Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ILMU PETERNAKAN PRAKTIKUM

EVALUASI DAN ANALISA PROSES PENETASAN TELUR


MENGGUNAKAN MESIN TETAS SEDERHANA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 & 2

D3 PARAMEDIK VETERINER
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Penulis meyakini


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya,13 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penetasan ......................................................................................................... 7


2.2 Persiapan Penetasan ........................................................................................ 8
2.3 Temperatur Mesin Tetas ................................................................................. 9
2.4 Kelembapan Mesin Tetas ................................................................................ 10
2.5 Ventilasi .......................................................................................................... 10
2.6 Pemutaran Telur .............................................................................................. 11
2.7 Candling .......................................................................................................... 11
2.8 Daya Tetas ....................................................................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Cara Kera Mesin Penetas Telur....................................................................... 13


3.2 Bahan dan Alat Mesin Tetas ........................................................................... 13
3.3 Pembuatan Mesin Tetas .................................................................................. 14
3.4 Proses Penetasan Telur .................................................................................... 17
3.5. Evaluasi dan Analisa Hasil Penetasan............................................................ 22

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 24

4.2 Saran ................................................................................................................ 25

BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan


untuk daging dan/atautelurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh
bulu. Umumnya unggas merupakanbagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan
kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek). Unggasadalah tipe hewan yang
berkembangbiak dengan cara bertelur.Telur adalah suatu bentuk tempat
penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak,vitamin dan mineral
yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yangdapat
ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur
tetasmerupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh
sel jantan, telurtersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi,
artinya telur tersebut tidakdapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja. Adapun untukmenetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang
menunjang keberhasilan dalam menetaskan.Untuk memperbanyak populasi
hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung puyuh dibutuhkancara penetasan
telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas yang akan diperbanyak.Pengeraman
ini dapat terjadi jika sifat mengerami telur pada unggas itu telah muncul.
Misalnyapada ayam buras, sifat mengerami telur tampak jelas sekali. Pada saat
sifat ini muncul, ayamburas tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan ayam
ras yang sifat mengeramnya dapatdiatur atau dihilangkan dari induknya.

Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai


untuk perkembanganembrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman
sangat tergantung dari jenishewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur
yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhubadan hewan, semakin pendek waktu
penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannyaseragam, waktu penetasan
akan selalu hampir bersamaan. Pada saat ini, dengan adanya alat penetas buatan

4
akan mempermudah perbanyakan populasi unggas.Sudah sejak ribuan tahun
sebelum masehi orang berusaha dan mencoba penetasan tiruan tanpamelalui induk
unggas. Usaha–usaha tersebut antara lain dilakukan oleh orang Mesir kuno
yangpada saat itu memang sudah tinggi kebudayaannya. Di zaman modern seperti
saat ini konsep kalor terutama konsep perpindahan kalor banyak digunakan dan
dikembangkan untuk alat-alat yang berbasis teknologi. Termasuk salah satunya
dibidang ilmu pengetahuan biologi konsep perpindahan kalor banyak digunakan
untuk alat-alat yang ada hubungannya dengan poses biologis. Salah satunya
adalah mesin penetas telur. Dalam hal ini mesin penetas telur mengdopsi konsep
perpindahan kalor yang terjadi pada proses pengeraman telur secara alami dengan
menggunakan induk ayam. Dalam Penetasan telur dengan menggunakan mesin
penetas terjadi perpindahan kalor secara konduksi dari mesin penetas ke telur.
Dalam penetasan telur kalor menjadi hal yang penting karena dengan adanya kalor
yang cukup maka embrio dalam telur akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dibandingkan dengan induk ayam mesin penetas telur ini memiliki beberapa
kelbihan diantaranya adalah memiliki daya tetas tinggi, mampu mempertahankan
keadaan suhu ruangan dengan stabil sehingga kalor yang diterima telur juga relatif
stabil dan merata. Sehingga prosentase telur yang menetas juga akan lebih banyak
daripada menetaskannya secara alami.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kerja mesin penetas telur?

2. Apa saja bahan yang diperlukan untuk mesin tetas sederhana?

3. Bagaimana proses pembuatan mesin tetas sederhana?

4.Bagaimana proses penetasan telur menggunakan mesin penetas telur?

5. Bagaimana evaluasi proses pemilihan telur hingga penetasan dan apa


saja faktor yang menyebabkan kegagalan penetasan telur?

5
1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep kerja mesin penetas telur

2. Mengetahui proses penetasan telur menggunakan mesin penetas telur

3. Mengetahui faktor-faktor kegagalan proses penetasan telur

4. Mampu mengevaluasi hasil proses penetasan telur

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penetasan

Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur


hingga menetas,yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan
terbagi dua yaitu penetasan alami (menggunakan induk) dan penetasan buatan
(menggunakan alat tetas telur). Penetasan buatan lebih praktis dan efisien
dibandingkan penetasan alami, penggunaan alat tetas telur memiliki kelebihan
yaitu dengan kapasitas yang lebih banyak sehingga membantu peternak dalam
menjaga kontiniuitas usahanya. Prinsip kerja alat tetas yaitu mengkondisikan
panas yang ditimbulkan oleh hasil eraman induk ayam dengan alat pemanas
buatan (Sujionohadi dan Setiawan, 2007). Pentingnya penanganan telur tetas
dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses penetasan. Kesalahan dalam
penanganan telur tetas akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan
(Kholis dan Sarwono, 2013).

Proses penetasan dimulai ketika telur tetas dimasukkan ke mesin tetas


sampai dengan telur menetas menghasilkan day old chick dan dikeluarkan dari
mesin tetas. Mesin tetas berperan mengganti induk unggas dalam penetasan telur.
Proses penetasan pada telur, penting menciptakan kondisi yang ideal seperti
penetasan alami, sehingga pada mesin tetas temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udara dalam ruang mesin tetas harus diperhatikan ( Suprijatna dkk., 2005).

1. Telur tetas ayam

Telur tetas merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi baik secara
alami maupun buatan, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan
peternakan komersial (Suprijatna dkk., 2005). Telur yang ditetaskan haruslah
melalui proses seleksi, tidak semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih telur tetas adalah kualitas
telur, jika kualitas telur yang akan ditetaskan buruk maka presentase jumlah telur
yang menetas rendah. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga besarnya juga

7
seragam, yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang terlalu besar
menyebabkan kantung udara terlalu kecil untuk perkembangan embrio sehingga
telur akan terlambat untuk menetas (Kholis dan Sarwono, 2013). Bobot telur
setiap spesies unggas memiliki perbedaan. Faktor yang mempengaruhi bobot telur
yaitu lingkungan, genetik, komposisi telur, periode bertelur, umur unggas dan
bobot badan induk (Gunawan, 2001).

2.2. Persiapan Penetasan

Serangkain kegiatan persiapan penetasan yaitu meliputi seleksi telur tetas,


fumigasi telur tetas dan mesin tetas.

1. Seleksi telur tetas

Telur tetas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan


pada penetasan. Penyeleksian telur diperlukan pada penetasan, telur diseleksi
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria telur yang layak ditetaskan yaitu
bentuk telur normal tidak terlalu bulat atau lonjong, ukuran dan warna seragam
serta ketebalan kulit telur rata dengan tekstur permukaan telur yang halus
(Cahyono, 2011). Banyak hal perlu diperhatikan dalam menyeleksi telur. Proses
seleksi pada telur tetas, untuk menghasilkan telur dengan kualitas baik maka perlu
memperhatikan kebersihan kerabang, keutuhan kerabang, bentuk telur dan bobot
telur (Hardjosworo dan Rumkiasih, 2000). Bentuk telur salah satu acuan pada
proses seleksi, karena bentuk telur dapat menentukan bobot tetas. Bobot tubuh
day old chick yang diperoleh pada akhir penetasan dipengaruhi oleh bentuk dari
telur tetas, ukuran besar telur berpengaruh terhadap anak ayam yang menetas
(Gillespie, 1992).

2. Fumigasi telur tetas

Salah satu langkah untuk menanggulangi pencemaran bakteri pada telur


tetas serta mempertahankan kualitas telur dilakukan sanitasi telur menggunakan
metode fumigasi. Metode fumigasi pada telur tetas dilakukan dengan
menggunakan gas formaldehyde hasil campuran formalin dengan kalium
permangat (Murtidjo, 2005). Fumigasi pada telur tetas merupakan suatu
pencegahan agar telur terhindar dari kontaminasi hama, jumur maupun bakteri

8
yang nantinya dapat menggangu perkembangan embrio di dalam telur pada proses
penetasan. Telur tetas yang telah diseleksi sebaiknya segera dilakukan fumigasi
agar mencegah atau terhindar dari kontaminasi hama, jamur dan bakteri
menggunakan formalindan KMnO4 berkisar 20 menit (Rahayu dkk., 2011).

3. Fumigasi mesin tetas

Salah satu persiapan yang dilakukan sebelum memasuki proses penetasan


yaitu fumigasi mesin tetas. Ruangan alat penetas sebelum digunakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan cara desinfeksi menggunakan disinfektan yang
bertujuan mencegah kontaminasi bakteri melalui mesin tetas (Murtidjo, 2005).
Selanjutnya, setelah disinfeksi dilakukan pada mesin tetas, selanjutnya yaitu
fumigasi mesin tetas. Fumigasi sebenarnya sama dengan disinfeksi perbedaannya
terletak pada sasaran yang disucihamakan. Disinfeksi yaitu penyucihamaan
langsung pada mesin tetas, sedangkan fumigasi melalui udara yang tersebar di
dalam mesin tetas. Disinfeksi pada mesin tetas menggunakan disinfektan yaitu
allcide. Fumigasi pada mesin tetas yang biasa digunakan yaitu kalium
permanganat dan formaldehida 40% (Paimin, 2012).

2.3. Temperatur Mesin Tetas

Temperatur pada mesin tetas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan


proses penetasan, karena itu ketika penetasan menggunakan mesin tetas
temperatur mesin tetas harus mengacu pada suhu alami pada saat induk ayam
mengerami telur tetas. Pengontrolan suhu yang kurang diperhatikan akan dapat
menggagalkan proses penetasan telur. Panas dalam ruangan mesin tetas harus
selalu dipertahankan sesuai dengan yang dibutuhkan. Temperatur yang terlalu
tinggi pada mesin tetas akan memberi dampak buruk bagi anak ayam yang
dihasilkan, embrio di dalam telur mengalami dehidrasi sehingga day old chick
akan lemah yang dapat menyebabkan kekerdilan dan mortalias yang tinggi
(Hartono dan Isman, 2010). Prinsip pengoprasian mesin tetas, suhu harus stabil
dan dikontrol secara teratur. Temperatur akan terus meningkat dan menurun
ketika telur akan menetas, temperatur yang ideal didalam mesin tetas pada hari ke
- 1 sampai hari ke - 19 adalah 37,50C sampai 37,70C dan pada hari ke -20 sampai
ke - 21 adalah 36,10C– 37, 20C ( Murtidjo, 2005).

9
2.4. Kelembaban Mesin Tetas

Kelembaban merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam proses


penetasan telur, kelembaban berfungsi untuk menjaga cairan yang terdapat
didalam telur. Fungsi cairan didalam telur yaitu melarutkan zat-zat nutrisi dalam
telur, dimana zat tersebut digunakan untuk makanan embrio selama berada
didalam telur. Kelembaban yang tidak optimal menyebabkan embrio yang
terdapat didalam telur tidak dapat memecahkan kerabang yang terlalu keras.
Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan embrio tidak dapat bernafas
dan mengalami kematian, disebabkan masukknya air melalui pori-pori kerabang
sehingga terjadi penimbunan cairan didalam telur (Hartono dan Isman, 2010).
Banyaknya uap air yang berasal dari telur tetas berpengaruh terhadap kelembaban
di dalam mesin tetas, sehingga pengawasan kelembaban sangat penting dilakukan
pada alat penetas buatan. Kelembaban ideal merupakan kelembaban yang sangat
diperlukan pada penetasan telur, supaya embrio bisa berkembang dengan baik.
Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari ke -1 sampai ke-18 adalah 55-
60% dan pada hari ke - 19 sampai ke - 21 adalah dinaikkan menjadi 75%
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.5. Ventilasi

Ventilasi juga memegang peranan penting pada proses penetasan yaitu


mengatur keluar masuknya udara di dalam mesin, ketika karbodioksida meningkat
maka ventilasi akan mengambil oksigenuntuk masuk ke dalam mesin dan
membuang karbodioksida keluar. Ventilasi pada mesin tetas harus sesuai agar
sirkulasi udara di dalamnya berjalan dengan baik sehingga perkembangan embrio
di dalam mesin tetas bertumbuh dengan baik (Paimin, 2012). Ventilasi juga
berperan sebagai penyeimbang antara temperatur dan kelembaban. Ventilasi yang
tidak baik akan menyebabkan penumpukan karbondioksida yang dapat
mengganggu pertumbuhan embrio di dalam telur tetas (Cahyono, 2011). Ketika
telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas, ventilasi harus dalam keadaan
tertutup. Menjelang hari keenam dan seterusnya, ventilasi mulai diaktifkan agar
terjadi pertukaran gas yang baik yang memberikan dampak yang baik bagi

10
perkembangan embrio. Semakin besar perkembangan embrio di dalam
telur,semakin banyak jumlah O2 yang dibutuhkan.

2.6. Pemutaran Telur

Pemutaran telur penting dilakukan agar setiap bagian telur dapat menerima
panas secara merata. Pemutaran telur memiliki arah yang berlawanan dengan
posisi telur semula. Pemutaran telur berfungsi menyeragamkan suhu permukaan
telur dan mencegah menempelnya embrio pada kerabang telur yang akan
ditetaskan (Winarto dkk., 2008). Pemutaran telur yang baik akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan embrio, sehingga telur yang menetas menghasilkan
anak ayam dalam keadaan normal. Posisi pemutaran telur memegang perananan
penting dalam suatu proses penetasan. Pemutaran telur dengan frekuensi yang
baik akan meberikan hasil yang baik pada hasil akhir penetasan. Pemutaran telur
sebaiknya dilakukan satu kali setiap jam, sehingga selama satu hari diperoleh 24
kali putaran. Pemutaran telur dengan kemiringan 450 akan akan memberikan hasil
yang baik pada proses penetasan ( Murtidjo, 2005).

2.7. Candling

Candling merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk


meneropong telur dalam penetasan. Candling merupakan kegiatan pemeriksaan
embrio didalam telur yang akan ditetaskan menggunakan bantuan cahaya.
Peneropongan dimulai dengan menyalakan lampu listrik. Peneropongan dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio yang
terdapat didalam telur tetas (Kholis dan Sarwono, 2013). Telur infertil yang
terkena cahaya lampu akan tampak terang kemerahan saat candling. Selain
mengetahui keberadaan embrio, candling juga berfungsi untuk mengetahui telur
fertil dan infertil, serta telur fertil tetapi embrio mati (Wakhid, 2013) .

11
2.8. Daya Tetas

Daya tetas merupakan banyaknya telur fertil yang menetas pada akhir
penetasan yang dinyatakan dalam bentuk persen. Banyak faktor yang
mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya yaitu lama penyimpanan. Telur tetas
jika disimpan dalam waktu yang lama akan mengurangi daya tetasnya. Daya tetas
telur akan menurun seiring dengan penambahan waktu penyimpanan dan lamanya
telur disimpan sebelum ditetaskan (Suharno dan Setiawan, 2012). Lama
penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menentukan daya tetas dan
kematian embrio di dalam telur tetas (Cahyono, 2011).

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Cara Kerja Mesin Penetas Telur

Cara kerja dari mesin penetas telur secara umum mengadopsi apa yang
dilakukan oleh induk ayam, disini mesin penetas bertindak sebagai induk ayam.
Pada penetasan telur secara alami (menggunakan induk ayam) terjadi perpindahan
kalor secara konduksi dari tubuh induk ayam ke telur, disini induk ayam berperan
sebagai sumber panas. Induk ayam selalu menjaga agar suhu (kalor) yang di
miliki dan bersumber dari suhu tubuh ayam dapat menyebar secara merata ke
seluruh telur yang dia miliki. Dalam mesin penetas telur terjadi perubahan energi
listrik menjadi energi kalor(panas). Kemudian terjadi perpindahan panas dari
mesin penetas ke telur secara radiasi oleh energi panas yang timbul oleh
pencahayaan lampu. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mesin tetas
adalah kotak atau box mesin penetas tidak boleh terjadi kebocoran udara atau
tidak tertutup rapat. Apabila terjadi kebocoran maka suhu dalam ruang mesin
penetas tidak akan tercapai karena udara panas akan keluar melalui lubang
tersebut.

3.2. Bahan dan Alat Mesin Tetas

Bahan yang digunakan untuk membuat kotak mesin tetas sederhana ini adalah
multiplek/triplek atau dapat juga menggunakan papan kayu atau bahan lain yang
sesuai dengan desain pembuatan mesin tetas. Alat penetas telur ini dapat dengan
mudah kita buat sendiri dengan biaya yang relatif murah. Bahan untuk membuat
mesin penetas telur berkapasitas 25 butir dengan sumber panas dari
listrik(pencahayaan lampu) adalah sebagai berikut:

a. Multiplek / triplek
b. Engsel
c. Thermostaat
d. Kabel listrik
e. Fiting lampu

13
f. Steker listrik
g. Lampu bohlam 5 watt
h. Thermometer
i. Paku triplek dan lem kayu

Sedangkan peralatan yang digunakan: gergaji kayu, meteran, alat tulis, bor,
obeng, tang, pahat kayu dan palu.

3.3. Pembuatan Mesin Tetas

1. Cara Pembuatan

a. Buat gambar pola “persegi panjang” pada “Multiplex” dan potong


menjadi 6 bagian dengan ketentuan seperti berikut:
 Ukuran 40cm x 30cm sebanyak “4 lembar” untuk bagian
atas,bawah,depan dan belakang mesin.
 Ukuran 30cm x 30cm sebanyak “2 lembar” untuk sisi
kanan dan kiri mesin.
b. Potong sesuai pola dan tandai bagian-bagian yang telah dipotong.
(A=atas, B=bawah, Blk=belakang, Ka=kanan, Ki=kiri, P=pintu)
c. Potong kayu reng dengan ukuran 36cm 4 batang dan 26 cm 8
batang.
d. Rangkai potongan kayu reng yang sudah terpotong menjadi sebuah
balok kemudian paku pada setiap ujung untuk menyambungkan
kayu yang satu dengan kayu lainnya.
e. Rangkai Multiplex yang sudah terpotong pada kayu reng yang
sudah berbentuk balok tempelkan dan pakupada bagian bawah,
kanan, kiri dan belakang mesin
f. Setelah boks sudah jadi, pasang kedua Fitting lampu yang telah
dipasangi kabel pada dinding dalam sebelah kanan dan kiri
g. Buat lubang pada bagian sampin mesin sesuai dan pasang dudukan
tempat thermostat.
h. Pasang jaring-jaring kawat pada bagian tengah mesin untuk tempat
penetasan telur.

14
i. Pasang engsel pada bagian samping dan atas untuk memasang
pintu atas untuk meletakkan telur dan samping untuk tempat bak
air.

2. Bagian-Bagian dari Penetasan Telur

a) Regulator / Thermostat

Adalah alat yang berfungsi untuk mengatur temperature dalam mesin tetas
secara otomatis.

b) Baki/Nampan Air

Kegunanya untuk memenuhi standar kelembaban mesin tetas. Isi air


dalam baki dengan ketinggian 2-3 cm / dibawah permukaan bibir baki. Apabila
akan menambah air dalam baki, gunakan air hangat supaya perubahan suhu dalam
mesin tidak turun secara drastis.

c) Rak Telur

Berfungsi sebagai tempat telur yang akan ditetaskan, rak telur diisi sesuai
dengan kapasitasnya.

d) Ventilasi

Diperlukan untuk kebutuhan oksigen telur tetas dalam mesin. Ventilasi


haruslah dapat diatur sesuai kebutuhan. Apabila ventilasi tidak ada maka udara
yang ada didalam mesin tetas akan meracuni bibit telur dan dapat menyebabkan
bibit telur tersebut mati.

e) Thermometer

Ada dua macam thermometer, thermometer air raksa dan thermometer


digital. kelompok peneliti menggunakan thermometer digital untuk mengukur
suhu ruangan.

3. Alat Pendukung Penetasan

a.) Alat Candling / Teropong Telur

15
Digunakan untuk melihat apakah telur yang dimasukkan kedalam mesin
penetas itu fertile atau tidak. Alat candling dapat dibuat dari lampu senter yang
bagian depannya dibuat seperti corong dari kertas karton yang berwarna hitam.
Atau dapat pula dibuat dari pipa paralon diameter 2-3 inci dipotong sepanjang 15
cm didalamnya diberi lampi pijar. Kedua sisi pipa ditutup, salah satu sisinya
diberi lubang lagi selebar ukuran telur.

Untuk mengetahui fertilitas telur yang ditetaskan diperlukan adanya alat


peneropong telur (candling), biasanya untuk melihat fertilitas telur dalam mesin
tetas, dilakukan peneropongan telur pada hari ke-7 dan hari ke-14.

Untuk menghemat biaya, alat teropong telur tersebut dapat dibuat sendiri
dengan mudah dan hasilnyapun tetap akurat. Cara pembuatan :

a. Alat dan bahan:


1. Lakban hitam
2. 2 Tempat shuttlecock
3. Gunting
4. Kain hitam
5. Penutup shuttlecock
6. Tutup botol
7. Fitting lampu
8. Lampu 10 watt
9. Steker
10. Kabel
11. Lem G
12. Cutter

16
b. Langkah-langkah membuat candling:
1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Gunakan tempat shuttlecock 1 untuk batang sedangkan tempat
shuttlecock 2 untuk penutup candling
3. Potong tempat shuttlecock yang digunakan sebagai penutup
menjadi 2 bagian dan lipat sisi kanan dan kiri dengan ukuran yang
sama sebagai pembuka dan penutup untuk melihat telur
4. Lakban lapisan luar pada tempat shuttlecock yang digunakan
sebagai batang dan juga tempat shuttlecock yang digunakan
sebagai penutup candling
5. Rekatkan kain hitam dengan ukuran disesuaikan pada penutup
candling
6. Lubangi tutup botol sehingga hanya terdapat sisi-sisi botol
7. Lubangi penutup shuttlecock sesuai ukuran tutup botol
8. Tempel penutup botol menyatu dengan badan shuttlecock
9. Rekatkan penutup candling dengan badan candling menjadi satu
dengan menggunakan lakban hitam dan lem G
10. Rakit fitting, kabel, lampu dan steker menjadi satu kesatuan
11. Satukan rakitan lampu dengan badan candling dengan lem G
12. Alat candling siap untuk digunakan

3.4. Proses Penetasan Telur

a. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama satu bulan lebih dua minggu, tiga
minggu untuk pembuatan mesin tetas dan alat candling, dan tiga
minggu untuk proses penetasan. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Departemen Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga.

17
b. Prosedur Penetasan
1) Tahap Persiapan Penetasan
a) Pemilihan Telur
Pilihlah telur yang oval sempurna, memiliki cangkang yang
baik serta tebal, tidak retak apalagi pcah, kulit atau cangkang
harus dibersihkan dari kotoran sebelum dimasukkan ke dalm
mesin tetas.
b) Pemberian Identitas pada Telur
Setelah telur ayam dibersihkan beri nomor disetiap butir telur
menggunakan pensil di cangkangnya dan foto setiap telur agar
mudah mengidentifikasi perkembangan telur selama proses
penetasan.
2) Tahap Penetasan
a) Memasukan Telur dalam Mesin Penetas
Nyalakan mesin penetas tunggu hingga bersuhu normal untuk
telur yakni 37oC - 39oC. Masukkan telur ke dalam mesin
penetas sau persatu dengan memposisikan bagian telur yang
meruncing berada di bagian bawah dan buatlah jadwal proses
pemutaran telur selama dua kali sehari yaiu jam 8 pagi dan
jam 4 sore.
b) Mengcandling Telur
Proses candling dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14. Siapkan
alat candling telur, ambil telur dari mesin penetas, pegang
telur diatas cahaya, letakkan ujung telu yang membulat secara
langsung menghadap cahaya, miingkan sedikit telur dan putar
telur perlahan hingga mendapat tampilan yang baik.
c) Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan pada saat sebelum
telur mulai di masukan di dalam mesin, saat peneropongan dan
saat telur menetas.

18
1. Pengumpulan Data Telur
a. Telur Fertil
Persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang dieramkan,
tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak.
Fertilitas diamati pada umur penetasan 7 hari dengan mengcandling telur.
Menurut penelitian yang telah dilakukan, didapat data sebagai berikut:
Telur 1 FERTIL Telur 9 TIDAK Telur 17 TIDAK
FERTIL FERTIL

Telur 2 FERTIL Telur 10 FERTIL Telur 18 TIDAK


FERTIL

Telur 3 FERTIL Telur 11 TIDAK Telur 19 FERTIL


FERTIL
Telur 4 FERTIL Telur 12 FERTIL Telur 20 FERTIL

Telur 5 TIDAK Telur 13 FERTIL Telur 21 FERTIL


FERTIL
Telur 6 FERTIL Telur 14 FERTIL Telur 22 FERTIL

Telur 7 TIDAK Telur 15 FERTIL Telur 23 FERTIL


FERTIL
Telur 8 TIDAK Telur 16 FERTIL
FERTIL

19
b. Daya Hidup Embrio
Daya Hidup Embrio diketahui melalui peneropongan (candling)
pada hari ke-14. Telur yang masih hidup ditandai dengan bulatanhitam
yang bila dicandling akan tampak bergerak mengikuti arah gravitasi serta
serabut pembuluh darahnya berwarna merah terang. Telur yang mati akan
terlihat bayangan yang berada di sekitar yolk dan serabut pembuluh
darahnya tampak menghitam. Telur yang tidak berkembang tidak
menunjukkan adanya serabut pembuluh darah yang mengelilingi yolk juga
tidak ada bulatan hitam yang muncul di yolk. Rata-rata jumlah presentase
daya hidup embrio telur ayam kampung sebesar 85%.
Pembalikan telur dalam mesin tetas sebaiknya dilakukan dua kali
sehari yakni pada pagi dan sore hari. Saat membalik telur, lakukan secara
perlahan, usahakan tidak sampai tersentaksupaya telur tidak retak atau
pecah dan isinya tidak terguncang.Dan menurut penelitian yang telah
dilakukan, didapat data sebagai berikut:
Telur 1 FERTIL Telur 9 TIDAK Telur 17 TIDAK
FERTIL FERTIL

Telur 2 FERTIL Telur 10 MATI Telur 18 TIDAK


FERTIL

Telur 3 FERTIL Telur 11 TIDAK Telur 19 FERTIL


FERTIL
Telur 4 FERTIL Telur 12 FERTIL Telur 20 FERTIL

Telur 5 TIDAK Telur 13 FERTIL Telur 21 MATI


FERTIL
Telur 6 FERTIL Telur 14 FERTIL Telur 22 FERTIL

Telur 7 TIDAK Telur 15 MATI Telur 23 FERTIL


FERTIL
Telur 8 TIDAK Telur 16 FERTIL
FERTIL

20
c. Daya Tetas
Daya tetas ditentukan berdasarkanjumlah telur tetas yang menetas
darisejumlah telur-telur tetas yang tertunas ataufertil.
Bobot pada telur ayam kampung ini juga mempengaruhi daya tetas
pada saat penetasan berlangsung. Telur ayam kampung dikenal memiliki
ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan telur ayam layer.

Penempatan telur pada mesintetas dilakukan secara urut dan


berajar dua pada wadah telur yang sudah disiapkan pada mesin tetas.Dan
menurut penelitian yang telah dilakukan, didapat data sebagai berikut:
Telur 1 MATI Telur 9 TIDAK Telur 17 TIDAK
FERTIL FERTIL

Telur 2 MENEAS Telur MATI Telur 18 TIDAK


10 FERTIL

Telur 3 MENETAS Telur TIDAK Telur 19 MENETAS


11 FERTIL
Telur 4 MENETAS Telur MATI Telur 20 MATI
12
Telur 5 TIDAK Telur MATI Telur 21 MATI
FERTIL 13
Telur 6 MATI Telur MATI Telur 22 MATI
14

Telur 7 TIDAK Telur MATI Telur 23 MENETAS


FERTIL 15
Telur 8 TIDAK Telur MATI
FERTIL 16

21
3.5. Evaluasi dan Analisa Hasil Penetasan
Dari data yang diperoleh peneliti selama proses penetasan telur, terdapat 5
butir telur yang menetas, 11 butir telur mati dan 7 butir telur tidak fertil. Daya
tetas dan daya hidup telur tergolong rendah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi gagalnya percobaan ini, diataranya :
1. Karena mesin tetas konvensional dilakukan secara manual, pemutaran
telur juga masih dilakukan secara manual. Dan dapat diperkirakan
pemutaran dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran
yang dapat mengakibatkan kematian embrio ayam.Usahakan tidak sampai
tersentaksupaya telur tidak retak atau pecah dan atau isinya tidak
terguncang karna data menyebabkan kematian embrio.
2. Suhu di dalam mesin tetas kurang stabil, embrio dapat berkembang dengan
baik maka suhu di dalam ruang penetasan diatur dengan kisaran suhu 95 -
104oF sehingga menjamin embrio mendapatkan suhu yang ideal untuk
perkembangan yang normal. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi
suhu di dalam masin penetas yakni adanya celah atau lubang pada mesin
penetas sehingga suhu diluar mesin tercampur dengan suhu di dalam
mesin penetas. Karena hal tersebut, membuat suhu dalam mesin penetas
telur menjadi tidak imbang atau dengan kata lain suhu di dalam akan
berubah ubah. Dalam pembuatan mesin tetas seharusnya di buat agar lebih
rapat tanpa ada celah sedikitpun.
3. Kelembaban di dalam mesin tetas kurang maksimal, untuk mendapatkan
kelembaban di mesin tetas manual dapat dilakukan dengan cara menaruh
bak air dan diberi kain perca di rak bawah yang telah disediakan.
pemberian kain perca dapat menambah kelembaban ruangan. Namun,
dalam percobaan kelompok peneliti, bak air yang ada tidak diberi kain
perca sesuai anjuran yang ada karna selalu lupa untuk membawa kain, hal
ini murni kelalaian kelompok peneliti.
4. Panas dalam mesin kurang merata. Pada mesin tetas peneliti, peletakkan
antara posisi lampu dan posisi telur kurang tepat, sehingga panas yang
dihasilkan oleh lampu tidak dapat merata keseluruh telur. Dan dari
pengamatan yang peneliti lakukan, telur yang banyak menetas adalah

22
dengan posisi telur tidur dari pada di putar miring. Karena menurut
peneliti jika posisi telur miring maka panas yang terkena pada telur
hanyalah dibagian tertentu, dan bagian lainnya tidak terkena panas.
5. Jumlah telur yang terkumpul selama penelitian juga terbatas, sehingga
tidak memungkinkan adanya seleksi telur tetas, khususnya seleksi
terhadap bentuk telur. Bobot pada telur ayam kampung ini juga
mempengaruhi daya tetas pada saat penetasan berlangsung. karena tidak
adanya seleksi telur, ukuran dan bentuk telur yang beragam yang
ditetaskan tidak dapat menetas secara maksimal. Penetasan denganbobot
telur seragam akan memberikan hasil yang baik.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Mesin Penetas Telur adalah sebuah alat yang membantu proses penetasan
telur. Cara kerja mesin atau alat ini melalui proses pengeraman tanpa induk
dengan menggunakan sebuah lampu pijar berdaya 5 watt. Suhu yang diberikan
37oC – 39oC. Dan diberi bak air, untuk menjaga kelembaban pada mesin penetas.
Alat bantu yang digunakan antara lain thermostart guna menyalakan dan
mematikan lampu secara otomatis pada suhu yang telah ditentukan dan juga
menggunakan thermometer suhu digital, yang berguna untuk mengecek suhu
dari luar mesin. Serta dipasangkan kaca pada pintu atas, untuk mengecek keadaan
telur dari luar mesin.

Alat Candling Telur adalah alat yang dirancang untuk peneropongan telur
dengan menggunakan lampu pijar 25-60 watt. Hal ini bertujuan untuk mengamati
telur apakah telur tersebut baik atau rusak, apakah telur tersebut fertil, tidak
fertile, dan atau mati. Proses pengcandlingan telur dilakukan pada hari ke-7 dan
hari ke-14.

Beberapa faktor yang menyebabkan daya tetas telur rendah atau kegagalan
dalam percobaan penetasan telur ini, diantaranya :

1. Pemutaran telur yang dilakukan secara manual atau dengan tangan


diperkirakan masih kurang halus dan menimbulkan getaran yang dapat
mengakibatkan kematian embrio ayam.
2. Suhu di dalam mesin tetas kurang stabil, adanya celah atau lubang pada
mesin penetas sehingga suhu diluar mesin tercampur dengan suhu di
dalam mesin penetas. Karena hal tersebut, membuat suhu dalam mesin
penetas telur menjadi tidak imbang atau dengan kata lain suhu di dalam
akan berubah ubah.

24
3. Kelembaban di dalam mesin tetas kurang maksimal, dalam percobaan
kelompok peneliti bak air tidak diberi kain perca sesuai anjuran dosen
pembimbing, karna selalu lupa untuk membawa kain.
4. Panas dalam mesin kurang merata. Pada mesin tetas peneliti, peletakkan
antara posisi lampu dan posisi telur kurang tepat, sehingga panas yang
dihasilkan oleh lampu tidak dapat merata keseluruh telur.
5. Tidak ada seleksi telur, karena tidak adanya seleksi telur, ukuran dan
bentuk telur yang beragam yang ditetaskan tidak dapat menetas secara
maksimal. Penetasan dengan bobot telur yang seragam dan bentuk telur
yang sempurna akan memberikan hasil yang baik.
6. Kelalaian peneliti dalam jadwal pemutaran telur, telur tidak dibalik tepat
pada waktu yang ditentukan, dan ada anggota kelompok peneliti yang lupa
jadwal untuk memutar telur yang akhirnya tidak ada yang memutar telur.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan performa dari alat yang dibuat dapat di berikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pastikan pembuatan mesin penetas secara baik, bagus, dan rapih. Jangan
ada celah atau lubang pada mesin penetas agar suhu luar tidak
mempengaruhi suhu di dalam mesin penetas.
2. Posisikan lampu dan rak telur dengan tepat agar panas yang dihasilkan
lampu pijar dapat merata ke seuruh bagian telur dengan maksimal.
3. Posisikan indicator suhu pada thermometer digital dan thermostart di
tempat yang tepat. Jangan terlalu dekat lampu dan jangan telalu jauh
dengan lampu, agar suhu yang ditunjukan dapat tepat dan benar.
4. Karena pemutaran telur dilakukan secara manual, diharap lebih berhati-
hati saat memutar telur agar embrio tidak mati karena terkena goncangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Suyatno ,2001.Penyempurnaan Mesin Tetas Konvensional Dengan Penambahan

Beberapa Komponen Untuk Otomatisasi pemutaran telur.Laporan Penelitian

DPP Universitas Muhamadiyah Malang.

Ningtyas,M.S.,Ismoyowati dan I.H.Sulistyawan.2013.Pengruh temperatur terhadap daya

tetas dan hasil tetas telur itik (Anasplathrinchos. Jurnal Ilmiah Peternakan 1.

Suyatno. 2005. Otomatisasi mesin tetas untuk meningkatkan produksi DOC (Day Old

Chick) ayam lurik dan efisiensi usaha. Jurnal DEDIKASI Volume 3: 17-25

Zakaria, M.A.S., 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap fertilitas,

daya tetas telur dan berat tetas. Jurnal Agrisistem Vol. 6 (2) : 97-102

Meliyati, N., K., Nova dan D. Septinova. 2012. Pengaruh umur telur tetas itik Mojosari

dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas dan daya tetas l. Skripsi. Jurusan

peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Widyaningrum, A.E., E. Sudjarwo dan Achmanu 2012. Pengaruh jenis bahan dan

frekuensi penyemprotan terhadap daya tetas, bobot tetas, dan dead embryo telur

itik khaki Campbell. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya,

Malang.

Wiharto, 1988. Petunjuk Pembuatan Mesin Penetas. Penerbit Lembaga Penerbitan

Universitas Brawijaya. Malang.

Irawati, dkk. 2006. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur Terhadap Daya tetas dan bahan

DOC Ayam Kampung. Jurnal Agribisnis Peternakan.

26
27

Anda mungkin juga menyukai