DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 & 2
D3 PARAMEDIK VETERINER
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
akan mempermudah perbanyakan populasi unggas.Sudah sejak ribuan tahun
sebelum masehi orang berusaha dan mencoba penetasan tiruan tanpamelalui induk
unggas. Usaha–usaha tersebut antara lain dilakukan oleh orang Mesir kuno
yangpada saat itu memang sudah tinggi kebudayaannya. Di zaman modern seperti
saat ini konsep kalor terutama konsep perpindahan kalor banyak digunakan dan
dikembangkan untuk alat-alat yang berbasis teknologi. Termasuk salah satunya
dibidang ilmu pengetahuan biologi konsep perpindahan kalor banyak digunakan
untuk alat-alat yang ada hubungannya dengan poses biologis. Salah satunya
adalah mesin penetas telur. Dalam hal ini mesin penetas telur mengdopsi konsep
perpindahan kalor yang terjadi pada proses pengeraman telur secara alami dengan
menggunakan induk ayam. Dalam Penetasan telur dengan menggunakan mesin
penetas terjadi perpindahan kalor secara konduksi dari mesin penetas ke telur.
Dalam penetasan telur kalor menjadi hal yang penting karena dengan adanya kalor
yang cukup maka embrio dalam telur akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dibandingkan dengan induk ayam mesin penetas telur ini memiliki beberapa
kelbihan diantaranya adalah memiliki daya tetas tinggi, mampu mempertahankan
keadaan suhu ruangan dengan stabil sehingga kalor yang diterima telur juga relatif
stabil dan merata. Sehingga prosentase telur yang menetas juga akan lebih banyak
daripada menetaskannya secara alami.
5
1.3 Tujuan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penetasan
Telur tetas merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi baik secara
alami maupun buatan, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan
peternakan komersial (Suprijatna dkk., 2005). Telur yang ditetaskan haruslah
melalui proses seleksi, tidak semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih telur tetas adalah kualitas
telur, jika kualitas telur yang akan ditetaskan buruk maka presentase jumlah telur
yang menetas rendah. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga besarnya juga
7
seragam, yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang terlalu besar
menyebabkan kantung udara terlalu kecil untuk perkembangan embrio sehingga
telur akan terlambat untuk menetas (Kholis dan Sarwono, 2013). Bobot telur
setiap spesies unggas memiliki perbedaan. Faktor yang mempengaruhi bobot telur
yaitu lingkungan, genetik, komposisi telur, periode bertelur, umur unggas dan
bobot badan induk (Gunawan, 2001).
8
yang nantinya dapat menggangu perkembangan embrio di dalam telur pada proses
penetasan. Telur tetas yang telah diseleksi sebaiknya segera dilakukan fumigasi
agar mencegah atau terhindar dari kontaminasi hama, jamur dan bakteri
menggunakan formalindan KMnO4 berkisar 20 menit (Rahayu dkk., 2011).
9
2.4. Kelembaban Mesin Tetas
2.5. Ventilasi
10
perkembangan embrio. Semakin besar perkembangan embrio di dalam
telur,semakin banyak jumlah O2 yang dibutuhkan.
Pemutaran telur penting dilakukan agar setiap bagian telur dapat menerima
panas secara merata. Pemutaran telur memiliki arah yang berlawanan dengan
posisi telur semula. Pemutaran telur berfungsi menyeragamkan suhu permukaan
telur dan mencegah menempelnya embrio pada kerabang telur yang akan
ditetaskan (Winarto dkk., 2008). Pemutaran telur yang baik akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan embrio, sehingga telur yang menetas menghasilkan
anak ayam dalam keadaan normal. Posisi pemutaran telur memegang perananan
penting dalam suatu proses penetasan. Pemutaran telur dengan frekuensi yang
baik akan meberikan hasil yang baik pada hasil akhir penetasan. Pemutaran telur
sebaiknya dilakukan satu kali setiap jam, sehingga selama satu hari diperoleh 24
kali putaran. Pemutaran telur dengan kemiringan 450 akan akan memberikan hasil
yang baik pada proses penetasan ( Murtidjo, 2005).
2.7. Candling
11
2.8. Daya Tetas
Daya tetas merupakan banyaknya telur fertil yang menetas pada akhir
penetasan yang dinyatakan dalam bentuk persen. Banyak faktor yang
mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya yaitu lama penyimpanan. Telur tetas
jika disimpan dalam waktu yang lama akan mengurangi daya tetasnya. Daya tetas
telur akan menurun seiring dengan penambahan waktu penyimpanan dan lamanya
telur disimpan sebelum ditetaskan (Suharno dan Setiawan, 2012). Lama
penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menentukan daya tetas dan
kematian embrio di dalam telur tetas (Cahyono, 2011).
12
BAB III
PEMBAHASAN
Cara kerja dari mesin penetas telur secara umum mengadopsi apa yang
dilakukan oleh induk ayam, disini mesin penetas bertindak sebagai induk ayam.
Pada penetasan telur secara alami (menggunakan induk ayam) terjadi perpindahan
kalor secara konduksi dari tubuh induk ayam ke telur, disini induk ayam berperan
sebagai sumber panas. Induk ayam selalu menjaga agar suhu (kalor) yang di
miliki dan bersumber dari suhu tubuh ayam dapat menyebar secara merata ke
seluruh telur yang dia miliki. Dalam mesin penetas telur terjadi perubahan energi
listrik menjadi energi kalor(panas). Kemudian terjadi perpindahan panas dari
mesin penetas ke telur secara radiasi oleh energi panas yang timbul oleh
pencahayaan lampu. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mesin tetas
adalah kotak atau box mesin penetas tidak boleh terjadi kebocoran udara atau
tidak tertutup rapat. Apabila terjadi kebocoran maka suhu dalam ruang mesin
penetas tidak akan tercapai karena udara panas akan keluar melalui lubang
tersebut.
Bahan yang digunakan untuk membuat kotak mesin tetas sederhana ini adalah
multiplek/triplek atau dapat juga menggunakan papan kayu atau bahan lain yang
sesuai dengan desain pembuatan mesin tetas. Alat penetas telur ini dapat dengan
mudah kita buat sendiri dengan biaya yang relatif murah. Bahan untuk membuat
mesin penetas telur berkapasitas 25 butir dengan sumber panas dari
listrik(pencahayaan lampu) adalah sebagai berikut:
a. Multiplek / triplek
b. Engsel
c. Thermostaat
d. Kabel listrik
e. Fiting lampu
13
f. Steker listrik
g. Lampu bohlam 5 watt
h. Thermometer
i. Paku triplek dan lem kayu
Sedangkan peralatan yang digunakan: gergaji kayu, meteran, alat tulis, bor,
obeng, tang, pahat kayu dan palu.
1. Cara Pembuatan
14
i. Pasang engsel pada bagian samping dan atas untuk memasang
pintu atas untuk meletakkan telur dan samping untuk tempat bak
air.
a) Regulator / Thermostat
Adalah alat yang berfungsi untuk mengatur temperature dalam mesin tetas
secara otomatis.
b) Baki/Nampan Air
c) Rak Telur
Berfungsi sebagai tempat telur yang akan ditetaskan, rak telur diisi sesuai
dengan kapasitasnya.
d) Ventilasi
e) Thermometer
15
Digunakan untuk melihat apakah telur yang dimasukkan kedalam mesin
penetas itu fertile atau tidak. Alat candling dapat dibuat dari lampu senter yang
bagian depannya dibuat seperti corong dari kertas karton yang berwarna hitam.
Atau dapat pula dibuat dari pipa paralon diameter 2-3 inci dipotong sepanjang 15
cm didalamnya diberi lampi pijar. Kedua sisi pipa ditutup, salah satu sisinya
diberi lubang lagi selebar ukuran telur.
Untuk menghemat biaya, alat teropong telur tersebut dapat dibuat sendiri
dengan mudah dan hasilnyapun tetap akurat. Cara pembuatan :
16
b. Langkah-langkah membuat candling:
1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Gunakan tempat shuttlecock 1 untuk batang sedangkan tempat
shuttlecock 2 untuk penutup candling
3. Potong tempat shuttlecock yang digunakan sebagai penutup
menjadi 2 bagian dan lipat sisi kanan dan kiri dengan ukuran yang
sama sebagai pembuka dan penutup untuk melihat telur
4. Lakban lapisan luar pada tempat shuttlecock yang digunakan
sebagai batang dan juga tempat shuttlecock yang digunakan
sebagai penutup candling
5. Rekatkan kain hitam dengan ukuran disesuaikan pada penutup
candling
6. Lubangi tutup botol sehingga hanya terdapat sisi-sisi botol
7. Lubangi penutup shuttlecock sesuai ukuran tutup botol
8. Tempel penutup botol menyatu dengan badan shuttlecock
9. Rekatkan penutup candling dengan badan candling menjadi satu
dengan menggunakan lakban hitam dan lem G
10. Rakit fitting, kabel, lampu dan steker menjadi satu kesatuan
11. Satukan rakitan lampu dengan badan candling dengan lem G
12. Alat candling siap untuk digunakan
17
b. Prosedur Penetasan
1) Tahap Persiapan Penetasan
a) Pemilihan Telur
Pilihlah telur yang oval sempurna, memiliki cangkang yang
baik serta tebal, tidak retak apalagi pcah, kulit atau cangkang
harus dibersihkan dari kotoran sebelum dimasukkan ke dalm
mesin tetas.
b) Pemberian Identitas pada Telur
Setelah telur ayam dibersihkan beri nomor disetiap butir telur
menggunakan pensil di cangkangnya dan foto setiap telur agar
mudah mengidentifikasi perkembangan telur selama proses
penetasan.
2) Tahap Penetasan
a) Memasukan Telur dalam Mesin Penetas
Nyalakan mesin penetas tunggu hingga bersuhu normal untuk
telur yakni 37oC - 39oC. Masukkan telur ke dalam mesin
penetas sau persatu dengan memposisikan bagian telur yang
meruncing berada di bagian bawah dan buatlah jadwal proses
pemutaran telur selama dua kali sehari yaiu jam 8 pagi dan
jam 4 sore.
b) Mengcandling Telur
Proses candling dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14. Siapkan
alat candling telur, ambil telur dari mesin penetas, pegang
telur diatas cahaya, letakkan ujung telu yang membulat secara
langsung menghadap cahaya, miingkan sedikit telur dan putar
telur perlahan hingga mendapat tampilan yang baik.
c) Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan pada saat sebelum
telur mulai di masukan di dalam mesin, saat peneropongan dan
saat telur menetas.
18
1. Pengumpulan Data Telur
a. Telur Fertil
Persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang dieramkan,
tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak.
Fertilitas diamati pada umur penetasan 7 hari dengan mengcandling telur.
Menurut penelitian yang telah dilakukan, didapat data sebagai berikut:
Telur 1 FERTIL Telur 9 TIDAK Telur 17 TIDAK
FERTIL FERTIL
19
b. Daya Hidup Embrio
Daya Hidup Embrio diketahui melalui peneropongan (candling)
pada hari ke-14. Telur yang masih hidup ditandai dengan bulatanhitam
yang bila dicandling akan tampak bergerak mengikuti arah gravitasi serta
serabut pembuluh darahnya berwarna merah terang. Telur yang mati akan
terlihat bayangan yang berada di sekitar yolk dan serabut pembuluh
darahnya tampak menghitam. Telur yang tidak berkembang tidak
menunjukkan adanya serabut pembuluh darah yang mengelilingi yolk juga
tidak ada bulatan hitam yang muncul di yolk. Rata-rata jumlah presentase
daya hidup embrio telur ayam kampung sebesar 85%.
Pembalikan telur dalam mesin tetas sebaiknya dilakukan dua kali
sehari yakni pada pagi dan sore hari. Saat membalik telur, lakukan secara
perlahan, usahakan tidak sampai tersentaksupaya telur tidak retak atau
pecah dan isinya tidak terguncang.Dan menurut penelitian yang telah
dilakukan, didapat data sebagai berikut:
Telur 1 FERTIL Telur 9 TIDAK Telur 17 TIDAK
FERTIL FERTIL
20
c. Daya Tetas
Daya tetas ditentukan berdasarkanjumlah telur tetas yang menetas
darisejumlah telur-telur tetas yang tertunas ataufertil.
Bobot pada telur ayam kampung ini juga mempengaruhi daya tetas
pada saat penetasan berlangsung. Telur ayam kampung dikenal memiliki
ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan telur ayam layer.
21
3.5. Evaluasi dan Analisa Hasil Penetasan
Dari data yang diperoleh peneliti selama proses penetasan telur, terdapat 5
butir telur yang menetas, 11 butir telur mati dan 7 butir telur tidak fertil. Daya
tetas dan daya hidup telur tergolong rendah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi gagalnya percobaan ini, diataranya :
1. Karena mesin tetas konvensional dilakukan secara manual, pemutaran
telur juga masih dilakukan secara manual. Dan dapat diperkirakan
pemutaran dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran
yang dapat mengakibatkan kematian embrio ayam.Usahakan tidak sampai
tersentaksupaya telur tidak retak atau pecah dan atau isinya tidak
terguncang karna data menyebabkan kematian embrio.
2. Suhu di dalam mesin tetas kurang stabil, embrio dapat berkembang dengan
baik maka suhu di dalam ruang penetasan diatur dengan kisaran suhu 95 -
104oF sehingga menjamin embrio mendapatkan suhu yang ideal untuk
perkembangan yang normal. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi
suhu di dalam masin penetas yakni adanya celah atau lubang pada mesin
penetas sehingga suhu diluar mesin tercampur dengan suhu di dalam
mesin penetas. Karena hal tersebut, membuat suhu dalam mesin penetas
telur menjadi tidak imbang atau dengan kata lain suhu di dalam akan
berubah ubah. Dalam pembuatan mesin tetas seharusnya di buat agar lebih
rapat tanpa ada celah sedikitpun.
3. Kelembaban di dalam mesin tetas kurang maksimal, untuk mendapatkan
kelembaban di mesin tetas manual dapat dilakukan dengan cara menaruh
bak air dan diberi kain perca di rak bawah yang telah disediakan.
pemberian kain perca dapat menambah kelembaban ruangan. Namun,
dalam percobaan kelompok peneliti, bak air yang ada tidak diberi kain
perca sesuai anjuran yang ada karna selalu lupa untuk membawa kain, hal
ini murni kelalaian kelompok peneliti.
4. Panas dalam mesin kurang merata. Pada mesin tetas peneliti, peletakkan
antara posisi lampu dan posisi telur kurang tepat, sehingga panas yang
dihasilkan oleh lampu tidak dapat merata keseluruh telur. Dan dari
pengamatan yang peneliti lakukan, telur yang banyak menetas adalah
22
dengan posisi telur tidur dari pada di putar miring. Karena menurut
peneliti jika posisi telur miring maka panas yang terkena pada telur
hanyalah dibagian tertentu, dan bagian lainnya tidak terkena panas.
5. Jumlah telur yang terkumpul selama penelitian juga terbatas, sehingga
tidak memungkinkan adanya seleksi telur tetas, khususnya seleksi
terhadap bentuk telur. Bobot pada telur ayam kampung ini juga
mempengaruhi daya tetas pada saat penetasan berlangsung. karena tidak
adanya seleksi telur, ukuran dan bentuk telur yang beragam yang
ditetaskan tidak dapat menetas secara maksimal. Penetasan denganbobot
telur seragam akan memberikan hasil yang baik.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mesin Penetas Telur adalah sebuah alat yang membantu proses penetasan
telur. Cara kerja mesin atau alat ini melalui proses pengeraman tanpa induk
dengan menggunakan sebuah lampu pijar berdaya 5 watt. Suhu yang diberikan
37oC – 39oC. Dan diberi bak air, untuk menjaga kelembaban pada mesin penetas.
Alat bantu yang digunakan antara lain thermostart guna menyalakan dan
mematikan lampu secara otomatis pada suhu yang telah ditentukan dan juga
menggunakan thermometer suhu digital, yang berguna untuk mengecek suhu
dari luar mesin. Serta dipasangkan kaca pada pintu atas, untuk mengecek keadaan
telur dari luar mesin.
Alat Candling Telur adalah alat yang dirancang untuk peneropongan telur
dengan menggunakan lampu pijar 25-60 watt. Hal ini bertujuan untuk mengamati
telur apakah telur tersebut baik atau rusak, apakah telur tersebut fertil, tidak
fertile, dan atau mati. Proses pengcandlingan telur dilakukan pada hari ke-7 dan
hari ke-14.
Beberapa faktor yang menyebabkan daya tetas telur rendah atau kegagalan
dalam percobaan penetasan telur ini, diantaranya :
24
3. Kelembaban di dalam mesin tetas kurang maksimal, dalam percobaan
kelompok peneliti bak air tidak diberi kain perca sesuai anjuran dosen
pembimbing, karna selalu lupa untuk membawa kain.
4. Panas dalam mesin kurang merata. Pada mesin tetas peneliti, peletakkan
antara posisi lampu dan posisi telur kurang tepat, sehingga panas yang
dihasilkan oleh lampu tidak dapat merata keseluruh telur.
5. Tidak ada seleksi telur, karena tidak adanya seleksi telur, ukuran dan
bentuk telur yang beragam yang ditetaskan tidak dapat menetas secara
maksimal. Penetasan dengan bobot telur yang seragam dan bentuk telur
yang sempurna akan memberikan hasil yang baik.
6. Kelalaian peneliti dalam jadwal pemutaran telur, telur tidak dibalik tepat
pada waktu yang ditentukan, dan ada anggota kelompok peneliti yang lupa
jadwal untuk memutar telur yang akhirnya tidak ada yang memutar telur.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan performa dari alat yang dibuat dapat di berikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pastikan pembuatan mesin penetas secara baik, bagus, dan rapih. Jangan
ada celah atau lubang pada mesin penetas agar suhu luar tidak
mempengaruhi suhu di dalam mesin penetas.
2. Posisikan lampu dan rak telur dengan tepat agar panas yang dihasilkan
lampu pijar dapat merata ke seuruh bagian telur dengan maksimal.
3. Posisikan indicator suhu pada thermometer digital dan thermostart di
tempat yang tepat. Jangan terlalu dekat lampu dan jangan telalu jauh
dengan lampu, agar suhu yang ditunjukan dapat tepat dan benar.
4. Karena pemutaran telur dilakukan secara manual, diharap lebih berhati-
hati saat memutar telur agar embrio tidak mati karena terkena goncangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
tetas dan hasil tetas telur itik (Anasplathrinchos. Jurnal Ilmiah Peternakan 1.
Suyatno. 2005. Otomatisasi mesin tetas untuk meningkatkan produksi DOC (Day Old
Chick) ayam lurik dan efisiensi usaha. Jurnal DEDIKASI Volume 3: 17-25
Zakaria, M.A.S., 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap fertilitas,
daya tetas telur dan berat tetas. Jurnal Agrisistem Vol. 6 (2) : 97-102
Meliyati, N., K., Nova dan D. Septinova. 2012. Pengaruh umur telur tetas itik Mojosari
dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas dan daya tetas l. Skripsi. Jurusan
Widyaningrum, A.E., E. Sudjarwo dan Achmanu 2012. Pengaruh jenis bahan dan
frekuensi penyemprotan terhadap daya tetas, bobot tetas, dan dead embryo telur
Malang.
Irawati, dkk. 2006. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur Terhadap Daya tetas dan bahan
26
27