Anda di halaman 1dari 53

PERANCANGAN PEMUTUS ALIRAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLER ATMEGA8535

TUGAS AKHIR

FAHRI MAHYUZAR

092408037

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013
PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN PEMUTUS ALIRAN LISTRIK

OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA8535

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : FAHRI MAHYUZAR

Nim : 092408037

Program Studi : D3 FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FMIPA) UNIVERSITAS SUMATER UTARA

Diluluskan di

Medan, 13 April 2013

Diketahui/Disetujui oleh

Ketua Program Studi D3 Fisika Pembimbing,

Dr. Susilawati, M.Si Drs. Syahrul Humaidi, M.sc

NIP.197412072000122001 NIP. 196505171993031009


PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan limpahan
berkatnya penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini yaitu kepada :

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah memberikan bantuan dukungan moril dan
materil yang sangat membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Drs. Kurnia Brahmana , M.Si yang telah membantu saya dalam mengerjakan
proyek ini dan memberikan arahan serta masukan.
3. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc selaku pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Dr. Susilawati, M.Si selaku ketua program studi D3 Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Sta Pengajar / Pegawai program studi fakultas MIPA Universitas Sumatera
Utara.
6. Kepada teman – teman Fisika stambuk 2006 dan kepada adik – adik.
7. Tidak lupa juga saya turut mengucapkan terima kasih kepada kekasih tercinta Ririn Pretty
Arma Ginting yang telah bertahun – tahun memberikan dukungan dan perhatian,
sehingga saya tetap bersemangat dalam melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
DAFTAR ISI

Halaman

PENGHARGAAN .................................................................................................................. iv

DAFTAR NILAI PROYEK ......................................................................................................v

DAFTAR ISI........................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................1

1.2 Rumusan Mas.alah ..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2

1.4 Sistematika Penulisan........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrokontroler .................................................................................................5

2.1.1 Mikrontroler ATmega8535 ....................................................................6

2.1.2 Aristektur Atmega8535………………...……………..……….. 7

2.1.3 Konfigurasi PIN………………………………………………. 10

2.2 Stack Pointer …………………………..………………………….…. 12


2.3 Timer ATMega8535 …………………………………………………. .........13

2.4 Sistem Clock ………………………………………………………... .........14

2.5 Organisasi Memori AVR ATMega8535 …………………………….. 15

2.5.1 Memori Data …………………………………….……………. 15

2.5.2 Memori Program ………………………………………………. 17

2.6 PWM (Pulse Width Modulation) ..................................................................18

2.7 Seven Segment Display ………….………………………………….. 22

2.8 Resistor ..........................................................................................................23

2.8.1 Fixed Resistor ........................................................................... 24

2.8.2 Variable Resistor …………..…………………………………. 25

2.9 Kapasitor ………………………………………….…..……………. 27

2.9.1 Electrolyc Capasitor (ELCO) ……………….……………….. 30

2.9.2 Ceramic Capastior …………………………………………… 31

2.10 Transistor ………………………………..………………………… 32

2.11 Dioda ………………………………………………………...……. 37

2.11.1 Karakteristik Dioda ………………….…………………….. 37

2.11.2 Dioda Penyearah (Rectifier) ……………………………….. 39

2.11.3 Dioda Cahaya (LED:Light EmittinG Diode) ……………… 40


2.12 Relay ………………………………………..…………………….. 40

BAB III PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Rangkaian .............................................................................42

3.2 Rangkaian Power Supply (PSA) ....................................................................43

3.3 Rancangan Mikrokontroler ATMega8535 .....................................................43

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535 ...................................47

4.2 Pengujian Rangkaian Catu Daya....................................................................48

4.3 Pengujian Rangkaian Relay................................................................. 49

4.4 Pengujian Batas Tegangan Yang Diijinkan ……………….………… 50

4.5 Flowchart …………………………………...……………………….. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................52

5.2 Saran ..............................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Blok Diagram dan Arsitektur ATMega 8535 9

Gambar 2.2 Konfigurasi pin ATMega 8535 10

Gambar 2.3 Sistem Clock 16

Gambar 2.4 Memori Program AT Mega 8535 17

Gambar 2.5 Gelombang kotak (pulsa) dengan kondisi high 5V dan low 0V 20

Gambar 2.6 Sinyal Referensi (sinyal tegangan DC) 22

Gambar 2.7 Resistro Karbon 24

Gambar 2.8 Potensiometer 26

Gambar 2.9 Grafik Perubahan Nilai pada Potensiometer 26

Gambar 2.10 Lambang kondensator 28

Gambar 2.11 Skema Kapasitor 28

Gambar 2.12 Electrolytic Capacitor (ELCO) 30

Gambar 2.13 Ceramic Capacitor 31

Gambar 2.14 Simbol Tipe Transistor 33

Gambar 2.15 Transistor sebagai Saklar ON 35


Gambar 2.16 Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor 36

Gambar 2.17 Transistor Sebagai Saklar OFF 36

Gambar 2.18 Simbol Dioda 37

Gambar 2.19 Sifat Dioda Bias Maju dan Bias Mundur 38

Gambar 2.20 Dioda Penyearah Yang Diberi Arus Bolak Balik (AC) 39

Gambar 2.21 Simbol Dioda Cahaya ( LED ) 40

Gambar 2.22 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 41

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 42

Gambar 3.2 Rangkaian PSA 43

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroller ATmega8535 45

Gambar 3.4 Duty Cycle dari PWM 46

Gambar 4.1 Rangkaian pengujian atmega8535 47

Gambar 4.2 Letak Titik Test Point 49

Gambar 4.3 Rangkaian Pengujian Rangkaian Relay 49

Gambar 4.4 Flow Chart (Diagram Alir) 51


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konfigurasi Data AVR AT Mega 8535 16

Tabel 4.1 Data pengujian relay 50


ABSTRAK

Telah dirancang suatu alat untuk mengatasi masalah kerusakan perangkat elektronika ketika
tegangan yang masuk di bawah tegangan normal nya. Alat pemutus aliran listrik secara otomatis
berbasis mikrokontroler ATMega8535 terdiri atas rangkaian relay yang dapat menetapkan
tegangan pada relay sehingga berapapun tegangan yang masuk di bawah tegangang yang sudah
ditetapkan itu, rangkaian perangkat itu dapat putus. Pengujian pada alat ini terlebih dahulu di set
tegangan awal nya pada trimpot, sebagai contoh kita set tegangan nya 5V, dan nilai tegangan nya
dapat ditampilkan di layar display 7-segment. Apabila tegangan yang masuk 4V atau seterusnya,
rangkaian dapat putus secara otomatis. Demikian juga pada tegangan tinggi, jika tegangan yang
masuk di antara 175V – 220V, rangkain tetap jalan. Apabila tegangan di bawah 175V rangkaian
akan putus.
ABSTRAK

Telah dirancang suatu alat untuk mengatasi masalah kerusakan perangkat elektronika ketika
tegangan yang masuk di bawah tegangan normal nya. Alat pemutus aliran listrik secara otomatis
berbasis mikrokontroler ATMega8535 terdiri atas rangkaian relay yang dapat menetapkan
tegangan pada relay sehingga berapapun tegangan yang masuk di bawah tegangang yang sudah
ditetapkan itu, rangkaian perangkat itu dapat putus. Pengujian pada alat ini terlebih dahulu di set
tegangan awal nya pada trimpot, sebagai contoh kita set tegangan nya 5V, dan nilai tegangan nya
dapat ditampilkan di layar display 7-segment. Apabila tegangan yang masuk 4V atau seterusnya,
rangkaian dapat putus secara otomatis. Demikian juga pada tegangan tinggi, jika tegangan yang
masuk di antara 175V – 220V, rangkain tetap jalan. Apabila tegangan di bawah 175V rangkaian
akan putus.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan dan perkembangan dunia terus melaju dan berkembang dengan pesat. Hal ini

terjadi di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi, social budaya, maupun bidang-bidang

eksakta dan teknologi. Namun, teknologi pada bidang elektronika juga dikeluhkan oleh beberapa

masyarakat, ini dikarenakan masyarakat sering kali mengeluh tentang perangkat elektronika

yang sering rusak akibat kelebihan tegangan.

Berkaitan dengan hal di atas, perlu dibuat suatu alat yang dapat meminimalkan kerugian

dan bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, terutama kerugian yang ditimbulkan akibat

kelebihan tegangan yang masuk kepada perangkat elektronika tersebut yang melebihi tegangan

normalnya.

Alat pemutus aliran listrik secara otomatis adalah jawabannya. Kehadiran alat pemutus

aliran listrik secara otomatis tersebut diharapkan dapat meminimalkan kerugian yang terjadi

akibat tegangan yang masuk ke perangkat elektronika.

Untuk itu penulis ingin mencoba merancang suatu sistem yang dapat membantu

mengatasi hal tersebut dan menuangkannya dalam bentuk Tugas Akhir dengan judul

“ Perancangan Alat Pemutus Aliran Listrik Secara Otomatis Berbasis ATMega 8535”. Bahasa

yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adaah bahasa pemrograman Assembler.
Dengan adanya alat ini diharapkan masyarakat akan sedikit lega karena tidak lagi merasa

rugi alat perangkat elektronikanya rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Pada Tugas Akhir ini akan dirancang suatu system pemutus aliran listrik secara otomatis

dengan menggunakan mikrokontroler.

Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler ATMega 8535. Mikrokontroler

ATMega 8535 sebagai pengendali dari system, yang berfungsi mengendalikan semua rangkaian

dan akan menampilkan tegangan yang masuk dan tegangan yang di set.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai alat pengendali rangkaian pemutus aliran listrik.

2. Memanfaatkan trimpot sebagai pengatur tegangan.

3. Merancang sebuah alat yang dapat memutuskan aliran listrik secara otomatis pada saat

tegangan yang masuk melebihi tegangan normal.


1.4 Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas penulis akan merancang Pemutus Aliran Listrik Secara Otomatis Jika

Tegangan Turun Di Bawah Normal berbasis mikrokontroler ATMega8535, dengan batasan-

batasan sebagai berikut :

1. Pembahasan mikrokontroler Atmega8535.

2. Komponen yang digunakan adalah trimpot sebagai pengatur tegangan

3. Pembahasan hanya meliputi rangkaian Mikrokontroler ATMega8535 dan

rangkaian pendukung, analisa pengukuran beserta gambar rangkaian dan diagram

alir.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan bagaimana sebenarnya prisnsip

kerja sistem alat pemutus aliran listrik pada saat terjadi terjadi penurunan tegangan di bawah

normal dengan menggunakan mikrokontroler, maka sistematika penulisan Tugas Akhir ini

adalah sebagahi berikut :


BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk

pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler

ATMega 8535 (hardware dan software), bahasa pemrograman yang digunakan serta

karakteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian,

skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke

mikrokontroler ATMega 8535.

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil dari pengujian alat dan analisa guna melengkapi

pembuktian kebenaran dari alat yang dirancang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan dan saran yang merupakan bagian akhir

penyusunan Tugas Akhir ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis maupun

dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat

elektronika. Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam

pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak

dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah.

Salah satu nya adalah mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor)

ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set Computing) dimana

program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi

satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas

ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang

membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral dan fungsinya. Dari segi arsitektur

dan instruksi yang digunakan, mereka bias dikatakan hamper sama.

Mikrokontroler adalah singel chip yang memiliki kemampuan untuk diprogram dan

dirancang khusus untuk aplikasi kontrol serta dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O

pada satu chip. Mikrokontroler merupakan satu hasil dari kemampuan komputasi yang sangat

cepat dengan bentuk yang sangat kecil dan harga yang yang murah. Mikrokontroler terus
berkembang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap alat-alat elektronik

dengan perangkat cerdas, cepat sebagai pengontrol dan pemroses data.

2.1.1 Mikrokontroler ATMega 8535

Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) dari Atmel ini menggunakan arsitektur

RISC (Reduced Instruction Set Computer) yang artinya prosesor tersebut memiliki set instruksi

program yang lebih sedikit dibandingkan dengan MCS-51 yang menerapkan arsitektur CISC

(Complex Instruction Set Computer).

Hampir semua instruksi prosesor RISC adalah instruksi dasar (belum tentu

sederhana), sehingga instruksi-instruksi ini umumnya hanya memerlukan 1 siklus mesin untuk

menjalankannya. Kecuali instruksi percabangan yang membutuhkan 2 siklus mesin. RISC

biasanya dibuat dengan arsitektur Harvard, karena arsitektur ini yang memungkinkan untuk

membuat eksekusi instruksi selesai dikerjakan dalam satu atau dua siklus mesin, sehingga akan

semakin cepat dan handal. Proses downloading programnya relatif lebih mudah karena dapat

dilakukan langsung pada sistemnya.

Sekarang ini, AVR dapat dikelompokkan menjadi 6 kelas, yaitu keluarga ATtiny,

keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, keluarga AT90CAN, keluarga AT90PWM dan

AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral,

dan fungsinya, sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka hampir

sama. Sebagai pengendali utama dalam pembuatan alat ini, digunakan salah satu produk ATMEL

dari keluarga ATmega yaitu ATmega8535.


2.1.2 Arsitektur ATMega 8535

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki fitur-fitur utama, seperti berikut.

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga unit Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. Memori Flash sebesar 8 kbytes dengan kemampuan Read While Write.

8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

11. Antarmuka komparator analog.

12. Port USART untuk komunikasi serial.

Mikrokontroler AVR ATMega8535 merupakan mikrokontroler produksi Atmel dengan 8

KByte In-System Programmable-Flash, 512 Byte EEPROM dan 512 Bytes Internal SRAM.

AVR ATMega8535 memiliki seluruh fitur yang dimiliki AT90S8535. Selain itu, konfigurasi pin

AVR ATMega8535 juga kompatibel dengan AT90S8535.


Diagram blok arsitektur ATmega8535 ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Terdapat sebuah inti

prosesor (processor core) yaitu Central Processing Unit, di mana terjadi proses pengumpanan

instruksi (fetching) dan komputasi data. Seluruh register umum sebanyak 32 buah terhubung

langsung dengan unit ALU (Arithmatic and Logic Unit). Tedapat empat buah port masing-

masing delapan bit dapat difungsikan sebagai masukan maupun keluaran.

Media penyimpan program berupa Flash Memory, sedangkan penympan data berupa

SRAM (Static Ramdom Access Memory) dan EEPROM (Electrical Erasable Programmable

Read Only Memory). Untuk komunikasi data tersedia fasilitas SPI (Serial Peripheral Interface),

USART (Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver and Transmitter), serta TWI

(Two-wire Serial Interface).

Di samping itu terdapat fitur tambahan, antara lain AC (Analog Comparator), 8 kanal 10-

bit ADC (Analog to Digital Converter), 3 buah Timer/Counter, WDT (Watchdog Timer),

manajemen penghematan daya (Sleep Mode), serta osilator internal 8 MHz. Seluruh fitur

terhubung ke bus 8 bit. Unit interupsi menyediakan sumber interupsi hingga 21 macam. Sebuah

stack pointer selebar 16 bit dapat digunakan untuk menyimpan data sementara saat interupsi.
Gambar 2.1 Blok Diagram dan Arsitektur ATMega 8535

Mikrokontroler ATmega8535 dapat dipasang pada frekuensi kerja hingga 16 MHz

(maksimal 8MHz untuk versi ATmega8535L). Sumber frekuensi bisa dari luar berupa osilator

kristal, atau menggunakan osilator internal.

Keluarga AVR dapat mengeksekusi instruksi dengan cepat karena menggunakan teknik

“memegang sambil mengerjakan” (fetch during execution). Dalam satu siklus clock, terdapat dua

register independen yang dapat diakses oleh satu instruksi.


2.1.3 Konfigurasi PIN

Secara umum deskripsi mikrokontroler ATMega 8535 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Konfigurasi pin ATMega 8535

 VCC (power supply)


 GND (ground)

 Port A (PA7..PA0)

Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D Konverter. Port A juga berfungsi sebagai suatu

Port I/O 8-bit dua arah, jika A/DKonverter tidak digunakan. Pin - pin Port dapat menyediakan
resistor internal pull-up (yang dipilih untuk masing-masing bit).Port A output buffer mempunyai

karakteristik gerakan simetrisdengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika

pinPA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik rendah, pin – pin akan

memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan. Pin Port A adalah tri-stated

manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

 Port B (PB7..PB0)

Port B adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk

beberapa bit). Port B output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya

sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port B yangsecara eksternal ditarik

rendah akan arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port B adalah tri-stated manakala

suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

 Port C (PC7..PC0)

Port C adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk

beberapa bit). Port C output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya

sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port C yangsecara eksternal ditarik

rendah akan arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port C adalah tri-stated manakala

suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.


 Port D (PD7..PD0)

Port D adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk

beberapa bit). Port D output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya

sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port D yangsecara eksternal ditarik

rendah akan arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port D adalah tri-stated manakala

suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

 RESET (Reset input)


 XTAL1 (Input Oscillator)
 XTAL2 (Output Oscillator) AVCC adalah pin penyedia tegangan untuk port A dan A/D
Konverter
 AREF adalah pin referensi analog untuk A/D konverter.

2.2 Stack Pointer

Stack pointer merupakan suatu bagian dari AVR yang berguna untuk menyimpan data

sementara, variabel lokal, dan alamat kembali dari suatu interupsi ataupun subrutin. Stack

pointer diwujudkan sebagai dua unit register, yaitu SPH dan SPL.

Saat awal, SPH dan SPL akan bernilai 0, sehingga perlu diinisialisasi terlebih dahulu.

SPH merupakan byte atas (MSB), sedangkan SPL merupakan byte bawah (LSB). Hal ini hanya

berlaku untuk AVR dengan kapasitas SRAM lebih dari 256 byte. Bila tidak, maka SPH tidak

didefinisikan dan tidak dapat digunakan.


2.3 Timer ATMega 8535

AVR ATmega8535 memiliki tiga buah timer, yaitu Timer/Counter0 (8 bit),

Timer/Counter1 (16 bit), dan Timer/Counter2 (8 bit).

Timer/Counter 0

Timer/Counter0 adalah Timer/Counter 8 bit yang multifungsi. Fitur-fitur dari

Timer/Counter0 pada ATmega8535 adalah sebagai berikut:

a. Counter 1 kanal.

b. Timer di-nol-kan saat proses pembandingan tercapai (compare match).

c. Sebagai pembangkit gelombang PWM.

d. Sebagai pembangkit frekuensi.

e. Clock prescaler 10 bit.

f. Sumber interupsi dari compare match (OCF0) dan overflow (TOV0).

Timer/Counter 1

Timer/Counter1 adalah Timer/Counter 16 bit yang memungkinkan programpewaktuan lebih

akurat. Fitur-fitur dari Timer/Counter1 ini adalah sebagai berikut.

a. Desain 16 bit, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan PWM 16 bit.

b. Dua buah unit pembanding.

c. Dua buah register pembanding.

d. Satu buah input capture unit.


e. Timer di-nol-kan saat proses pembandingan tercapai (match compare).

f. Dapat menghasilkan gelombang PWM.

g. Periode PWM yang dapat diubah-ubah.


h. Sebagai pembangkit frekuensi.
i. Empat buah sumber interupsi (TOV1, OCF1A, OCF1B dan ICF1).

Timer/Counter 2

Timer/Counter2 adalah Timer/Counter 8 bit yang multifungsi. Fitur-fitur untuk

Timer/Counter2 pada ATmega8535 adalah sebagai berikut.

a. Sebagai counter 1 kanal.

b. Timer di-nol-kan saat proses pembandingan tercapai (match compare).

c. Dapat mengahasilkan gelombang PWM.

d. Sebagai pembangkit frekuensi.

e. Clock prescaler 10 bit.

f. Sumber interupsi dari compare match (OCF0) dan overflow (TOV0).

2.4 Sistem Clock

Mikrokontroler, mempunyai sistem pewaktuan CPU, 12 siklus clock. Artinya setiap 12

siklus yang dihasilkan oleh ceramic resonator maka akan menghasilkan satu siklus mesin. Nilai

ini yang akan menjadi acuan waktu operasi CPU. Untuk mendesain sistem mikrokontroler kita

memerlukan sistem clock, sistem ini bisa di bangun dari clock eksternal maupun clock internal.

Untuk clock internal, kita tinggal memasang komponen seperti di bawah ini:
Gambar 2.3 Sistem Clock

2.5 Organisasi memori AVR ATMega8535

AVR ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori program

yang terpisah. Sebagai tambahan, ATmega8535memiliki fitur suatu EEPROM Memori untuk

penyimpanan data. Semuatiga ruang memori adalah reguler dan linier.

2.5.1 Memori Data

Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 register umum,64 buah register I/O,dan

512 byte SRAM Internal.Register keperluan umum menempati space data pada alamatterbawah,

yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk


menangani I/O dan kontrol terhadap mikrokontroler menempati 64alamat berikutnya, yaitu mulai

dari $20 hingga $5F. Register tersebutmerupakan register yang khusus digunakan untuk

mengatur fungsiterhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti kontrol

register,timer/counter, fungsi – fungsi I/O, dan sebagainya. Register khususalamat memori secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.2. Alamatmemori berikurnya digunakan untuk SRAM 512

byte, yaitu pada lokasi$60 sampai dengan $25F. Konfigurasi memori data ditunjukkan pada

gambar di bawah ini.

Tabel 2.1 Konfigurasi Data AVR AT Mega 8535


B. Memori Program

ATmega8535 berisi 8K bytes On-Chip di dalam sistem Memoriflash Reprogrammable

untuk penyimpanan program. Karena semuaAVR instruksi adalah 16 atau 32 bits lebar, Flash

adalah berbentuk 4K x16. Untuk keamanan perangkat lunak, Flash Ruang program memori

adalah dibagi menjadi dua bagian, bagian boot program dan bagian aplikasi program dengan

alamat mulai dari $000 sampai $FFF.Flash Memori mempunyai suatu daya tahan sedikitnya

10,000write/erase Cycles. ATmega8535 Program Counter (PC) adalah 12 bitlebar, alamat ini 4K

lokasi program memori.

Gambar 2.4 Memori Program AT Mega 8535


2.6 PWM (Pulse Width Modulation)

Mikrokontroler ATmega8535 menyediakan fitur Timer/Counter1 yang dapat diatur sebagai

timer, pencacah (counter), perekam waktu kejadian (even occurance time capture), pembangkit

isyarat PWM (Pulse Width Modulation), serta autoreload timer (Clear Timer on Compare/CTC).

Dengan lebar 16 bit, Timer/Counter1 dapat digunakan secara fleksibel untuk berbagai tujuan

yang berkaitan dengan waktu dan pembangkit gelombang. Register-regiser yang terlibat pada

operasi Timer/Counter1 antara lain :

a. TCCR1A (Timer/Counter Control Register A)

b. TCCR1B (Timer/Counter Control Register B)

c. TCNT1H (Timer/Counter1 High-byte) dan TCNT1L (Timer/Counter1 Low-byte)

d. OCR1AH/L (Output Compare Register 1 A High-byte/Low-byte) dan OCR1BH/L (Output

Compare Register 1 B High-byte/Low-byte)

e. ICR1H/L (Input Capture Register 1 High-byte/Low-byte)

f. TIMSK (Timer/Counter Interrupt Mask Register)

g. TIFR (Timer/Counter Flag Register)

Isyarat PWM merupakan hasil modulasi isyarat segitiga oleh isyarat konstan.

Pengubahan amplitudo isyarat konstan akan mengubah lebar pulsa hasil modulasi. Sementara

pengubahan amplitudo isyarat segitiga (dengan bentuk segitiga sebangun dengan segitiga awal)

akan mengubah frekuensi PWM.


Terdapat dua register OCR1A/B (Output Compare Register1A/B) yang isinya secara

kontinyu dibandingkan dengan isi register Timer/Counter1. Register-register ini dapat diisi oleh

pengguna, selebar masing-masing 16 bit. Dalam mode PWM, nilai register OCR1A/B ini yang

menjadi isyarat pemodulasi.

Lebar register data Timer/Counter1 adalah 16 bit, sehingga dapat mencacah nilai dari

$0000 hingga $FFFF. Dalam operasi PWM, nilai Timer/Counter1 ini yang menjadi isyarat

segitiga. Sebagai catatan, istilah segitiga di sini tidak berarti segitiga dalam bidang geometri,

tetapi isyarat yang meningkat amplitudonya secara berlangkah sehingga bentuknya menyerupai

segitiga.

Fasilitas PWM yang disediakan memiliki resolusi 8 hingga 10 bit. Mode operasinya

meliputi Fast PWM (FPWM), Phase Correct PWM (PCPWM), dan Phase and Frequency

Correct PWM (PFCPWM). Pada mode Fast PWM, Timer/Counter1 akan mencacah ulang dari

nol (BOTTOM) setiap kali terjadi limpahan (overflow). Segitiga yang terjadi adalah segitiga siku-

siku. Sedangkan pada dua mode yang lain, Timer/Counter1 akan mencacah turun ketika terjadi

limpahan, sehingga segitiga berbentuk sama kaki dengan puncak pada nilai TOP. Perbedaan

utama pada mode PCPWM dan PFCPWM adalah waktu perbaruan nilai OCR1A/B. Mode

PCPWM memperbarui OCR1A/B saat nilai TOP, sedangkan pada PFCPWM saat nilai

BOTTOM.

Perubahan nilai OCR1A menjadi lebih kecil menunjukkan pulsa yang menyempit pula.

Durasi pulsa saat nilai OCR1A lebih besar daripada nilai TCNT1 disebut waktu ON (tON).

Sebaliknya, ketika nilai OCR1A lebih kecil, disebut waktu OFF (tOFF). Perbandingan tON

terhadap periode PWM disebut duty cycle, yang nilainya maksimal 100 %.
Modulasi lebar pulas (PWM) dicapai/diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak

yang mana siklus kerja (duty cycle) gelombang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan sebuah

tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai rata-rata dari gelombang tersebut.

Gambar 2.5 Gelombang kotak (pulsa) dengan kondisi high 5V dan low 0V

Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (baca: high atau 1) dan,

Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (baca: low atau 0).

Anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff , biasa dikenal

dengan istilah “periode satu gelombang”.

Ttotal = Ton + Toff ………………………………………………………. (2.1)


Siklus kerja atau duty cycle sebuah gelombang di definisikan sebagai,

T on T on
D= =
T on + T off Ttotal
……………………………… (2.2)

Tegangan keluaran dapat bervariasi dengan duty-cycle dan dapat dirumusan sebagai berikut,

sehingga : ......................................... (2.3)

Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubah secara

langsung dengan mengubah nilai Ton.

Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0.

Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya.

PWM bekerja sebagai switching power suplai untuk mengontrol on dan off. Tegangan dc

dikonvert menjadi sinyal kotak bolak balik, saat on mendekati tegangan puncak dan saat off

mrnjadi nol (0) volt. Dengan mengatur duty cycle dari sinyal (modulasi lebar pulsa dari sinyal

disebabkan oleh PWM). Terlihat pada gambar di bawah sinyal ref adalah sinyal tegangan dc

dikonversi oleh sinyal gergaji dan menghasilkan sinyal kotak.


Gambar 2.6 Sinyal Referensi (sinyal tegangan DC)

Informasi analog dapat dikirimkan dengan menggunakan pulsa-pulsa tegangan atau

pulsa-pulsa arus. Dengan modulasi pulsa, pembawa informasi terdiri dari pulsa-pulsa persegi

yang berulang-ulang. Salah satu teknik modulasi yang sering digunakan adalah teknik modulasi

durasi atu lebar dari waktu tunda positif ataupun waktu tunda negatif pulsa-pulsa persegi

tersebut.

2.7 SEVEN SEGMENT DISPLAY

Seven segment display adalah sebuah rangkaian yang dapat menampilkan angka-angka

desimal maupun heksadesimal. Seven segment display biasa tersusun atas 7 bagian yang setiap

bagiannya merupakan LED (Light Emitting Diode) yang dapat menyala. Jika 7 bagian diode ini

dinyalakan dengan aturan yang sedemikian rupa, maka ketujuh bagian tersebut dapat

menampilkan sebuah angka heksadesimal.


Seven-segment display membutuhkan 7 sinyal input untuk mengendalikan setiap diode

di dalamnya. Setiap diode dapat membutuhkan input HIGH atau LOW untuk mengaktifkannya,

tergantung dari jenis seven-segmen display tersebut. Jika Seven-segment bertipe common-

cathode, maka dibutuhkan sinyal HIGH untuk mengaktifkan setiap diodenya. Sebaliknya, untuk

yang bertipe common-annide, dibutuhkan input LOW untuk mengaktifkan setiap diodenya.

Salah satu cara untuk menghasilkan sinyal-sinyal pengendali dari suatu seven segment

display yaitu dengan menggunakan sebuah sevent-segment decoder. Seven-segment decoder

membutuhkan 4 input sebagai angka berbasis heksadesimal yang dinyatakan dalam bahasa mesin

(bilangan berbasis biner) kemudian sinyal-sinyal masukan tersebut akan “diterjemahkan”

decoder ke dalam sinyal-sinyal pengendali seven-segment display. Sinyal-sinyal pengendali

berisi 7 sinyal yang setiap sinyalnya mengatur aktif-tidaknya setiap LED.

Selanjutnya kita akan mencoba merancang sebuah hex to seven-segment decoder untuk

seven-segment berjenis common-cathode, yakni seven-segment yang setiap LED nya aktif jika

diberi sinyal HIGH atau 1.

2.8 Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang

mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed Resistor dan Variable

Resistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup

kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.


Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan tembaga perak

emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan – bahan tersebut

menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang

konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar

menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator.

2.8.1 Fixed Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah

arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan

umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum berbentuk tabung porselen kecil

dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang

kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya

dengan ohm meter. Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh EIA

(Electronic Industries Association).

Gambar 2.7 Resistor


Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna

coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada bahan resistor yang

paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang keempat

agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi

dari resitor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah

membaca nilai resistansinya.

Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak termasuk

gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang

(tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan

besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor penggalinya.

2.8.2 Variable Resistor

Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan

variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan sering digunakan

untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah semi-fixed resistor.

Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari

semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll.

Ada beberapa model pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan

cara nya terbatas sampai 300 derajat putaran. Ada beberapa model variable resistor yang harus

diputar berkali – kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan

“Potentiometers” atau “Trimmer Potentiometers”.


Gambar 2.8 Potensiometer

Pada gambar di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume kontrol. Bentuk

yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB (Printed Circuit

Board). Sedangkan bentuk 1 dpotentiometers. Ada 3 tipe didalam perubahan nilai dari resistor

variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar :

Gambar 2.9 Grafik Perubahan Nilai pada Potensiometer


Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi lambat

tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya menjadi sangat cepat.

Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia. Karena telinga sangat peka ketika

membedakan suara dengan volume yang lemah, tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan

perubahan suara yang keras. Biasanya tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper”

potensiometer. Untuk tipe B perubahan resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk

Aplikasi Balance Control, resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C

perubahan resistansinya kebalikan dati tipe A.

2.9 Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur

sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.

Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain.

Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan

mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan

negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju

ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif

karena terpisah oleh bahan elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama

tidak ada konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi pada

saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan. Kondensator diidentikkan

mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan

biasanya berbentuk tabung.


Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema elektronika.

Gambar 2.10 Lambang kondensator

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak

mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna

coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor

(capacitor).

Dielektrik

Elektroda Elektroda

Gambar 2.11 Skema Kapasitor

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada

masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya

menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar.
Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya

yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C). Satuan dalam kondensator disebut Farad.

Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:

1. Menyusunnya berlapis-lapis.

2. Memperluas permukaan variabel.

3. Memakai bahan dengan daya tembus besar

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam

merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan penyimpan energi

listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah

insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai insulator dinamakan dielektrik. Ketika

kapasitor diberikan tegangan DC maka energi listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama

kapasitor melakukan pengisian, arus mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor

telah penuh. Yang membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah

jenis– jenis kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.


2.9.1 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.12 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan membrane

oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah perbedaan polaritas

pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati – hati di dalam pemasangannya

pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak

bahkan “MELEDAK”. Biasanya jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply.

Kapasitor ini tidak bisa digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari

kapasitor dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor

akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus memiliki

tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.


2.9.2 Ceramic Capacitor

Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya. Karena tidak

dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi.

Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini

tidak baik digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini

tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil

dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas.

Gambar 2.13 Ceramic Capacitor


2.10 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit

pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi

lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya

(BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari

sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu

terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah

komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,

transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara,

sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor

digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai

sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen

lainnya.

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal

itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua

buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan dengan cara menyambungkan salah

satu sisi dioda yang senama. Dengan cara penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda

sehingga menghasilkan transistor NPN.


Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah silikon

dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :

1. Transistor germanium PNP

2. Transistor silikon NPN

3. Transistor silikon PNP

4. Transistor germanium NPN

Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah yang

terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

C C

B
B

E E

NPN PNP

Gambar 2.14 Simbol Tipe Transistor

Keterangan :

C = kolektor

E = emiter

B = basis
Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan

memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada

karakteristik transistor.

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor bipolar

junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-

masing bekerja secara berbeda. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi

utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa

arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas

dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi

dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut. FET ( juga dinamakan transistor

unipolar ) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari

tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan

depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis

memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah

dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi

tersebut.Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:Materi

semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide.

1. Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC, dan

lain-lain

2. Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET,

MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated Circuit)

dan lain-lain.
3. Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel

4. Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power

5. Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,

Microwave, dan lain-lain

6. Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan

nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan

kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataannya VCE bernilai 0

sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam

keadaan on seperti pada gambar .

Vcc Vcc

IC R

RB
Saklar On
VCE
VB
IB VBE

Gambar 2.15 Transistor sebagai Saklar ON


Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum.

IC
Penjenuhan
(saturation)
IB > IB (sat)
IB = IB (sat)

Titik setimbang

Q
IB
Titik Sumbat (Cut
off)

IB = 0
VCE

Gambar 2.16 Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama

dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).

Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber (Vcc). Tetapi

pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor ke

emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off

seperti gambar dibawah ini.


Vcc Vcc

IC R

RB
Saklar Off
VCE
VB
IB VBE

Gambar 2.17 Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan tegangan kerja

transistor (VBE) sehingga arus basis (IB)


2.11 Dioda

Dioda adalah suatu bahan yang dibuat dari bahan yang disebut PN Junction yaitu suatu bahan campuran

yang terdiri dari bahan positif (P type) dan bahan negatif (N type). Apabila kedua bahan tersebut

dipertemukan maka akan menjadi komponen aktif yang disebut Dioda. P type akan membentuk kaki yang

disebut kaki Anoda dan N type akan membentuk Katoda. Pada dioda, arus listrik hanya akan dapat

mengalir dari anoda ke kutub katoda.

A K

Gambar 2.18 Simbol Dioda

2.11.1 Karakteristik Dioda

Sifat umum dioda adalah hanya dapat menghantarkan arus listrik ke satu arah saja. Oleh

karena itu bila pemasangan dioda terbalik maka dioda tidak akan dapat menghantarkan arus

listrik. Prinsip ini biasanya digunakan sebagai pengaman alat elektronika yaitu untuk

menunjukkan benar atau salah penyambungan catu daya.

Dioda memiliki dua elektroda (kaki), yaitu anoda dan katoda. Kaki – kaki ini tidak boleh

terbalik dalam pemasangannya. Kaki katoda biasanya dekat dengan tanda cincin sedangkan kaki

yang jauh dari tanda cincin berarti kaki anoda. Jika P (anoda) diberi tegangan positif dan N

(katoda) diberi tegangan negatif maka pemberian tegangan ini disebut bias maju (biased

forward), seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.14.a. Sebaliknya, bila diberi tegangan yang

terbalik yaitu P (anoda) diberi tegangan negatif dan N (katoda) diberi tegangan positif maka

pemberian tegangan ini disebut bias mundur (biased reverse). Pada keadaan ini, arus yang

mengalir dalam dioda sangat kecil sehingga dapat diabaikan (gambar 2.16.b).
P N P N

A K A K

I I=0

a. Bias Maju ( Biased Forward ) b. Bias Mundur ( Biased Reverse )

Gambar 2.19 Sifat Dioda Bias Maju dan Bias Mundur

Pada saat diberi biased forward, dioda dapat dialiri arus dengan resistansi yang cukup

kecil, yang dikenal dengan nama resistansi maju (forward). Sebaliknya, jika dioda diberi biased

reverse, maka arus listrik akan mengalami resistansi yang amat besar dan disebut resistance

reverse. Dioda dapat dianggap suatu Voltage Sensitive Electronic Switch, dimana dioda akan

menutup atau dalam kondisi ON jika anoda lebih positif dari katoda dan dioda akan terbuka jika

kondisi sebaliknya. Macam – macam dioda yang harus diketahui adalah :

1. Dioda Penyearah (Rectifier)

2. Dioda Zener

3. Dioda Cahaya (LED – Light Emiting Dioda)


2.11.2 Dioda Penyearah (Rectifier)

Dioda ini biasanya digunakan pada power supply, namun digunakan juga pada rangkaian radio

sebagai detektor, dan lain – lain. Prinsip kerja dari dioda penyearah adalah sebagai berikut :

Input Output
A K

a. Simbol b. Cara kerja dioda penyearah

Gambar 2.20 Dioda Penyearah Yang Diberi Arus Bolak Balik (AC)

Arus AC yang mendorong elektron keatas melalui resistor, saat melewati dioda hanya ½

periode positif dari tegangan input yang akan memberikan biased forward pada dioda, sehingga

dioda akan menghantarkan selama ½ periode positif. Tetapi untuk ½ periode negatif, dioda

dibias reverse dan terjadilah penyumbatan karena kecil sekali arus yang dapat mengalir. Dengan

demikian, arus AC telah disearahkan oleh dioda ini menjadi arus yang searah (DC).
2.11.3 Dioda Cahaya (LED : Light Emitting Dioda)

LED merupakan salah satu jenis dioda yang mengubah energi perpindahan electron –

electron yang jatuh dari pita konduksi ke pita valensi menjadi cahaya. Berwana – warninya

cahaya yang dipancarkan ini, dikarenakan jenis bahan yang digunakan berbeda – beda. Bahan –

bahannya antara lain gallium, arsen dan fosfor. Penggunaan LED biasanya berhubungan dengan

segala hal yang dilihat oleh manusia, seperti untuk mesin hitung, jam digital, dan lain – lain.

A K

Gambar 2.21 Simbol Dioda Cahaya ( LED )

2.12 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu

rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output

rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi

lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak menghasilkan medan

magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga

berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama

arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON

atau Normaly OFF, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay
tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan

yang diinginkan dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

b. Normaly Close (OFF), saklar akan terbuka bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup yang

lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya

bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini

dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari

kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah

untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak

transistor. Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak

mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada

gulungan kawat.

a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver

Gambar 2.22 Simbol Relay dan Rangkaian Driver


DAFTAR PUSTAKA

1. Bejo, Agus. 2007. C&AVR ’’Rahasia Kemudahan Bahasa C Dalam Mikrokontroler


ATMega8535’’. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budiharto, Widodo. 2006. Belajar Sendiri Membuat Robot Cerdas. Bekasi: Elex
Media Komputindo.
2. Hartono, Puji. 2008. Analisis Pengendali Motor DC Menggunakan Metoda Logika
Fuzzy Dengan Pencatudayaan PWM. Bandung : ITB
3. Heryanto, Ari M. & Wisnu Adi. 2008. Pemrograman Bahasa C Untuk
Mikrokontroler ATMega8535. Yogyakarta: Penerbit Andi.
4. Pitowarno,E. 2005. Mikroprosessor & Interfacing. Yogyakarta: Penerbit Andi.
5. Malvino, A.P, 1996. Prinsip-prinsip Elektronika (terjemahan Hanapi Guanawan).
Jakarta: Erlangga.
6. Wardana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535,
Simulasi Hardware Dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
7. Winoto, Ardi. 2008. Mikrokontroler AVR ATMega8/32/16/8535 Dan
Pemrogramannya Dengan Bahasa C Pada WinAVR. Cirebon: Penerbit Informatika.
8. http://www.atmel.com
http://elektroarea.blogspot.com/2009/01/sensor-sensor-adalah-peralatan-yang.html
26 Mei 2012 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai