.


Kegiatan-kegiatan positf dapat meningkatkan rasa harga diri dan
kebermaknaan hidup lansia (Kemensos, 2008).

Keputusasaan merupakan hambatan motivasi individu (Korner, 1970 dalam


Maas, 2011). Konseling dilakukan dengan menggunakan proses bantuan
inetraktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan lansia dan
orang terdekatnya untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian
masalah, dan hubungan interpersonal. Berdasarkan hal tersebut, maka
intervensi keperawatan lebih berfokus pada pemberian motivasi internal dan
eksternal bagi lansia.

Kartu tilik diri digunakan sebagai sarana evaluasi diri lansia setiap hari untuk
dapat menilai status emosionalnya setiap hari. Lansia dilatih untuk melakukan
kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari sehingga kemampuan kognitifnyapun
diasah kembali. Pemanfaatan sarana kesehatan dapat menunjang kondisi
kesehatan bagi lansia. selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tambag (2013) meunjukkan bahwa pemberian asuhan keperawatan
dengan psikoedukasi pada keluarga melalui kunjungan rumah berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Kegiatan kunjungan rumah dengan melakukan
pendidikan kesehatan tentang perilaku gaya hidup sehat yaitu manajemen stres,
dukungan interpersonal, latihan aktifitas fisik, nutrisi.

4.3.3.2 Masalah 2 : Komunikasi keluarga disfungsional


a. Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama 4 bulan, keluarga mampu berkomunikasi
secara baik dan efektif.

b. Tujuan Khusus
1) Keluarga dapat mengenal masalah komunikasi yang terjadi dalam keluarga
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan
terjadinya akibat lanjut dari masalah komunikasi

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


137

3) Keluarga dapat menyebutkan cara merawat anggota keluarga agar tidak


mengalami masalah komunikasi di rumah
4) Keluarga mampu menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang baik saat
berkomunikasi dengan lansia
5) Keluarga mampu bersikap dengan respon yang baik terhadap pesan atau
informasi yang disampaikan oleh lansia
6) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif untuk mencegah
masalah komunikasi
7) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mencegah
masalah komunikasi.

c. Rencana tindakan :
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang komunikasi yang efektif, penyebab
masalah komunikasi dalam keluarga, akibat lanjut jika masalah komunikasi
tersebut dibiarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
2) Tunjukkan minat untuk berkomunikasi dengan keluarga dan lansia
3) Ajarkan keluarga dalam mendorong dan motivasi lansia untuk
mengungkapkan ide, perasaan, keinginan
4) Bimbing dan ajarkan keluarga mempraktikkan cara berkomunikasi yang baik
dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan cara mendengarkan
aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif. Terapi interpersonal
dilakukan pada nenek N untuk memaksimalkan tujuan intervensi keperawatan
khususnya untuk masalah komunikasi.
5) Bimbing dan ajarkan keluarga dalam latihan asertif dalam meningkatkan
komunikasi dan kaji hambatan dalam sikap asertif.
6) Diskusikan bersama seluruh anggota keluarga dalam upaya memodifikasi
lingkungan yang kondusif, agar dapat mencegah masalah komunikasi dalam
keluarga dengan cara memperbanyak frekuensi diskusi dalam keluarga yang
melibatkan seluruh anggota keluarga di dalam rumah.
7) Dukung dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan lansia yang didasarkan atas kesepakatan bersama yang
telah dibicarakan dalam keluarga sebelumnya.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


138

8) Berikan pujian bagi keluarga maupun lansia untuk keberhasilan


berkomunikasi yang lebih baik.

d. Pembenaran :
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan
preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi
bagi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Bimbingan yang dilakukan bagi lansia dan keluarga adalah agar untuk dapat
keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat sehingga tidak terjadinaya
akibat lanjut dari masalah komunikasi maladaptif dalam keluarga. Keterbukaan
dan sikap kekeluargaan dapat diciptakan dengan komunikasi yang dilakukan
secara rutin dalam keluarga. Sehingga dengan demikian, masalah yang ada
pada anggota keluarga dapat teridentifikasi dan dicarikan solusi bersama-sama.
Terapi interpersonal adalah salah satu strategi penanganan masalah depresi dan
disarankan untuk digunakan oleh tenaga kesehatan di level kesehatan dasar
(Valdivia, 2004). Fokus solusi dalam terapi ini adalah memperbaiki hubungan
interpersonal lansia dengan depresi dengan asumsi bahwa depresi dapat
dipulihkan dengan meningkatkan pola komunikasi dan cara berhubungan
dengan orang lain.

Latihan asertif dalam keluarga juga membantu dalam mengungkapkan secara


efektif baik perasaan, kebutuhan dan ide-ide dengan tetap menghargai hak-hak
orang lain (Wilkinson, 2011). Hal ini sangat diperlukan dalam keluarga untuk
mengatasi masalah komunikasi yaitu dengan memperhatikan cara
berkomunikasi secara verbal maupun non verbal tanpa menyakiti hati orang
lain dan tetap menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui
interaksi yang terus menerus dan berkesinambungan. Komunikasi non verbal
dapat dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan harga diri lansia dengan
memberikan sentuhan yang sesuai dan dapat diterima lansia saat
berkomunikasi (Wilkinson, 2011).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


139

4.3.5 Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


4.3.5.1 Masalah keperawatan Keluarga (1)
Pendidikan kesehatan tentang keputusasaan akibat depresi, faktor risiko
keputusasaan, tanda dan gejala depresi, akibat lanjut jika kondisi tersebut
dibiarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dilakukan dengan
melakukan kunjungan rumah bersama salah satu kader posbindu. Keluarga
dilibatkan dalam merawat lansia dengan keputusasaan yaitu dengan cara
mendengarkan aktif tentang keluhan atau hal-hal yang ingin dibicarakan lansia,
selain itu lansia dan keluarga dibimbing untuk dapat cara mengelola kemarahan
secara adaptif dengan cara menyampaikan secara asertif (tidak menyakiti hati
orang lain), atau pengalihan pada kegiatan-kegiatan yang positif. Membantu
lansia dalam aktifitas sehari-hari jika diperlukan, dan memberikan sentuhan saat
bersama lansia. selian itu juga meningkatkan harga diri lansia dengan mengkaji
kemampuan yang dimilikinya dan memberikan dukungan positif agar lansia bisa
lebih bersemangat. Keluarga dibimbing untuk dapat membantu dan mengingatkan
lansia dalam pengisian kartu tilik diri (KTD) lansia yang harus diisi setiap hari.
Keluarga dan lansia juga dimotivasi dalam penggunaan sarana kesehatan yang ada
di masyarakat misalnya penggunaan puskesmas atau mengikuti kegiatan posyandu
yang dilakukan setiap bulannya. Semua intervensi keperawatan pada keluarga
binaan dilakukan dengan kunjungan rumah. Kunjungan rumah dilakukan
sebanyak 2 kali kunjungan setiap minggu (minggu 1-4), selanjutnya 1 kali
kunjungan setiap minggu (minggu 5-10) dan 1 kali kunjungan setiap 2 minggu
sekali pada minggu berikutnya.

4.3.5.2 Masalah keperawatan Keluarga (2)


Pendidikan kesehatan tentang komunikasi yang efektif, penyebab masalah
komunikasi dalam keluarga, akibat lanjut jika masalah komunikasi maladaptif
dalam keluarga tersebut dibiarkan terus terjadi. Materi disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana. Namun sebelumnya, keluarga terlebih
dahulu dikenalkan jenis komunikasi maladaptif dengan menggunakan teknik
drama. Drama yang diperankan oleh 2 mahasiswa menggambarkan tentang
kondisi komunikasi keluarga bpk S yang sebenarnya terjadi. Dengan mengenal

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


140

adanya masalah, maka diharapkan keluarga menyadari betapa pentingnya


komunikasi yang efektif dalam keluarga.

Keluarga juga dibimbing dan diajarkan untuk mempraktikkan kembali cara


berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan
cara mendengarkan aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif. Terapi
interpersonal yang dilakukan pada nenek N dilakukan melalui kunjungan rumah
untuk membantu nenek N berinteraksi dan berkomunikasi lebih efektif dengan
anggota keluarga yang lain. Keluarga diajak untuk berdiskusi agar tetap
mengupayakan pembenahan dan mempertahankan suasana lingkungan rumah
yang kondusif, agar dapat mencegah masalah komunikasi dalam keluarga dengan
cara memperbanyak frekuensi diskusi dalam keluarga yang melibatkan seluruh
anggota keluarga di dalam rumah. Keluarga juga dimotivasi untuk menggunakan
sarana pelayanan kesehatan yang tersedia untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan lansia. keputusan tersebut dilakukan atas atas dasar kesepakatan
bersama yang telah dibicarakan dalam keluarga sebelumnya.

4.3.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


4.3.5.1 Masalah Keperawatan Keluarga (1)
a. Evaluasi Hasil
1) Pengetahuan keluarga meningkat tentang masalah keputusasaan lansia akibat
depresi yaitu ditunjukkan dengan keluarga dapat menjawab dengan baik 8 dari 10
pertanyaan yang setelah diberikan pendidikan kesehatan; 2) Sikap keluarga
semakin meningkat (Kategori baik, skor: >60 ) dengan mengatakan mau
memperhatikan dan merawat lansia dengan baik yaitu melakukan diskusi setiap
hari bersama lansia walaupun hanya sebentar, mengajak dan mengantarkan lansia
untuk mengunjungi posbindu di balai RW; 3) tingkat depresi nenek N menurun
dari tingkat depresi sedang (GDS=9) ke tingkat depresi ringan (GDS = 6).

b. Rencana tindak lanjut


1) motivasi lansia dan keluarga dalam mencegah depresi dan kondisi
keputusasaan dengan saling memberikan semangat dalam semua kegiatan satu

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


141

sama lain untuk mencapai kesehatan; 2) motivasi lansia dan keluarga untuk tetap
melakukan evaluasi diri setiap hari untuk melihat status kesehatan mental agar
bisa hidup lebih baik lagi; 3) motivasi keluarga dalam membantu lansia untuk
melakukan aktifitasnya sehari-hari jika diperlukan dan tetap mempertahankan
kondisi yang mendukung kesehatan mental lansia dengan mengikutsertakan lansia
dalam kegiatan kelompok lansia di komunitas.

4.3.5.2 Masalah Keperawatan Keluarga (2)


a. Evaluasi Hasil
1) Pengetahuan keluarga meningkat tentang teknik komunikasi yang efektif bagi
setiap anggota keluarga (dapat menjawab 7 dari 10 pertanyaan setelah diberikan
pendidikan kesehatan); 2) Sikap keluarga semakin meningkat (Kategori baik,
skor > 60) dengan mengatakan kalau masalah komunikasi ini sangat penting
untuk diatasi sehingga berharap ke depan, komunikasi keluarganya semakin baik
yang terlihat dengan adanya komunikasi dua arah antara lansia dengan anggota
keluarga. Keluarga bapak S merasa senang dan terlihat Ibu U berbincang dengan
nenek N dan memperlihatkan kontak mata dan bahasa yang sederhana sehingga
mudah dimengerti oleh nenek N. ibu S terlihat berbicara dengan sopan sambil
sekali-sekali membelai rambut ibunya (nenek N). Ibu U juga mengantarkan nenek
N untuk mengunjungi posbindu dan kegiatan kelompok lansia depresi di balai
RW; 3) tingkat ketergantungan keluarga meningkat menjadi III.

b. Rencana tindak lanjut


1) Tetap motivasi lansia dan keluarga untuk tetap melakukan upaya pencegahan
terhadap masalah komunikasi di dalam keluarga; 2) motivasi lansia dan keluarga
untuk memberikan contoh yang baik bagi keluarga lansia disekitarnya agar dapat
melakukan komunikasi yang efektif dalam keluarga terutama dengan lansia.

4.3.5.3 Hasil Asuhan Keperawatan Keluarga Binaan


a. Evaluasi Hasil
Asuhan keperawatan keluarga terhadap 10 keluarga dengan masalah depresi pada
lansia ditemukan masalah koping keluarga tidak efektif, regimen therapeutik tidak

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


142

efektif, ketidakefektifan manajemen kesehatan diri, hambatan interaksi sosial,


proses berduka, risiko ketidakberdayaan, risiko ketidakefektifan penampilan peran
dan harga diri rendah.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan antara lain : 1) pendidikan kesehatan


tentang depresi dan cara pencegahannya, cara pencapaian kesehatan sesuai dengan
masalah kesehatan lansia misalnya dengan hipertensi, nyeri kaki dan kebutaan; 2)
membimbing dan mengajarkan lansia keluarga mempraktikkan cara
berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan
cara mendengarkan aktif, cara mengelola kemarahan secara adaptif, terapi
interpersonal untuk memaksimalkan tujuan intervensi keperawatan khususnya
untuk masalah komunikasi, mengajarjan keluarga cara untuk meningkatkan harga
diri lansia, peran keluarga dalam proses berduka pada lansia, peran keluarga
dalam memberikan dukungan bagi lansia yang berisiko depresi; 3) mendiskusikan
bersama keluarga dalam upaya memodifikasi lingkungan yang kondusif untuk
mengatasi masalah lansia serta melibatkan seluruh anggota keluarga di dalam
memberikan dukungan bagi perawatan kesehatan lansia di rumah; 4) memberikan
dukungan dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan lansia yang didasarkan atas kesepakatan bersama yang telah
dibicarakan dalam keluarga sebelumnya.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga


binaan meggambarkan perilaku keluarga melakukan upaya pecegahan dan
perawatan secara aktif dalam mengatasi masalah depresi pada lansia dengan
intervensi MaSa INDAH dalam keluarga. Pengetahuan dari 10 keluarga yang
dibina meningkat sebesar 39,4%; sikap keluarga semakin meningkat menjadi
kategori baik sebesar 60% dan keterampilan yang dapat dilakukan oleh keluarga
adalah melakukan komunikasi efektif, meningkatkan harga diri lansia, memotivasi
lansia dalam beraktivitas dalam kegiatan rumah dan masyarakat. Peningkatan
perilaku kesehatan keluarga seiring dengan peningkatan kemandirian keluarga
pada keluarga binaan sebesar 55,88% dalam mengatasi masalah depresi pada
lansia sehingga terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia. Hal tersebut

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


143

menunjukkan keterlibatan atau dukungan keluarga dalam intervensi MaSa


INDAH sangat besar dan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pada
lansia depresi. Gambaran peningkatan kemandirian keluarga dapat dipaparkan
pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11
Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan depresi sebelum dan sesudah
pembinaan keluarga dengan intervensi MaSa INDAH
di kelurahan Curug, Cimanggis, Kota Depok Juni 2014 (n=10)
Tingkat Kemandirian Keluarga
No Sebelum Pembinaan Sesudah Pembinaan
Keluarga Keluarga
1 I IV
2 II IV
3 I III
4 I III
5 II III
6 I IV
7 I III
8 II IV
9 II III
10 II III

b. Hambatan
Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
depresi adalah sebagian besar anggota keluarga lansia memiliki kegiatan/
bekerja di luar rumah saat dilaksanakannya kunjungan rumah, anggota
keluarga lansia juga ada yang tidak bisa dihubungi untuk berkomunikasi
dengan lansia, sehingga selama pelaksanaan intervensi, mahasiswa melibatkan
anggota keluarga yang bisa hadir misalnya cucu dan keponakan yang
diundang datang berkunjung ke rumah lansia pada hari-hari tertentu. Selama
intervensi, tetangga dekat lansia juga dilibatkan untuk terlibat dalam
kunjungan ke rumah lansia, sehingga lansia juga merasa terhibur dengan
kehadiran orang lain di sekitarnya. Selain itu, faktor ekonomi menjadi salah
satu masalah utama bagi lansia depresi, karena ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


144

c. Rencana tindak lanjut


1) Pihak RW memfasilitasi dana bantuan bagi lansia yang tidak mampu dalam
bidang ekonomi misalnya dengan pemberdayaan masyarakat dalam
menggalakkan dana sehat di tingkat RW.
2) Memberdayaakan anggota keluarga yang lain untuk bisa membantu dalam
memfasilitasi perawatan kesehatan lansia dengan melakukan kunjungan
rumah dan mendukung dalam kegiatan MaSa INDAH bagi lansia depresi
3) Kunjungan rumah bagi keluarga lansia depresi oleh tenaga kesehatan dalam
upaya perkesmas.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


145

BAB 5
PEMBAHASAN

Bagian pembahasan menguraikan analisis pencapaian dan kesenjangan


pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan kesehatan, asuhan keperawatan
komunitas dan keluarga serta kesenjangan data yang ditemukan selama
melakukan praktik keperawatan komunitas.

5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan


5.1.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Kesehatan
5.1.1.1 Belum optimalnya pengembangan staf (tenaga kesehatan maupun kader
kesehatan) untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan bagi lansia
dengan depresi.

Hasil evaluasi terhadap pengembangan staf (tenaga kesehatan mapun kader


kesehatan) menunjukkan bahwa kegiatan penyegaran kader dan pelatihan bagi
tenaga kesehatan memberikan kontribusi yang baik. Hasil dari penyegaran kader
yaitu dengan hasil peningkatan pengetahuan kader sebesar 25% dan kemampuan
kader dalam melakukan kunjungan rumah lansia dengan depresi. Demikian pula
hasil kegiatan dari pelatihan tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah kerja
Puskesmas Cimanggis sebanyak 10 orang mengalami peningkatan pengetahuan
sebesar 19,28%; peningkatan sikap sebesar 26,45%; peningkatan keterampilan
tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi keperawatan meningkatkan harga
diri sebesar 29,03%; manajemen stres sebesar 9,07%; latihan ROM sebesar
29,5%; senam kaki sebesar 21,99%; pencatatan dan pelaporan status kesehatan
dan status mental emosioonal lansia sebesar 26,6% dan melakukan supervisi
kader dalam melakukan pendataan dan pencatatan status mental emosional lansia
sebesar 15,15%.

Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian
perawat pelaksana disupervisi oleh kepala ruang mengalami peningkatan secara

Universitas Indonesia
145

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


146

bermakna motivasi dari perawat pelaksana (Saefulloh, Keliat, & Haryati, 2009).
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Karten & Baggot dalam Marquis &
Huston (2012) bahwa pelatihan merupakan suatu proses seorang individu
disediakan dengan berbagai interaksi yang baik ditujukan untuk mengembangkan
isu dan menerima umpan balik terhadap kekuatan dan kesempatan untuk terlibat
atau menerima dukungan dan bimbingan selama transisi peran di dalam sebuah
instansi. Kurangnya pelatihan merupakan suatu kelemahan dalam sebuah
manajemen sehingga dapat berdampak pada kinerja staf pegawai kurang
memuaskan (Swanburg, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmah juga
menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan bagi kader kesehatan dapat
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam
kegiatan posbindu di kota Depok.

Menurut analisis penulis bahwa dalam pengembangan staf diperlukan suatu


perencanaan yang matang dan didukung pula dengan sistem pembiayaan yang
tepat. Kondisi saat ini, perawat masih belum memiliki kesempatan besar untuk
mengembangkan diri akibat dari keterikatan dengan institusi tempat ia bekerja.
Hal ini sangat berpengaruh dan berdampak pada kurang optimalnya kinerja staf
pegawai Dinkes Kota Depok untuk meningkatkan status kesehatan bagi lansia
serta membuat petugas puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru dalam
pelayanan terhadap kesehatan lansia.

Kondisi di masyarakat juga mengalami hal yang sama, terutama bagi kader
kesehatan. Kader yang berperan sebagai orang yang mendukung program
kesehatan di masyarakat, memerlukan sistem dan perencanaan dalam
pengembangan dirinya untuk dapat melayani masyarakat terutama lansia dengan
depresi. Kader posbindu yang terdapat di Kelurahan Curug memerlukan suatu
kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam
perannya sebagai kader melalui pelatihan bagi kader. Peningkatan perilaku
kesehatan kader kesehatan akan berkontribusi bagi kader dalam meningkatkan
kemampuan lansia depresi melakukan intervensi MaSa INDAH secara optimal.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


147

5.1.1.2 Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan lansia depresi


belum tersedia

Hasil evaluasi dalam pembentukan wadah bagi masyarakat untuk kesehatan lansia
depresi menunjukkan adanya Intervensi MaSa INDAH yang disosialisasikan bagi
Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Cimanggis maupun masyarakat,
serta terbentuknya kelompok pendukung sebanyak 15 orang sebagai pondasi awal
penentuan kebijakan program kesehatan lansia di masyarakat. Keterlibatan tenaga
kesehatan dalam pembinaan dilakukan oleh bidan selaku pemegang program
lansia dan pembina wilayah Curug. Kelompok Pendukung yang diberikan
pembinaan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan dengan
topik kesehatan lansia sebesar 28,24%; deteksi dini depresi dan cara
pencegahannya sebesar 25%, teknik pendidikan kesehatan sebesar 34,12%,
komunikasi efektif sevebsar 33,9%, manajemen stress sebesar 25%; dan cara
meningkatkan harga diri sebesar 25%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Wilayah Kotamadya


Jakarta Barat menunjukkan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
pengorganisasian terutama adanya sumber daya manusia di dalam sebuah
organisasi termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 50,7% dan juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengorganisasian
terhadap pelaksanaan perkesmas dengan nilai p= 0,024 (Ratnasari, Setyowati, &
Kuntarti, 2012). Teori juga menunjukkan bahwa terbentuknya struktur sebuah
organisasi yang ditempati oleh masing-masing SDM yaitu dengan pembagian
tugas masing-masing setiap SDM yang terdapat di dalam struktur kepengurusan
tersebut (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Hubungan baik formal maupun
informal dalam sebuah organisasi dapat memberikan dampak yang positif atau
mempengaruhi efektifitas dari pekerjaan (Marquis & Huston, 2012).

Menurut analisis penulis, kelompok kerja dapat digunakan sebagai cara untuk
meningkatkan produktifitas sebuah organisasi. Kader atau kelompok pendukung
memiliki peran yang diharapkan produktif dalam membantu mengatasi masalah

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


148

kesehatan lansia dengan depresi di masyarakat. Pembentukan kelompok dan


dengan struktur organisasi yang jelas akan membantu kelompok untuk
menentukan tingkah laku dalam berperan, menjadi sumber kekuatan dalam
pelaksanaan tugas di organisasi. Namun tenaga kesehatan akan menghadapi
masalah dengan terbatasnya jumlah dan waktu kader untuk membantu mengatasi
masalah depresi pada lansia. Pembinaan kelompok pendukung sebagai bagian dari
tim harus tetap dipertahankan, walaupun dengan keterbatasan sumber daya, sarana
dan prasarana seperti alat pemeriksaan fisik lansia, media penyuluhan kesehatan
dan KMS lansia, namun hal tersebut tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia dengan depresi.

Pembentukan kelompok menjadi sebuah proses interaktif yang membentuk,


membangun antara anggota kelompok melalui kerjasama dan saling membantu
dan memungkinkan untuk berbagi kepuasan terhadap kemampuan yang telah
dicapainya. Kelompok pendukung mempunyai pengetahuan dan keterampilan
serta sikap yang baik tentang intervensi MaSa INDAH akan memberikan
kontribusi yang positif bagi kelancaran pelaksanaan program kesehatan bagi
lansia dengan depresi.

5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas


Hasil menunjukkan bahwa terjadinya penurunan tingkat depresi melalui
pembinaan kelompok lansia dengan depresi sebanyak 19 orang. Pembinaan
dilaksanakan 8 kali pertemuan dengan durasi waktu sekitar 45-60 menit yaitu
dengan topik kesehatan lansia, depresi pada lansia, komunikasi yang baik dan
praktik kelompok, manajemen stres dan praktik dalam kelompok serta harga diri
rendah dan cara meningkatkannya dalam praktik kelompok. Pembinaan disertai
pula dengan pendidikan kesehatan tentang penggunaan kartu tilik diri (KTD) bagi
lansia yang menggambarkan perasaan hatinya setiap hari dan mengingatkan untuk
melakukan intervensi MaSa INDAH dalam kehidupannya sehari-hari. Perubahan
tingkat depresi terjadi setelah dilakukannya pembinaan kelompok setelah 8 kali
pertemuan.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


149

Intervensi MaSa INDAH didasari oleh pendapat para ahli bahwa penyebab
depresi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling
berinteraksi dengan faktor yang lain, sehingga munculnya depresi (Townsend,
2009). Berdasarkan hal tersebut maka, intervensi MaSa INDAH merupakan
perpaduan dari berbagai intervensi yang berdasarkan hasil penelitian dibuktikan
telah terbukti dapat mengatasi masalah depresi pada lansia.

Hasil intervensi MaSa INDAH menunjukkan adanya penurunan tingkat depresi


pada kelompok lansia berdasarkan hasil sebelum dan sesudah dilakukannya
intervensi MaSa INDAH yaitu sebesar 31,58%. Tingkat depresi lansia yang
mendapatkan intervensi MaSa INDAH mengalami penurunan yaitu dari 6 lansia
(sedang ke ringan), 2 lansia masih dalam tingkat depresi ringan, 6 lansia (ringan
ke risiko) dan 5 lansia masih berada pada tingkat risiko. Hal ini dilakukan dengan
intervensi meningkatkan koping dan peningkatan pemeliharaan kesehatan
kelompok lansia dengan depresi.

Hasil intervensi MaSa INDAH sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Trivedi (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas pekerjaan dan rekreasi
sangat membantu dalam meningkatkan kondisi fisik lansia, menurunkan emosi
dan tekanan serta berdampak pada antidepresan. Aktifitas yang dapat dilakukan
adalah seperti jogging, berjalan, berenang, bersepeda dan berolahraga (Trivedi,
2006). Hasil penelitian yang dipresentasikan pada konferensi dari British
Nutrition Foundation (2008) juga menyatakan bahwa individu dengan aktifitas
fisik yang rendah memiliki risiko depresi dua kali dibanding individu yang
memiliki aktivitas teratur (David, 2008). Aktivitas-aktivitas spiritual juga akan
memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan, harapan
dan rasa harga dirinya dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-
hari, lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya, menurunkan gejala
depresi dan kecemasan akan kematian serta meningkatkan kesehatan mental lansia
(Kemensos, 2008; Bjorklop, 2013; Hill, 2006; Meisenhelder, 2002).

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


150

Menurut analisa penulis, bahwa aktivitas yang dilakukan oleh lansia secara rutin
dapat membuat lansia tetap aktif dalam melakukan kegiatan, terutama yang
disukainya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Lansia yang melakukan
aktifitas di rumah atau di masyarakat akan terus berinteraksi dengan orang lain,
sehingga lansia tidak akan merasa sendirian dan akan semakin memperbaiki
moodnya menjadi lebih baik. Kegiatan yang banyak dilakukan oleh lansia adalah
seperti memasak, menyapu, membersihkan sayuran, mencuci piring atau pakaian.
Kegiatan tersebut akan merangsang lansia untuk berkomunikasi dengan orang
lain, bercerita dan berdiskusi tentang keinginannya, keluhannya serta harapannya.
Hal ini dapat melegakan hati lansia, sehingga perasaan sedih dan kesepian akan
menurun.

Hasil intervensi MaSa INDAH ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Piven & Buckwalter, 2001 dalam Miller, 2012) yang
mengungkapkan bahwa kegiatan intervensi yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah depresi pada lansia adalah dengan meningkatkan harga dirinya
melalui teknik meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi dalam
mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan
perhatian; meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan;
penyediaan informasi yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia
dalam mengidentifikasi kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia.

Selain itu intervensi MaSa INDAH sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh MacInnes, (2006) yang menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan
afek lansia. Jika lansia dengan harga diri tinggi, maka akan menurunkan tingkat
depresinya. Hal ini sesuai dengan teori psikososial yang menggambarkan tentang
masalah depresi adalah sebagai suatu kondisi, dimana individu mengalami
penurunan pada kognitif, motivasi, harga diri dan afektif-somatik (Seligman, 1981
dalam Miller, 2012).

Blazer (2002) juga menyarankan bahwa strategi untuk meningkatkan kepuasan


diri pada lansia akan mencegah depresi. Kepuasan diri lansia dapat difasilitasi

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


151

melalui kelompok lansia sebaya. Kelompok lansia sebaya adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan saling berbagi
masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi semangat
(Steward, 2009). Ketika lansia memahami dan memadukan individu, maka lansia
akan belajar memperbaiki diri, berubah untuk hidup lebih baik lagi dengan harga
diri yang tinggi.

Menurut analisa penulis, lansia mengalami proses penuaan yang harus dijalaninya
dengan segala perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan tersebut membuat
lansia juga merasa perubahan akan penilaian terhadap dirinya baik dari
kemampuan, penampilan maupun gaya hidupnya. Penilaian lansia tersebut
mempengaruhi perilaku kopingnya, terutama bila lansia tidak mendapatkan
dukungan sosial yang kuat dari lingkungan di sekitarnya. Lansia merasa dirinya
tidak berharga, tidak mampu dan tidak bisa lagi seperti masa mudanya dulu
karena keterbatasan dan ketidakmampuannya. Melalui intervensi meningkatkan
harga diri, lansia belajar untuk menghargai dirinya sendiri dengan menggali
persepsi yang positif terhadap dirinya untuk dapat melihat kemampuan dan
kelebihan yang tersisa dalam hidupnya. Lansia belajar untuk menerima tantangan
baru, mengenal tanggapan positif dari orang lain, serta melakukan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan kemampuannya baik di dalam rumah bersama keluarga
maupun dalam kelompok lansia.

Kelompok lansia sebaya memfasilitasi lansia dalam mengekpresikan diri sebagai


lansia yang masih dihargai serta diakui oleh orang lain. Kegiatan kelompok yang
menekankan pada penggalian informasi tentang kemampuan yang dimiliki lansia
dan lansia belajar untuk menunjukkan kebolehannya kepada orang lain. Hal
tersebut membuat lansia semakin percaya diri dan menghargai diri sebagai pribadi
yang unik dan istimewa. Untuk pencapaian tujuan yang maksimal, bagi lansia
yang mengalami gangguan mobilisasi dan gangguan penglihatan, mahasiswa
mengusahakan untuk menjemput lansia dengan menggunakan kendaraan sehingga
lansia dapat dimudahkan mengikuti kegiatan. Intervensi tersebut diharapkan juga

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


152

dapat membangun kepercayaan diri lansia dan semangat lansia untuk bisa
mengikuti kegiatan walaupun dengan keterbatasannya.

Peningkatan kemampuan lansia dalam memiliki dan menggunakan minimal satu


cara pemecahan masalah depresi secara tepat dan efektif dilakukan melalui
intervensi MaSa INDAH yang dipilih oleh lansia yaitu ikut kegiatan, nerima
kondisi, doa, diskusi, atasi stress dan harga diri positif. Intervensi yang dipilih
didokumentasikan dalam Kartu Tilik Diri (KTD) oleh lansia yang diintervensi.
Lansia memilih untuk ikut kegiatan di dalam rumah atau di luar sebanyak
89,47%; nerima kondisi sebanyak 94,74%; doa sebanyak 100%; diskusi bersama
anggota keluarga yang lain sebanyak 78,95%; atasi stres sebanyak 78,95% dan
memiliki harga diri positif sebanyak 89,47%. Peningkatan kemampuan dalam
memilih dan menggunakan minimal satu cara pemecahan masalah depresi secara
tepat dan efektif melalui intervensi lansia MaSa INDAH dengan intervensi yang
banyak dipilih adalah dengan meningkatkan harga diri positif dengan peningkatan
penggunaan koping setelah intervensi MaSa INDAH sebesar 52,9%.

Perubahan kemampuan lansia dalam intervensi MaSa INDAH berdampak pada


penurunan tingkat depresi pada lansia yaitu 6 lansia yang berisiko depresi, setelah
intervensi tetap pada kategori risiko namun dengan penurunan skor depresi,
kemudian 6 orang lansia yang sebelum intervensi mengalami depresi ringan,
setelah intervensi masuk dalam kategori risiko, 2 lansia setelah intervensi tetap
dalam kategori ringan dan 2 lansia setelah intervensi masuk ke dalam kategori
ringan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok lansia secara mandiri dapat
melakukan intervensi MaSa INDAH dalam mengatasi masalah depresinya.

Blazer (2002b) menyatakan bahwa hal yang sangat penting dalam pencegahan
primer dari depresi adalah melalui intervensi keperawatan yang meningkatkan
kepuasan hidup lansia dan menurunkan kesedihan dan kesendirian. Perawat dapat
mengidentifikasi intervensi yang dapat meningkatkan dukungan sosial. Hal ini
didukung pula dengan pendapat para ahli bahwa kelompok lansia sebaya

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


153

merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada seseorang
dengan tujuan untuk promosi kesehatan.

Analisis dari penulis adalah bahwa intervensi keperawatan yang langsung dan
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan lansia merupakan hal yang sangat perlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada lansia,
karena lansia merupakan bagian dari populasi rentan yang memiliki banyak faktor
mempengaruhinya. Asuhan keperawatan pada populasi lansia lebih efektif
dilakukan dalam bentuk kelompok, sehingga dapat memberikan kekuatan satu
sama lain dengan intervensi yang dapat menurunkan kesedihan lansia dan
membuat mereka semakin bahagia. Kemampuan perawat kesehatan komunitas
dalam melakukan pendekatan dengan teknik komunikasi yang efektif dan
terapeutik sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan lansia dalam mengatasi
masalah depresi. Keterbukaan lansia dalam mengungkapkan masalahnya
merupakan awal keberhasilan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.

5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan pada keluarga membutuhkan intervensi keperawatan secara
langsung, karena keluarga dengan lansia depresi termasuk dalam kelompok yang
rentan. Masalah depresi pada lansia ditemukan masalah koping keluarga tidak
efektif, regimen therapeutik tidak efektif, ketidakefektifan manajemen kesehatan
diri, hambatan interaksi sosial, proses berduka, risiko ketidakberdayaan, risiko
ketidakefektifan penampilan peran, harga diri rendah, keputusasaan, komunikasi
keluarga difungsional. Keluarga lansia depresi mendapatkan pendidikan kesehatan
untuk dapat mengenal masalah, mampu mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah, mampu dalam merawat lansia depresi, mampu memodifikasi lingkungan
yang menunjang pencapaian kesehatan hingga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia di masyarakat. Hasil menunjukkan terjadi peningkatan
kemandirian keluarga pada 10 keluarga yang dibina selama 9 bulan. Pengetahuan
dari 10 keluarga yang dibina meningkat sebesar 39,4%; sikap keluarga semakin
meningkat menjadi kategori baik sebesar 60% dan keterampilan yang dapat
dilakukan oleh keluarga adalah melakukan komunikasi efektif, meningkatkan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


154

harga diri lansia, memotivasi lansia dalam beraktivitas dalam kegiatan rumah dan
masyarakat. Peningkatan sikap keluarga seiring dengan peningkatan kemandirian
keluarga pada keluarga binaan sebesar 55,88% dalam mengatasi masalah depresi
pada lansia sehingga terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia dalam waktu 4-
5 bulan dalam 8 kali pertemuan kelompok lansia sebaya MaSa INDAH.

Hasil juga menunjukkan bahwa ada perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan
sesudah intervensi MaSa INDAH Intervensi yang dilakukan sesuai dengan
masalah yang ditemukan pada lansia depresi. Semua keluarga lansia diberikan
intervensi berupa pendidikan kesehatan tentang kondisi kesehatan di masa lansia,
pendidikan kesehatan tentang depresi, latihan aktivitas di rumah, latihan
komunikasi efektif, latihan manajemen stres, latihan memberikan dukungan
spiritual serta latihan dalam meningkatkan harga diri lansia. semua intervensi
melibatkan keluarga sebagai sumber dukungan utama bagi lansia.

Koping yang dilakukan lansia dan keluarga merupakan upaya untuk beradaptasi
terhadap stimulus yang mengharuskan sistem keluarga merubah perilakunya.
Pelaksanaan adaptasi, keluarga dan unsur-unsur didalamnya akan menerapkan
koping individu dan koping keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain
untuk mencapai keseimbangan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini telah sesuai dengan hasil
penelitian hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozlem Bozo tahun 2009 pada
lansia di Turki yaitu mengungkapkan bahwa dengan penurunan aktivitas sehari-
hari dapat meningkatkan depresi pada lansia dan dengan dukungan sosial yang
tinggi dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia (Bozo,2009). Hal tersebut
membuktikan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat dalam asuhan
keperawatan komunitas sangat berpengaruhi dalam meningkatkan derajat
kesehatan lansia dengan depresi.

Analisis penulis adalah karena lansia merupakan bagian dalam keluarga. Depresi
yang terjadi dapat diatasi oleh lansia dan dengan dukungan lingkungan di
sekitarnya terutama adalah keluarga. Sebagai orang terdekat dari lansia, keluarga

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


155

perlu memahami konsep lansia dalam tugas perkembangannya, sehingga koping


dalam keluarga akan menjadi lebih efektif. Kemampuan keluarga dalam merawat
lansia dengan depresi dapat dinilai melalui tingkat kemandirian keluarga yang
meliputi penerimaan petugas kesehatan saat kunjungan pertama; menerima asuhan
keperawatan dari tenaga kesehatan yang direncanakan bersama keluarga sesuai
dengan kondisi lansia depresi; keluarga mengerti dan tahu keadaan lansia depresi
dan mengungkannya dengan benar; keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang tersedia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lansia depresi;
keluarga turut serta dalam melakukan perawatan bagi lansia depresi dengan
mendukung intervensi MaSa INDAH dan melakukan promosi pengalaman kepada
orang lain disekitarnya dalam perawatan kesehatan lansia depresi

5.2 Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan intervensi MaSa INDAH adalah terkait dengan sumber
daya manusia yang terdapat di puskesmas. Tenaga dari puskesmas juga
merupakan seorang bidan yang bukan menjadi kompetensinya dalam melakukan
intervensi keperawatan dalam MaSa INDAH, sehingga dasar pengetahuan untuk
intervensi keperawatan masih kurang. Selain itu, sumber daya manusia di
masyarakat yaitu kader diberikan kesempatan untuk mendukung dan
memfasilitasi lansia dalam melakukan intervensi MaSa INDAH dengan
dibantu oleh keluarga lansia. Kondisi di lapangan adalah kader kesehatan
mempunyai tugas yang banyak seperti terlibat juga dalam mengurus posyandu
balita dan juga kegiatan lainnya seperti telah terbentuk juga kelompok
pendukung lainnya yang membuat jumlah kader kesehatan menjadi terbatas dan
menjadi beban tersendiri bagi kader. Keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan
intervensi keperawatan masih kurang dan menjadi keterbatasan pencapaian
peningkatan kemandirian keluarga yang optimal dalam perawatan kesehatan
lansia depresi di rumah.

5.3 Implikasi Keperawatan


5.3.1 Implikasi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang intervensi MaSa INDAH meningkatkan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


156

perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) tenaga kesehatan


terutama perawat dalam memberikan pelayanan bagi lansia depresi di dalam dan
luar gedung. Kondisi keterbatasan sumber daya manusia memerlukan
keterlibatan perawat perkesmas dalam membantu pelayanan kesehatan lansia
depresi sebagai satu tim untuk mengatasi masalah depresi lansia. Tenaga yang
profesional yaitu perawat melakukan intervensi keperawatan MaSa INDAH
dalam membantu lansia mengatasi masalah depresinya dengan kemampuan yang
terlatih untuk mendapatkan hasil dengan optimal.

Peningkatan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dapat


meningkatkan peran serta masyarakat terutama kader posbindu dalam bentuk
kelompok pendukung untuk membantu mengatasi masalah depresi lansia di
masyarakat. Pendidikan dan pembinaan secara berkelanjutan bagi kelompok
pendukung akan mempertahankan kerjasama dan peningkatan kualitas sumber
daya anggota kelompok untuk dapat membantu memberikan dukungan bagi
kesehatan lansia depresi di masyarakat.

Intervensi MaSa INDAH merupakan tindakan keperawatan yang dapat


menurunkan tingkat depresi pada lansia. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
dalam kelompok lansia intervensi MaSa INDAH dapat membantu lansia
mengatasi depresinya dengan menggunakan strategi koping (pemecahan
masalah) yang dipilihnya. Koping lansia depresi dapat diintegrasikan melalui
pelayanan keperawatan kesehatan bagi lansia dengan keterlibatan keluarga
sebagai sistem pendukung bagi lansia. Dukungan keluarga dan masyarakat yang
baik melalui intervensi keperawatan dalam MaSa INDAH memberikan dampak
positif dalam menurunkan depresi pada lansia, sehingga peran serta dan
keterlibatan dari keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi lansia sangat
diperlukan di setiap kegiatan.

5.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan


Pelayanan keperawatan kepada lansia tidak terlepas dari peranan dari institusi
pendidikan terutama institusi pendidikan keperawatan. Institusi pendidikan

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


157

keperawatan meningkatkan dan memperdalam teori dan konsep keperawatan


yang berkaitan dengan berbagai terapi atau tindakan mandiri perawat dalam
memberikan intervensi kepada lansia dengan depresi. Inovasi integrasi intervensi
keperawatan diperlukan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan lansia
depresi dengan berbagai penelitian terkait lansia depresi di komunitas serta faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan intervensi dalam menurunkan tingkat
depresi, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia yang lebih sehat,
mandiri, produktif dan bermartabat.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


158

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Bagian simpulan dan saran menguraikan tentang hasil pembahasan secara singkat
terkait pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga.

6.1 Simpulan
6.1.1. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tenaga kesehatan dalam
melaksanakan intervensi MaSa INDAH pada aggregat lansia depresi di
Kelurahan Curug.
6.1.2 Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok
pendukung lansia MaSa INDAH tentang kesehatan lansia; deteksi dini
depresi dan cara pencegahannya; teknik pendidikan kesehatan;
komunikasi efektif; manajemen stres; cara meningkatkan harga diri lansia
di Kelurahan Curug.
6.1.3. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam
perawatan kesehatan lansia dengan depresi melalui intervensi MaSa
INDAH di Kelurahan Curug.
6.1.4 Peningkatan kemandirian keluarga pada keluarga binaan dalam mengatasi
masalah depresi pada lansia melalui intervensi MaSa INDAH
6.1.5 Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia dalam perawatan
kesehatan lansia dengan depresi melalui intervensi MaSa INDAH di
Kelurahan Curug.
6.1.6 Penurunan tingkat depresi lansia setelah dilakukan intervensi MaSa
INDAH di Kelurahan Curug.

6.2 Saran
6.2.1 Pengelola Program Kesehatan
6.2.1.1 Dinas Kesehatan
a. Merumuskan kebijakan program terkait dengan masalah kesehatan depresi
pada aggregat lansia meliputi pengembangan staf atau sumber daya manusia

158 Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


159

yaitu tenaga kesehatan terutama perawat sebagai pelaksana program


keperawatan kesehatan lansia depresi.
b. Menetapkan kegiatan pengembangan staf melalui pelatihan, seminar maupun
pendidikan berkelanjutan (linier) bagi perawat di puskesmas dan penangung
jawab program lansia agar mampu menerapkan intervensi MaSa INDAH
sebagai bagian dalam pelayanan asuhan keperawatan lansia depresi.
c. Mengadakan pelatihan bagi perawat di puskesmas untuk meningkatkan
kemampuan dalam memberikan konseling bagi lansia dan keluarga lansia.
d. Melibatkan perawat penyelia dalam setiap rangkaian kegiatan intervensi
MaSa INDAH bagi lansia depresi, sehingga dapat tetap terlaksana
berkesinambungan dalam upaya menurunkan tingkat depresi lansia.

6.2.1.2 Puskesmas
a. Mengembangkan kegiatan tambahan pada pelayanan di dalam gedung dan di
luar gedung dari rangkaian intervensi “MaSa INDAH” pada kelompok lansia
di Kelurahan Curug.
b. Meningkatkan kemampuan dan potensi perawat sebagai pelaksana intervensi
keperawatan melalui pemberian kesempatan dalam pengembangan
pendidikan berkelanjutan di dalam institusi maupun di luar institusi.
c. Mengoptimalkan puskesmas santun lansia hingga ke lapisan masyarakat
dengan memberikan pelayanan keperawatan kesehatan lansia baik berupa
pelayanan kesehatan fisik maupun psikologis sebagai bentuk penghargaan
bagi lansia di masa tuanya
d. Memfasilitasi setiap kegiatan kelompok lansia sebaya MaSa INDAH dan
pembinaan kader dalam kelompok pendukung serta bimbingan untuk
meningkatkan semangat dan motivasi masyarakat dalam mengatasi masalah
depresi pada lansia.

6.2.1.3 Perawat Kesehatan Masyarakat (Perawat Komunitas)


a. Melakukan deteksi dini lansia depresi dan melakukan sosialisasi intervensi
“MaSa INDAH” kepada masyarakat kelompok lansia dan keluarga lansia

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


160

depresi pada kegiatan posbindu, kunjungan rumah maupun dalam kegiatan di


masyarakat.
b. Melakukan intervensi “MaSa INDAH” secara langsung pada kelompok lansia
dengan depresi pada kegiatan posbindu atau kelomppok maupun melalui
kunjungan rumah.
c. Melibatkan kader dan keluarga dalam kelompok pendukung dan melakukan
pembinaan secara rutin dari pengkajian hingga evaluasi pelaksanan.
d. Mengembangkan potensi diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi lansia dengan depresi dengan mengikuti seminar, pelatihan
dan workshop atau kegiatan ilmiah lainnya.

6.2.2 Kader Kesehatan


a. Mendukung dan mengikuti pembinaan secara berkelanjutan dalam
pengembangan diri yang diselenggarakan dalam program pemerintah bidang
kesehatan, sehingga dapat memberikan umpan balik positif pada kelompok
lansia maupun pada keluarga lansia depresi di masyarakat dengan melakukan
deteksi dini lansia depresi dan penyebaran informasi kesehatan lansia depresi.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan diri dengan tetap belajar
dari berbagai sumber informasi kesehatan seperti majalah, buku kesehatan,
internet yang berhubungan dengan situs keperawatan kesehatan lansia dan
meningkatkan kemampuan dengan mengambil kesempatan untuk belajar
dalam bentuk pelatihan atau seminar kesehatan.
c. Melakukan kerjasama dengan kader bina keluarga lansia dalam melakukan
rujukan ke sarana pelayanan kesehatan bila ditemukan lansia yang mengalami
masalah kesehatan.

6.2.3 Lansia, Keluarga dan Masyarakat


a. Meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dengan aktif
mencari sumber informasi yang berhubungan dengan kesehatan lansia
depresi, sehingga akan meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat
dalam merawat lansia dengan depresi melalui intervensi “MaSa INDAH”.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


161

b. Memberikan dukungan yang optimal bagi lansia melalui kegiatan Bina


Keluarga Lansia (BKL) tingkat RW dalam upaya membantu lansia menjalani
masa tuanya dengan sehat dan bahagia melalui keikutsertaan dalam kegiatan
kelompok pendukung lansia depresi, kegiatan keagamaan maupun kegiatan
lain di masyarakat.
c. Keluarga dan masyarakat memberikan semangat bagi lansia dan lansia tetap
juga selalu semangat dalam menjalani proses penuaan sebagai suatu masa
yang indah dan sebagai suatu kebanggaan dalam hidupnya.

6.2.4 Perkembangan Ilmu Keperawatan


a. Publikasi hasil intervensi MaSa INDAH sebagai suatu pengembangan
intervensi keperawatan yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah
kesehatan lansia depresi sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan dan
pengembangan inovasi perawatan kesehatan selanjutnya pada aggregat lansia
dengan depresi.
b. Penelitian yang terkait tentang keperawatan kesehatan lansia dengan depresi
misalnya dengan adanya penelitian tentang keefektifan intervensi MaSa
INDAH dalam mengatasi depresi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Selain itu perlu adanya penelitian yang berhubungan dengan pemberdayaan
kader dalam pelaksanaan kegiatan intervensi MaSa INDAH melalui
kunjungan rumah, penelitian tentang elemen-elemen manajemen yang
berhubungan dengan pelaksanaan program kesehatan lansia dengan depresi,
misalnya tentang tingkat motivasi perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kesehatan lansia dengan intervensi MaSa INDAH di puskesmas
santun lansia, hubungan karakteristik tenaga perkesmas dan kader kesehatan
dalam pelaksanaan intervensi MaSa INDAH dengan tingkat depresi lansia di
komunitas,

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


162

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, G.S. (2005). Depression in the elderly. The Lancet: Jun-


4Jun10,2005,365,9475. http://proquest.umi.com, diperoleh tanggal
14 Januari 2014.

Allender, J. A., Rector, C. dan Warner, K. D. (2014). Community Health


Nursing: Promoting and Protecting the Public's Health. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Anderson dan McFarlene. (2011). Community As Partner : Theory And Practice


In Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &
Wilkins.

Asmuji. (2012). Manajemen keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2012). Program


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN.

Biro Hukum dan Humas BPKP. (1998). Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp.

Bjorklof, G. H., Engedal, K., Selbæk, G., Kouwenhoven, S.E. dan Helvik, A.S.
(2013). Coping and Depression in Old Age: A Literature Review.
Psychology Journal 35: 121-54.

Blazer, D.G. (2003). Depression in Late Life: Review and Commentary. The
Journal of Gerontology; Mar 2003; 58 A,3. http://proquest.umi.com,
diperoleh tanggal 23 Oktober 2013.

Carmody, S. dan Forster, S. (2003). Aged Care Nursing: A Guide to Practice.


San
Francisco: Ausmed Publications.

Carson, V.B. (2010). Mental Health Nursing : The Nurse-Patient Journey 2nd
Edition. Philadelphia: W.B. Sounder Company.

Cole, M.G., dan Dendukuri, N. (2003). Risk factors for depression among elderly
community subjects: A systematic review and meta-analysis. The American
Journal of Psychiatry 160.6 (Jun 2003): 1147-56.

Conner, K.O., Copelan, V.C., Grote, N.K., Koeske, G., Rosen, D., Reynold.,C.F.,
dan Brown, C. (2010). Mental Health Treatment Seeking Among Older
Adults with Depression: The Impact of Stigma and Race. Am J Geriatr
Psychiatry; 18(6):531-43.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


163

Copel, L. C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.


Jakarta: EGC.

Cutler, C.G. (2005). Self-Efficacy and Social Adjustment of Patient with Mood
Disorder. J.Am Psychiatr Nurs assoc 11:283.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003). Puskesmas Santun Lansia.


Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ervin, N. E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice: Population -


Focused Care. New Jersey: Pearson Education.

Fatmah. (2013). Pengaruh Pelatihan pada Peningkatan Pengetahuan dan


Keterampilan Teknis Kader Penyuluhan Obesitas dan Hipertensi Kader
Posbindu Kota Depok. Makara Seri Kesehatan, 17(2);49-54.

Frazer, C.J., Christense, H dan Griffiths. (2005). Sistematic Review : Effectivenss


of treatments for depression in older people. Medical Journal of Australia;
Jun 2, 2005; 182, 12; ProQuest pg 627. http://proquest.umi.com, diperoleh
tanggal 02 Mei 2014.

Friedman (2010). Keperawatan Keluarga: Research, Teori dan Praktik. Jakarta:


EGC.

Gillies, D. A. (1994). Nursing Management: A System Approach Philadelphia:


W.B Saunders Company.

Ham, R.J.,et al (2008). Interpersonal Psychotherapy As A Treatmen For


Depression In Later Life.Philadelphia: Mosby Elsevier.

Helvie, C.O. (1998). Advanced Practice Nursing in the Community. London:


Sage.

Hikmawati, Eny dan Purnama, Akhmad. (2008). Kondisi Kepuasan Hidup Lanjut
Usia. Jurnal PKS Vol. VII, No. 26 Desember 2008, 79-93.

Hill, T.D., Burdette, A.M., Angel, J.L., Angel, R.J. (2006). Religious Attendance
and Cognitive Functioning among Older Mexican Americans. J Gerontol
B Psychol Sci Soc Sci. 61(1):3-9.

Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., dan Thomas, S. A. (1999). Community


Health Nursing: Caring in Action. New York: Delmar Publishers.

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. 2014. Asuhan Keperawatan


Komunitas. Seminar dan Kongres Nasional II. Yogyakarta tanggal 30
Oktober – 2 November 2013.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


164

Keliat, B.A., Wiyono A.P. dan Susanti. (2011). Manajemen Kasus gangguan jiwa;
CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pelayanan


Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Semester I. ISSN 2088-270x.
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013a). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. https://www.litbang.depkes.go.id

Kementerian Sosial (2008). Mencapai Optimum Aging pada Lansia, Diakses dari
http://www.kemensos.go.id tanggal 04 Oktober 2013.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010), Profil Penduduk Lanjut Usia 2009,
Jakarta: Komisi Nasiona Lanjut Usia.

Landefeld, C.S., Palmer, R.M., Johnson, M., Anne, J.C.B dan Lyons, W. (2004).
Current Geriatric Diagnosis & Treatmen. Singapore: Mc Graw Hill.

Maas, M. L. (2011). Asuhan Keperawatan Gerontik : Diagnosis NANDA, Kriteria


hasil; NOC dan Intervensi NIC. Jakarta: EGC.

MacInnes, D.L. (2006).Mental Health ; Effect of self esteem and self acceptance
on phychological health is examined. Journal of Psychiatric and Mental
Health Nursing 2006;13(5):483-89.
http://search.proquest.com/docview/211467955?accountid=17242

Maglaya, A. S., Cruz Earnshaw, R. G., Pambid Dones, L. B. L., Maglaya, M. C.


S., Lao-Nario, M. B. T., dan Leon, W. O. U. D. (2009). Nursing Practice
in the Community. Marikina: Argonauta Corporation.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2012). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application. USA: Lippincott Williams
& Wilkins.

Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing: Competencies For Care.


Mississauga: Jones and Bartlett Publishers.

Maurer, F. A. dan Smith, C. M. (2005). Community/Public Health Nursing


Practice: Health for Families and Populations. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


165

Meisenhelder, J.B. dan Chandler, E. N (2002). Spirituality and Health Outcomes


in the Elderly. Journal of Religion and Health 41(3): 243-52.
http://search.proquest.com/docview/756929764?accountid=17242

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Pender, N. J., Murdaugh, C. L. dan Parsons, M. A. (2002). Health Promotion


in Nursing Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Palestin. (2006). Ranah penelitian keperawatan gerontik. http://ina-


ppni.or.id/index/php. Diperoleh 20 Nopember 2013

Peden AR., et al. (2005). Testing an intervention to reduce negative thinking,


depressive symptoms, and chronic stressors in low-income single mother,
Image J Nurs Sch 37:266.

Pistrang, N..et al. (2008) Mutual Help Group for Mental Health Problems: A
Review of Effectiveness Studies. Am J Community Psychol : 42;110-121.

Putri, A. K. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Depresi pada


Wanita Perimenopaouse. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
vol 1, No.02.

Ratanto, R. (2013). Pengembangan Karir sebagai faktor paling mempengaruhi


kinerja perawat pelaksana. Jurnal keperawatan Indonesia vol 16 no 2.

Ratnasari, M., Setyowati, dan Kuntarti. (2012). Faktor-Faktor Manajemen


Sumber Daya Manusia Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perkesmas
Di Puskesmas Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2012.
Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Ruof, M. C. (2004). Vulnerability, Vulnerable Populations, and Policy. Kennedy


Institute of Ethics Journal, 14(4), 411-425.

Sadock, B. J. dan Sadock, V.A. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan
Sandock. Jakarta: EGC.

Shaffer, David R. (2005). Social and Personality Development. United State of


America : ThomsonWadsworth.

Songprakun, Wallapa dan McCann, Terence V. (2012). Effectiveness of a self-help


manual on the promotion of resilience in individuals with depression in
Thailand: a randomised controlled trial. Psychology Journal 12: 12
http://search.proquest.com/docview/926901036?accountid=17242

Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2010). Foundations of Nursing in The


Community: Community-Oriented Practice. St. Louis Missouri: Mosby.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


166

Stanley, M. dan Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik, Jakarta:


EGC.

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis :
Mosby.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan


Untuk Perawat Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Swanson, J. M. dan Nies, M. A (1993). Community health nursing : promoting the


health of aggrregaes. 2nd. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Tambag, H., Oz, Fatma (2013). Evaluation of the Psychoeducation Given to the
Elderly at Nursing Home for a Healty Lifestyle and Developing Life
Satisfaction. Community Ment Health J 49:742-47.

Tamber dan Kookasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Taylor, SE. (2006). Health Psychology 6th ed. Singapore: M.C. Grow Hill Book
Company.

Trivedi M.H., et al. (2006). Exercise as an augmentation stragtegy for treatment of


major depression. J. Psychiatr Practice 12: 205.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in


Evidence-Based Practice. 6th edition. Philadelphia: Davis Plus Company

Whitehead, D. K., Weiss, S. A., dan Tappen, R. M. (2010). Essentials of


Nursing Leadership and Management. Philadelphia: F. A. Davis
Company.

Wijono, D. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi,


dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.

Wilkinson, Judit M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

World Health Organization (2009). Depression : ICD-10 criteria.


http://www.mentalhealth.com/icd/p22-md01.html didapatkan pada tanggal
16 Februari 2014.

Universitas Indonesia

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


LAMPIRAN

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Penapisan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas pada Aggregate Lansia Dengan Depresi
Di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Tingkat pentingnya Perubahan positif Peningkatan kualitas Prioritas masalah dari Jml
masalah untuk bagi masyarakat hidup jika 1 sampai 6 :
N diselesaikan : jika masalah diselesaikan : 1=kurang penting,
o. Diagnosa Manajemen Pelayanan 1=rendah, 2=sedang, diselesaikan : 0=tidak ada, 6=sangat penting
Keperawatan Komunitas 3=tinggi 0=tidak ada, 1=rendah,
1=rendah, 2=sedang,
2=sedang, 3=tinggi
3=tinggi
1. Koordinasi dan kerjasama lintas program dalam
pengembangan program kesehatan lansia dengan depresi 2 3 2 4 11
belum optimal
2. Pengembangan staf untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
3 3 3 6 15
lansia depresi masih belum optimal
3 Kegiatan supervisi pembinaan kesehatan lansia dengan
depresi oleh pemegang program lansia belum terlaksana 2 3 3 4 12
dengan baik
4 Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan
3 3 3 5 14
kesehatan lansia belum tersedia
5 Monitoring evaluasi tentang pelaksanaan program kesehatan
2 3 2 4 10
lansiadengan depresi belum terlaksana.

Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan staf untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lansia depresi masih belum optimal (15)
2. Wadah yang mendukung masyarakat dalam pembinaan kesehatan lansia belum tersedia (14)
3. Kegiatan supervisi pembinaan kesehatan lansia dengan depresi oleh pemegang program lansia belum terlaksana dengan baik (12)
4. Koordinasi dan kerjasama lintas program dalam pengembangan program kesehatan lansia dengan depresi belum optimal (11)
5. Monitoring evaluasi tentang pelaksanaan program kesehatan lansiadengan depresi belum terlaksana (10)

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas pada Aggregate Lansia Dengan Depresi
Di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok

No. Tingkat Perubahan positif Peningkatan kualitas Prioritas masalah Jml


pentingnya bagi masyarakat hidup jika dari 1 sampai 6 :
masalah untuk jika masalah diselesaikan : 1=kurang penting,
diselesaikan : diselesaikan : 0=tidak ada, 6=sangat penting
Diagnosa Keperawatan Komunitas 1=rendah, 0=tidak ada, 1=rendah,
2=sedang, 1=rendah, 2=sedang,
3=tinggi 2=sedang, 3=tinggi 3=tinggi

1 Koping aggregate lansia tidak efektif di kelurahan Curug, 3 3 3 5 14


Cimanggis, Depok.

2 Pola komunikasi kurang efektif pada aggregat lansia depresi di


2 3 3 4 12
kelurahan Curug, Cimanggis, Depok.

3 Risiko peningkatan masalah depresi pada aggregat lansia di


2 3 2 2 9
kelurahan Curug, Cimanggis, Depok.

4 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada aggregat lansia depresi di


kelurahan Curug, Cimanggis, Depok. 3 3 3 4 13

Daftar Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas :


1. Koping aggregat lansia tidak efektif di kelurahan Curug, Cimanggis, Depok (14)
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada aggregat lansia depresi di kelurahan Curug, Cimanggis, Depok (13)
3. Pola komunikasi kurang efektif pada aggregat lansia depresi di kelurahan Curug, Cimanggis, Depok (12)
4. Risiko peningkatan masalah depresi pada aggregat lansia di kelurahan Curug, Cimanggis, Depok (9)

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


PENAPISAN MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Keputusasaan pada nenek N.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat 3/3 x 1 = Masalah sudah terjadi karena nenek N terlihat
masalah : 1 pasif, menangis saaat bercerita tentang
aktual kehidupannya. Nenek N setiap hari duduk di
kursi di depan rumah, terlihat lemah dan tidak
ada inisiatif untuk berbagai aktifitas, kontak
mata kurang saat berkomunikasi, nenek N
dengan depresi tingkat sedang.
2. Kemungkin 2/2 x 2 = Pengetahuan keluarga dalam mengenal
an masalah 2 keputusasaan pada nenek N masih kurang dan
dapat keluarga menganggap bahwa keputusaaaan itu
diubah : adalah hal yang wajar terjadi pada lansia dan
mudah keluarga ingin nenek N tidak sedih lagi. Ada
perawat yang akan memberi penkes, ada
motivasi dari keluarga untuk mencari tahu dan
ingin nenek N hidup lebih baik.
3. Potensi 3/3 x 1 = Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
masalah 1 belum melakukan tindakan lain untuk
untuk mengatasi masalah keputusasaan pada nenek N.
dicegah : Ada anggota keluarga dan tetangga yang peduli
cukup terhadap nenek N.

4. Menonjol- 2/2 x 1 = Masalah pada Nenek N perlu diatasi agar tidak


nya 1 terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi
masalah: penurunan fisik dan psikologisnya.
Masalah
ada harus
segera
ditangani
Score 5

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


2. Komunikasi keluarga disfungsional.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = Masalah sudah terjadi. Komunikasi dalam
Aktual 1 keluarga Bpk S tidak terlalu sering dilakukan,
dimana keluarga berusaha menunggu nenek N
untuk bercerita atau berbicara tentang
masalahnya. Nenek N terlihat setiap hari
duduk di kursi di depan rumah, sendirian.
Tidak ada inisiatif untuk berbagai aktifitas,
kontak mata kurang saat berkomunikasi.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = Pengetahuan keluarga dalam mengenal
masalah dapat 2 masalah komunikasi dalam keluarga masih
diubah : kurang tapi dirasakan oleh nenek N dan
Mudah seluruh anggota keluarga. Keluarga
menganggap bahwa masalah komunikasi itu
adalah karena ada kesalahpahaman antara
anggota keluarga dan keluarga ingin
masalah ini juga diselesaikan. Ada perawat
yang akan memberi penkes, ada motivasi
dari keluarga untuk mencari tahu tentang
bagaimana caranya sehingga masalah
komunikasi dalam keluarga dapat
terselesikan.
3. Potensi 2/3 x 1 = Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
masalah untuk 2/3 belum melakukan tindakan lain untuk
dicegah: mengatasi masalah komunikasi dan
Cukup menganggap dapat selesai sendiri.

4. Menonjol-nya 2/2 x 1 = Masalah dirasa perlu diatasi agar tidak


masalah: 1 terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
Segera diatasi sehingga anggota keluarga dapat merasa
nyaman tinggal dalam rumah.
Score 4 2/3

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


3. Distress spiritual pada nenek N.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 Masalah sudah terjadi. Nenek N tidak mampu
Aktual =1 menunjukkan kemampuannya dalam melakukan
aktifitas atau kegiatan keagamaan dan merasa
tidak mampu untuk melakukan karena sudah
bebal. Tidak ada inisiatif untuk berbagai
aktifitas, kontak mata kurang saat
berkomunikasi.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = Pengetahuan keluarga dalam mengenal
masalah dapat 2 masalah kebutuhan spiritual bagi nenek N
diubah : masih kurang. Keluarga menganggap bahwa
Mudah nenek N sudah tua sehingga tidak mau dan
tidak ada niat lagi untuk belajar sholat. Ada
perawat yang akan memberi memberikan
dukungan spiritual dan mengajarkan nenek N
untuk sholat, ada motivasi dari keluarga untuk
mencari tahu kurang tentang bagaimana
caranya sehingga nenek N mau menjalankan
ibadahnya kembali.
3. Potensi masalah 2/3 x 1 = Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
untuk dicegah: 2/3 belum melakukan tindakan lain untuk
Cukup mengatasi masalah distress spiritual dan
menganggap bahwa tidak bisa memaksakan
nenek N kembali karena nenek N tidak ada
niat untuk belajar.
4. Menonjol-nya ½x1= Masalah dirasa tidak perlu diatasi agar tidak
masalah: ½ terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga
Tidak segera anggota keluarga dapat merasa nyaman
diatasi tinggal dalam rumah.
Score 4 1/6

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


4. Regimen terapeutik hipertensi tidak efektif pada nenek N.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat 3/3 x 1 = Masalah sudah terjadi karena nenek N
masalah : 1 mengalami hipertensi (TD: 170/80 mmHg,
Aktual N: 84 x/ menit) nenek N terlihat kurang
sehat, terlihat lemah dan tidak ada inisiatif
untuk berbagai aktifitas. Nenek N tidak
pernah minum obat dan tidak pernah
menggunakan sarana pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Lingkungan bising.
2. Kemungkin ½x2= Pengetahuan keluarga dalam mengenal
an masalah 1 masalah hipertensi masih kurang, keluarga
dapat menganggap bahwa tekanan darah nenek N
diubah : karena pikiran dan sejak muda dulu suka
Sebagian makan daging dan masalah tekanan darah
tinggi sudah biasa terjadi kalau sudah tua.
Ada perawat yang akan memberi penkes,
ada motivasi dari keluarga untuk mencari
tahu dan ingin nenek N hidup lebih sehat,
ekonomi keluarga kurang. Keluarga kurang
memnafaatkan fasilitas kesehatan berupa
puskesmas maupun posbindu untuk kontrol
kesehatan.
3. Potensi 2/3 x 1 = Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
masalah 2/3 belum melakukan tindakan lain untuk
untuk mengatasi masalah hipertensi pada nenek N.
dicegah: Keluarga hanya memfasilitasi bila ada
Cukup keluhan dengan meminum obat dari warung.

4. Menonjol- ½x1= Masalah pada Nenek N dirasa tidak perlu


nya ½ segera diatasi karena keluarga menganggap
masalah: selama ini nenek N tidak ada makan
tidak segera makanan yang membuat tekanan darahnya
diatasi naik.

Score 3 1/6
PRIORITAS MASALAH :
1. Keputusasaan pada nenek N.
2. Komunikasi keluarga disfungsional
3. Distress spiritual pada nenek N
4. Regimen therapeutik tidak efektif pada nenek N.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


PENYEGARAN KADER POSBINDU

Topik Depresi pada Lansia


Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !

No Pernyataan Benar Salah


1 Depresi adalah kondisi gangguan pada jiwa
lansia yang sudah berat
2 Depresi terjadi pada semua lansia karena
sudah menjadi tua dan berpenyakit kronis
3 Depresi pada lansia ditandai dengan perasaan
bersedih lebih dari dua minggu
4 Lansia yang depresi lama memiliki keinginan
untuk bunuh diri
5 Kondisi depresi pada lansia bisa dicegah
dengan dukungan keluarga dan masyarakat

Topik KMS Lansia

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !

No Pernyataan Benar Salah


1 KMS lansia adalah Kartu Menuju Sakit bagi Lansia
2 Identitas lansia harus diisi dengan lengkap
3 Hasil pemeriksaan pada lansia diisi pada kolom yang tersedia
4 Jika kegiatan sehari-hari lansia “kadang-kadang” perlu dibantu
orang lain, maka lansia tersebut termasuk kategori C
5 Status mental dan masalah emosional lansia dapat diisi
berdasarkan pertanyaan awal kepada lansia tentang kesulitan tidur,
kegelisahan, menangis sendiri dan kekhawatir.
6 Indeks massa tubuh dinilai berdasarkan tinggi badan dan tekanan
darah
7 Berat badan di nilai dalam satuan kilogram (Kg)
8 Tekanan darah dengan sistole lebih dari 160 mmHg berarti normal
9 Haemoglobin lansia perempuan yang normal adalah 13 g%.
10 Lansia yang mengalami masalah emosional dapat diberikan
pendidikan kesehatan oleh kader tentang lansia dengan risiko
depresi.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Lembar Observasi
Kemampuan Kader dalam Pengisian KMS Lansia

Kegiatan : ..............................................................

Tanggal /Waktu :...................................................................


Nama Kader : ...................................................

Nilai Sesuai
NO Kegiatan Kegiatan
0 1
1 Melakukan pengisian KMS lansia dengan lengkap
2 Melakukan pengisian KMS lansia dengan benar
3 Melakukan komunikasi yang baik pada lansia untuk
mendapatkan data :
a. Kegiatan sehari-hari
b. Status mental masalah emosional
c. Indeks Massa Tubuh (Berat Badan, Tinggi Badan)
d. Tekanan darah dan pengobatan
4 Bersikap sopan dan empathi saat berkomunikasi dengan
lansia
5 Memberikan motivasi bagi lansia dengan memberikan
informasi kesehatan yang sederhana sesuai dengan
masalah kesehatan lansia
6 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
pada KMS lansia.

Keterangan : TOTAL NILAI


0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan dengan benar

Total Nilai =

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


PELATIHAN TENAGA KESEHATAN

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !

No Pernyataan Benar Salah


1 Lansia adalah individu yang berusia lebih dari
45 tahun
2 Depresi adalah kondisi gangguan jiwa lansia
yang sudah berat
3 Depresi awal pada lansia ditandai dengan
perasaan bersedih lebih dari satu hari
4 Salah satu penyebab lansia depresi adalah
tidak bisa menerima kondisi kehilangan
sesuatu yang berharga
5 Pengkajian depresi dapat dinilai dengan
menggunakan GDS (Geriatic Depression
Scale)
6 Gejala fisik depresi pada lansia adalah
meningkatnya kemampuan dalam beraktifitas
di rumah dan masyarakat
7 Gejala psikis depresi pada lansia adalah
kehilangan percaya diri
8 Gejala sosial depresi pada lansia adalah secara
aktif menjalin komunikasi dengan orang lain
9 Pelayanan kesehatan lansia depresi lebih
berfokus pada pemenuhun kebutuhan fisik
lansia
10 Lansia dengan depresi memiliki keinginan
untuk bunuh diri bila masalahnya tidak diatasi
dengan baik

Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (sangat setuju, setuju,
tidak setuju atau sangat tidak setuju) !
Tidak Sangat
Sangat
No Pernyataan Setuju setuju tidak
setuju
setuju
Lansia adalah orang yang perlu dihormati dan
1
dihargai
Lansia yang mengalami proses penuaan hanya
2 memiliki masalah fisik yang harus bisa diterima
dengan tulus
Lansia membutuhkan teman untuk berbicara
3
dalam mengatasi depresinya
Petugas kesehatan memiliki peran besar dalam
4
membantu lansia depresi
Suasana yang menyenangkan, akan membuat
5
lansia merasa bahagia.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Masalah lansia hanya bisa diatasi oleh lansia
6
sendiri
Lansia tidak perlu ikut dalam kegiatan di rumah
7
maupun di masyarakat
Sarana pelayanan di puskesmas dan posbindu
8 sebagai salah satu fasilitas untuk membuat lansia
tetap sehat dan bahagia
Lansia yang datang ke pelayanan kesehatan
9 memerlukan pelayanan keperawatan secara fisik
dan psikologis
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
10
kesehatan lansia penting

Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (Sering, Jarang,
Pernah Atau Tidak Pernah ) !

Tidak
No Pernyataan Sering/ Jarang/ Pernah/ pernah/
setiap sebagian sedikit tidak
waktu besar waktu waktu sama
sekali
1 Bapak/Ibu tersenyum dan bersikap ramah
terhadap lansia
2 Bapak/Ibu menanyakan kepada lansia
tentang perasaan, keinginan lansia
3 Bapak/Ibu melakukan pengkajian kondisi
mental emosional lansia dan mencatatnya
4 Bapak/Ibu memberikan informasi tentang
perubahan kondisi kesehatan lansia akibat
proses penuaannya
5 Bapak/Ibu memotivasi lansia untuk terlibat
dalam kegiatan posbindu dan kegiatan di
masyarakat
6 Bapak/Ibu berperan serta dalam
merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan untuk lansia bersama
masyarakat (kader dan lansia)
7 Bapak/Ibu mengajarkan lansia dalam
mengatasi stres dengan teknik nafas dalam
8 Bapak/Ibu memotivasi lansia dalam rutin
melakukan kegiatan keagamaan seperti
berdoa sesuai agama dan kepercayaan
9 Bapak/Ibu membiarkan lansia duduk
sendirian dan berdiam diri.
10 Bapak/Ibu melakukan pengembangan diri
seperti mengikuti pelatihan atau seminar
tentang kesehatan lansia depresi

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN
DALAM PENCATATAN DAN PELAPORAN
STATUS KESEHATAN LANSIA

Nama Tenaga Kesehatan : ...................................................

Tidak
No Kegiatan Dilakukan
Dilakukan
Memberikan penjelasan saat umpan balik kepada kader lansia
tentang pentingnya :
1 Identitas lansia
2 Data kunjungan (Tanggal kunjungan)
3 Kegiatan sehari-hari (A, B atau C)
4 Status mental emosional penilaian 2 menit (Ada/tdk ada)
5 Indeks Massa Tubuh
6 Berat badan (Kg)
7 Tekanan darah (Tinggi, Normal atau Rendah)
8 Hasil pemeriksaan tekanan darah (sistole/diastole =
mmHg)
9 Pengobatan tekanan darah (ada/ tidak ada)
10 Hb (Kurang/ Normal)
11 Hasil pemeriksaan Hb (gram%)
12 Hasil pemeriksaan gula darah
13 Pengobatan DM (ada /tidak ada)
14 Hasil pemeriksaan Protein urine (positif/ negatif)
15 Pengobatan (ada/ tidak ada)
16 Kasus di konseling
17 Penyuluhan Kesehatan
JUMLAH
TOTAL NILAI SESUAI KEGIATAN
Keterangan : TOTAL NILAI
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan dengan benar

Total Nilai =

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Lembar Observasi
Teknik Pendidikan Kesehatan

No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Menyiapkan media penyuluhan (leaflet, lembar balik, dll)
2 Media peyuluhan sudah sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
3 Menyiapkan alat dan tempat untuk penyuluhan
4 Mengatur lingkungan yang kondusif seperti lingkungan yang
nyaman terhindar dari kebisingan, tidak berbau, tidak panas
dan tidak sempit
5 Menyampaikan salam pembukaan
6 Kontrak waktu, tempat dan tema
7 Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan
8 Mempertahankan kontak mata
9 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
10 Menjelaskan materi pendidikan kesehatan dengan benar dan
berurutan
11 Bertanya kembali tentang apa yang telah disampaikan oleh
penyuluh kepada peserta
12 Memberikan pujian atas jawaban peserta
13 Memberikan umpan balik atas jawaban dari peserta
14 Melakukan kontrak untuk pertemuan dan kegiatan
selanjutnya
15 Menyampaikan salam penutup

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN
TENTANG HARGA DIRI LANSIA DAN CARA MENINGKATKNYA

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Harga diri rendah adalah perasaan positif terhadap diri
2 Kondisi harga diri rendah bisa terjadi pada lansia karena
perasaan malu akibat kejadian tertentu
3 Peran yang sesuai dengan keinginan lansia, dapat
membuat harga dirinya rendah
4 Lansia yang mengalami harga diri rendah akan sukar
mengambil keputusan
5 Harga diri lansia bisa ditingkatkan oleh lansia dan dibantu
oleh orang lain
6 Lansia dengan harga diri rendah selalu merasa percaya diri
7 Dukungan yang dapat diberikan pada lansia dengan harga
diri rendah adalah dengan mengenalkan kekuatan dan
kemampuan pada diri lansia
8 Pujian sangat diperlukan dalam membantu lansia dalam
meningkatkan harga dirinya
9 Keikutsertaan dalam kelompok membuat lansia semakin
malu dan tidak percaya diri
10 Lansia sehat dan bahagia meningkatkan harga dirinya

Lembar Observasi
Cara Meningkatkan Harga Diri
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
Kontak mata saat berbicara dengan lansia
1 Menanyakan kepada orang lain/ lansia :
a. Pendapat orang lain/ lansia tentang
dirinya
b. Hal-hal yang membuat orang lain/ lansia
c. Hal-hal yang membuat ia tidak percaya
diri atau malu
2 Memberikan dukungan kepada orang lain/
lansia :
a. Untuk mengenal kekuatan dan
kemampuan yang dimilikinya
b. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas
untuk melakukan kepandaiannya
c. Mengenalkan tanggapan positif dari orang
lain terhadap dirinya
d. Belajar menerima pengaruh dan tantangan
baru
e. Melakukan aktifitas bersama dalam
kelompok
3 Memberikan pujian untuk tindakan orang lain/
lansia dalam meningkatkan harga dirinya.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Lembar Observasi
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Musik
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Pakaian dilonggarkan dengan posisi tenang
dan nyaman
2 Diawali dengan berdoa, berzikir atau sholawat
3 Memejamkan mata dan konsentrasi dengan
pernafasan sesuai suara musik
4 Bernafas santai sebanyak 3-4 kali sampai
merasa nyaman dalam bernafas
5 Menarik nafas melalui hidung secara perlahan,
mendalam, santai dan merasakan naik perut
dan menahan sampai 3-5 hitungan
6 Mengeluarkan nafas secara perlahan lewat
mulut dengan bentuk huruf “O” dan merasakan
turunnya perut
7 Diselingi dengan nafas biasa 4-5 kali dengan
tarikan nafas dalam
8 Mengulangi pernafasan secara berulang kali
hingga merasa nyaman dan santai
9 Mendengarkan musik sambil memikirkan hal-
hal yang positif
10 Masih berada pada posisi yang aman dan
nyaman hingga prosesi selesai

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


PEMBINAAN KELOMPOK PENDUKUNG

TOPIK KESEHATAN LANSIA


Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Lansia berusia lebih dari 45 tahun
2 Perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah
daya tahan menurun
3 Perubahan mental pada lansia adalah
pendengaran berkurang
4 Perubahan sosial pada lansia adalah merasa
kesepian dan sedih
5 Yang menyebabkan perubahan sosial pada
lansia adalah karena lansia sudah pensiun
6 Proses penuaan alami terjadi pada semua orang
7 Lansia harus tetap aktif beraktifitas seperti
masa muda dulu
8 Makanan yang sehat dan bergizi mendukung
kesehatan fisik dan mental lansia
9 Peningkatan spiritual diperlukan bagi lansia
10 Posbindu diadakan untuk memberikan
pengobatan bagi lansia

TOPIK DETEKSI DINI DEPRESI DAN CARA PENCEGAHANNYA

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Depresi adalah kondisi gangguan pada jiwa lansia yang
sudah berat
2 Depresi terjadi pada semua lansia karena sudah menjadi tua
dan berpenyakit kronis
3 Depresi pada lansia ditandai dengan perasaan bersedih lebih
dari dua minggu
4 Lansia yang depresi lama memiliki keinginan untuk bunuh
diri
5 Kondisi depresi pada lansia bisa dicegah dengan dukungan
keluarga dan masyarakat
6 Lansia depresi karena tinggal bersama keluarga
7 Lansia depresi selalu mengungkapkan perasaannya secara
terbuka dengan orang lain
8 Depresi pada lansia bisa berakibat tekanan darah meningkat
9 Pencegahan depresi pada lansia adalah dengan tetap aktif
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
10 Lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan di
masyarakat tidak berisiko mengalami depresi

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Lembar Observasi
Deteksi Dini Depresi dan Cara Pencegahannya
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Memberikan salam kepada lansia
2 Menanyakan lansia tentang:
a. Kesulitan tidur
b. Sering merasa gelisah
c. Merasa murung atau menangis sendiri
d. Sering merasa khawatir
e. Lama keluhan
f. Ada tidaknya gangguan atau masalah
dengan keluarga atau orang lain yang
dirasakan saat ini
g. Kecenderungan mengurung diri di kamar
3 Mencatat hasil penilaian
4 Memberikan motivasi dan dukungan untuk
kesehatan lansia dalam mencegah depresi

TOPIK TEKNIK PENDIDIKAN KESEHATAN

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !

No Pernyataan Benar Salah


1 Pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan
pengalaman belajar
2 Masyarakat turut berperanserta dalam memberikan
informasi kesehatan kepada lansia yang mengalami
depresi
3 Pendidikan kesehatan bagi lansia tidak perlu
persiapan yang khusus karena lansia sudah tua
4 Informasi kesehatan kesehatan sebaiknya
disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh lansia
5 Media atau alat bahan yang digunakan dalam
pendidikan kesehatan berupa sesuatu yang bisa
dilihat, diraba, dicium, didengar dan dirasa.
6 Materi pendidikan kesehatan disampaikan lebih dari
30 menit
7 Pendidikan kesehatan hanya bisa dilakukan dalam
kelompok besar
8 Jumlah kelompok besar dalam pendidikan
kesehatan adalah minimal 3 orang
9 Pemberi materi harus menguasai tentang materi
yang akan disampaikan
10 Leaflet adalah selembar kertas yang bisa dilipat
berisi gambar dan tulisan dengan kalimat yang
singkat, padat dan mudah dimengerti.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Lembar Observasi
Teknik Pendidikan Kesehatan
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Menyiapkan media penyuluhan (leaflet, lembar balik, dll)
2 Media peyuluhan sudah sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
3 Menyiapkan alat dan tempat untuk penyuluhan
4 Mengatur lingkungan yang kondusif seperti lingkungan yang
nyaman terhindar dari kebisingan, tidak berbau, tidak panas
dan tidak sempit
5 Menyampaikan salam pembukaan
6 Kontrak waktu, tempat dan tema
7 Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan
8 Mempertahankan kontak mata
9 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
10 Menjelaskan materi pendidikan kesehatan dengan benar dan
berurutan
11 Bertanya kembali tentang apa yang telah disampaikan oleh
penyuluh kepada peserta
12 Memberikan pujian atas jawaban peserta
13 Memberikan umpan balik atas jawaban dari peserta
14 Melakukan kontrak untuk pertemuan dan kegiatan
selanjutnya
15 Menyampaikan salam penutup

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


TOPIK KOMUNIKASI EFEKTIF

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !

No Pernyataan Benar Salah


1 Komunikasi merupakan proses penyampaian
pikiran, perasaan melalui bahasa, pembicaraan,
gerakan tubuh dan ungkapan emosi
2 Tujuan komunikasi adalah untuk membangun
hubungan yang baik dengan orang lain
3 Berkomunikasi dengan lansia bertujuan untuk
membuat lansia mau berbicara saat
menghadapi masalah
4 Suasana tertutup dan saling mengacuhkan
merupakan hal yang penting dalam
berkomunikasi
5 Hal yang perlu diperhatikan dalam
berkomunikasi adalah kemampuan dalam
mengambil keputusan

6 Salah satu kemampuan yang diperlukan dalam


berkomunikasi adalah kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan
7 Komunikasi verbal dapat dilihat melalui
ekspresi wajah saat berbicara
8 Cara bertanya yang baik adalah dengan bahasa
yang sopan dan mudah dipahami
9 Cara mendengar yang baik adalah tidak
melihat mata orang yang diajak berbicara
10 Memotong pembicaraan perlu dilakukan jika
topik pembicaraan membosankan

Lembar Observasi
Teknik Komunikasi Efektif
No Dilakukan
Tindakan saat berkomunikasi
Ya Tidak
1 Ekspesi wajah sesuai
2 Nada suara sesuai
3 Kontak mata sesuai
4 Bersikap tenang
5 Menunjukkan minat untuk mendengarkan
orang lain saat berbicara
6 Menggunakan kata-kata sederhana
7 Tidak menyinggung atau mengkritik
8 Bahasa yang digunakan jelas
9 Menyampaikan informasi
10 Tidak memotong pembicaaan

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


TOPIK MANAJEMEN STRES

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Stres adalah situasi atau kondisi yang nyaman bagi
seseorang
2 Stres dapat berasal dari dalam tubuh dan dari luar
tubuh
3 Tanda stres pada lansia adalah mudah menangis
4 Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain bukan
merupakan tanda stres pada lansia
5 Pikiran menjadi tenang merupakan akibat dari stres
6 Stres pada lansia bisa diatasi
7 Orang stres sebaiknya menenangkan diri di kamar
dalam jangka waktu tertentu
8 Orang stres harus makan makanan bergizi dan
istirahat yang cukup
9 Cara mengatasi stres bisa dengan melakukan
relaksasi nafas dalam dengan diiringi musik
10 Mengatasi stres bisa dilakukan dengan melakukan
doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing

Lembar Observasi
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Musik
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
1 Pakaian dilonggarkan dengan posisi tenang
dan nyaman
2 Diawali dengan berdoa, berzikir atau sholawat
3 Memejamkan mata dan konsentrasi dengan
pernafasan sesuai suara musik
4 Bernafas santai sebanyak 3-4 kali sampai
merasa nyaman dalam bernafas
5 Menarik nafas melalui hidung secara perlahan,
mendalam, santai dan merasakan naik perut
dan menahan sampai 3-5 hitungan
6 Mengeluarkan nafas secara perlahan lewat
mulut dengan bentuk huruf “O” dan merasakan
turunnya perut
7 Diselingi dengan nafas biasa 4-5 kali dengan
tarikan nafas dalam
8 Mengulangi pernafasan secara berulang kali
hingga merasa nyaman dan santai
9 Mendengarkan musik sambil memikirkan hal-
hal yang positif
10 Masih berada pada posisi yang aman dan
nyaman hingga prosesi selesai

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


TOPIK CARA MENINGKATKAN HARGA DIRI RENDAH

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Harga diri rendah adalah perasaan positif terhadap
diri
2 Kondisi harga diri rendah bisa terjadi pada lansia
karena perasaan malu akibat kejadian tertentu
3 Peran yang sesuai dengan keinginan lansia, dapat
membuat harga dirinya rendah
4 Lansia yang mengalami harga diri rendah akan
sukar mengambil keputusan
5 Harga diri lansia bisa ditingkatkan oleh lansia dan
dibantu oleh orang lain
6 Lansia dengan harga diri rendah selalu merasa
percaya diri
7 Dukungan yang dapat diberikan pada lansia dengan
harga diri rendah adalah dengan mengenalkan
kekuatan dan kemampuan pada diri lansia
8 Pujian sangat diperlukan dalam membantu lansia
dalam meningkatkan harga dirinya
9 Keikutsertaan dalam kelompok membuat lansia
semakin malu dan tidak percaya diri
10 Lansia sehat dan bahagia meningkatkan harga
dirinya

Lembar Observasi
Cara Meningkatkan Harga Diri
No Dilakukan
Kegiatan
Ya Tidak
Kontak mata saat berbicara dengan lansia
1 Menanyakan kepada orang lain/ lansia :
a. Pendapat orang lain/ lansia tentang dirinya
b. Hal-hal yang membuat orang lain/ lansia
c. Hal-hal yang membuat ia tidak percaya diri atau
malu
2 Memberikan dukungan kepada orang lain/ lansia :
a. Untuk mengenal kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya
b. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas untuk
melakukan kepandaiannya
c. Mengenalkan tanggapan positif dari orang lain
terhadap dirinya
d. Belajar menerima pengaruh dan tantangan baru
e. Melakukan aktifitas bersama dalam kelompok
3 Memberikan pujian untuk tindakan orang lain/ lansia
dalam meningkatkan harga dirinya.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Diisi oleh Keluarga Lansia dengan Depresi

Berilah tanda (V) pada kolom pernyataan yang menurut Anda Benar atau Salah !
No Pernyataan Benar Salah
1 Depresi adalah kondisi gangguan pada jiwa lansia yang sudah
berat
2 Depresi terjadi pada semua lansia karena sudah menjadi tua dan
berpenyakit kronis
3 Depresi pada lansia ditandai dengan perasaan bersedih lebih dari
dua minggu
4 Lansia yang depresi lama memiliki keinginan untuk bunuh diri
5 Kondisi depresi pada lansia bisa dicegah dengan dukungan
keluarga dan masyarakat
6 Lansia depresi karena tinggal bersama keluarga
7 Lansia depresi selalu mengungkapkan perasaannya secara terbuka
dengan orang lain
8 Depresi pada lansia bisa berakibat tekanan darah meningkat
9 Pencegahan depresi pada lansia adalah dengan tetap aktif
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
10 Lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan di
masyarakat tidak berisiko mengalami depresi

Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (sangat setuju, setuju,
tidak setuju atau sangat tidak setuju) !
Tidak Sangat
Sangat
No Pernyataan Setuju setuju tidak
setuju
setuju
Lansia adalah orang yang perlu dihormati dan
1
dihargai
Lansia yang mengalami proses penuaan hanya
2 memiliki masalah fisik yang harus bisa diterima
dengan tulus
Lansia membutuhkan teman untuk berbicara dalam
3
mengatasi depresinya
Keluarga memiliki peran besar dalam membantu
4
lansia depresi untuk bisa pulih, sehat dan bahagia
Suasana yang menyenangkan, akan membuat lansia
5
merasa bahagia.
6 Masalah lansia hanya bisa diatasi oleh lansia sendiri
Lansia tidak perlu ikut dalam kegiatan di rumah
7
maupun di masyarakat
Sarana pelayanan di puskesmas dan posbindu sebagai
8 salah satu fasilitas untuk membuat lansia tetap sehat
dan bahagia
Lansia yang datang ke pelayanan kesehatan untuk
9 mendapatkan pelayanan keperawatan secara fisik dan
psikologis
Memberikan dukungan bagi kesehatan lansia itu
10
penting

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Beri tanda cek list ( ) pada salah satu dari 4 kolom pilihan (Sering, Jarang,
Pernah Atau Tidak Pernah ) !

Tidak
No Pernyataan Sering/ Jarang/ Pernah/ pernah/
setiap sebagian sedikit tidak
waktu besar waktu waktu sama
sekali
1 Bapak/Ibu tersenyum dan bersikap ramah
terhadap lansia
2 Bapak/Ibu menanyakan kepada lansia
tentang perasaan, keinginan lansia
3 Bapak/Ibu mengajak lansia dalam kegiatan
atau aktivitas di dalam rumah
4 Bapak/Ibu memberikan motivasi kepada
lansia untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan lansia
5 Bapak/Ibu memotivasi lansia untuk terlibat
dalam kegiatan posbindu dan kegiatan di
masyarakat
6 Bapak/Ibu berperan serta dalam
merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan untuk lansia bersama
masyarakat (kader dan lansia)
7 Bapak/Ibu bersama-sama lansia dalam
mengatasi stres dengan teknik nafas dalam
8 Bapak/Ibu memotivasi lansia dalam rutin
melakukan kegiatan keagamaan seperti
berdoa sesuai agama dan kepercayaan
9 Bapak/Ibu membiarkan lansia duduk
sendirian dan berdiam diri.
10 Bapak/Ibu memberikan pujian bagi lansia
atas keberhasilan lansia melakukan sesuatu
yang baik.

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Pengkajian Tingkat Depresi pada Lansia
Geriatric Depression Scale (GDS)

No Pernyataan Ya Tidak
1 Hilangnya perasaan senang dalam beraktivitas normal
2 Berat badan menurun atau bertambah
3 Merasa kesulitan tidur atau kebanyakan tidur
4 Merasa kelelahan dan tidak punya tenaga
5 Sulit berkonsentrasi
6 Merasa tidak puas dengan kehidupan saat ini
7 Merasa hidup terasa kosong
8 Merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi
9 Merasa ditinggalkan dan tidak dipedulikan
10 Merasa tidak berdaya
11 Merasa kehilangan orang yang dicintai
12 Menderita penyakit yang tidak sembuh-sembuh
13 Harus minum obat-obatan
14 Merasakan peristiwa yang menyedihkan dan
menyakitkan
15 Perasaan penyesalan dalam hidup ini

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


APA LANSIA ITU ? APA YANG MENYEBABKAN
Lansia adalah setiap orang yang PERUBAHAN FISIK PADA
telah berumur 60 tahun atau lebih, LANSIA ?
jika lebih dari 70 tahun dikatakan Keturunan
lansia resiko tinggi. Nutrisi
Status kesehatan
PERUBAHAN YANG TERJADI Pengalaman hidup
PADA LANSIA ? Lingkungan
Rambut uban, Kulit keriput Stress
Penglihatan berkurang
Pendengaran berkurang APA YANG MENYEBABKAN
Perabaan dan pengecapan PERUBAHAN MENTAL PADA
berkurang. LANSIA ?
Penciuman berkurang Perubahan kesehatan
Daya tahan menurun Kesulitan umum
Badan bungkuk, Gigi ompong tingkat pendidikan
Tulang dan otot mulai rentan Keturunan
Peredaran darah terganggu Lingkungan
Fungsi perut sering terganggu
Fungsi perkencingan terganggu APA YANG MENYEBABKAN
Oleh :
Emosi mudah berubah-ubah
Mahasiswa Spesialis PERUBAHAN SOSIAL PADA
Keperawatan Komunitas Susah tidur
LANSIA ?
merasa kesepian dan sedih
Pensiun (kehilangan)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Kesadaran akan kematian
2013 Perubahan gaya hidup

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


APA YANG PERLU - Konsumsi garam yang dikurangi
DIPERHATIKAN JIKA - Batasi minum kopi dan teh
ANDA SUDAH MENJADI - Hindari BENJOL ( Bayam,
LANSIA ? Emping, Nanas, Jerohan, Otak,
Lemak ).
Peningkatan spiritual
Perlu penyegaran fisik dan
APA YANG SEBAIKNYA mental
DILAKUKAN JIKA SUDAH Biasakan untuk bicara atau
Jika ada benjolan di tubuh
MENJADI LANSIA ? mengungkapkan perasaan
yang sebelumnya tidak ada
Harus tetap aktif (hidup kepada anggota keluarga yang
mata kabur seperti berkabut
sederhana, santai, aktif dalam lain.
Sering sakit-sakitan
organisasi, sosial berkarya, Rutin melakukan pemeriksaan
Sering sempoyongan
hobi dan olahraga; jalan-jalan kesehatan di sarana
Pikun bertambah
minimal 1-2 kali/minggu kesehatan seperti posbindu
Sering kencing, haus dan
selama ½ = 1 jam, sesuai atau puskesmas.
cepat lapar
Susah buang air besar kemampuan dan dilakukan
Batuk lama teratur dan terus menerus).
Sulit kencing Makan makanan bergizi
Sering anyang-anyang - Lemak : 1 gr/hari
Sering pusing - Protein : 1 gr/hari
Dada Berdebar - Mineral, Kalsium, Zat besi,
Kaki bengkak Vitamin D
Ingin menyendiri/cepat marah - Air putih : 5 - 8 gelas
Badan terasa dingin - Merencanakan makanan Semoga Seluruh Lansia

Badan dan persendian terasa - Jadwal makan dibuat sering di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis
SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
nyeri dengan porsi kecil, mudah BAHAGIA.
Tidak selera makan dicerna dan jangan makan
Ingin cepat meninggal dunia terlau kenyang Sekian
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA DEPRESI ITU ? mudah marah
Depresi merupakan gangguan perasan perasa
yang ditandai dengan adanya perasaan curiga
bersedih, hilang minat dan mudah mudah sedih dan murung
putus asa. suka menyendiri
merasa tidak berguna
MENGAPA LANSIA ITU merasa bersalah
BERISIKO DEPRESI ? merasa banyak beban
Pergaulan berkurang tidak mampu mengungkapkan
Penghasilan menurun
perasaan terbuka dengan orang
Tubuh lemah
Kondisi kesehatan menurun
lain.
Kurang aktif
Rekreasi terbatas
Keluarga sibuk
Olahraga kurang
Tinggal sendiri
Tidak memiliki jaminan kesehatan
Menderita penyakit kronis.

APA YANG TERJADI PADA BERADA DI TINGKAT DEPRESI


LANSIA BILA MENGALAMI YANG MANA KONDISI LANSIA
Oleh : SAAT INI ?
DEPRESI ?
Mahasiswa Spesialis
Gangguan tidur (sulit tidur, DEPRESI RINGAN
Keperawatan Komunitas
terlalu banyak/sedikit tidur) Merasa sedih
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Aktifitas menurun Kehilangan minat dan
UNIVERSITAS INDONESIA Kualitas kerja menurun kesenangan serta mudah lelah
Mudah merasa letih dan sakit. Konsentrasi dan perhatian
Tidak percaya diri kurang.
(malu/minder)
mudah tersinggung
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
DEPRESI SEDANG pada lansia.
Kesulitan untuk mengikuti Berikan kesempatan kepada
kegiatan sosial di masyarakat lansia tetap beraktivitas
Kesulitan untuk melakukan sesuai dengan kemampuan
APA YANG PERLU
pekerjaan dan urusan rumah
tangga. DILAKUKAN JIKA LANSIA OLEH MASYARAKAT :
DEPRESI BERAT BERISIKO DEPRESI ?
Gelisah OLEH LANSIA (DIRI SENDIRI) Siapkan tempat dan waktu
Kehilangan harga diri dan untuk lansia berolah raga dan
perasaan tidak berguna I = Ikut serta dalam kegiatan beraktifitas.
Keinginan bunuh diri di rumah, kelompok dan Dukung kegiatan di
masyarakat. masyarakat yang bertujuan
N = Nerima kondisi penuaan untuk meningkatkan
APA YANG TERJADI BILA
D = Diskusi dan Doa kesehatan lansia dan dukung
RISIKO DEPRESI TIDAK
A = Atasi stress lansia untuk rutin melakukan
SEGERA DITANGANI ATAU
H = Harga diri yang positif pemeriksaan kesehatan di
DIKURANGI ?
sarana kesehatan seperti
Timbulnya berbagai penyakit posbindu atau puskesmas.
OLEH KELUARGA :
kronis seperti :
Tekanan darah tinggi
Dukung lansia tetap
Maag
berkomunikasi/ berbicara
Pusing berputar-putar (vertigo)
Ajak lansia berdiskusi
Migran (sakit kepala sebelah)
seminggu sekali
Kanker
Dengarkan keluhan lansia
Stroke
Berikan bantuan ekonomi Semoga Seluruh Lansia
penyakit jantung
Dukung kegiatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis
Mudah lupa (dimensia) SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
Ikut sertakan anak dan cucu
rematik. BAHAGIA.
merawat lansia *******Sekian********
Perasaan ingin bunuh diri
Kenali tanda-tanda depresi
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA BERDUKACITA / Duduk disamping lansia
KEHILANGAN ITU ? Berusaha berkomunikasi diam
dan sentuhan
Proses dimana seseorang
mengalami kehilangan sesuatu
atau seseorang yang bernilai atau
berharga bagi dirinya dalam
kehidupannya.

BAGAIMANA TAHAPAN
BERDUKACITA/KEHILANGAN
dan PERAN KELUARGA ?
TAHAP 2 : MARAH
TAHAP 1 : PENOLAKAN Seseorang biasanya marah dan
Seseorang mengatakan : merasa apa yang terjadi padanya
“ ini tidak mungkin terjadi “ sungguh tidak adil
“saya tidak percaya”
“mustahil” Peran keluarga tahap marah :
Oleh : Bantu lansia untuk mengerti
Peran keluarga tahap penolakan :
Mahasiswa Spesialis
bahwa marah adalah suatu
Keperawatan Komunitas Secara verbal mendukung respon yang normal untuk
lansia tetapi tidak mendukung merasakan kehilangan dan
penolakannya ketidakberdayaan
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA Tidak membantah penolakan
Fasilitasi ungkapan kemarahan
2013 atau penyangkalan lansia
lansia
tetapi menyampaikan
Tangani kebutuhan dasar pada
fakta/kenyataan
tahapan reaksi kemarahan
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
TAHAP 3 : MENIMBANG- Peran keluarga tahap depresi/ “Saya yakin ia bahagia disisi Allah,
NIMBANG/ MENAWAR-NAWAR kesedihan : maka saya akan merasa bahagia
Seseorang mengatakan : Membantu lansia mengurangi pula”
“Andai saja saya yang ada di posisi rasa bersalah denga tetap Peran keluarga tahap Penerimaan
tersebut “ mendukungnya
“seandainya ia tidak pergi secepat Memberikan kesempatan lansia Membantu lansia
ini “ untuk bercerita tentang mengidentifikasi rencana
kesedihannya kegiatan yang akan dilakukan
Peran keluarga tahap Bantu lansia untuk bisa
Memberikan dukungan non
menimbang-nimbang/ tawar mengerti penyebab kematian
verbal dengan cara duduk di
menawar : Bersama-sama lansia, lakukan
samping lansia dan memegang
tangan lansia ziarah ke makam dan atau
Dengarkan dengan penuh
Hargai perasaan lansia melihat foto-foto pemakaman.
perhatian
Bersama lansia membahas Mengurusi surat-surat yang
Ajak lansia berbicara untuk
pikiran negatif yang sering diperlukan
mengurangi rasa bersalah dan
ketakutan yang tidak masuk muncul
akal. Latih mengidentifikasi hal
Berikan dukungan spiritual. positif yang masih dimiliki.

TAHAP 4 : DEPRESI / TAHAP 5 : PENERIMAAN


KESEDIHAN Seseorang akan mulai dapat
menerima dengan ikhlas atas
Seseorang akan : kehilangan yang terjadi dengan
Semoga Seluruh Lansia
Merasa tidak berdaya mengatakan : di Kelurahan Curug
Merasa tidak mampu menjalani “Saya ikhlas atas kepergiannya dan SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
hidup ini akan menjalani hidup ini lebih baik BAHAGIA.
Mengatakan hidupku saat ini tidak lagi” Sekian
ada artinya tanpa kehadirannya
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA KOMUNIKASI ITU ? APA YANG PERLU
Proses menyampaikan pikiran, DIPERHATIKAN DALAM
perasam melalui bahasa, KOMUNIKASI ?
pembicaraan, mendengar, Hubungan saling percaya
gerakan tubuh atau ungkapan Komunikasi terbuka
emosi. Kemampuan dalam
mengambil keputusan
APA TUJUAN KITA
BERKOMUNIKASI ?
KETERAMPILAN APA SAJA
Membangun hubungan yang
DALAM BERKOMUNIKIASI ?
baik

Membentuk suasana Membuat suasana aman


keterbukaan dan saling saat berkomunikasi
mendengarkan Membuat suasana nyaman
saat berkomunikasi
Membuat lansia untuk mau Kemampuan
Oleh :
berbicara saat menghadapi berkomunikasi dengan
Mahasiswa Spesialis
Keperawatan Komunitas masalah orang lain
Memperhatikan
Membuat keluarga mau komunikasi verbal dan non
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
mendengar dan menghargai verbal
UNIVERSITAS INDONESIA
lansia saat berbicara Mengajukan pertanyaan
Mendengarkan orang lain
Membantu lansia dalam
menyelesaikan masalah.
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
gerakan anggota tubuh dan Jangan melakukan
kontak mata. kegiatan lain saat
Tenang berbicara
Tidak melotot Jangan memotong
Kontak mata saat pembicaraan
berbicara Tunjukkan perhatian atas
BAGAIMANA CARA Tidak mengerutkan alis, pembicaraan
BERKOMUNIKASI ? bibir Lakukan pengulangan
KOMUNIKASI VERBAL Suara tidak dibuat-buat Berikan komentar kecil
YANG BAIK untuk menghargai orang
Komunikasi yang menggunakan CARA BERTANYA YANG lain saat berbicara.
kata-kata. BAIK Jika perlu konsultasi
Sedehana Jelas kesehatan lansia, tetap
Tidak menyinggung dan Bertanya untuk datanglah ke sarana
mengkritik mendapatkan informasi pelayanan kesehatan.
Jelas Dengan bahasa yang seperti posbindu atau
Menyimpulkan sopan dan mudah dipahami puskesmas.
Menyemangati
Memberikan informasi CARA MENDENGAR YANG
BAIK
KOMUNIKASI NON VERBAL Jaga kontak mata saat
YANG BAIK orang lain berbicara
Komunikasi dalam bentuk Tunjukkan minat untuk Semoga Seluruh Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Cimanggis
ekspresi wajah, nada suara, mendengarkan SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
BAHAGIA.
*******Sekian********
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA STRES ITU ? Kehilangan kepercayaan
Stres adalah situasi atau kondisi terhadap orang lain
dimana kita merasa tidak nyaman Malas bergaul
Pusing
Diare
PENYEBAB STRES YANG
Selera makan berubah
TERJADI PADA LANSIA ?
Mudah lelah
Berasal dari dalam tubuh
Mudah gugup
( misalnya demam, rasa
bersalah, pertentangan batin)
Berasal dari luar tubuh
( misalnya ada masalah dalam APA AKIBAT DARI STRES ?
Keluarga, dan di masyarakat) Terganggunya pemikiran
seseorang tentang kehidupan

Terganggunnya dalam
penyelesaian masalah

Terganggunya hubungan
APA TANDA-TANDA STRES dengan orang lain
PADA LANSIA ?
Oleh :
Sedih Terganggunya kesehatan
Mahasiswa Spesialis
Mudah menangis
Keperawatan Komunitas
Mudah marah
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Takut
UNIVERSITAS INDONESIA Cemas
Sulit Konsentrasi
Sulit mengambil keputusan
Mudah lupa

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Teknik Relaksasi Nafas
Langkah-langkahnya :
Dalam dan Terapi musik  Posisikan tubuh secara nyaman
Pengertian :  Pilih dan dengarkan musik santai,
Suatu cara membuat tubuh nyaman tenang dan teratur
 Pejamkan mata dan konsentrasi penuh
dengan pernafasan pelan dengan
dengan pernafasan sesuai suara musik
pernafasan perut sambil
 Bernafas dengan santai sebanyak 3-4
mendengarkan musik.
kali sampai merasa nyaman dalam
bernafas
APA YANG SEBAIKNYA Tujuan :  Tarik nafas melalui hidung secara
 Membuat tubuh lebih santai perlahan, mendalam, santai dan
DILAKUKAN JIKA LANSIA
 Membuat tubuh lebih tenang. rasakan naiknya perut dan tahan
MENGALAMI STRES ?
sampai 3 – 5 hitungan
Olahrafa teratur
Manfaat :  Keluarkan nafas secara perlahan
 Membuat ketentraman hati lewat mulut dengan bentuk huruf “O”
Makan makanan bergizi dan rasakan turunnya perut
 Berkurangnya rasa cemas dan
gelisah  Selingi nafas seperti biasa 4-5 kali
Peningkatan spiritual dengan tarikan nafas dalam
 Mengurangi ketegangan jiwa
 Ulangi pernafasan secara berulang
 Mengurangi tekanan darah
Perlu penyegaran fisik dan kali hingga merasa nyaman santai.
 Meningkatkan tidur lelap.
mental  Dengarkan musik sambil memikirkan
hal-hal yang positif
Persiapan :
Biasakan untuk bicara atau
 Pakaian dilonggarkan
mengungkapkan perasaan
 Lepaskan alas kaki
kepada anggota keluarga yang
 Ruangan dalam keadaan tenang Semoga Seluruh Lansia
lain.
 Boleh dilakukan sambil berdoa, di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis
SELALU SEHAT, TETAP SEHAT DAN
berzikir atau sholawat atau
Istirahat yang cukup BAHAGIA.
dengan disertai musik yang
lembut. Sekian
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
APA HARGA DIRI RENDAH HAL-HAL APA SAJA YANG
ITU ? MEMEPENGARUHI HARGA
DIRI RENDAH PADA LANSIA?

Perasaan yang negatif terhadap Ketegangan peran akibat


diri sendiri, termasuk kehilangan stress dan putus asa
atau hilangnya percaya diri dan Peran yang tidak sesuai
harga diri, merasa gagal yang dengan keinginan.
diperoleh dari diri sendiri dan Peran yang tidak jelas
orang lain. Peran yang terlalu banyak
Perubahan kondisi
lingkungan yang tidak
MENGAPA LANSIA ITU BISA sesuai dengan lansia.
MENGALAMI HARGA DIRI Situasi perubahan peran
RENDAH ? akibat bertambah atau
berkurangnya orang yang
Situasional terpenting dalam hidup
trauma secara tiba-tiba misalnya lansia
karena pasca operasi, kehilangan Perubahan dari sehat ke
orang yang dicintai, sering gagal, sakit.
Oleh :
perasaan malu akibat kejadian
Mahasiswa Spesialis
tertentu.
Keperawatan Komunitas

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Kronik


UNIVERSITAS INDONESIA Perasaan negatif terhadap diri
Sendiri dan sudah berlangsung
lama
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014
BAGAIMANAKAH LANSIA TAHAP 2 : TAHAP 3
YANG MENGALAMI HARGA DUKUNG LANSIA
DIRI RENDAH ITU ? Buat pernyataan positif
Malu pada diri sendiri Mengenal kekuatan dan tentang lansia
Merasa bersalah terhadap kemampuannya Memberikan pujian untuk
diri sendiri tindakan lansia dalam
Merendahkan martabat Kontak mata saat meningkatkan harga dirinya.
misalnya saya tidak bisa, berbicara
tidak mampu. jangan lupa untuk tetap
Gangguan hubungan sosial Fasilitasi lingkungan dan menggunakan fasilitas
misalnya suka menyendiri aktifitas untuk melakukan kesehatan untuk
dan tidak mau bertemu kepandaiannya. menjaga dan memelihara
dengan orang lain. kesehatan lansia
Sukar mengambil keputusan Mengenal tanggapan
Inginan melukai diri sendiri. positif orang lain

BAGAIMANA CARA Menerima pengaruh dan


MENINGKATKAN HARGA tantangan baru
DIRI LANSIA
TAHAP 1 :
TANYAKAN PADA LANSIA Melakukan aktifitas
Pendapat tentang dirinya bersama kelompok Semoga Seluruh Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Cimanggis
Hal-hal yang membuat
SELALU SEHAT, TETAP SEHAT
dirinya percaya diri DAN BAHAGIA.
Hal-hal yang membuat ia *******Sekian********
tidak percaya diri atau malu

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Perasaanku Hatiku Bulan Ini : ......................................
Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pagi

Malam
Yang Ikut kegiatan di rumah
saya Ikut kegiatan di masyarakat
lakukan Nerima kondisi dengan tulus dan ikhlas
Doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Beribadah sesuai dengan agama kepercayaan
Diskusi bersama anggota keluarga yang lain
Atasi stress dengan teknik relaksasi : meditasi
Harga diri positif dengan selalu berpikiran
positif
Harga diri positif dengan merasa diri berharga
dan berguna bagi orang lain

Tanggal 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Pagi

Malam
Yang Ikut kegiatan di rumah
Saya Ikut kegiatan di masyarakat
Lakukan Nerima kondisi dengan tulus dan ikhlas
Doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Beribadah sesuai dengan agama kepercayaan
Diskusi bersama anggota keluarga yang lain
Atasi stress dengan teknik relasasi: meditasi
Harga diri positif dengan selalu berpikiran
positif
Harga diri positif dengan merasa diri berharga
dan berguna bagi orang lain

Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014


Panduan Pengisian 6. Untuk mengetahui perasaan hati, bisa KARTU TILIK DIRI
Kartu Tilik Diri (KTD) Lansia dilakukan dengan menggunakan
cermin atau kaca. Padanglah wajah
(KTD)
1. Kartu ini digunakan untuk
pada cermin dan perhatikan dengan
menggambarkan perasaan hati
baik. Wajah kita saat itu dapat LANSIA “INDAH”
dengan menilik atau menilai diri
menggambarkan perasaan hati kita. SEHAT DAN BAHAGIA
sendiri selama satu bulan ke depan.
Bebas depresi
7. Berilah tanda (√) pada kolom Yang
2. Isilah pada kolom yang tersedia :
Nama lansia, usia lansia saat ini, Saya Lakukan untuk pilihan
alamat tempat tinggal lansia saat ini, tindakan yang telah dilakukan pada
tinggal dengan siapa, hobby atau hari tersebut.
kegemaran lansia hingga saat ini,
serta cita-cita atau keinginan lansia 8. Isilah kolom pada kartu setiap hari
yang ingin dicapai atau sesuatu yang dan mintalah bantuan kepada anggota
diharapkannya terjadi. keluarga jika memerlukan bantuan
dalam menuliskannya.
3. Isilah nama bulan dan tahun
pengisian kartu pada kolom Perasaan 9. Bila lansia mengalami kesedihan
Hatiku Bulan Ini. setiap hari, dapat segera hubungi
Kader kesehatan (No telp..................) Nama Lansia : ..........................................
4. Isilah kolom perasaan hatiku dengan atau segera bawa ke fasilitas Usia : ...........tahun
lambang : kesehatan terdekat. Alamat : ..........................................
Bila perasaan hati senang, Tinggal dengan : ..........................................
Hobby :
U bahagia, segar dan gembira
.........................................................................
.........................................................................
Bila perasaan hati sedih
∩ atau malu atau kecewa Cita-cita yang ingin dicapai :
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
5. Isilah salah satu lambang pada kolom Semoga Seluruh Lansia
pagi tentang perasaan hati di pagi di Kelurahan Curug
hari saat bangun tidur dan pada SEHAT DAN BAHAGIA.
kolom malam tentang perasaan hati ***************
di malam hari sebelum tidur.
Pengaruh intervensi ..., Agnes Dewi Astuti, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai