Anda di halaman 1dari 165

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan


Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan


Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh
Riskina Syahputri Nasution S. Kep
071101022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatann Pasien dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L.
Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep


Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F. Kep USU

Abstrak

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh
selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan
keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada
pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan
manajemen ruangan dan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang Anyelir RS dr.
G. L. Tobing Tanjung Morawa. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan
terhadap satu orang pasien perdarahan uterus disfungsional dengan memberikan
intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan
manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni 2012 sampai 02 Juli 2012
dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Nn. H
dengan diagnosa perdarahan uterus disfungsional sebagai pasien kelolaan sejak
tanggal 13-15 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait dengan
masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi
bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

Kata Kunci : Perdarahan Uterus Disfungsional, Asuhan Keperawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Management of Nursing Services and Nursing Care of Client with
Disfunctional Uterine Bleeding in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep


Educational Studies Program Phase Professional Nurses F. Kep USU

Abstract

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all
the theories and concepts that have been acquired during the educational process
by managing nursing service management and provide professional nursing care
to patient. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning
includes the management of ward and Nursing Care Management from the
assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation for a month
in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Nursing care in this
Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with
disfunctional uterine bleeding- related interventions with problems that arise in
patient. Implementation of space management Anyelir conducted from the date of
June 11 to 30, 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed
at Nn. H with diagnosis of disfunctional uterine bleeding as patient managed from
the date of June 13 to 15, 2012 in which patients received nursing care associated
with nursing problems experienced during in hospital and how to care the patient
after being at home

Keyword : Disfunctional Uterine Bleeding, Nursing Care

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kata Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat

Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang tiada terhitung sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfungsiona di Ruangan Anyelir, RS. dr. G. L. Tobing

Tanjung Morawa” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara..

Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Uswatun Hasanah, Rasulullah

Muhammad SAW, semoga mendapat syafaat beliau di yaumul akhir kelak.

Selama proses penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir

pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibunda Sofia Deritawati Lubis S. H. dan Ayahanda Ir.

Syahlan Nasution, M. Si. yang selalu penulis rindukan, yang telah memberikan

kasih sayang yang tulus dan pengorbanan hidup, yang menjadi penyemangat

dikala penulis merasa lelah dan selalu mengirimkan beribu doa disetiap

malamnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Siti Saidah Nasution S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing PBLK

yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral,

masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan laporan ini

dapat diselesaikan

4. Pihak RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa khususnya Rismayati, S. Kep, Ns

yang telah banyak membantu dalam menjalani PBLK dan seluruh pegawai

Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberi bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan akademik di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

6. Saudara-saudaraku tersayang drg. Syahnita Sari Nugraha Nasution dan Fahrul

Rozi Harahap S.S (suami), Syoflaige Larunta Nasution, S.Pd dan Rabin

Suhardi, S.Pd (suami), Adhan Barqah Nasution, S.T, dan Suci Alhamna

Rahmadina Nasution atas do’a, dukungan, dan semangat yang diberikan

kepada penulis

7. Teman terdekat “Muhammad Bayu Rahman, Amd., S.S” yang telah banyak

membantu dan memberi semangat kepada penulis dalam menjalani pendidikan

ners.

8. Teman-teman dari stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-

persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kerja samanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberi

sumbangsih pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan bagi

masyarakat

Medan, 07 Juli 2012

(Riskina Syahputri Nasution, S. Kep)

NIM: 071101022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Abstrak ............................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Daftar Skema.................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 4
C. Manfaat .............................................................................................................. 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN


A. Konsep Dasar ............................................................................................ 6
1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan ........................ 6
2. Fungsi Manajemen Keperawatan ......................................................... 6
3. Standar Asuhan Keperawatan .............................................................. 10
4. Model Asuhan Keperawatan ................................................................ 13
B. Analisa Ruang Rawat ................................................................................. 18
1. Pengkajian ............................................................................................ 18
2. Analisa Situasi...................................................................................... 31
3. Rumusan Masalah ................................................................................ 36
4. Rencana Penyelesaian Masalah............................................................ 37
5. Implementasi ........................................................................................ 41
6. Evaluasi ................................................................................................ 41
C. Pembahasan ................................................................................................ 43
1. Manajemen Ruangan............................................................................ 43
2. Asuhan Keperawatan Pasien Kelolaan................................................. 45

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. Landasan Teori ........................................................................................... 47
1. Pengertian............................................................................................. 47
2. Etiologi ................................................................................................. 48
3. Patofisiologi ......................................................................................... 49
4. Manifestasi Klinik ................................................................................ 50
5. Terapi ................................................................................................... 53
6. Komplikasi ........................................................................................... 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 55
B. Tinjauan Kasus ........................................................................................... 66
1. Pengkajian ............................................................................................ 66
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 73
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 74
4. Implementasi dan Evaluasi .................................................................. 78
5. Ringkasan Keperawatan Pasien Pulang ............................................... 82

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 83
B. Saran .......................................................................................................... 86

Daftar Pustaka ............................................................................................... 87


Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Tabel

Tabel 1 Jumlah Tenaga Kerja………………………………………… 19

Tabel 2 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga…….. 20

Tabel 3 Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan ………………….. 21

Tabel 4 Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional

(PUD) dan bentuk kelainannya………………………………..48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Skema

Skema 1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional………… 14

Skema 2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim………………… 16

Skema 3 Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ………… 17

Skema 4 Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus…………... 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Lampiran

Lampiran 1 Planning Of Action (POA)

Lampiran 2 Jadwal Konsul Laporan PBLK

Lampiran 3 Instrumen I : Penilaian Kepemimpinan

Lampiran 4 Instrumen II : Kepuasaa Kerja Perawat

Lampiran 5 Instrumen III : Kepuasan Pasien

Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 7 Leaflet Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 8 Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perdarahan

Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 9 Petunjuk Teknis Pengisian Asuhan Keperawatan dengan Metode

Checklist

Lampiran 10 Format Pengkajian dengan Metode Checklist

Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan dengan Metode Checklist

Lampiran 12 Proposal Sosialisasi

Lampiran 13 Undangan Sosialisasi

Lampiran 14 Notulensi Sosialisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L.
Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep


Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F. Kep USU

Abstrak

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh
selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan
keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada
pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan
manajemen ruangan dan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang Anyelir RS dr.
G. L. Tobing Tanjung Morawa. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan
terhadap satu orang pasien perdarahan uterus disfungsional dengan memberikan
intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan
manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni 2012 sampai 02 Juli 2012
dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Nn. H
dengan diagnosa perdarahan uterus disfungsional sebagai pasien kelolaan sejak
tanggal 13-15 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait dengan
masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi
bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

Kata Kunci : Perdarahan Uterus Disfungsional, Asuhan Keperawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Management of Nursing Services and Nursing Care of Client with
Disfunctional Uterine Bleeding in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep


Educational Studies Program Phase Professional Nurses F. Kep USU

Abstract

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all
the theories and concepts that have been acquired during the educational process
by managing nursing service management and provide professional nursing care
to patient. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning
includes the management of ward and Nursing Care Management from the
assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation for a month
in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Nursing care in this
Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with
disfunctional uterine bleeding- related interventions with problems that arise in
patient. Implementation of space management Anyelir conducted from the date of
June 11 to 30, 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed
at Nn. H with diagnosis of disfunctional uterine bleeding as patient managed from
the date of June 13 to 15, 2012 in which patients received nursing care associated
with nursing problems experienced during in hospital and how to care the patient
after being at home

Keyword : Disfunctional Uterine Bleeding, Nursing Care

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan

mata kuliah yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia nyata

dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses

pendidikan. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif juga merupakan suatu sarana

dalam memberikan masukan secara langsung untuk peningkatan pelayanan

keperawatan pada lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesa

ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif

sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu,

keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan

keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui

proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien

dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan

keperawatan.

Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Ruang Anyelir RS G. L.

Tobing Tanjung Morawa selama 4 minggu, dimulai sejak 11 Juni 2012 sampai 07

Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan meningkatkan

pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada

lahan praktik dan pasien kelolaan.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Ruang Anyelir pada 14-15

Juni 2012, ditemukan beberapa masalah yang terdapat di ruang tersebut.

Pelayanan kesehatan yang tidak maksimal disebabkan beberapa faktor

penghambat yang tidak mendukung pemberian pelayanan. Salah satu faktor

tersebut adalah sistem manajemen yang kurang tertata di ruang Anyelir. Oleh

karena itu, mahasiswa akan melakukan penerapan manajemen pelayanan

keperawatan melalui penataan kembali manajemen ruangan khususnya di Ruang

Anyelir. Manajemen yang dilakukan mencakup penataan individu terkait dengan

kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan maksimal, sistem yang

menjadi dasar aturan di ruangan dan fasilitas/ peralatan yang mendukung kinerja

petugas kesehatan di ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan

di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfunsional (PUD) sehingga untuk manajemen asuhan

keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan

uterus disfungsional. Kadarusman (2005) menyatakan bahwa angka kejadian

perdarahan uterus disfungsional di masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan angka kejadian yang diajukan penulis. Hal ini berhubungan dengan

keengganan penderita, terutama pada usia perimenars untuk menjalani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemeriksaan. Selain itu sebagian perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti

atau sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Gangguan haid sering dialami wanita usia perimenars dan

perimenopause. Di Amerika Serikat dan Inggris, perdarahan uterus disfungsional

merupakan 10% dari kunjungan rumah sakit dan 90% dari kasus perdarahan

uterus abnormal. Berdasarkan golongan usia, 3-4% perdarahan uterus

disfungsional terjadi pada remaja. Dalam hubungannya dengan siklus haid,

perdarahan uterus disfungsional lebih sering ditemukan pada siklus anovulatorik

yaitu sekitar 85-90% (Kadarusman, 2005).

Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan

uterus disfungsional ini secara menyeluruh. Kebanyakan penulis memperkirakan

kekerapannya sama dengan di luar negeri, yaitu 10% dari kunjungan ginekologik.

Di RSCM/ FKUI pada tahun 1989 ditemukan 39% kasus perdarahan uterus

disfungsional dari kunjungan poliklinik endokronologi dan reproduksi

(Kadarusman, 2005).

Perdarahan Uterus Disfungsional merupakan perdarahan abnormal dari

uterus tanpa disertai kelainan organik dan hematologik melainkan hanya

merupakan gangguan fungsional (Kadarusman, 2005). Karakteristik perdarahan

uterus disfungsional bervariasi yaitu perdarahan yang banyak tetapi jarang hingga

perdarahan terus menerus dan berlangsung lama. Jika perdarahan tersebut tidak

segera ditangani dengan serius, perdarahan akan mengakibatkan komplikasi bagi

penderita PUD. Suseno (2007) mengatakan bahwa komplikasi dari perdarahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


uterus disfungsional adalah infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim

tanpa perdarahan haid yang cukup.

Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep

pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Penulis berencana

memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan

dan diakhiri dengan pemberian edukasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan

oleh pasien dengan gangguan perdarahan uterus disfungsional dengan

menggunakan media poster dan leaflet yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan

keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan

profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dapat

melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

secara efektif dan efisien.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan

gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa

mengelola manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya

tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Selama kegiatan PBLK, lahan praktik dapat menggunakan tenaga

mahasiswa sebagai perawat tambahan. Selain itu dapat meningkatkan mutu

pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus

kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan

POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari

Nursalam, 2007).

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan

berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen

keperawatan dan dari sub unit departemen.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007) merupakan salah

satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan

empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(organizing), mengarahkan (coordinating or directing), dan pengendalian

(controlling). Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan

inti dari proses manajemen secara akurat.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas

lima fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling). Bab ini akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen

menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan

dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer

perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk

mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan

cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari

perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan

personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa

perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih

prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian

membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007)

menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran,

membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan

mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan

sejumlah kegiatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah

mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana

untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan

tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,

departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006)

menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan

dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan

yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan,

tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan

tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer

bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk

mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

c. Pengaturan staf (Staffing)

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam

manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang

teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis

personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi

tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari

manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi,

dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk

menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya

kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan,

situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi

ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi

kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat

keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen

yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk

mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang

telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter

(2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari

berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.

e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus

menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,

pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan

kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan

(Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah

fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan

sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah direncanakan sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi

yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap

kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan

memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang

maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini

meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen

Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

1) Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis,

diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid

2) Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan

data spiritual

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh

data yang telah dikumpulkan

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan

pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari

masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien

sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,

realistik, ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan

keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


belakang bidaya pasien/ keluarga, menentukan alternatif tindakan yang

tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan

nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang

mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria:

dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko-

sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan

dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,

menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan

keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,

merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien,

mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat

setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan

berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan

berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada

pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi

melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan

standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria:

dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai

bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan

dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah

yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan

harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan tindakan

dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan

pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan

yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim

keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990

dikutip dari Priharjo R, 1995).

a. Metode Kasus

Metode ini disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang

merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung

jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian

shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan

keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

b. Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi

bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan

pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan

dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job

description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini

cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.

Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana

pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


Pengobatan Merawat luka Injeksi Merawat luka

Pasien/ klien

Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang

digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan

memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul

karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari

perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta

pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih

menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk

belajar (Nursalam, 2007).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin

ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan

metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada

klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua

personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan

anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi

tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,

memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim

untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Staf Staf

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

d. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab

selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan

perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan

primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer

mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,

mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,

dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan

tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan

menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk

pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan

perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan

pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dokter Kepala Sarana /

Perawat

PP pagi PP sore PP malam

Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

e. Sistem Manejemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para

manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien

selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa

cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit

3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan

membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan

tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget

yang tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan

termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima

Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional

yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP),

hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan

manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem kompetensi dan

penghargaan.

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir (Obstetri & Ginekologi)

dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012

melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan

beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi

ruangan, pelayanan asuhan kebidanan/ keperawatan, penyediaan sarana dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan

asuhan keperawatan/ kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran

kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5

orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan,

dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah

pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil

analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut:

a. Man

Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang

terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang

Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan

pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya

berpendidikan DIII Kebidanan.

Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing

melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan

selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai oleh Karu disampaikan kepada Kepala

Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan

yang tepat untuk setiap pegawai..

1) Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anyelir

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja

No. Jabatan Pendidikan Jumlah


1. Kepala Poliklinik DIII Kebidanan 1 orang
2. Karu VK DIII Kebidanan 1 orang
3. Karu Rawat Inap DIII Kebidanan 1 orang
4. Pelaksana DIII Kebidanan 11 orang
Total 14 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang

membantu proses administrasi ruangan.

2) Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata

pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara

keseluruhan adalah minimal (Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012). Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir

adalah sebagai berikut:

Ruang Anyelir :Rata-rata pasien x 100 %


Tempat tidur pasien
: 4 x 100 % = 40 %
10
(Douglas, Lovevidge dan cunning)

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan

pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan

waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam,

perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 09

Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan

kebutuhan tenaga pada Tabel.3

Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga

Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Partial - - - -
Total - - - -
Jumlah 4 8,15 = 8 orang 0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Shift pagi : 1 orang

Shift siang : 1 orang

Shift malam : 1 orang

Faktor libur dan cuti = 25% x 4 = 1= 1 perawat

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan

pasien adalah:

P + S + M + L+ 1 Karu = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 perawat

Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori

asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah Rata-rata jam Total


pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari
1. Askep minimal 4 2 8
2. Askep sedang - - -
3. Askep agak berat - - -
4. Askep maksimal - - -
4 8

a) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah total perawatan = 8 = 1,14

Jam efektif perawat 7

b) Jumlah hari libur (loss day):

Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat

Jumlah hari kerja efektif

52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3

286

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c) Pekerjaan Non Keperawatan:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 %

1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36

d) Jumlah kebutuhan perawat:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non

keperawatan

1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap Anyelir

menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus

Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika

dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga

sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang

perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat

melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh

perawat.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga

perawat/bidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat/ bidan yang

ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah

kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan

menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada

kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawat/bidan

yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidan/perawat di ruang

anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa

minat bidan di Ruang Anyelir untuk melanjutkan pendidikannya kurang karena

faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan

sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan

pada tenaga perawat/bidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang

pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan

tentang manajemen asuhan keperawatan.

Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur. Masalah-

masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan

dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan.

Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan

apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi

keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi

selalu bisa diatasi dengan baik.

Kepala Poliklinik/ruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai,

malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak

3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan

perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinik/ruangan

kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua

anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil

kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perlakuan

atasan selama bekerja, 75 % menyatakan cukup puas, dan 12,5 % menyatakan

puas.

Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada

5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100% pasien rawat inap puas

dengan pelayanan di Ruang Anyelir

3) Kolaborasi dan Koordinasi

Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup

baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil

keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan

pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

b. Metode

Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum,

memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto

RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah

Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :

Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya

saing”

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap

karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II (persero) dan keluarganya.

2) Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang

profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima

4) Memberikan konstribusi yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat

sekitar

5) Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai

tambah

Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

“ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama

pelayanan kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya

Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Kami Peduli Kesehatan Anda”

Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr.

G. L. Tobing adalah :

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan

keperawatan dan kebidanan yang berkualitas.

2) Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan

berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang

profesional.

Falsafah Keperawatan :

“Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan

keluarga dengan cinta kasih untuk meningkatkan mutu kesehatan”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Motto Keperawatan :

“RSGLT “ : Ramah

Senyum

Gigih

Lues

Terampil

Tujuan Umum:

1) Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

2) Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan pasien berdasarkan standar profesi keperawatan/ standar asuhan

keperawatan (SAK), standar etika keperawatan, standar komunikasi

terapeutik, standar prosedur operasional (SPO).

3) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan

produktivitas kerja.

4) Meminimalkan infeksi nosokomial.

5) Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

yang optimal.

Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan (SAK) yang

menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar

Prosedur Operasional (SPO). Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang

Anyelir adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 24 jam pertama.

2) Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa

sakit.

3) Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan

Rooming In.

4) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui,

memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene

(membersihkan tali pusat).

5) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.

6) Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.

Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK,

SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga

memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada

pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis

kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi

hanya berupa pemberian informasi dan diskusi.

Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa

mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya

penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan

kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan

kesehatan kepada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter

melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.

Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan

bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu

mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan/

kebidanan kepada pasien.

Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode

Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab (PJ) dan tiap

PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan

wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan

dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga

sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli

didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir

belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat

oleh RS dr. G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan

secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan

kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug.

Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS dr.

G. L. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara

nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah

melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat.

Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam

mengelola peralatan (inventaris). Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan

secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur.

c. Money

Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh

rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing

di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian

keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang

digunakan pasien.

d. Material

Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan

secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis

pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik

rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang

Anyelir sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan

oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali.

Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang

Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun

dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan

perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya

disimpan di gudang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat

sampah benda tajam, tempat sampah infeksi dan non infeksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Analisa Situasi

a. Man

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)


 Seluruh tenaga bidan di  Pegawai kurang optimal  Adanya mahasiswa yang  Adanya persaingan mutu
Ruang Anyelir RS dr. dalam melakukan pendidikan praktek di ruang anylir rata- pelayanan dengan rumah sakit
G. L. Tobing kesehatan kepada pasien. rata 2-4 orang per minggu. lain sehingga harus
merupakan lulusan D3  Belum memiliki SAK.  RS. G.L Tobing memberi meningkatkan mutu pelayanan.
Kebidanan.  Belum menjalankan SPO kesempatan kepada pegawai-  RS G.L. Tobing merupakan
 Semua perawat/bidan secara optimal. pegawai yang berkeinginan rumah sakit tipe C.
Ruang Anyelir  Pendidikan kapoli/karu yang melanjutkan pendidikan.  Era globalisasi yang menuntut
memiliki pengalaman tidak mencapai standar adanya pelayanan keperawatan/
kerja yang cukup lama keprofesionalan seorang kebidanan yang berkualitas dan
(> 23 tahun). karu/kapoli. bermutu.
 Dari hasil kuesioner  Tidak adanya beasiswa untuk
didapat data bahwa melanjutkan pendidikan ke
(100%) perawat/bidan jenjang lebih tinggi.
menyatakan cukup puas
dengan pekerjaanya.
 Dari hasil kuesioner
kepuasan pasien
diperoleh data bahwa
(100%) pasien merasa
cukup puas terhadap
pelayanan yang
diberikan oleh
perawat/bidan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Adanya pembagian
waktu kerja yakni 3
shift (pagi, siang dan
malam).
 Pegawai mendampingi
pasien saat visite
dokter.
 Sebanyak 100 % pasien
menyatakan puas
terhadap pelayanan
yang diberikan oleh
perawat/bidan di ruang
Anyelir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Metode

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)


 Ruang Anyelir sudah  Ruang Anyelir belum  RS GL. Tobing memberikan  Adanya tuntutan akan pelayanan
memiliki struktur memiliki Standar Asuhan pelayanan pada pasien keperawatan yang lebih
organisasi yang jelas. Kebidanan yang jelas. Jamsostek, Jamkesmas, dan profesional
 Ruang Anyelir memilik  Ruang Anyelir belum umum.
Standar Prosedur memiliki alur pendelegasian
Operasional (SPO). tugas yang jelas (belum
 Adanya ketetapan memiliki sistem
jadwal buka-tutup dan pendelegasian tugas secara
sudah terlaksana tertulis).
dengan baik  Tidak ada jadwal pertemuan
 Setiap ada konflik rutin pegawai di ruang
langsung diselesaikan Anyelir
bersama-sama  Supervisi hanya dilakukan
 Dari hasi kuesioner oleh kepala bidang
yang dibagikan, didapat keperawatan dengan waktu
bahwa 12,5 % yang tidak ditentukan.
menyatakan tidak puas  Dokumentasi Asuhan
dengan perilaku kebidanan belum optimal
pemimpin, 75 % cukup dilaksanakan
puas, dan 12,5 % puas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Money

Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Ihreatened)


 Ruangan (Ruang  Sistem pembayaran gaji  Adanya bantuan/jaminan  Rumah sakit lain yang
Anyelir) memiliki pegawai yang masih pembayaran bagi masyarakat mempunyai donatur/yayasan
sistem budgeting yang manual. miskin melalui JAMKESMAS untuk meningkatkan kebutuhan
diatur langsung oleh (jaminan kesehatan rumah sakit dengan dana yang
direktorat Rumah Sakit msyarakat), Jamsostek tinggi.
baik untuk pelayanan (Jaminan Sosial dan Tenaga
maupun untuk Kerja),
penggajian pegawai  RS GL Tobing memberikan
ruangan. tunjangan seperti tunjangan
 Tunjangan diberikan kontrakan rumah, tunjangan
sesuai dengan peraturan transportasi, tunjangan jabatan.
yang sudah ditetapkan
oleh RS GL. Tobing
 Sistem pembayaran
biaya pelayanan
kesehatan di bagian
keuangan RS GL
Tobing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Material

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)


 Perawatan alat-alat  Adanya operan alat-alat  Adanya kebutuhan dana/  Rumah sakit lain yang
dilakukan setiap saat medis setiap hari namun, anggaran dari PTPN 2 yang mempunyai fasilitas yang lebih
setelah alat dipakai belum ada memasok dan mensubsidi lengkap.
ataupun pasien keluar pendokumentasian data peralatan di rumah sakit.
dari ruangan yaitu setiap hari.
dengan dibersihkan dan  Tidak adanya
dirapikan. penanggungjawab terhadap
 Ruang Anyelir peralatan yang rusak di
memiliki 10 bed. Ruang Anyelir.
 Ruangan sudah  Adanya keterbatasan alat-
memiliki pembuangan alat medis
sampah medis dan non  Belum adanya label nama
medis. tempat sampah medis dan
 Ruangan memiliki non-medis, benda tajam.
sarana komunikasi
tidak langsung seperti
papan pengumuman
yang dapat
dimanfaatkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Rumusan Masalah

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

b. Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO.

c. Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan

seorang karu/kapoli.

d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih

tinggi.

e. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

adanya sistem pendelegasian secara tertulis).

g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan.

h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir.

i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu

yang tidak ditentukan.

j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan.

k. Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual.

l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada

pendokumentasian data setiap hari.

m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang

Anyelir.

n. Adanya keterbatasan alat-alat medis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non

medis, benda tajam.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi

Ners Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa

rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh

mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi

dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah :

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan

secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2) Penyediaan beberapa topik leaflet.

3) Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4) Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

5) Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa

profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist kepada

kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan

aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut

melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di

ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

3) Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non

medis, benda tajam.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda

tajam.

2) Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung Jawab
1. Pegawai kurang Meningkatkan  Pengusulan kepada kepala ruangan 25 Juni 2012  Riskina Syahputri
optimal dalam pengetahuan pasien yang untuk melakukan promosi kesehatan Nasution, S. Kep
melakukan berhubungan dengan secara terjadwal sesuai kebutuhan  Wahyu Ningsih
pendidikan penyakit pasien dan yang pasien.
Lase, S. Kep
kesehatan sesuai dengan  Penyediaan beberapa topik leaflet.
kepada pasien kebutuhannya  Penyediaan tempat leaflet yang akan
diletakkan di meja nurse station.
 Pengadaan poster berdasarkan kasus
terbanyak yang ada di ruang
Anyelir.
 Role model melalui pemberian
pendidikan kesehatan oleh
mahasiswa profesi Ners Fakultas
Keperawatan USU
2. Dokumentasi Melengkapi dokumentasi  Pengajuan format dokumentasi 28 Juni 2012 Erwina Irwan, S.Kep
Asuhan asuhan keperawatan yang asuhan keperawatan kepada kepala
kebidanan belum ada di ruang Anyelir bidang keperawatan RS G. L.
optimal Tobing.
dilaksanakan  Sosialisasi format dokumentasi
asuhan keperawatan sistem checklist
dan aplikasi format dokumentasi
asuhan keperawatan sistem checklist
tersebut melalui sebuah kasus
kepada kepala divis keperawatan
dan perawat/bidan di ruang Anyelir
RS G. L. Tobing.
 Pendokumentasian asuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keperawatan oleh mahasiswa profesi
Ners Fakultas Keperawatan USU
3. Belum adanya Untuk mengetahui secara  Pengusulan pembuatan label nama 26 Juni 2012 Septian M.
pelabelan nama jelas nama tempat sampah sampah medis, non-medis, dan Sebayang, S.Kep
di setiap tempat medis dan non-medis serta benda tajam.
sampah medis, menghindari terjadinya  Penempelan label nama sampah
non medis, dan pencampuran sampah medis, non-medis, dan benda tajam.
benda tajam. medis dan non-medis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Implementasi

Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapat,

maka dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:

a. 21 Juni 2012 dilakukan sosialisasi mengenai rencana kegiatan yang akan

dilakukan di Ruang Anyelir. Kegiatan ini diikuti oleh kepala bidang

keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir.

b. 25 Juni 2012 diusulkan beberapa leaflet dan poster yang akan dijadikan

media pendidikan kesehatan di Ruang Anyelir.

c. 26 Juni 2012 telah dilakukan penempelan label tempat sampah di Ruang

Anyelir yang terdiri dari sampah medis, sampah non medis, benda tajam,

dan botol

d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan

bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

Nic Noc dengan metode checklist

e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan

keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi

pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan poster,

leaflet serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station.

6. Evaluasi

a. Pada tanggal 21 Juni 2012, pukul 11.00 WIB, sosialisasi rencana kegiatan

dilakukan dalam ruang nurse station yang diikuti oleh kepala bidang

keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir. Kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berjalan dengan lancer dan rencana kegiatan yang akan dilakukan disetujui

oleh kepala bidang keperawatan dan seluruh pegawai di Ruang Anyelir.

b. Pada tanggal 25 Juni telah diusulkan beberapa jenis poster dan leaflet. Saat

dikonsulkan, kepala bidang keperawatan memberikan beberapa saran

mengenai penyajian media pendidikan kesehatan tersebut seperti perbaikan

istilah dan beberapa gambar.

c. Pada tanggal 26 Juni 2012 dilakukan pelabelan tempat sampah sehingga

sampah di ruangan tidak tercampur

d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan

bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

Nic Noc dengan metode checklist. Format tersebut mendapat beberapa revisi

mengenai istilah dalam format pengkajian agar lebih disederhanakan.

e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan

keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi

pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan dua buah

poster yang berjudul ASI Eksklusif dan Perdarahan Uterus Disfungsional,

lima buah jenis leaflet yang berjudul ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui,

Perawatan Payudara, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan Myoma Uteri,

serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station. Saat dilakukan

pengenalan format tersebut, terdapat beberapa pertanyaan mengenai istilah,

cara pengisian, dan lain-lain. Pegawai aktif bertanya dan berdiskusi dalam

kegiatan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. Pembahasan

1. Manajemen Ruangan

Ruang Anyelir merupakan suatu ruangan dengan sistem fungsional.

Menurut Kozier Erb (1990 dikutip dari Priharjo R, 1995), sistem fungsional

memiliki sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi

bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil

pengkajian, Ruang Anyelir memiliki beberapa masalah yaitu pegawai kurang

optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dokumentasi

asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan, serta belum adanya pelabelan

nama di setiap tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan botol infus.

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dalam memberikan

pelayanan kesehatan, pegawai tidak memberikan pendidikan kesehatan sesuai

kebutuhan pasien. Rahman (2008) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien dan keluarga

pasien sesuai kebutuhannya.. Oleh karena itu, kelompok mengajukan pengusulan

kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal

sesuai kebutuhan pasien, menyediaan beberapa topik leaflet, menyediaan tempat

leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station, serta membuat poster

berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. Mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU juga menjadi role model melalui pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pendidikan kesehatan sehingga dapat menjadi contoh bagi pegawai untuk dapat

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien.

b. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum optimal

Tidak terlaksananya asuhan keperawatan yang belum optimal

merupakan salah satu masalah yang muncul di Ruang Anyelir. Untuk mengatasi

hal tersebut, mahasiswa membuat format pengkajian dan asuhan keperawatan

dengan bentuk checklist sehingga dapat dijadikan alat komunikasi antar petugas

kesehatan. Saat dilakukan sosialisasi format pengkajian dan asuhan keperawatan,

pegawai di Ruang Anyelir merasa sangat terbantu walau beberapa kesulitan

muncul terkait pengisian format tersebut. Untuk memudahkan pengisian format,

mahasiswa juga memberikan petunjuk teknis pengisian sehingga pegawai

memiliki panduan untuk menerapkan dokumentasi asuhan keperawatan.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah media, non medis,

benda tajam, dan botol infus.

Ruang Anyelir telah memiliki tempat sampah sesuai dengan jenisnya,

tetapi belum terdapat label di setiap tempat sampah. Hal ini tidak menutup

kemungkinan tercampurnya sampah dengan jenis yang berbeda seperti tercampur

antara sampah medis dan non medis. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa

melengkapinya dengan membuat label tempat sampah bagi sampah medis, non

medis, benda tajam dan botol infus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Pasien Kelolaan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan

di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfunsional (PUD) sehingga untuk manajemen asuhan

keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan

uterus disfungsional. Data pasien yang diperoleh saat pengkajian adalah Nn. H

datang dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dengan lama

menstruasi lebih dari tujuh hari. Pasien tampak lemah dan pucat. Berdasarkan

hasil pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah : 110/ 70 mmHg, HR: 80 x/

menit, RR: 20x/ menit, Hb: 5.6 mg/dL. Hal ini sesuai dengan pedapat Suseno

(2007) yang mengatakan bahwa manifestasi klinis dari Perdarahan Uterus

Disfungsional diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan

atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih.

Berdasarkan pengkajian, maka mahasiswa merumuskan lima diagnose

keperawatan yaitu:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absobsi nutrient yang diperlukan

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dari kebutuhan

a. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

c. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

Selama dirawat di rumah sakit, Nn. H mendapat asuhan keperawatan

sesuai diagnose yang muncul. Pendidikan kesehatan mengenai PUD juga

diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai

PUD. Pasien dirawat selama tiga hari dengan kondisi membaik. Saat pulang

pasien tampak segar, dengan nilai Hb: 15.6 mg/dL.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal

tanpa penyebab organik (gangguan organ) seperti kemungkinan kehamilan, tumor,

infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya (Yahya,

2008). Kadarusman (2005) mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah

perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya,

yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional

mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa

kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau

gangguan sistemik lain.

Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-

kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya

(Kadarusman, 2005). Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus

disfungsional dapat dibagi seperti tabel 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional (PUD)

dan bentuk kelainannya

Dasar Kelainan Bentuk Klinis


Ovulasi  PUD ovulatorik
 PUD anovulatorik
Siklus  Metroragia
 Polimenorea
 Oligomenorea
 Amenorea
Jumlah perdarahan  Menoragia
 Perdarahan bercak pra haid
 Perdarahan bercak paca haid
Anemia  PUD ringan
 PUD sedang
 PUD berat

(Kadarusman, 2005)

Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik, perdarahan abnormal

terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan

hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang,

insufisiensi atau persistensi korpus luteum. Sedangkan pada perdarahan uterus

disfungsional anovulatorik, perdarahan abnormal terjadi pada siklus anovulatorik

dimana dasarnya adalah defisiensi progesteron dan kelebihan progesteron akibat

tidak terbentuknya korpus luteum aktif, karena tidak terjadinya ovulasi

(Kadarusman, 2005).

2. Etiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab

dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Suseno (2007) terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan

perdarahan rahim disfungsional, antara lain :

a. Kegemukan (obesitas)

b. Faktor kejiwaan

c. Alat kontrasepsi hormonal

d. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

e. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah),

Diabetes Mellitus, dan lain-lain

f. Tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi

vagina, dan lain-lain

3. Patofisiologi

Menurut Prawiraharjo (2000) mengatakan bahwa secara kausal,

perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik,

maupun pada keadaan dengan folikel persisten.

a. Pada siklus ovulatorik, perdarahan dapat dibedakan menjadi :

1) Perdarahan pada pertengahan siklus

Perdarahan yang sedikit dan singkat. Penyebabnya karena rendahnya

kadar esterogen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium

Perdarahan yang terjadi banyak dan memanjang. Penyebabnya adalah

korpus luteum persisten, kadar esterogen rendah sedangkan progesteron terus

terbentuk.

3) Perdarahan bercak, pra haid, dan pasca haid

Hal ini disebabkan insufisiensi korpus luteum sedangkan pasca haid

disebabkan defisiensi esterogen sehingga regenerasi endometrium terganggu.

b. Pada siklus anovulatorik, dasar perdarahan pada keadaan ini adalah tidak

adanya ovulasi karena tidak terbentuknya korpus luteum yang disebabkan

defisiensi progesteron dan kelebihan esterogen. Perdarahan yang terjadi dapat

normal, sedikit atau banyak, dengan siklus yang teratur atau tidak teratur.

c. Perdarahan uterus disfungsional pada keadaan folikel persisten sering

dijumpai pada masa perimenopause dimana terjadi hiperplasi endometrium oleh

karena pengaruh esterogen baik jenis adenomatosa maupun atipik. Mula-mula

haid biasa kemudian terjadi perdarahan bercak yang selanjutnya dan diikuti oleh

perdarahan yang makin banyak terus menerus dan disertai gumpalan.

4. Manifestasi Klinik

Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada

siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa

diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada

anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan

vagina serta rasa lelah yang berlebih (Suseno, 2007).

a. Pada siklus ovulasi

Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,

hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan

kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek

(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis,

pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus

haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur,

bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe

sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi :

a. Korpus luteum persistensi

Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan

dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.

b. Insufisiensi korpus luteum

Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau

polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh

gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi

endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang

seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Apopleksia uteri

Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah

dalam uterus.

d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan

dalam mekanisme pembekuan darah.

b. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu

bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga

perdarahan rahim berkepanjangan (Suseno, 2007). Pada tipe ini berhubungan

dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu

fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami

atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah

pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula

proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini

diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat

anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas

dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche,

perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses

maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan

hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause

proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer (Handoko, 2005).

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada

harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa

pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk

menentukan ada tidaknya tumor ganas (Handoko, 2005).

5. Terapi

Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan

berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam

tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah

pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Apabila pasien memiliki kontraindikasi

untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk

perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang

diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan

kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien

yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi

diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi

operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan

(Kadarusman, 2005).

a. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat

Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua

metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya

adalah combined equine estrogen (CEE), 25 mg diberikan secara intravena dan

diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan

mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi

perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE

dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular,

atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari.

Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari

kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron (5-10 mg) diteruskan

selama 20 hari ( Llewellyn-Jones, 2002).

b. Pasien ditemukan diantara episode perdarahan

Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua

kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah

(Llewellyn-Jones, 2002).

1) Pengobatan hormonal

Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel

intrauterine device.

2) Terapi bedah

Kuretase

Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang

singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan.

Ablasi Endometrium

Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal

endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan

menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan

3-7 hari.

Histerektomi

Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan.

Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan

kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam

jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak

dapat diperbaiki (Doenges, 2002)

6. Komplikasi

Menurut Suseno (2007), perdarahan uterus disfungsional memiliki

beberapa komplikasi yaitu:

a. Infertilitas dari kurangnya ovulasi

b. Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat

c. Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup (faktor

kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium)

7. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Aktivitas/ Istirahat

 Keletihan, kelemahan, malaise umum

 Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja

 Toleransi terhadap latihan rendah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

2) Sirkulasi

 Riwayat kehilangan darah kronis yaitu menstruasi berat

 Palpitasi (takikardi kompensasi)

3) Integritas Ego

 Keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilihan pengobatan seperti

penolakan transfuse darah

4) Eliminasi

 Diare atau konstipasi

 Penurunan haluaran urin

5) Makanan/ Cairan

 Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/ masukan

produk sereal tinggi

 Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan

 Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

 Adanya penurunan BB

 Tidak pernah puas mengunyah

6) Higiene

 Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi

7) Neurosensori

 Sakit kepala, berdenyut, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi

 Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata

 Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, sensasi menjadi dingin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8) Nyeri/ Ketidaknyamanan

 Nyeri abdomen samar, sakit kepala

9) Pernafasan

 Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas

10) Seksualitas

 Perubahan aliran menstruasi seperti menoragia atau amenore

 Hilang libido

(Doenges, 2002)

11) Pemeriksaan Ginekologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan

organik seperti perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip serviks, mioma uteri,

dll. Pada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak diperlukan kerokan. Pada

wanita premenopause perlu dilakukan untuk memastikan ada tidaknya keganasan

(Prawiroharjo, 2000).

12) Pemeriksaan Penunjang

Kelainan organik yang kecil pada genitalia interna seringkali sulit dinilai

apalagi pada wanita yang belum menikah, penilaian yang dilakukan per rectal

lebih sulit. Untuk itu dianjurkan penggunaan alat bantu diagnostik, seperti :

1) Biopsy endometrium (pada wanita yang sudah menikah)

2) Laboratorium darah dan fungsi hemostasis

3) Ultrasonografi (USG)

4) Tera radioimunologik (TRI) atau radio imuno assay

(Prawiroharjo, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Diagnosa

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dari kebutuhan

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absobsi nutrient yang diperlukan

4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi

5) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder

tidak adekuat

6) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi

7) Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

8) Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

c. Intervensi

Dx.1: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel

Hasil yang diharapkan: Menunjukkan perfusi adekuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda,

pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat.

Intervensi:

1) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa,

dasar kuku

Rasional: Memberi informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan

membantu menentukan kebutuhan intervensi

2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi

untuk kebutuhan seluler

3) Awasi upaya pernafasan

Rasional: Dispnea menunjukkan gejala penyakit jantung koroner karena

regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung

4) Kaji untuk respons verbal yang melambat, gangguan memori, bingung

Rasional: Mengindikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia

5) Orientasi ulang pasien sesuai kebutuhan

Rasional: Membantu memperbaiki proses pikir

6) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat

sesuai indikasi

Rasional: Rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan tubuh

7) Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas

Rasional: Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen

8) Awasi pemeriksaan laboratorium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rasional: Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/ respons

terhadap terapi

9) Berikan sel darah merah lengkap, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat

untuk komplikasi transfusi

Rasional: Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki

defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan

Dx.2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dari kebutuhan

Hasil yang diharapkan: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk

aktivitas sehari-hari), menunjukkan penurunan tanda

fisiologis intoleransi (nadi, pernafasana, tekanan darah

dalam rentang normal)

Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal. Catat laporan

kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas

Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan

2) Kaji gangguan atau keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot

Rasional: menunjukkan perubahan neurologi yang mempengaruhi keamanan

pasien

3) Awasi nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat

respon terhadap tingkat aktivitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa sejumlah oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan

paru

4) Beri lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan

Rasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh

5) Rencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien

Rasional: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal

6) Gunakan teknik penghematan energi

Rasional: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi

penyimpangan energi dan mencegah kelemahan

7) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,

nafas pendek, kelemahan, atau pusing.

Rasional: Regangan/ stress kardipulmonal berlebihan dapat menimbulkan

dekompensasi/ kegagalan

Dx.3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absobsi nutrient yang diperlukan

Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan berat badan stabil dengan nilai

laboratorium normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Intervensi:

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

2) Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan

3) Timbang berat badan tiap hari

Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi

nutrisi

4) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/ atau makan siantara waktu

makan

Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

pemasukan juga mencegah distensi gaster

5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang

berhubungan

Rasional: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia pada organ

6) Berikan dan bantu higiene mulut yang baik

Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral

Dx.4: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi

Hasil yang diharapkan: Mempertahakan integritas kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Intervensi:

1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, dan gangguan warna

Rasional: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, imobilisasi

2) Ubah posisi secara periodic dan pijat pada permukaan tulang bila pasien

tidak bergerak atau di tempat tidur

Rasional: Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit

3) Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun

Rasional: Area lembab, terkontaminasi member media yang sangat baik

untuk pertumbuhan oranisme patogenik

4) Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif

Rasional: Meningkatkan sirkulasi jaringn, mencegah stasis

Dx.5: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder

tidak adekuat

Hasil yang diharapkan: Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/ menurunkan

resiko infeksi

Intervensi:

1) Tingkatkan cuci tangan yang baik untuk pemberi perawatan dan pasien

Rasional: Mencegah kontaminasi silang.

2) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur perawatan

Rasional: Menurunkan resiko infeksi bakteri

3) Tingkatkan masukan cairan adekuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rasional: membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk

mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh

4) Pantau suhu. Catat adanya menggigil

Rasional: Adanya proses inflamasi/ infeksi membutuhkan evaluasi/

pengobatan

Dx.6: Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi

Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan

rencana pengobatan, melakukan tindakan yang perlu atau

perubahan pola hidup

Intervensi:

1) Berikan informasi tentang Perdarahan Uterus Disfungsional. Diskusikan

kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya penyakit

Rasional: Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat

pilihan yang tepat

2) Jelaskan tindakan yang berhubungan dengan terapi

Rasional: Menjelaskan prosedur dapat mengurangi rasa takut pada pasien

3) Peringatkan tentang kemungkinan reaksi sistemik

Rasional: Kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi ulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dx.7: Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

Hasil yang diharapkan: Ansietas berkurang atau dapat dikontrol

Intervensi:

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

Rasional: Mengidentifikasi keadaan psikologis pasien

2) Selidiki dengan pasien tentang pasien teknik yang telah dimiliki, dan yang

belum dimiliki untuk mengurangi ansietas di masa lalu

Rasional: Mengidentifikasi kemampuan pasin dalam mengatasi cemas,

membantu identifikasi pemberian intervensi

3) Tentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien

Rasional: Menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya

4) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

untuk mengeksternalisasikan ansietas

Rasional: Memberi arti penghilang respons ansietas, meningkatkan relaksasi

dan kemampuan koping

Dx.8: Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

Hasil yang diharapkan: Mampu memberikan kebutuhan fisik, psikologi, social,

dan spiritual bagi anak

Intervensi:

1) Dukung pengungkapan perasaan

Rasional: Memberi rasa nyaman pada orangtua untuk mengungkapkan

perasaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Bantu orangtua mengidentifikasi defisit dalam kemampuan menjadi

orangtua

Rasional: Membantu mencari masalah yang dihadapi orangtua

3) Beri penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua

Rasional: Dukungan dapat memberi bantuan psikologis orangtua

4) Bantu keluarga dengan penyelesaian konflik

Rasional: Penyelesaian konflik dapat memperbaiki peran orangtua

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama : Nn. H

Umur : 13 tahun

Jenis : Perempuan

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum menikah

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jln. Patumbak, No. 257, Medan

Tanggal Masuk : 13 Juni 2012

No. Register : 06 16 12

Diagnosa medis : Perdarahan Uterus Disfungsional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Juni 2012 dan didapatkan hasil

pengkajian Nn. H dirawat di RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa dengan

keluhan perdarahan hebat saat menstruasi dengan lama menstruasi lebih dari tujuh

hari.

2) Riwayat kesehatan lalu

Awal menstruasi umur 12 tahun dengan lama menstruasi lebih dari tujuh

hari. Dua bulan terakhir, menstruasi tidak berhenti selama dua minggu dengan

perdarahan hebat. Nn. H juga mengalami pingsan akibat kelemahan pada saat

menstruasi. Selama ini, klien mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk

mengatasi kelemahan yang dialaminya.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada riwayat perdarahan. Keluarga klien

juga tidak mengalami riwayat hipertensi, diabetes melitus atau hepatitis B.

c. Pola Fungsional

1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien sebelumnya tidak tahu bahwa klien mengalami perdarahan

abnormal dari menstruasi. Selama ini, klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan

berupa obat penambah darah atau vitamin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Pola Nutrisi dan Metabolik

Saat dilakukan pengkajian klien malas makan teratur dengan gizi

seimbang. Klien makan tiga kali sehari tetapi dengan porsi kecil. Pasien

mengalami mual muntah.

3) Pola Eliminasi

Saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengalami masalah terhadap

eliminasi bowel maupun urinnya. Klien BAB setiap hari dan BAK sekitar 5-6 kali

sehari dengan warna urin kuning jernih.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Pada saat dilakukan pengkajian mampu melakukan aktivitas secara

mandiri. Tetapi klien mengatakan bahwa mudah lelah bila terlalu lama

beraktifitas.

5) Pola Istirahat dan Tidur

Klien mengalami sulit untuk tidur. Klien jarang terbangun di malam

hari. Klien juga jarang tidur siang. Biasanya klien tidur pukul 22.00 wib dan

bangun pada pukul 06.00 wib.

6) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

Kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran, penghidung,

pengecapan, dan perabaan) klien baik. Klien tidak menggunakan alat bantu

penglihatan seperti kacamata. Klien jugs tidak ada masalah dengan kemampuan

mengingat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7) Pola Hubungan dengan Orang Lain

Klien kurang dapat bergaul baik dengan lingkungan sekitar. Klien

tampak pendiam dan lebih sering berkomunikasi dengan orangtuanya.

8) Pola Reproduksi dan Seksual

Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya, karena

klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya.

9) Persepsi Diri dan Konsep Diri

Klien berharap bisa cepat pulang. Perasaan klien saat ini adalah merasa

cemas dengan keadaannya yang merasa lemah. Klien sudah dapat menerima apa

yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa rendah diri dengan keadaannya

sekarang.

10) Pola Mekanisme Koping

Dalam mengambil keputusan, Nn. H selalu membicarakan terlebih

dahulu kepada keluarganya dan mempercayakan segala keputusan kepada

orangtuanya.

11) Pola Nilai Kepercayaan/ Keyakinan

Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT. Tidak

ada pertentangan dengan nilai/ kebudayaan yang dianut terhadap pengobatan yang

dijalani saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Pengkajian Fisik

1) Keadaan umum : Tampak lemah, wajah pucat

2) Kesadaran : Compos mentis

3) TTV : TD =110/70 mmHg Suhu =37,10C

Nadi=80 x/menit Respirasi=20 x/menit

4) Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna rambut

hitam, tebal, dan bersih

5) Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak terjadi

penurunan kemampuan penglihatan.

6) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada penggunaan bantuan

oksigen

7) Telinga : Bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas.

8) Mulut : Bersih, mukosa bibir kering, bibir tampak pucat

9) Leher : Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran tiroid

10) Dada : Simetris

11) Paru-paru

Inspeksi : Simetris, tidak menggunakan alat bantu pernafasan

Palpasi : Normal

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler

12) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perkusi : Pekak

Auskultasi : Tidak ada suara gallop

13) Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Soepel

14) Ekstremitas atas : Tidak ada edema, tangan kiri terpasang infus RL 20

tetes/menit, tidak ada kemerahan

15) Ekstremitas bawah :Tidak terdapat edema

16) Genitalia : Lochea rubra, warna merah segar

17) Kulit : Bersih,warna kuning langsat, turgor sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Keridakseimbangan Perubahan nutrisi
Orangtua Os mengatakan bahwa hormon kurang dari
Os malas makan dan jika makan kebutuhan tubuh
hanya dengan porsi sedikit
Estrogen rendah;
DO : Progesteron tetap
Nafsu makan rendah terbentuk
Bising usus (+)
Konjungtiva pucat
BB: 38 kg, TB: 152 cm Progesteron
(normal BB : + 46.8 kg) meningkat
Adanya mual muntah menyebabkan mual

Kehilangan nafsu
makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

2. DS: Perdarahan Intoleransi


Os mengatakan mudah lelah jika aktivitas
beraktivitas
DO: Penurunan kadar Hb
Konjungtiva pucat dalam darah
Hb: 5,6 mg/dL
TD: 110/70 mmHg
HR: 80x/menit Tidak adekuat suplai
RR: 20x/ menit oksigen
Pasien tampak pucat dan lemah

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. DS: Kurang informasi Kurang
Os mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya pengetahuan
mengenai penyakitnya (kebutuhan
DO: belajar) tentang
Os sering bertanya tentang Kurang pengetahuan kondisi prognosis
penyakitnya dan kebutuhan
Os merasa cemas pengobatan

4. DS: Perdarahan Ansietas


Os mengatakan takut jika berada
di rumah sakit
DO: Perubahan status
Pengetahuan tentang kesehatan
penyakitnya rendah
TD rendah (110/70 mmHg)
Adanya mual Ansietas
Adanya kesulitan untuk tidur
5. DS: Perubahan status Perubahan
Orangtua Os mengatakan bahwa kesehatan/ kondisi menjadi orangtua
tidak mampu mengatasi sakit
penyakit anaknya
DO:
Os sering sakit/ pingsan Kebutuhan perawatan

Perubahan menjadi
orangtua

3. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absobsi nutrient yang diperlukan

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dari kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

e. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

4. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Hasil Keperawatan
1. Perubahan Hasil yang  Kaji riwayat  Mengidentifikasi
nutrisi kurang diharapkan: nutrisi, defisiensi,
dari kebutuhan Menunjukkan termasuk menduga
tubuh peningkatan berat makanan yang kemungkinan
berhubungan badan stabil disukai intervensi
dengan dengan nilai  Observasi dan  Mengawasi
kegagalan laboratorium catat masukan masukan kalori
untuk normal makanan atau kualitas
mencerna atau pasien kekurangan
ketidakmampu konsumsi
an mencerna makanan
makanan atau  Timbang berat  Mengawasi
absobsi badan tiap hari penurunan berat
nutrient yang badan atau
diperlukan efektifitas
intervensi nutrisi
 Berikan makan  Makan sedikit
sedikit dan dapat menurunkan
frekuensi kelemahan dan
sering dan/ meningkatkan
atau makan pemasukan juga
siantara waktu mencegah distensi
makan gaster
 Observasi dan  Gejala GI dapat
catat kejadian menunjukkan efek
mual/muntah, anemia pada
flatus dan organ
gejala lain
yang
berhubungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Intoleransi Hasil yang  Kaji  Mempengaruhi
aktivitas diharapkan: kemampuan pilihan intervensi/
berhubungan Melaporkan pasien untuk bantuan
dengan peningkatan melakukan
ketidakseimba toleransi aktivitas aktivitas
ngan antara (termasuk normal. Catat
suplai oksigen aktivitas sehari- laporan
(pengiriman) hari), kelelahan,
dari kebutuhan menunjukkan keletihan, dan
penurunan tanda kesulitan
fisiologis menyelesaikan
intoleransi (nadi, tugas
pernafasan,  Kaji gangguan  Menunjukkan
tekanan darah atau perubahan
dalam rentang keseimbangan neurologi yang
normal) gaya jalan, mempengaruhi
kelemahan otot keamanan pasien
 Awasi nadi,  Manifestasi
tekanan darah, kardiopulmonal
pernafasan dari upaya
selama dan jantung dan paru
sesudah untuk membawa
aktivitas. Catat sejumlah oksigen
respon tubuh dan
terhadap menurunkan
tingkat regangan jantung
aktivitas dan paru
 Beri  Meningkatkan
lingkungan istirahat untuk
tenang. menurunkan
Pertahankan kebutuhan
tirah baring oksigen tubuh
bila
diindikasikan
 Rencanakan  Meningkatkan
kemajuan secara bertahap
akitivitas tingkat aktivitas
dengan pasien sampai normal
 Anjurkan  Regangan/ stress
pasien untuk kardipulmonal
menghentikan berlebihan dapat
aktivitas bila menimbulkan
palpitasi, nyeri dekompensasi/
dada, nafas kegagalan
pendek,
kelemahan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau pusing
3. Kurang Kriteria hasil:  Berikan  Memberikan
pengetahuan Menyatakan informasi dasar pengetahuan
(kebutuhan pemahaman tentang sehingga pasien
belajar) proses penyakit, Perdarahan dapat membuat
tentang kondisi prosedur Uterus pilihan yang tepat
prognosis dan diagnostik, dan Disfungsional.
kebutuhan rencana Diskusikan
pengobatan pengobatan, kenyataan
berhubungan melakukan bahwa terapi
dengan kurang tindakan yang tergantung
informasi perlu atau pada tipe dan
perubahan pola beratnya
hidup penyakit
 Jelaskan  Menjelaskan
tindakan yang prosedur dapat
berhubungan mengurangi rasa
dengan terapi takut pada pasien
 Peringatkan  Kemungkinan
tentang efek samping
kemungkinan terapi
reaksi sistemik memerlukan
evaluasi ulang
4. Ansietas b.d Hasil yang  Kaji dan  Menentukan
ancaman atau diharapkan: dokumentasi derajat cemas
perubahan Ansietas tingkat
pada status berkurang atau kecemasan
kesehatan dapat dikontrol pasien
 Selidiki dengan  Mengidentifikasi
pasien tentang kemampuan pasin
pasien teknik dalam mengatasi
yang telah cemas, membantu
dimiliki, dan identifikasi
yang belum pemberian
dimiliki untuk intervensi
mengurangi
ansietas di
masa lalu
 Tentukan  Menentukan
kemampuan kemampuan
pengambilan pasien dalam
keputusan pada mengatasi
pasien masalah yang
dihadapinya
 Beri dorongan  Memberi arti
pada pasien penghilang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk respons ansietas,
mengungkapka meningkatkan
n pikiran dan relaksasi dan
perasaan untuk kemampuan
mengeksternali koping
sasikan
ansietas

5. Perubahan Hasil yang  Dukung  Memberi rasa


menjadi diharapkan: pengungkapan nyaman pada
orangtua Mampu perasaan orangtua untuk
berhubungan memberikan mengungkapkan
dengan kondisi kebutuhan fisik, perasaan
sakit pada anak psikologi, social,  Bantu orangtua  Membantu
dan spiritual bagi mengidentifika mencari masalah
anak si defisit dalam yang dihadapi
kemampuan orangtua
menjadi
orangtua
 Beri penguatan  Dukungan dapat
pada kekuatan memberi bantuan
dan psikologis
ketrampilan orangtua
menjadi
orangtua
 Bantu keluarga  Penyelesaian
dengan konflik dapat
penyelesaian memperbaiki
konflik peran orangtua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Implementasi dan Evaluasi

Hari No DX Implementasi Evaluasi


Tanggal
waktu
Senin 1  Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk S: Klien mengatakan
13 juni 2012 makanan yang disukai bahwa klien tidak selera
10.00 WIB  Memantau dan mendokumentasikan untuk makan
masukan makanan pasien O:
 Menimbang berat badan pasien Nafsu makan rendah
setiap hari Bising usus (+)
 Memberikan makan sedikit dan Konjungtiva pucat
frekuensi sering BB: 38 kg, TB: 152 cm
 Menganjurkan untuk (normal BB : + 46.8 kg)
mengkonsumsi makanan ringan Adanya mual dan muntah
diantara waktu makan A: Masalah belum teratasi
 Mengobservasi dan mencatat P: Lanjutkan intervensi
kejadian mual/muntah, flatus dan
gejala lain yang berhubungan
2  Mengkaji kemampuan pasien untuk S: Pasien mengatakan akan
melakukan aktivitas normal. merasa lelah bila terlalu
 Mencatat laporan kelelahan, lama beraktifitas
keletihan, dan kesulitan O:
menyelesaikan tugas Konjungtiva pucat
 Mengkaji gangguan atau Hb: 5,6 mg/dL
keseimbangan gaya jalan, TD: 110/70 mmHg
kelemahan otot HR: 84x/menit
 Memantau nadi, tekanan darah, RR: 20x/ menit
pernafasan selama dan sesudah Pasien tampak pucat dan
aktivitas. lemah
 Mencatat respon terhadap tingkat A: Masalah belum teratasi
aktivitas P: Intervensi dilanjutkan
 Menciptakan lingkungan tenang
dan mempertahankan tirah baring
bila diindikasikan
 Merencanakan kemajuan akitivitas
dengan pasien
 Menganjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas bila
palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan, atau pusing
3  Memberikan informasi tentang S: Pasien mengatakan
keadaan pasien masih kurang paham
 Menjelaskan kemungkinan tindakan tentang keadaannya
yang akan dilakukan untuk O:
pengobatan Pasien dan orangtua pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merasa cemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
4  Mengkaji dan mendokumentasikan S: Klien mengatakan akan
tingkat kecemasan pasien mencoba beradaptasi
 Mengkaji tentang teknik yang telah dengan lingkungan dan
dimiliki pasien dan yang belum mencoba teknik relaksasi
dimiliki untuk mengurangi ansietas “pengalihan pikiran”.
 Menentukan kemampuan O:
pengambilan keputusan pada pasien Pengetahuan tentang
 Memberi dorongan pada pasien penyakitnya rendah
untuk mengungkapkan pikiran dan TD rendah (110/80
perasaan untuk mmHg)
mengeksternalisasikan ansietas Adanya mual
 Mengajarkan teknik relaksasi Adanya kesulitan untuk
“pengalihan pikiran” untuk tidur
mengatasi ansietas A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
5  Memberi dukungan terhadap S: Orangtua pasien
pengungkapan perasaan orangtua mengatakan
 Membantu orangtua ketidakmampuannya
mengidentifikasi defisit dalam menjaga kesehatan
kemampuan menjadi orangtua anaknya
 Memberi penguatan pada kekuatan O: Orangtua merasa cemas
dan ketrampilan menjadi orangtua terhadap keadaan anaknya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Selasa 1  Memantau dan mendokumentasikan S: Orangtua klien
14 Juni 2012 masukan makanan pasien mengatakan bahwa klien
09.00 WIB  Menimbang berat badan pasien sudah mau makan walau
setiap hari sedikit
 Memberikan makan sedikit dan O:
frekuensi sering Nafsu makan rendah
 Menganjurkan untuk Bising usus (+)
mengkonsumsi makanan ringan Konjungtiva merah muda
diantara waktu makan BB: 38,5 kg, TB: 152 cm
 Mengobservasi dan mencatat (normal BB : + 46.8 kg)
kejadian mual/muntah Adanya mual, muntah
tidak ada
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2  Memantau kemampuan pasien S: Pasien mengatakan
untuk melakukan aktivitas keadaannya lebih baik
 Mencatat laporan kelelahan, O:
keletihan, dan kesulitan Konjungtiva merah muda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menyelesaikan tugas Hb: 15,6 mg/dL
 Memantau nadi, tekanan darah, TD: 110/80 mmHg
pernafasan selama dan sesudah HR: 80x/menit
aktivitas. RR: 20x/ menit
 Mencatat respon terhadap tingkat Pasien sudah dapat
aktivitas berjalan sendiri ke kamar
 Menciptakan lingkungan tenang mandi
dan mempertahankan tirah baring A: Masalah teratasi
bila diindikasikan sebagian
 Menganjurkan pasien untuk P: Intervensi dilanjutkan
menghentikan aktivitas bila
palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan, atau pusing
3  Memberikan pendidikan kesehatan S: Pasien dan orangtua
tentang Perdarahan Uterus pasien mengatakan sudah
Disfungsional paham mengenai
 Menjelaskan kemungkinan tindakan Perdarahan Uterus
yang akan dilakukan untuk Disfungsional
pengobatan O:
 Menjelaskan prosedur transfusi Orangtua pasien dapat
darah dan efek yang mungkin menjawab beberapa
ditimbulkannya pertanyaan yang
disampaikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
4  Memantau dan mendokumentasikan S: Klien mengatakan telah
tingkat kecemasan pasien melakukan teknik relaksasi
 Mengevaluasi kembali teknik yang yang telah diajarkan oleh
telah diajarkan kepada pasien perawat
 Memberi dorongan pada pasien O:
untuk mengungkapkan pikiran dan Pasien telah mengerti
perasaan untuk tentang penyakitnya
mengeksternalisasikan ansietas Pasien mampu mengulang
 Mengajarkan teknik relaksasi kembali teknik yang telah
“Lima jari” untuk mengatasi diajarkan
ansietas TD (120/80 mmHg)
Pasien tidur dengan
nyenyak
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
5  Memberi penguatan pada kekuatan S: Orangtua Pasien
dan ketrampilan menjadi orangtua Mengatakan Bersyukur
 Membantu keluarga dengan Atas Kondisi Anaknya
penyelesaian konflik dengan Yang Membaik
memberikan spiritual kepada O: Orangtua Pasien
orangtua Tampak Tidak Cemas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lagi
Orangtua Pasien Mampu
Merawat Anaknya
A: Masalah teratasi
Intervensi dihentikan
15 Juni 2012 1  Memonitor catatan intake kalori S: Klien mengatakan
dan komponen nutrisi. bahwa klien sudah mulai
 Memonitor BB pasien. makan
 Menganjurkan diet dengan gizi O:
seimbang Nafsu makan baik
Bising usus (+)
Konjungtiva merah muda
BB: 38,5 kg, TB: 152 cm
(normal BB : + 46.8 kg)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
(Pasien pulang)
2  Memantau kemampuan pasien S: Pasien mengatakan
untuk melakukan aktivitas keadaannya lebih baik
 Memantau nadi, tekanan darah, O:
pernafasan selama dan sesudah Pasien tampak segar
aktivitas. Konjungtiva merah muda
 Mencatat respon terhadap tingkat TD: 110/80 mmHg
aktivitas HR: 80x/menit
 Menciptakan lingkungan tenang RR: 20x/ menit
dan mempertahankan tirah baring Pasien dapat melakukan
bila diindikasikan aktivitas secara mandiri
 Menganjurkan pasien untuk A: Masalah teratasi
menghentikan aktivitas bila P: Intervensi dilanjutkan
palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, (Pasien pulang)
kelemahan, atau pusing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Ringkasan Pasien Pulang

Nn. H (13 tahun) masuk pada tanggal 13 Juni 2012 dengan keluhan

perdarahan yang banyak saat menstruasi dan lama lebih dari 7 hari. Setelah

dilakukan pemeriksaan diagnostikmaka ditegakkan diagnose Perdarahan Uterus

Disfungsional (PUD). Nn. H menjalani perawatan sejak tanggal 13 Juni 2012

sampai 15 Juni 2012. Rincian Keadaan Nn.H saat pulang:

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-Tanda Vital : TD: 110/80 mmHg

HR: 80x/menit

RR: 20x/ menit

Kemampuan Beraktivitas : Mandiri

Pemeriksaan Penunjang : - Hb: 15.6 mg/dL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengelolaan manajemen asuhan keperawatan

a. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara

berkelompok pada seluruh klien

Asuhan keperawatan diberikan kepada seluruh pasien yang menjalani

rawat inap di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing yaitu 6 orang pasien.

Manajemen asuhan keperawatan yang diberikan berupa intervensi keperawatan

secara menyeluruh dan peningkatan pengetahuan pasien melalui pendidikan

kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Rata–rata pasien pulang setelah tiga hari

perawatan.

b. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara

individu pada klien kelolaan

Asuhan keperawatan diberikan kepada satu orang pasien kelolaan

dengan diagnosa medis Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Intervensi yang

diberikan terkait pemenuhan masalah nutrisi, aktivitas, peningkatan pengetahuan

pasien, penanganan ansietas, dan perubahan peran orang tua. Lama rawat pasien

selama tiga hari dengan kondisi stabil saat pulang.

2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Anyelir RS dr. G. L.

Tobing Tanjung Morawa diperoleh informasi bahwa fenomena kasus yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terbanyak adalah pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Selain itu

diperoleh data mengenai beberapa masalah dalam pelayanan kesehatan yang

belum optimal seperti pendokumentasian asuhan keperawatan, pemberian

pendidikan kesehatan bagi pasien dan fasilitas yang kurang memadai sehingga

berdampak pada kualitas pelayanan rumah sakit.

Kadarusman (2005) menyatakan bahwa tingginya angka kejadian

perdarahan uterus disfungsional disebabkan oleh keengganan penderita, terutama

pada usia perimenars untuk menjalani pemeriksaan. Selain itu sebagian

perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti atau sembuh sendiri tanpa

pengobatan. Penanganan segera terhadap penyakit ini bertujuan untuk

menghindari dampak dan komplikasi yang lebih buruk seperti infertilitas, anemia,

dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup.

Saat dilakukan pengkajian awal untuk mengidentifikasi kualitas

pelayanan kesehatan terhadap pasien, diperoleh hasil bahwa pegawai ruangan

kurang memaksimalkan perannya sebagai pelayan kesehatan. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor seperti manajemen yang kurang optimal, kurangnya kualitas

SDM, dan fasilitas yang belum memadai. Dalam mengatasi hal tersebut,

kelompok mengusulkan rancangan format pengkajian dan diagnosa dalam bentuk

checklist untuk membantu pendokumentasian asuhan keperawatan yang efektif,

penyediaan leaflet dan poster untuk membantu pemberian pendidikan kesehatan

bagi pasien, serta pelabelan tempat sampah untuk membantu penanganan sampah

rumah sakit. Sistem dokumentasi yang lengkap akan membantu komunikasi antar

petugas kesehatan yang nantinya akan berdampak pada sistem pelayanan rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sakit. Mutu pelayanan juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan bagi

pasien dimana melalui informasi yang jelas dan tepat dapat mengurangi beban

kerja perawat. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan partisipasi pasien dan

keluarga pasien serta kemandirian dalam penanganan masalah kesehatan.

Hasil kegiatan PBLK ini menunjukkan bahwa pemberian asuhan

keperawatan secara optimal dan adanya pemberian pendidikan kesehatan sesuai

dengan kebutuhan pasien dapat memberikan manfaat yang besar kepada pasien

untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik melalui pengobatan yang benar,

pembatasan makanan, pembatasan aktifitas, dan mengubah kebiasaan buruk yang

dapat merusak kesehatan. Saat ditanyakan, pasien mengatakan sangat tertolong

dengan adanya informasi-informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga

medis lainnya untuk pemeliharaan kesehatatan. Hampir semua pasien yang

diintervensi menunjukkan kesiapan yang baik yaitu termotivasi

melakukan/menuruti anjuran-anjuran yang diberikan.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Pihak institusi pendidikan melatih mahasiswa untuk menjadi seorang

penyuluh yang baik dan benar sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan

dengan berbagai variasi media yang menarik dan mampu bertindak sebagai

seorang penyuluh kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Lahan Praktik

Pihak lahan praktik khususnya Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui penerapan pendokumentasian

asuhan keperawatan yang optimal, peningkatan kualitas sumber daya manusia,

peningkatan pemberian pendidikan kesehatan dan pengadaan fasilitas sesuai

kebutuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Pustaka

Doengoes, M.E, et al. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Handoko, Teguh. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada


tanggal 21 Juni 2012 dari14.
http://www.scribd.com/doc/48983911/DISFUNGSIONAL-UTERINE

Hubber, Diane I. (2006). Leadership and Nursing Management Care.


Phyladelphia: Saunders Elsevier

Kadarusman. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa


Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari
http://digilib.unsri.ac.id

Llewellyn-Jones, Derek. (2002). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Hipokrates

Muninjaya, A. A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Edisi 2: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Prawiroharjo. (2000). Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh


pada tanggal 24 Juni 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/56192161/Perdarahan-Uterus-Disfungsional

Rahman (2008). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. (2007). Manajemen Edisi 8. Jakarta:


Indeks

Swansburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan. Jakarta: EGC

Suseno, Sigid. (2007). Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Diunduh pada


tanggal 24 Juni 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/82270530/70/Perdarahan-Uterus-
Disfungsional-PUD

Yahya. (2008). Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni


2012 dari http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/perdarahan-
rahim-disfungsional.pdf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PLANNING OF ACTION (POA) KEPERAWATAN MATERNITAS
DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN

Juni Juli
NO. KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 6
2 3 5
1 2 3 4 5 8 9 0 1 2 5 6 7 8 9
1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas
a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing
b. Orientasi di RS G.L. Tobing
2. Penyusunan instrumen pengkajian (Manajemen Pelayanan)
3. Pengkajian dan analisa situasi (Manajemen Pelayanan)
4. Konsul judul PBLK (individu) ; Perdarahan Uterus Disfungsional
5. Pengkajian pasien individu
6. Konsul BAB I
7. Penentuan rumusan masalah (Manajemen Pelayanan)
8. Intervensi rumusan masalah (Manajemen Pelayanan)
9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah
10. Konsul BAB II
11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan (individu)
12. Konsul BAB III (pengkajian, diagnosa, intervensi)
13. Implementasi
14. Evaluasi
15. Penyusunan pengumpulan laporan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INSTRUMEN I

Perilaku Pemimpin

Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
SL : selalu SR : sering
K : kadang-kadang J : jarang
TP : tidak pernah

Sikap perawat ruangan dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan

No Pernyataan SL SR K J TP

1 Kepala ruangan mengingatkan anggota tim


mengikuti standar dan peraturan

2 Kepala ruangan mendelegasikan tugas


kepemimpinan kepada anggota tim lain
apabila saya berhalangan hadir

3 Kepala ruangan mengoreksi dan memberi


asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota
tim

4 Kepala ruangan mempertahankan dan


mengembangkan hubungan profesionalisme
dengan anggota tim

5 Kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif


melalui tulisan pada anggota tim

6 Kepala ruangan mengkoordinasi kerja


anggota tim

7 Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari


kelompok demi kepentingan dan
kesejahteraan kelompok pada atasan

8 Kepala ruangan menerapkan peran sebagai


mentor yang efektif

9 Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya


sebelum bertindak sebagai pemimpin

10 Kepala ruangan mencoba ide-ide barunya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersama kelompok

11 Kepala ruangan memberitahukan terlebih


dahulu tentang adanya perubahan

12 Kepala ruangan menciptakan situasi yang


kondusif dalam berkomunikasi.

13 Kepala ruangan memperlakukan semua


anggota kelompok dalam kesetaraan

14 Kepala ruangan memotivasi anggota


kelompok untuk bekerja sesuai
kemampuannya

15 Kepala ruangan menerima masukan dari


anggota kelompok

16 Kepala ruangan memberi pujian/ penguatan


pada anggota kelompok terhadap keberhasilan
tindakan

17 Kepala ruangan memberi dukungan pada


anggota kelompok terhadap tindakan mereka

18 Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota


kelompok sebelum melakukan tindakan

19 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk


mendengarkan keluhan dari anggota
kelompok

20 Kepala ruangan memotivasi anggota


kelompok untuk bekerja sama sebagai tim

21 Kepala ruangan memberi masukan atau saran


kepada anggota.

22 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang


ada di ruangan bersama anggotanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INSTRUMEN II

Kepuasan Kerja Perawat


Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
STP : Sangat tidak puas CP : Cukup puas
P : Puas SP : Sangat puas TP : Tidak puas
No Pernyataan STP TP CP P SP

1 Tersedianya peralatan dan perlengkapan


yang mendukung pekerjaan

2 Tersedianya fasilitas penunjang seperti


kamar mandi, tempat parkir, kantin

3 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan


dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan

4 Adanya jaminan atas kesehatan dan


keselamatan kerja

5 Perhatian institusi rumah sakit terhadap


saudara

6 Hubungan antar karyawan dan kelompok


kerja

7 Kemampuan dalam bekerjasama antar


Karyawan

8 Sikap teman-teman sekerja terhadap


saudara

9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar


belakang pendidikan saudara

10 Kemampuan dalam menggunakan waktu


bekerja dengan penugasan yang diberikan

11 Kemampuan supervise/ pengawas dalam


membuat keputusan

12 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
dalam menyelesaikan pekerjaan

14 Kesempatan untuk meningkatkan


kemampuan kerja melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan

15 Kesempatan untuk mendapat posisi yang


lebih tinggi

16 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi


dan mendapat kenaikan pangkat

17 Jumlah reward yang saya terima


dibandingkan dengan pekerjaan yang saya
lakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INSTRUMEN III

Kepuasan Pasien
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist√)( pada
pilihan jawaban yang telah disediakan.
Keterangan:
TP = Tidak Pernah
KD = Kadang-kadang
SR = Sering
SL =Selalu

No Pernyataan TP KD SR S
L
1 Perawat mengucapkan salam saat bertemu dengan
pasien
2 Perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan
pasien
3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar
4 Perawat menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan
5 Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan
dilakukan
6 Perawat bersikap sopan santun dan ramah saat
melakukan tindakan
7 Perawat menjaga lingkungan pasien agar tetap
bersih
8 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan pasien
9 Perawat memeriksa kondisi pasien setelah
dilakukan tindakan
10 Perawat mendampingi pasien pada waktu dokter
melakukan pemeriksaan/ pengobatan
11 Perawat menanyakan kondisi pasien sebelum
memberikan pelayanan
12 Perawat ramah kepada pasien dan keluarga
13 Perawat memberi kesempatan kepada pasien/
keluarga untuk menyampaikan keluhan kondisi
kesehatan
14 Perawat memberikan jawaban yang memuaskan
atas pertanyaan pasien
15 Perawat bersedia membantu saat pasien
mengalami masalah dengan administrasinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (PUD)

A. Pokok Bahasan : Perdarahan Uterus Disfungsional

B. Sub Pokok Bahasan :


1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional
2. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional
3. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional
4. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional
5. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
dapat memahami dan mengerti tentang perdarahan uterus disfungsional
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15-20 menit,
diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan:
a. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional
b. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional
c. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional
d. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional
e. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

D. Sasaran
Nn. H dan keluarga Nn. H

E. Metode
Ceramah dan diskusi/tanya jawab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


F. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis/ 14 Juni 2012
Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa
Waktu : 11.00-11.30 WIB

G. Media
Poster dan leaflet

H. Pengorganisasian
Penyuluh : Riskina Syahputri Nasution, S.Kep

I. Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Tahap
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
1. Pendahuluan  Memberi salam dan  Menjawab salam 5 menit
memperkenalkan diri.  Mendengarkan dan
 Menjelaskan TIU dan TIK memperhatikan
2. Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian  Mendengarkan dan 20 menit
Perdarahan Uterus memperhatikan
Disfungsional
 Menjelaskan penyebab  Mendengarkan dan
Perdarahan Uterus memperhatikan
Disfungsional
 Menjelaskan gejala  Mendengarkan dan
Perdarahan Uterus memperhatikan
Disfungsional
 Menjelaskan komplikasi  Mendengarkan dan
Perdarahan Uterus memperhatikan
Disfungsional
 Menjelaskan penanganan  Mendengarkan dan
Perdarahan Uterus memperhatikan
Disfungsional
3. Penutup  Memberi kesempatan kepada  Mengajukan pertanyaan 5 menit
peserta penyuluhan untuk
bertanya.
 Mengevaluasi peserta  Menjawab pertanyaan
penyuluhan tentang materi penyuluh
yang telah disampaikan.
 Merangkum materi  Mendengarkan dan
penyuluhan yang telah memperhatikan serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disampaikan menerima leaflet
 Memberi salam penutup  Menjawab salam

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
b. Media dan alat memadai
c. Setting sesuai dengan kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
c. Peserta panyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat diskusi
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.

K. Referensi
Doengoes, M.E, et al. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Handoko, Teguh. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada


tanggal 21 Juni 2012 dari14.
http://www.scribd.com/doc/48983911/DISFUNGSIONAL-UTERINE

Kadarusman. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa


Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari
http://digilib.unsri.ac.id

Llewellyn-Jones, Derek. (2002). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Hipokrates

Suseno, Sigid. (2007). Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Diunduh pada


tanggal 24 Juni 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/82270530/70/Perdarahan-Uterus-
Disfungsional-PUD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Yahya. (2008). Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni
2012 dari http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/perdarahan-
rahim-disfungsional.pdf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MATERI PENYULUHAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

A. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal

tanpa penyebab organik (gangguan organ) seperti kemungkinan kehamilan, tumor,

infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya (Yahya,

2008). Kadarusman (2005) mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah

perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya,

yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional

mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa

kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau

gangguan sistemik lain.

Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-

kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya

(Kadarusman, 2005). Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus

disfungsional dapat dibagi seperti tabel 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional (PUD)
dan bentuk kelainannya
Dasar Kelainan Bentuk Klinis
Ovulasi  PUD ovulatorik
 PUD anovulatorik
Siklus  Metroragia
 Polimenorea
 Oligomenorea
 Amenorea
Jumlah perdarahan  Menoragia
 Perdarahan bercak pra haid
 Perdarahan bercak paca haid
Anemia  PUD ringan
 PUD sedang
 PUD berat

B. Etiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab

dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi.

Menurut Suseno (2007) terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan

perdarahan rahim disfungsional, antara lain :

1. Kegemukan (obesitas)

2. Faktor kejiwaan

3. Alat kontrasepsi hormonal

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

5. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah),

Diabetes Mellitus, dan lain-lain

6. Tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi

vagina, dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. Manifestasi Klinik

Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada

siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa

diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada

anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul

diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan

vagina serta rasa lelah yang berlebih (Suseno, 2007).

1. Siklus ovulasi

Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,

hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan

kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek

(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis,

pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus

haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur,

bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe

sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi :

a. Korpus luteum persistensi

Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan

dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Insufisiensi korpus luteum

Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau

polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh

gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi

endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang

seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

c. Apopleksia uteri

Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah

dalam uterus.

d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan

dalam mekanisme pembekuan darah.

2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu

bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga

perdarahan rahim berkepanjangan (Suseno, 2007). Pada tipe ini berhubungan

dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu

fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami

atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah

pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula

proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini

diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat

anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas

dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses

maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan

hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause

proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer (Handoko, 2005).

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada

harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi

ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa

pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk

menentukan ada tidaknya tumor ganas (Handoko, 2005).

D. Komplikasi

Menurut Suseno (2007), perdarahan uterus disfungsional memiliki

beberapa komplikasi yaitu:

1. Infertilitas dari kurangnya ovulasi

2. Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat

3. Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup (faktor

kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium)

E. Terapi

Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan

berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam

tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah

pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Apabila pasien memiliki kontraindikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk

perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang

diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan

kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien

yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi

diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi

operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan

(Kadarusman, 2005).

1. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat

Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua

metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya

adalah combined equine estrogen (CEE), 25 mg diberikan secara intravena dan

diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan

mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan

perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi

perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE

dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular,

atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari.

Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari

kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron (5-10 mg) diteruskan

selama 20 hari ( Llewellyn-Jones, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Pasien ditemukan diantara episode perdarahan

Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua

kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah

(Llewellyn-Jones, 2002).

3) Pengobatan hormonal

Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel

intrauterine device.

4) Terapi bedah

Kuretase

Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang

singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan.

Ablasi Endometrium

Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal

endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan

menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini

kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan

3-7 hari.

Histerektomi

Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan.

Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan

kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam

jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak

dapat diperbaiki (Doenges, 2002)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN

”PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL”

A. Persiapan

Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Perdarahan Uterus

Disfungsional (PUD), mahasiswa membuat kontrak dengan pasien kelolaan (Nn.

H) untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai Perdarahan Uterus

Disfungsional pada 14 Juni 2012.

Pada hari Rabu, 13 Juni 2012 mahasiswa mempersiapkan Satuan Acara

Penyuluhan (SAP) dan media penyuluhan berupa poster dan leaflet. Materi yang

akan diberikan dalam kegiatan ini mengenai defenisi PUD, etiologi PUD,

manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD dan penatalaksanaan PUD.

B. Pelaksanaan

Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah setelah mengikuti

penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu

menjelaskan kembali mengenai Perdarahan Uterus Disfungsional. Kegiatan

penyuluhan telah dilaksanakan pada :

Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Juni 2012

Waktu : 11.00 - 11.30 WIB

Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan diawali mempersiapkan

media pada pukul 10.00 WIB. Setelah itu, mahasiswa mengadakan penyuluhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun kegiatan yang dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan

tentang defenisi PUD, etiologi PUD, manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD

dan penatalaksanaan PUD.

Selama kegiatan penyuluhan berlangsung peserta mengikuti dan

memperhatikan penyuluhan dengan baik. Peserta penyuluhan juga bertanya

mengenai hal-hal yang kurang dipahami seperti menanyakan beberapa istilah

medis. Penyuluhan diikuti oleh Nn. H dan Ibu Nn. H.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung

Morawa pada pukul 11.00 – 11.30 WIB

b. Media yang digunakan berupa Poster dan leaflet

c. Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang

2 Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tepat waktu

b. Peserta mengikuti kegiatan dengan aktif dan kooperatif

c. Peserta memberikan pertanyaan mengenai materi yang diberikan

Beberapa pertanyaan dari peserta antara lain:

a. Apa yang dimaksud perdarahan uterus disfungsional?

b. Bagaimana membedakan perdarahan tersebut normal atau karena

penyakit?

c. Bagaimana penanganan untuk mencegah PUD?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluh terdiri dari 2 orang. Kegiatan ini mendapat respon yang

baik dari peserta penyuluhan. Hal ini dibuktikan dengan peserta kooperatif dan

dapat menjawab pertanyaan penyuluh tentang pengertian PUD dan gejala yang

muncul.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Penyuluhan merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan dalam bentuk

ceramah dan diskusi yang berguna untuk membagi pengetahuan kesehatan kepada

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian informasi tentang PUD.

Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dari

respon positif dan ketertarikan peserta tersebut untuk mendengar diskusi dan

penyuluhan. Melalui penyuluhan ini diharapkan para peserta dapat mengerti

mengenai PUD dan penanganannya.

2. Saran

Bagi penyuluhan berikutnya diharapkan dapat memberikan materi yang

baru kepada masyarakat disarankan agar mempersiapkan materi dan peralatan

lebih maksimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

METODE CHECKLIST

1. Pengisian metode ceklist dilakukan oleh perawat/bidan mulai dari

pengkajian, data objektif dan subjektif, diagnosa, tujuan/criteria hasil,

intervensi dan evaluasi.

2. Cara pengisian adalah dengan memberikan tanda ceklis pada kolom asuhan

yang diamati, apabila unsur tersebut dilakukan.

3. Data objektif adalah data yang diperoleh melalui inspeksi, palpasi, perkusi ,

dan auskultasi misalnya, TD (Tekanan Darah), HR (Hearth Rate/ Denyut

Jantung), RR (Respiratory Rate/ Frekuensi Pernafasan), T (Temperature/

Suhu Tubuh), skala nyeri serta warna kulit.

4. Data subjekif yaitu data yang diperoleh dari keluhan langsung yang

dikatakan oleh pasien atau keluarga pasien/saksi lain misalnya pasien

mengatakan bahwa …. (kepala pusing, nyeri, atau mual). Perawat dan bidan

diperbolehkan menmberi tanda checklist lebih dari satu baik data objektif

maupun subjektif sesuai pengkajian yang telah dilakukan

5. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Perumusan diagnosa keperawatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi.

7. Pada kolom “faktor yang berhubungan”, perawat/bidan hanya boleh memilih

1 pilihan untuk setiap diagnosa keperawatan yang muncul.

8. Perawat/bidan dapat memilih beberapa tujuan dan kriteria hasil yang ingin

dicapai pada setiap diagnosa keperawatan

9. Intervensi keperawatan merupakan semua tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status

kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan. Rencana

keperawatan harus terorganisasi sehingga setiap perawat dapat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan

cepat dan tepat. Perawat dapat memilih intervensi yang dilakukan mulai dari

tindakan yang dilakukan perawat maupun secara kolaboratif dengan profesi

lain maupun keluarga pasien.

10. Evaluasi keperawatan menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan

kepada pasien dengan membandingkan kepada kriteria hasil yang telah

ditetapkan sebelumnya. Evaluasi keperawatan terdiri dari unsur S

(Subjective), O (Objective), A (Analyze) dan P (Planning). Evaluasi

subjektif merupakan evalusai berdasarkan data subjektif yang telah didapat

dengan membandingkannya dengan kriteria hasil. Sedangkan evaluasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


objektif merupakan evaluasi berdasarkan data objektif yang telah didapat

dengan membandingkannya dengan criteria hasil. Pada unsure analyze

perawat menentukan apakah masalah telah teratasi secara kese;uruhan atau

tidak. Jika belum teratasi maka perawat membuat planning atau rencana

apakah melanjutkan intervensi yang telah dibuat, memodifikasi intervensi

yang dikerjakan atau menghentikan intervensi jika tujuan tindakan telah

dicapai.

11. Selanjutnya perawat yang mengisi asuhan keperawatan memberi paraf.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RUMAH SAKIT G.L. TOBING PTPN 2 TANJUNG MORAWA
RUANG ANYELIR
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MATERNITAS

Tanggal masuk : Ruang Rawat : No. MR :

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : ………………………… Umur : Tgl/Bln/Thn :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status Kawin : Kawin Belum Kawin
Agama : Islam Kristen Hindu Budha
Pendidikan : Sarjana Diploma/Akademi SMU
SLTP SD Tidak Sekolah
Pekerjaan : PNS Swasta TNI/POLRI ………
Alamat :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :

PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Hub. dgn pasien : Suami/Istri Anak Ayah Ibu
Pekerjaan : PNS Swasta TNI/POLRI ………
Alamat :

II.KELUHAN UTAMA
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………
III. PENGKAJIAN IBU NIFAS

Nama/Umur Ibu : G P A
Pekerjaan : Nifas hari ke :
Agama : No. MR :
1. Warna kulit
Normal Pucat Sianosis Kemerahan
2. Suhu
Hangat Panas Dingin
3. Kelembaban kulit
Kering basah lembab berkeringat
4. Kondisi tempat IV
Paten Macet Tanda infeksi
5. Kondisi Mammae

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lembut Berisi Penuh Bengkak Merah Nyeri
6. Kondisi Puting
Normal Datar Masuk ke dalam Lecet

7. Tinggi Uterus
U/U ....J/U ...U/J
8. Posisi Uterus
Midline Kanan umbilikus Kiri umbilikus
9. Konsistensi uterus
Kenyal Lembut Kenyal dengan massage
10. Warna Lochia
Rubra Serosa Alba
11. Bau Lochia
ada Tidak berbau/normal
12. Kondisi perineum
Utuh/menyatu Bengkak Edema Hematom
13 Episiotomi
Bersih Kemerahan Edema
14. Homan’s Sign
Negatif Positif
15. Status emosional
Tenang Cemas Takut Depresi Afek datar
16. Aktivitas
Di tempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi
17. Personal Hygiene
Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi guyur
Pericare Foley care
18. Nafsu makan
Puasa Baik cukup Tidak ada
19. Tipe Diet
Cairan jernih MI MII MB

IV. PENGKAJIAN IBU HAMIL


Nama/Umur Klien : G P A H Mg
Pekerjaan : THT :
Agama : TP :

PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN TERHADAP KEHAMILAN


1. Alasan datang ke Rumah Sakit
Periksa kehamilan Kontrol
2. Kehamilan mempengaruhi kebiasaan hidup sehari-hari
Ya Tidak
3. Orang yang paling penting kehadirannya untuk menemani ibu ke Rumah Sakit
Ibu Suami Lain-lain
4. Tempat direncanakan persalinan
Rumah Sakit Klinik
5. Pelihara kucing atau binatang peliharaan lain
Ya Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT OBSTETRIK YANG LALU
1. G P A Jumlah anak laki-laki perempuan
No. Umur Kehamilan Persalinan Nifas Sekarang

2. Penolong persalinan yang lalu


Dokter Bidan
3. Yang menemani pada persalinan yang lalu
Ibu Suami Lain-lain
4. Komplikasi pada kehamilan yang lalu
Peningkatan tekanan darah Hiperemesis gravidarum
Pembengkakan tangan, wajah Diabetes
Infeksi saluran kencing Lainnya, jelaskan
Perdarahan
5. Setelah persalinan, masalah yang mengganggu
Perdarahan Persalinan lama
Kejang Persalinan prematur
Lainnya, Jelaskan
6. Masalah bayi pada persalinan yang lalu
Perdarahan Menyusui/makan
Jaundice Lahir mati
Cacat Lainnya, Jelaskan

KEHAMILAN SEKARANG
1. Rasa ketidaknyamanan selama kehamilan
Ada Tidak ada
2. Gangguan tidur selama kehamilan
Ada Tidak Ada
3. Makanan yang tidak disukai atau pantang dimakan selama hamil
Ya Tidak
4. Kehamilan ini mempengaruhi pola BAB
Ya Tidak
6. Kehamilan ini mempengaruhi pola BAK
Ya Tidak
7. Selama kehamilan, merasakan ada gangguan bernafas
Ya Tidak

RIWAYAT PRENATAL
1. Orang tua, saudara atau anggota keluarga terdekat pernah menderita penyakit berikut
Hipertensi Diabetes Mellitus
Penyakit Ginjal Penyakit vaskular
Tuberkulosis Kanker
Komplikasi kehamilan Gangguan Jiwa
2. Klien pernah menderita penyakit berikut
STD Anemia Berat
Hipertensi Penyakit Saluran Kemih
Diskrasia darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Riwayat Menstruasi
a. Menstruasi pertama umur Tahun
b. Siklus mentruasi: interval hari, Jumlah , Nyeri , bercak
c. HPHT :

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum Baik Lemah Buruk
b. Tanda-tanda Vital
TD :……… HR:………… RR ………. T :……..
BB :…….. TB:…………
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan Rambut
• Bentuk kepala Bulat Lonjong
• Kebersihan Kulit Kepala Bersih Kotor
Data Subjektif : ……………..
2. Mata
Ikterus Anemia Konjungtiva Pucat
Data Subjektif : ……………..
3. Hidung
Pernafasan cuping hidung Normal
Data Subjektif : ……………..
4. Telinga
Normal
Data Subjektif : ……………..
5. Mulut/Bibir
Sianosis Mukosa kering
Data Subjektif : ……………..
6. Leher / Tekanan Vena Jugularis
Meningkat Normal
Data Subjektif : ……………..
d. Pemeriksaan Kulit
Lembab Kering
Data Subjektif : ……………..
e. Pemeriksaan Thorak / Dada
1. Inspeksi
• Bentuk Thorak Simetris Asimetris
• Irama Pernafasan Reguler Ireguler
• Tanda Kesulitan Bernafas Penggunaan otot-otot Bantu nafas Pernafasan
Cuping
2 Palpasi Normal Tidak Normal
3. Perkusi Resonan Hiper resonan Dullness
4. Auskultasi Vesikuler Ronchi
Data Subjektif : ……………..
f. Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi Ictus cordis ada Ictus cordis tidak ada
 Palpasi Ictus cordis teraba Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi (batas jantung) :
Batas kiri :
Atas :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kanan :
 Auskultasi
 Frekuensi ………x/i
 Irama Reguler Irreguler
 S1 Normal Abnormal
 S2 Normal Abnormal
Data Subjektif : ……………..
g. Pemeriksaan abdomen
Peristaltik usus Ada Tidak ada
Frekuensi :
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Hepar Teraba Tidak teraba
Ascites Ada Tidak ada
Data Subjektif : ……………..
h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Edema scrotum/labia Ada Tidak ada
Data Subjektif : ……………..
i. Pemeriksaan ekstremitas
Edema pada ekstremitas atas Ada Tidak ada
Edema pada ekstremitas bawah Ada Tidak ada
Data Subjektif : ……………..
j. Pemeriksaan neurologis
Kesadaran :
GCS :
Kekuatan Otot : I II III IV
Data Subjektif : ……………..

VI. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK


a.Diagnosa Medis:
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Kesan :……………
2. Rontgen :
Kesan : …………
3. EKG :
Kesan : ………….
4. Dan lain - lain

VII. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengkajian Bayi baru lahir
Nama Bayi : Tanggal/Waktu lahir : P/L
Nama Ibu/Umur: Pekerjaan Ibu :

1. Keadaan Umum :
Baik Lemah Buruk
2. Warna Kulit :
Normal Pucat Sianosis Kemerahan
3. Tonus Otot
Baik Lemah
4. Postur :
Baik Buruk
5. Berat Badan : .........gram
6. Panjang Badan : .......Cm
7. Respon bayi terhadap rangsangan interna dan eksterna
Baik Lemah
8. Nadi : .........x/menit
9. RR : .........x/menit
10. Suhu:.........oC
11. Usaha bernafas pada bayi
Retraksi Gasping Grunting
12. Kualitas tangisan
Kuat Lemah Melengking
13. Irama Pernapasan :
Reguler Ireguler
14. Pernapasan cuping hidung
Ada Tidak ada
15. Joundice pada kulit
Ada Tidak ada
16. Petechiae pada kulit
Ada Tidak ada
17. Distensi Abdomen
Ada Tidak ada
18. Tali pusat
Merah Berbau Basah Berdarah
19. Intake Nutrisi
ASI PASI
20. Jumlah ASI
Menetes Mengalir Memancar
21. Jumlah PASI : ..... cc
22. Keadaan Tali pusat
Normal Tidak
23. Patensi anus
Baik Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : Kekurangan volume cairan Aktivitas Keperawatan: S:
฀ Haus ฀ Pantau warna, jumlah, dan frekuensi
Faktor yang berhubungan: kehilangan cairan
DO : ฀ Kehilangan volume cairan aktif ฀ Observasi kehilangan cairan yang
฀ Perubahan status mental ฀ Konsumsi alkohol yang tinggi elektrolit (Misalnya diare,
฀ Penurunan tekanan darah berlebihan secara terus menerus drainase luka, pengisapan nasogastrik,
฀ Penurunan ฀ Kegagalan mekanisme diaphoresis)
volume/tekanan nadi pengaturan (seperti, Diabetes ฀ Pantau perdarahan
฀ Penurunan turgor Insipidus, hiperaldosterinosme) ฀ Identifikasi faktor yang berkontribusi
kulit/lidah ฀ Asupan cairan yang tidak terhadap bertambah buruknya
฀ Penurunan haluaran urine adekuat dehidrasi (Misalnya, obat-obatan,
฀ Penurunan pengisian vena deman, stres, dan program
฀ Kulit/membran mukosa Tujuan: pengobatan)
kering Kekurangan volume cairan akan ฀ Tinjau ulang elektrolit, terutama
฀ Hematorkrit meningkat teratasi, dibuktikan dengan natrium, kalium, klorida, dan kreatinin
฀ Suhu tubuh meningkat keseimbangan cairan, ฀ Kaji adanya vertigo atau hipotensi
keseimbangan elektrolit dan asam- postural
฀ Frekuensi nadi meningkat
฀ Konsentrasi urine
basa, hidrasi yang adekuat , dan ฀ Kaji orientasi terhadap orang, tempat,
status nutrisi yang adekuat; Asupan O:
meningkat dan waktu
฀ Penurunan berat badan
makanan dan cairan ฀ Timbang berat badan dan pantau
Dengan kriteria hasil: kemajuannya
yang tiba-tiba
฀ Pasien akan tidak memiliki ฀ Tentukan jumlah cairan yang masuk
฀ Kelemahan konsentrasi urine yang selama 24 jam
berlebihan ฀ Tingkatkan asupan oral (Misalnya,
฀ Pasien akan tidak mengalami berikan cairan oral yang disukai
haus yang tidak normal pasien, letakkan pada tempat yang
฀ Pasien akan memiliki mudah dijangkau, berikan sedotan.
keseimbangan asupan dan
haluaran yang seimbang dalam Aktivitas Kolaboratif:
24 jam ฀ Laporkan dan catat haluaran urin
฀ Pasien akan menampilkan ฀ Berikan terapi IV sesuai dengan
hidrasi yang baik (membran anjuran
mukosa lembab, mampu ฀ Laporkan abnormalitas elektrolit
berkeringan)
฀ Pasien akan memiliki asupan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cairan oral dan atau intravena Pendidikan untuk pasien dan keluarga: A:
yang adekuat. ฀ Anjurkan pasien untuk
menginformasikan perawat bila pasien
haus

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: Nutrisi, ketidakseimbangan, kurang Aktivitas Keperawatan: S:
฀ Kram Abdomen dari kebutuhan tubuh. ฀ Kaji motivasi pasien untuk
฀ Nyeri abdomen mengubah kebiasaan makan.
฀ Tidak Selera Makan Faktor yang berhubungan: ฀ Monitor nilai-nilai laboratorium,
฀ Indigesti ฀ Ketidakmampuan untuk terutama transferin, albumin, dan
฀ Gangguan Pengecapan menelan atau mencerna elektrolit.
฀ Kekurangan makanan makanan dan menyerap nutien ฀ Tanyakan makanan kesukaan pasien.
฀ Rasa penuh diperut yang diakibatkan karena faktor ฀ Tentukan kemampuan pasien untuk
segera setelah biologis, psikologis, atau memenuhi kebutuhan nutrisi.
mengunyah makanan. ekonomi ฀ Monitor catatan intake kalori dan
฀ Ketergantungan kimiawi komponen nutrisi.
DO: ฀ Penyakit kronis (sebutkan) ฀ Monitor BB pasien.
฀ Mudah pecahnya ฀ Intoleransi makanan ฀ Kaji dan dokumentasikan drat
pembuluh darah kapiler ฀ Kebutuhan metabolik tinggi kesulitan mengunyah dan menelan.
฀ Diare atau steatorin ฀ Kurangnya pengetahuan dasar ฀ Identifikasi faktor-faktor penyebab
฀ Kekurangan makanan nutrisi mual dan muntah.
฀ Kehilangan rambut ฀ Akses pada makanan terbatas ฀ Identifikasi faktor-faktor yang
yang berlebihan ฀ Hilangnya nafsu makan berkontribusi terhadap kehilangan
O:
฀ Peristaltik usus ฀ Mual/muntah selera makan pasien (misalnya,
hiperaktif. ฀ Gangguan psikologis medikasi, masalah emosional).
฀ Kurang informasi (sebutkan) ฀ Monitor perilaku pasien yang
฀ Tidak ada selera makan berhubungan dengan penurunan BB.
฀ Miskonsepsi Tujuan:
฀ Konjungtiva dan ฀ Status nutrisi: makanan, cairan, Pendidikan kesehatan untuk pasien dan
membran mukosa pucat dan intake adekuat. keluarga:
฀ Tonus otot lemah Dengan kriteria hasil: ฀ Ajarkan metode perencanaan makan.
฀ Menolak makanan ฀ BB bertambah dan dalam batas ฀ Berikan penkes tentang makanan
normal. yang bernutrisi tetapi tidak mahal.
฀ Perih dan inflamasi
kavitas bukal. ฀ Nilai laboratorium (tranferin, ฀ Berikan informasi yang tepat tentang
albumin, dan elektrolit) dalam kebutuhan nutrisi dan cara untuk
฀ Kelemahan otot.
batas normal. melakukannya.
฀ Menunjukkan level energi
adekuat. Aktivitas Kolaborasi:
฀ Menjelaskan komponen ฀ Kolaborasi dengan dokter untuk
keadekuatan diet bergizi perlunya diberikan stimulant selera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


฀ Toleransi terhadap diet yang makan, supleman. A:
dianjurkan ฀ Diskusikan dengan ahli gizi dalam
฀ Menyatakan keinginan untuk menentukan kebutuhan protein untuk
mengikuti diet pasien dengan ketidakadekuatan
asupan protein atau kehilangan
protein
฀ Rujuk ke dokter untuk menentukan
penyebab perubahan nutrisi

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : - Defisit Perawatan Diri: makan Aktivitas keperawatan : S:
□ Kaji kemampuan menggunakan alat
Faktor yang berhubungan: bantu
DO: ฀ Penurunan atau kurang □ Kaji tingkat kekuatan dan toleransi
Ketidakmampuan untuk : motivasi terhadap aktivitas
□ Menyuap makanan dari ฀ Ketidaknyamanan □ Kaji peningkatan atau penurunan
piring ke mulut ฀ Hambatan lingkungan untuk makan sendiri
□ Mengunyah makanan ฀ Gangguan muskuloskeletal □ Kaji defisit sensori, kognitif, atau
□ Menyelesaikan makan ฀ Gangguan neuromuskular fisik yang dapat menyulitkan makan
□ Meletakan makanan ke ฀ Nyeri □ Kaji kemampuan untuk mengunyah
piring dan menelan makanan
฀ Gangguan kognitif atau
□ Memegang alat makan □ Kaji keadekuatan asupan nutrisi
persepsi
□ Memasukkan makanan
฀ Ansietas berat
dengan cara yang dapat Pendidikan untuk Pasien dan Keluarga :
฀ Kelemahan atau kelelahan
diterima oleh □ Tunjukan penggunaan alat bantu dan
masyarakat aktivitas yang adaptif
□ Memasukkan makanan Tujuan: □ Ajarkan pasien menggunakan metode
Menunjukan perawatan diri :
secara aman alternatif untuk makan/minum.
aktivitas kehidupan sehari-hari.
□ Memasukkan makanan O:
Dengan kriteria hasil:
dengan cukup Aktivitas kolaboratif :
□ Memanipulasi makanan ฀ Mampu untuk makan secara □ Rujuk pasien dan keluarga pada
di mulut mandiri layanan sosial untuk pertolongan
□ Membuka wadah ฀ Menunjukan asupan kesehatan di rumah.
□ Mengambil cangkir atau makanan/cairan yang adekuat □ Gunakan terapi fisik dan okupasi
gelas sebagai sumber dalam perencanaan
□ Menyiapkan makanan aktivitas perawatan pasien.
untuk diingesti
□ Menelan makanan Aktivitas lain :
menggunakan alat bantu □ Akomodasi defisit kognitif dengan
cara berikut :
□ Hindari penggunaan makanan
peralatan makan yang tajam.
□ Periksa makanan di pipi
□ Makan di lingkungan yang sepi
untuk mengurangi distraksi
□ Pertahankan komunikasi verbal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pendek dan sederhana A:
□ Sediakan makanan dalam porsi kecil
□ Dukung pencapaian pasien
□ Dukung kemandirian dalam makan
dan minum, bantu pasien jika
diperlukan.

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS:- Defisit Perawatan Diri: toileting Aktivitas keperawatan S:
□ Kaji kemampuan untuk berjalan
DO: Faktor yang berhubungan: secara mandiri dan aman
□ Ketidakmampuan ฀ Penurunan atau kurang □ Kaji kemampuan untuk
melakukan kegiatan motivasi menggunakan alat bantu, misal
eliminasi/ke kamar ฀ Hambatan lingkungan walker, tongkat
kecil ฀ Kerusakan status mobilitas □ Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
□ Duduk/bangun dari ฀ Hambatan kemampuan untuk aktivitas
toilet berpindah □ Kaji adanya peningkatan atau
□ Melepas dan ฀ Kerusakan musculoskeletal penurunan kemampuan untuk
mengenakan pakaian ฀ Kerusakan neuromuskular toileting sendiri
□ Membersihkan diri □ Kaji defisit sensori, kognitif, atau
฀ Nyeri
sehabis eliminasi fisik yang dapat yang dapat
฀ Kerusakan persepsi atau
□ Menyiram toilet membatasi kemampuan toileting
kognitif
sendiri
฀ Ansietas berat
฀ Kelemahan atau kelelahan Pendidikan untuk pasien dan keluarga :
□ Ajarkan pasien dan keluarga tentang
Tujuan: teknik pemindahan dan ambulasi O:
Menunjukkan perawatan diri: □ Tunjukan penggunaan alat bantu
Aktivitas kehidupan sehari-hari adaptif
ditandai dengan indikator: □ Pantau perawatan diri : toileting :
ketergantungan, membutuhkan ajarkan pasien atau orang lain yang
bantuan orang lain/alat bantu, berkepentingan dalam rutinitas
mandiri dengan bantuan alat bantu toileting
atau mandiri sepenuhnya
Dengan kriteria hasil: Pengelolaan lingkungan :
฀ Menerima bantuan dari pemberi □ Berikan informasi perawatan diri
perawatan terhadap keluarga/orang lain yang
฀ Mengenali/mengetahui penting terhadap ingkungan rumah
kebutuhan akan bantuan untuk yang aman untuk pasien
toileting
฀ Mengenali dan berespons Aktivitas kolaboratif :
terhadap urgensi untuk □ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum
berkemih atau defekasi toileting
฀ Mampu untuk pergi atau keluar □ Rujuk pasien dan keluarga ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dari toilet pelayanan sosial A:
฀ Membersihkan diri setelah
toileting Aktivitas lain :
□ Hindari penggunaan kateter menetap
atau kateter kondom bila
memungkinkan
□ Letakan pispot atau urinal dalam
jangkauan pasien
□ Bantuan perawatan diri
□ Pengelolaan lingkungan seperti
menyingkirkan bahaya lingkungan,
menyediakan pengharum ruangan
P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: - Defisit Perawatan Diri: mandi Aktivitas Keperawatan: S:
□ Kaji kemampuan untuk
DO: Faktor yang berhubungan: menggunakan alat bantu.
Ketidakmampuan untuk : ฀ Penurunan atau kurang □ Kaji membran mukosa oral dan
□ Mengeringkan badan motivasi kebersihan tubuh setiap hari.
□ Mengambil ฀ Hambatan lingkungan □ Kaji kondisi kulit saat mandi.
perlengkapan mandi ฀ Ketidakmampuan merasakan □ Antau adanya perubahan kemampuan
□ Masuk dan keluar bagian tubuh atau hubungan fungsi.
kamar mandi tertentu □ Pantau bantuan perawatan diri :
□ Mendapatkan atau ฀ Kerusakan neuromuskular mandi : seperti pantau kebersihan
menyediakan air ฀ Nyeri kuku berdasarkan kemampuan diri
□ Mengatur suhu dan ฀ Gangguan persepsi atau pasien.
aliran mandi kognitif
□ Membersihkan tubuh Pendidikan untuk pasien dan keluarga :
฀ Ansietas hebat
atau anggota tubuh □ Ajarkan pasien atau keluarga
฀ Kelemahan dan kelelahan
pengguaan metode alternatif untuk
mandi dan hygiene mulut
Tujuan:
Menunjukan perawatan diri :
Akitivitas kolaboratif : O:
aktivitas kehidupan sehari-hari yang
□ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum
ditandai dengan indikator :
mandi
membutuhkan bantuan orang lain
□ Rujuk pasien dan keluarga ke
atau alat bantu, mandiri dengan alat
layanan sosial untuk perawatan di
bantu, mandiri dengan sepenuhnya.
rumah
Dengan kriteria hasil:
□ Gunakan ahli fisiotherapi dan terapi
฀ Menerima bantuan atau
kerja sebagai sumber-sumber dalam
perawatan total dari pemberi
merencanakan aktivitas keperawatan
perawatan jika diperlukan
pasien
฀ Mengungkapkan secara verbal
kepuasan tentang kebersihan Aktivitas lain :
tubuh dan hygiene mulut □ Libatkan keluarga dalam penentuan
฀ Mempertahankan mobilitas rencana
yang diperlukan untuk ke □ Bantuan perawatan diri : mandi :
kamar mandi dan menyediakan seperti letakan sabun, handuk,
perlengkapan mandi deodoran di samping/ kamar mandi,
฀ Mampu menghidupkan dan keramas rambut dan cukuran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengatur pancaran dan suhu air A:
฀ Membersihkan dan
mengeringkan tubuh
฀ Melakukan perawatan mulut
฀ Menggunakan deodoran

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : Konstipasi Aktivitas Keperawatan: S:
□ Nyeri abdomen □ Kaji dan dokumentasikan :
□ Nyeri tekan pada Faktor yang berhubungan: □ Warna dan konsistensi feses pertama
abdomen dengan atau ฀ Kelemahan otot abdomen pasca operasi. Frekuensi, warna, dan
tanpa resistensi otot ฀ Pengingkaran konsistensi feses, keluarnya flatus,
yang dapat dipalpasi kebiasaan/mengabaikan adanya impaksi, tidak adanya bising
□ Anoreksi keinginan untuk berdefekasi usus dan distensi abdomen pada
□ Perasaan penuh atau ฀ Ketidakadekuatan defekasi keempat kuadran.
tekanan pada rektal ฀ Aktivias fisik tidak cukup □ Pantau tanda dan gejala ruptur usus
□ Kelelahan umum ฀ Kebiasaan defekasi tidak teratur dan atau peritonitis
□ Sakit kepala ฀ Perubahan lingkungan yang □ Identifikasi faktor misalnya
□ Peningkatan tekanan baru terjadi (pengobatan,tirah baring, dan diet)
abdomen ฀ Depresi yang dapat menyebabkan atau
□ Sakit kepala berkontribusi terhadap konstipasi.
฀ Antasidnberisi aluminium
□ Peningkatan tekanan □ Ajarkan masalah dan rasional
฀ Antikolinergik
abdomen tindakan kepada pasien.
□ Sakit di lambung karena ฀ Antikonvulsan □ Ajarkan kepada pasien/ keluarga
sulit mencerna ฀ Antidepresan bagaimana untuk mempunyai catat
□ Mual ฀ Diuretik harian makanan. O:
□ Nyeri saat defekasi ฀ Kelebihan dosis laksatif □ Anjurkan pasien pasien untuk
฀ Ketidakseimbangan elektrolit meminta obat nyeri sebelum defekasi
DO: ฀ Hemoroid untuk memudahkan keluarnya feses
□ Darah merah segar ฀ Megakolon tanpa nyeri.
dalam feses ฀ Obesitas □ Anjurkan aktivitas optimal untuk
□ Perubahan pada suara ฀ Obstruksi pasca operasi merangsang eliminasi defekasi untuk
abdomen (borborigmi) ฀ Kehamilan memudahkan keluarnya feses tanpa
□ Perubahan pada pola ฀ Tumor nyeri.
defekasi ฀ Dehidrasi □ Anjurkan aktivitas optimal untuk
□ Feses gelap atau hitam ฀ Pola makan yang buruk merangsang eliminasi defekasi
atau seperti tar ฀ Penurunan motilitas saluran pasien.
□ Penurunan frekuensi gastrointestinal □ Berikan privasi dan keamanan untuk
□ Penurunan volume feses pasien selama eliminasi defekasi.
□ Distensi abdomen □ Berikan perawatan dalam sikap yang
Tujuan:
□ Feses yang kering, Kemampuan saluran menerima, tidak menghakimi.
keras, dan berbentuk gastrointestinal untuk membentuk □ Sediakan cairan sesuai dengan
□ Bising usus hipoaktif dan mengeluarkan feses secara aktif pilihan pasien. Sebutkan:________.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau hiperaktif dengan kriteria hasil : Aktivitas Kolaboratif: A:
□ Pengeluaran cairan □ Pola eliminasi dalam rentang □ Konsultasikan kepada ahli gizi untuk
feses lambat yang diharapkan, feses lembut meningkatkan serat dan cairan diet.
□ Massa abdomen dapat dan berbentuk □ Minta program dari dokter untuk
dipalpasi □ Mengeluarkan feses tanpa memberikan bantuan eliminasi,
□ Massa rektal yang dapat bantuan seperti diet serat, pelembut feses,
dipalpasi □ Mengonsumsi cairan dan serat enema, dan laksatif.
□ Bunyi pekak pada dengan adekuat □ Konsultasikan kepada dokter tentang
perkusi abdomen □ Latihan dalam jumlah yang penurunan/ peningkatan frekuensi
□ Adanya feses, seperti adekuat bising usus.
pastel lembut di rektum □ Menunjukkan pengetahuan □ Konsultasikan kepada dokter jika
□ Flatus berat program defekasi yang tanda dan gejala krastipasi atau
□ Mengejan saat defekasi dibutuhkan untuk mengatasi impaksi terus berlangsung. P:
□ Tidak mampu efek samping pengobatan
mengeluarkan feses □ Melaporkan keluarnya feses Pendidikan untuk Pasien dan Keluarga:
□ Muntah dengan berkurangnya nyeri dan □ Informasi kepada pasien
mengejan kemungkinan konstipasi yang
dirangsang oleh obat.
□ Instruksikan pasien dalam bantuan
eliminasi defekasi yang akan
meningkatkan pola defekasi yang
akan meningkatkan pola defekasi
yang optimal di rumah.
□ Ajarkan kepada pasien tentang efek
diet ( misalnya, cairan dan serat)
pada eliminasi.
□ Instruksikan pasien tentang
konsekuensi penggunaan laksatif
jangka panjang.
□ Tekankan penghindaran mengenjan
selama defekasi untuk mencegah
perubahan pada tanda vital, sakit
kepala atau perdarahan.
□ Ajarkan etiologi masalah dan
rasional tindakan kepada pasien.

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : Gangguan pola tidur Aktivitas Keperawatan: S:
□ Bangun lebih awal atau □ Tentukan efek samping pengobatan
lebih lambat dari yang Faktor yang berhubungan pada pola tidur pasien
diinginkan ฀ Perubahan tidur yang □ Pantau pola tidur pasien dan catat
□ Ketidakpuasan tidur berhubungan dengan proses hubungan faktor-faktor fisik
□ Keluhan verbal tentang penuaan (misalnya, fisiologis, psikologis,
kesulitan untuk tidur ฀ Ansietas gaya hidup, perubahan shift kerja
□ Keluhan verbal tentang ฀ Antisipasi yang sering, perubahan zona waktu
perasaan tidak dapat ฀ Agens biokimia yang cepat, jam kerja panjang yang
beristirahat dengan baik ฀ Suhu tubuh berlebihan, dan faktor-faktor
฀ Rasa bosan lingkungan lainnya) yang dapat
DO : berpengaruh pada gangguan pola
฀ Awitan masa kanak-kanak
□ Penurunan kemampuan tidur
฀ Pajanan gelap/cahaya siang hari
berfungsi
฀ Depresi
□ Penurunan proporsi Aktivitas Kolaborasi:
tidur fase REM ฀ Keletihan □ Diskusikan dengan dokter tentang
(misalnya, REM ฀ Ketakutan perlunya meninjau kembali program
melambung, ฀ Sering melakukan perjalanan pengobatan jika berpengaruh pada
hiperaktivitas, emosi yang menyebrangi zona waktu pola tidur O:
yang labil, agitasi dan ฀ Perubahan jadwal tidur/bangun □ Dukung penggunaan obat tidur yang
impulsivitas, gambaran yang sering tidak mengandung supresor fase tidur
polisomnografik yang ฀ Berduka REM
atipikal) ฀ Kesepian
□ Penurunan proporsi ฀ Perubahan hormonal secara Aktivitas Lain:
tidur tahap 3 dan 4 periodik yang berhubungan □ Hindari suara keras dan penggunaan
(misalnya, dengan gender lampu saat tidur malam, berikan
hiperesponsif, ฀ Pikiran sebelum tidur lingkungan yang tenang, damai, dan
mengantuk yang ฀ Pergantian tugas jaga minimalkan gangguan
berlebihan, dan ฀ Penggunaan agens anti tidur □ Cari teman sekamar yang cocok bagi
penurunan motivasi) yang terus menerus pasien, jika memungkinkan
□ Insomnia dini hari ฀ Kegaduhan □ Bantu pasien untuk mengidentifikasi
□ Peningkatan proporsi ฀ Mual, demam fakktor-faktor yang menyebabkan
tidur tahap 1 ฀ Posisi tubuh kurang tidur, seperti ketakutan,
□ Total waktu tidur ฀ Napas pendek
masalah yang tidak terselesaikan, dan
kurang dari usia yang konflik.
฀ Urgensi berkemih
normal □ Yakinkan kembali pasien bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


□ Perpanjangan waktu Tujuan: iritabilitas dan perubahan mood A:
bangun Pasien akan menunjukkan tidur adalah konsekuensi umumyang
□ Gangguan dorongan diri yang baik menyebabkan deprivasi
untuk tidur dengan pola Dengan kriteria hasil: tidurFasilitasi untuk
normal □ Jumlah jam tidur tidak mempertahankan rutinitas waktu
□ Perpanjangan waktu terganggu tidur pasien, pertanda keperluan
bangun □ Tidak ada masalah dengan pola, sebelum tidur, dan benda-benda yang
□ Gangguan dorongan diri kualitas, dan rutinitas tidur atau familiar (misalnya untuk anak-anak,
untuk tidur dengan pola istirahat mainan/ selimut yang disukai,
normal □ Perasaan segar setelah tidur ayunan, dot, atau dongeng sebelum
□ Insomnia pada saat tidur atau istirahat tidur ; untuk orang dewasa, buku-
□ Awitan tidur lebih dari □ Tidur siang yang sesuai usia buku bacaan) jika diperlukan
30 menit □ Terjaga dengan waktu yang □ Ajarkan pasien untuk menghindari P:
□ Bangun 3 kali atau lebih sesuai makanan dan minuman pada jam
di malam hari tidur yang dapat mengganggu tidur
□ Bantu pasien untuk membatasi tidur
di siang hari dengan meyediakan
aktivitas yang meningkatkan kondisi
terjaga, jika diperlukan
□ Lakukan pijatan yang nyaman,
pengaturan posisi, dan sentuhan
afektif
□ Berikan tidur siang, jika diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan tidur
□ kelompokkan aktivitas perawatan
untuk meminimalkan tindakan yang
dapat membangunkan; berikan siklus
tidur minimal 90 menit

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : - Resiko Tinggi Infeksi Aktivitas Keperawatan: S:
□ Cuci tangan sebelum dan sesudah
DO : Faktor yang berhubungan: melakukan tindakan
□ TD meningkat ฀ Penyakit kronis □ Monitor TTV dan catat adanya
□ Jumlah leukosit ฀ Imunosupresi peningkatan suhu tubuh
abnormal ฀ Imunitas yang tidak adekuat □ Pantau adanya tanda-tanda
□ Suhu tubuh ฀ Pertahanan tubuh yang tidak septicemia seperti perubahan status
meningkat >380C adekuat (kulit terluka, trauma mental (bingung, stupor)
□ Lesi kulit, jaringan, penurunan kerja silia, □ Monitor pernafasan, suara nafas
kemerahan, pus cairan tubuh statis, perubahan untuk mengkaji adanya infeksi
pH pada sekresi, dan peristaltis saluran nafas
yang berubah) □ Lakukan tindakan invasif secara
฀ Prosedur invasif steril
฀ Malnutrisi □ Pertahankan masukan nutrisi adekuat O:
□ Lakukan perawatan luka dengan
฀ Agens farmasi
teknik steril
฀ Trauma
□ Laukan perawatan kateter, IVFD,
drain, setiap hari dengan teknik steril
Tujuan:
Faktor resiko infeksi akan hilang
Aktivitas Kolaborasi
Dengan kriteria hasil:
□ Kultur drainase luka
Tanda-tanda vital
□ Irigasi luka
□ Terbebas dari tanda atau gejala
□ Pemeriksaan hematologi dan kultur
infeksi
urine
□ Menunjukkan hygiene pribadi
□ Pemberian antibiotik sesuai indikasi
yang adekuat
□ Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernapasan,
genitourinaria, dan imun dalam
batas normal
A:
□ Menggambarkan faktor yang
menunjukkan penularan infeksi
□ Melaporkan tanda atau gejala
infeksi serta mengikuti
prosedur pernapasan dan
pemantauan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS : - Gangguan Mobilitas fisik Aktivitas Keperawatan: S:
□ Lakukan pengkajian tingkat
DO : Faktor yang berhubungan: mobilitas pasien secara terus-
□ Penurunan waktu reaksi ฀ Perubahan metabolism sel menerus
□ Kesulitan bergerak ฀ Gangguan kognitif □ Kaji tingkat kesadaran
□ Perubahan cara berjalan ฀ Keyakinan cultural terhadap □ Kaji kekuatan otot dan mobilitas
□ Keterbatasan aktivitas sesuai dengan usia sendi (rentang pergerakan)
kemampuan untuk ฀ Penurunan kekuatan, kendali, □ Kaji kebutuhan untuk bantuan dari
melakukan dan massa otot rumah lembaga kesehatan atau
keterampilan motorik ฀ Perkembangan terhambat organisasi lainnya
halus ฀ Ketidaknyamanan
□ Keterbatasan Pendidikan untuk pasien dan keluarga
฀ Intoleransi aktivitas/penurunan
kemampuan untuk kekuatan dan ketahanan □ Latih rentang gerak pergerakan
melakukan aktif/pasif untuk memperbaiki
฀ Kaku sendi atau kontraktur
keterampilan motorik kekuatan dan daya tahan otot
฀ Keterbatasan ketahanan
kasar □ Latih teknik membalik dan
kardiovaskular
□ Keterbatasan rentang memperbaiki kesejajaran tubuh
pergerakan ฀ Hilangnya integritas struktur
□ Pemendekan tulang Aktivitas lain O:
pernapasan yang ฀ Pengobatan □ Tempatkan tombol/lampu pemanggil
diinduksi oleh ฀ Kerusakan musculoskeletal pada tempat yang mudah diraih
pergerakan ฀ Nyeri □ Berikan alat bantuan
□ Ketidakstabilan posisi ฀ Kerusakan sensori persepsi □ Berikan penguatan positif selama
tubuh saat melakukan aktivitas
rutinitas aktivitas Tujuan: □ Lakukan tindakan pengendalian nyeri
kehidupan sehari-hari □ Rentang pergerakan sendi sebelum memulai latihan atau
□ Melambatnya dengan gerakan atas inisiatif tidakan terapi fisik
pergarakan sendiri □ Pastikan rencana perawatan yang
□ Pergerakan tak □ Kemampuan untuk bergerak memasukkan sejumlah kebutuhan
koordinasi atau dengan maksud tertentu personel untuk membalik pasien
menyentak Dengan kriteria evaluasi:
□ Pasien akan melakukan rentang Aktivitas kolaboratif
pergerakan penuh seluruh sendi □ Gunakan ahli terapi fisik/okupasi
□ Pasien mampu berbalik sendiri sebagai sumber dalam rencana
di tempat tidur atau perkembangan untuk
memerlukan bantuan pada mempertahankan/meningkatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tingkat yang realistis mobilitas di tempat tidur A:
□ Menunjukkan penggunaan alat
bantu yang benar
□ Meminta bantuan reposisi,
sesuai dengan kebutuhan

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: Gangguan rasa nyaman: Nyeri Aktivitas Keperawatan S:
□ Melaporkan rasa sakit ฀ Catat umur dan berat pasien, masalah
Faktor yang berhubungan: medis/psikologis yang muncul
DO: ฀ Gangguan pada kulit, jaringan, kembali, sensitivitas idiosinkatrik
□ Perubahan pada tonus dan integritas analgesic dan proses intraoperasi
otot ฀ Munculnya saluran dan selang (mis: ukuran/lokasi insisi,
□ Distraksi/penjagaan/ting penggantian saluran, zat-zat anestesi
kah laku protektif Tujuan: yang digunakan
□ Pemfokusan diri; ฀ Mengatakan bahwa rasa sakit ฀ Evaluasi rasa sakit secara regular,
pandangan yang sempit telah terkontrol/ dihilangkan catat karakteristik, lokasi dan
□ Respons autonomik Dengan Kriteria evaluasi: intensitas (skala -10)
฀ Tampak rileks ฀ Catat munculnya rasa cemas/takut
฀ Dapat beristirahat/tidur dan hubungkan dengan lingkungan
฀ Ikut serta dalam aktivitas sesuai dan persiapkan untuk prosedur
kemampuan ฀ Kaji tanda-tanda vital, perhatikan
takikardia, hipertensi dan
peningkatan pernafasan, bahkan jika
pasien menyangkal adanya rasa sakit
฀ Kaji penyebab ketidaknyamanan O:
yang mungkin selain dari prosedur
operasi
฀ Berikan informasi mengenai sifat
ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
฀ Lakukan reposisi sesuai petunjuk,
misalnya posisi semi fowler, miring
฀ Dorong penggunaan teknik relaksasi
misalnya latihan napas dalam,
bimbingan imajinasi, visualisasi
฀ Berikan perawatan oral regular
฀ Observasi efek analgesik

Aktivitas Kolaborasi:
฀ Berikan obat sesuai petunjuk
฀ Analgesik IV
฀ Analgesik dikontrol pasien (ADP)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


฀ Analgesik lokal misalnya blok A:
epidural

P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: Ketidak efektifan pemberian asi Aktivitas Keperawatan S:
□ Mendapatkan ฀ Kaji kemampuan bayi untuk
suplai susu yang Faktor yang berhubungan: menghisap/menelan
tidak adekuat □ Reflex menghisap bayi ฀ Tentukan keinginan dan motivasi ibu
□ Ketidakpuasan yang tidak adekuat untuk menyusui
proses menyusui □ Kelainan pada bayi ฀ Evaluasi pemahaman ibu tentang
(seperti yang □ Bayi menerima tambahan isyarat menyusui dari bayi
diungkapkan ibu) makanan dari payudara ฀ Pantau keterampilan ibu dalam
DO : buatan. menempelkan bayi pada putting
□ Ketidak adekuatan □ Penghentian proses ฀ Pantau integritas kulit putting
suplai susu yang menyusui ฀ Evaluasi pemahaman tentang
actual terjadi □ Kurang pengetahuan penghambatan kelenjar susu dan
□ Menggeliat dan □ Kecemasan atau ambivalen mastitis
menangis pada ibu
฀ Pantau kemampuan untuk
payudara □ Kelainan pada payudara
mengurangi kobgesti payudara
□ Rewel dan menangis □ Pasangan/keluarga tidak
dengan benar
pada payudara ibu mendukung
฀ Instruksikan ibu dlaam teknik
□ Ketidakmampuan □ Prematuritas
menyusui yang meningkatkan
bayi untuk menempel □ Riwayat pembedahan pada O:
keterampilan dalam menyusui
pada payudara ibu payudara
bayinya
dengan tepat □ Riwayat kegagalan
฀ Instruksikan ibu tetntang pemompaan
□ Pengosongan masing- menyusui
payudara untuk mempertahan kan
masing payudara Tujuan:
suplai asi selama penundaan atau
setiap kali menyusui ฀ Ibu dan bayi akan
penghentian refleks menghisap bayi.
yang tidak mencukupi mengalami pemberian ASI
□ Kesempatan untuk efektif.
Aktivitas Kolaborasi:
menghisap pada Dengan Kriteria evaluasi:
฀ Anjurkan kepada ibu untuk
patudara yang tidak ฀ Sikap penempelan bayi
mencukupi mengeluarkan asi secukupnya untuk
yang sesuai
□ Tidak ada mengurangi pembengakkan
฀ Mencengkram dan payudara, memungkinkan payudara
pengeluaran oksitosin mengkompresi aerola dengan
yang dapat diamati. menonjol.
tepat
□ Menghisap payudara ฀ Tingkatkan jumlah menyusui sesuai
฀ Menghisap dan
tanpa ditopang. kebutuhan untuk bayi yang menangis
menempatkan lidah bayi
□ Tanda atau terbangun.
dengan benar
ketidakadekuatan ฀ Berikan privasi untuk ibu dan bayi
฀ Menelan dapat didengar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


asupan bayi yang ฀ Pertumbuhan berat badan ฀ Tawarkan makanan atau cairan untuk A:
dapat diamati sesuai usia ibu selama siang dan sore hari
□ Kemerahan yang terus ฀ Kepuasan bayi setelah sebelum waktu menyusui
menerus dalam menyusui
minggu pertama ฀ Ibu akan mempertahankan
menyusui menyusui efekstif selama
□ Menolak untuk diinginkannya
latching on ฀ Menggambarkan
□ Tidak berespon peningkatan kepercayaan diri
terhadap terkait dengan menyusui
ketidaknyamanan ฀ Tidak mengalami nyeri
tekan pada payudara
P:

Referensi
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: - Resiko perubahan suhu Tubuh Aktivitas Keperawatan S:
DO : ฀ Evaluasi lingkungan rumah tentang
□ Perubahan laju Tujuan: factor-faktor yang dapat mengganggu
metabolism Menunjukkan hidarsi. suhu tubuh.
□ Dehidrasi Dengan Kriteria evaluasi: ฀ Kaji tanda dan gejala awal hipotermi
□ Terpajan suhu ฀ Hidrasi kulit ฀ Pantau suhu tubuh minimal tiap 2
lingkungan yang ฀ Bayi baru lahir : tidak jam sesuai dengan kebutuhan
ekstreme letargi ฀ Pantau dan laporkan tanda atau
□ Usia yang ekstreme ฀ Membrane mucosa lembab gejala hipotermi
□ Berat badan yang ฀ Mata tidak cekung ฀ Pantau suhu bayi baru lahir sampai
ekstreme ฀ Kemampuan berkeringat stabil
□ Kesakitan atau trauma ฀ Segera selimuti bayi setelah
yang mempengaruhi kelahiran untuk mencegah
suhu tubuh kehilangan panas
□ Imaturasi suhu bayi-
฀ Sesuaikan suhu lingkungan dengan
sistem regulasi
kebutuhan pasien
□ Ketidakmampuan
untuk berkeringat
Aktivitas Kolaborasi:
□ Ketidakaktifan O:
฀ Laporkan kepda dokter jika hidrasi
□ Pakaian yang sesuai
adekuat tidak dapat dipertahankan
dengan suhu
฀ Berikan obat anitpiretik sesuai
lingkungan
kebutuhan pasien
□ Berat badan bayi yang
rendah
□ Aktifitas berlebihan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


A:

P:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: Bersihan jalan nafas tidak efektif Aktivitas Keperawatan S:
฀ Dispnea Faktor yang berhubungan: ฀ Kaji dan demonstrasikan keefektifan
฀ Merokok terapi oksigen dan program
DO: ฀ Menghirup asap rokok pengobatan lain.
฀ Bunyi jantung ฀ Perokok pasif ฀ Kaji dan dokumentasikan nilai
tambahan (rales, ฀ Spasme jalan nafas AGDA.
cracles, ronchi, ฀ Pengumpulan sekresi ฀ Auskultasi dada anterior dan
wheezes) ฀ Mukus berlebih posterior.
฀ Perubahan frekuensi ฀ Adanya jalan nafas buatan ฀ Kaji kebutuhan suction oral dan
dan irama pernafasan O:
฀ Terdapat benda asing pada trakeal
฀ Tidak ada batuk atau jalan nafas ฀ Monitor status oksigen pasien
batuk tidak efektif ฀ Sekresi pada bronkhi (tingkat SaO 2 dan SvO 2 ) dan status
฀ Sianosis ฀ Eksudat pada alveoli hemodinamik (MAP dan irama
฀ Kesulitan berbicara ฀ Disfungsi neuromuskular jantung)
฀ Hilangnya suara nafas ฀ Hiperplasia dinding bronkial ฀ Catat tipe dan jumlah sekret
฀ Orthopnea ฀ Infeksi A:
฀ Gelisah ฀ Asma
Pendidikan untuk pasien dan keluarga:
฀ Sputum ฀ Alergi jalan napas
฀ Jelaskan cara penggunaan alat-alat
฀ Trauma
terapi
฀ Beri informasi bahwa merokok
Tujuan:
dilarang di ruangan.
Menunjukkan pembersihan jalan
napas yang efektif ฀ Ajarkan perawatan di rumah P:
Dengan kriteria hasil: (medikasi, hidrasi, nebulasi, postural
drainase, tanda dan gejala
฀ Mendemonstrasikan status
komplikasi, tempat pelayanan
pertukaran gas efektif.
kesehatan)
฀ Mudah untuk bernapas
฀ Ajarkan tentang batuk efektif dan
฀ Kegelisahan, sianosis, dan
nafas dalam.
dispnea tidak ada
฀ Ajarkan tentang pentingnya mengkaji
฀ Saturasi O 2 dalam batas normal
sputum seperti pada perubahan
฀ Temuan sinar X dada pada warna, jumlah, adanya darah dan
rentang yang diharapkan bau)
฀ Ajarkan tentang teknik mensuction
yang tepat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Aktivitas Kolaborasi:
฀ Rujuk ke terapis pernafasan.
฀ Konsultasikan ke dokter perlunya
fisioterapi dada dan terapi oksigen
฀ Berikan terapi oksigen sesuai
instruksi dokter dan kebijakan rumah
sakit.
฀ Laporkan ke dokter AGDA
abnormal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nama pasien : No.MR :
No. Tempat Tidur :
Hari/ Data Diagnosa Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
Tanggal Tujuan/ Kriteria Evaluasi
DS: Intoleransi aktifitas Aktivitas Keperawatan S:
฀ Ketidaknyamanan atau Faktor yang berhubungan: ฀ Kaji respon emosi social dan spiritual
dispnea yang ฀ Tirah baring/imobilitas terhadap aktifitas
membutuhkan ฀ Nyeri kronis ฀ Evaluasi motivasi dan keinginan
pengerahan tenaga ฀ Kelemahan umum pasien untuk meningkatkan aktifitas
฀ Adanya keletihan atau ฀ Ketidakseimbangan antara ฀ Tentukan penyebab keletihan
kelemahan secra verbal suplai dan kebutuhan oksigen ฀ Pantau respon kardio respiratory
DO: ฀ Gaya hidup monoton terhadap aktifitas
฀ Denyut jantung atau ฀ Pantau respon oksigen pasien
tekanan darah tidak Tujuan: ฀ Pantau asupan nutrisi untuk O:
normal sebagai respon Mentoleransi aktifitas yang biasa memastikan keadekuata sumbe-
terhadap aktifitas dilakukan dan ditunjukkan dengan sumber energy
฀ Perubahan EKG selama daya tahan, penghematan energy, ฀ Pantau/dokumentasikan pola istirahat
aktiitas yang perewatan diri. pasien dan lamanya waktu tidur
menunjukkan aritmia Dengan kriteria hasil: ฀ Bantu pasien untuk mengubah posisi
atau iskemia ฀ Menyadari keterbatasan energy secara berkala, bersandar, duduk,
A:
฀ Menyeimbangan aktifitas dan berdiri, dan ambulasi yang dapat
istirahat ditoleransi
฀ Tingkat daya adekuat untuk ฀ Rencanakan kebutuhan pada bayi dan
beraktifitas anak untuk meminimalkan kebutuhan
oksigen bagi tubuh.

Aktivitas Kolaborasi:
P:
฀ Berikan pengobatan nyeri sebelum
aktifitas
฀ Kolaborasi dengan ahli terapi
okupasi, fisik, dan atau rekreasi
untuk merencanakan dan memantau
program aktifitas sesuai dengan
kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PROPOSAL SOSIALISASI MANAJEMEN PELAYANAN DI RUANG

ANYELIR RUMAH SAKIT dr. GL TOBING TANJUNG MORAWA

DISUSUN OLEH

SEPTIAN MIXROFA, S.Kep (071101019)

WAHYU NINGSIH LASE, S.Kep (071101020)

RISKINA SYAHPUTRI NASUTION, S.Kep (071101022)

ERWINA IRWAN, S.Kep (071101050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PROPOSAL SOSIALISASI MANAJEMEN PELAYANAN
DI RUANG ANYELIR RUMAH SAKIT dr. GL TOBING
TANJUNG MORAWA

A. Pendahuluan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC

(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana

dalam mencapai tujuan organisasi.

Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),

dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi

departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.

Berdasarkan hasil Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir

(Obstetri & Ginekologi) dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 -

15 Juni 2012 melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat

Inap dan beberapa pegawai serta melakukan observasi maka didapat rumusan

masalah diantaranya pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan

kesehatan kepada pasien, belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah

medis dan non medis, benda tajam, dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal

Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kami

bermaksud melaksanakan serangkaian kegiatan meliputi presentasi tentang

pendidikan kesehatan, sosialisasi pengkajian dan diagnosa keperawatan dengan

metode check list. Melalui kegiatan ini, para perawat/bidan diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan serta kemandirian dalam peningkatan pelayanan

keperawatan untuk mewujudkan manusia sehat dan sejahtera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanaan

keperawatan dalam mencapai kesejahteraan hidup .

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan kesehatan pada

pasien.

b. Meningkatkan kemampuan perawat/bidan dalam melakukan asuhan

keperawatan dengan metode NIC NOC.

c. Meningkatkan kemampuan dalam pengkajian dengan metode check list

C. Bentuk Kegiatan

Kegiatan ini terdiri dari serangkaian acara yaitu:

a. Presentasi tentang pendidikan kesehataan.

b. Demonstrasi cara melakukan pengkajian dan diagnosa keperawatan dengan

metode check list

c. Penyerahan leaflet dan poster kepada perawat

D. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin/ 02 Juli 2012

Pukul : 13.00 – 15.00 WIB

Tempat : Ruang Anyelir Rumah Sakit dr. GL Tobing Tanjung Morawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


E. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah perawat/bidan yang berada di Ruang Anyelir

Rumah Sakit dr. GL Tobing Tanjung Morawa.

F. Kepanitiaan

Koordinator/Pembimbing : Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

Ketua Pelaksana : Riskina Syahputri Nasution, S.Kep

Sekretaris : Wahyu Ningsih Lase, S.Kep

Bendahara : Erwina Irwan, S.Kep

Seksi-seksi :

1. Seksi Acara

Erwina Irwan, S.Kep

2. Seksi Publikasi dan Dokumentasi

Wahyu Ningsih Lase, S.Kep

3. Seksi Konsumsi

Riskina Syahputri Nasution , S.Kep

4. Seksi Peralatan, Tempat dan Transportasi

Septian Mixrofa Sebayang, S.Kep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


G. Susunan Acara

Hari/ Waktu
No. Nama Kegiatan Penanggung Jawab
Tanggal (WIB)
1. Senin/ 12.00 s/d 1. Pembukaan oleh Erwina Irwan, S.Kep
30 Juni 14.00 moderator
2012
2. Presentasi tentang Wahyu Ningsih
pendidikan kesehatan Lase, S.Kep

3. Sosialisasi penggunaan Riskina Syahputri


pengkajian dan diagnosa Nasution, S.Kep
keperawatan dengan
metode Check list

4. Diskusi dan tanya jawab Seluruh Panitia

5. Penyerahan poster dan Septian Mixrofa


tempat leaflet Sebayang, S.Kep

H. Penutup

Merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi kami apabila

dapat menyelenggarakan kegiatan “Sosialisasi Manajemen Pelayanan” ini sesuai

dengan perencanaan. Oleh karena itu, kami berharap agar Bapak/ Ibu/ Sdr/ i dapat

menjalin kerjasama dan sudi kiranya turut membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Demikianlah proposal ini kami susun, atas segala perhatian, bantuan dan

kerja sama yang baik dari Bapak/ Ibu/ Sdr/ i, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 30 Juni 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


NOTULENSI SOSIALISASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN METODE CHECKLIST DI RUANG ANYELIR RS. G.L.

TOBING TANJUNG MORAWA

A. Persiapan

Dalam mempersiapkan kegiatan sosialisasi dokumentasi asuhan

keperawatan dengan metode checklist pada hari senin tanggal 2 juli 2012,

mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU mengawali dengan mengkaji

kasus-kasu terbanyak di ruang anyelir RS. GL. Tobing untuk menentukan

diagnose yang paling banyak muncul di ruangan. Kemudian mahasiswa

mengkonsultasikan kepada kepala bidang keperawtan utnuk menentukan apakah

asuhan keperawatan tersebut tepat untuk di aplikan di rungan.

Mahasiswa juga mempersiapkan materi dan media yang akan digunakan

pada saat sosialisasi. Media yang digunakan adalah LCD dan handout askep

metode checklist serta handout mengenai penting oendidikan kesehtan bagi

pasien.

B. Pelaksanaan

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari senin tanggal 2 juli 2012

pukul 13.00WIB di Nurse Station Ruang Anyelir RS G.L. Tobing. Selama

kegiatan penyuluhan berlangsung peserta mengikuti dan memperhatikan

penyuluhan dengan baik dan antusias. Peserta memberikan atensi positif dan

peserta tampak interaktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan selama

sosialisasi. Banyak pertanyaan yang ditanyakan peserta mengenai cara pengisian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan sistem checklist. Selain itu peserta juga menanyakan tentang istilah-istilah

medis yang muncul di format askep checklist.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Sosialisasi dilaksanakan sesuai dengan waktu


b. Media memadai.

2. Evaluasi Proses

a. Sosialisasi berlangsung dengan Baik

b. Peserta sosialisasi antusias, interaktif, dan kooperatif mendengar,

bertanya, dan memberi jawaban

3. Evalusai Hasil

a. Peserta dapat mengikuti sosialisasi dengan antusias, interaktif, dan


kooperatif (80%).
b. Peserta bersedia mengungkapkan perasaannya dan akan menerapkan

dalam asuhan keperawatan sehari-hari.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Sosialisasi adalah suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh

seorang atau beberapa orang atau organisasi / perusahaan / lembaga tertentu

memberitahukan sesuatu (informasi) untuk diketahui oleh umum atau kalangan

tertentu/ terbatas. Melaui sosialisasi diharapkan peserta dapat meningkatkan

pengetahuan mengenai penerapan dokumentasi asuhan keperawatan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


metode cheklist. Kegiatan sosialisasi ini berlangsung dengan baik. Hal ini

dibuktikan dari respon positif peserta sosialisasi dalam mendengar dan

memperhatikan sosialisasi penerapan dokumentasi asuhan keperawatan dengan

metode checklist.

2. Saran
Bagi perawat/bidan diharapkan dapat menerapkan dokumentasi asuhan
keperawatan dengan metode checklist dengan baik. Agar dapat mempermudah
kerja perawat dan meningkatkan pelayanan bagi pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai