Anda di halaman 1dari 44

Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB I

INVESTIGASI REKAYASA GEOTEKNIK

A. LATAR BELAKANG

Forensik geoteknik merupakan cabang ilmu ketekniksipilan yang


mempelajari tentang penyelidikan kerusakan-kerusakan yang terjadi pada
suatu struktur tanah dalam menahan beban bangunan yang berada
diatasnya. Dalam pengaplikasiannya rekayasa forensik geoteknik
mengevaluasi masalah-masalah yang disebabkan oleh pemukiman, tanah
ekspasif, gerakan lereng, intrusi air dan lain-lain, sehingga akan
didapatkan penyebab kerusakan untuk selanjutnya diperoleh rekomendasi
perbaikan yang tepat sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Salah satu
studi kasus rekayasa forensik geoteknik adalah tanah longsor.

Longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan


masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Air hujan yang telah memenuhi
rongga, menyebabkan terjadinya pergeseran tanah. Yang akhirnya
mengakibatkan longsor dan erosi tanah.

Salah satu contoh bencana tanah longsor terjadi di daerah Yogyakarta


tepatnya di desa Mraen, Sendangadi, Mlati Kabupaten Sleman. Bencana
longsor ini menghancurkan sebuah rumah yang dibangun tepat dibelakang
sungai yang memiliki arus yang cukup deras ketika terjadi hujan. Sebelum
terjadi longsor kawasan tersebut diguyur hujan yang cukup deras.
Penanganan masalah ini dilakukan dengan penyelidikan tanah
dilapangan , pengujian di laboratorium, evaluasi dan identifikasi masalah
mendetail serta penanganan longsor yang tepat sesuai kondisi tanah.

Kelompok 3| Page 1
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

B. TUJUAN INVESTIGASI
Tujuan dari investigasi ini adalah untuk menyelidiki dan
mengevaluasi penyebab terjadinya kerusakan yang terjadi melalui
pengumpulan fakta di lapangan, pengumpulan informasi terkait berupa
data primer dan sekunder, kemudian menganalisis hasil penyelidikan baik
itu fakta di lapangan maupun hasil pengujian di lab dan terakhir menarik
kesimpulan mengenai penyebab dan siapa yang disalahkan serta
memberikan solusi penanganan yang memenuhi persyaratan teknis dan
efisien.

C. MANFAAT INVESTIGASI
Sebagai seorang ahli forensik yang memiliki julukan mampu
berbicara dengan saksi bisu diharapkan setelah selesai melaksanakan
investigasi ini mahasiswa memiliki kelebihan dalam wawasan dan
pengetahuan seputar rekayasa geoteknik yang memiliki kecerdasan dalam
olah pikir serta cermat dan tajam dalam penilaian
Manfaat lain-lain investigasi yang dilakukan adalah agar
mendapatkan sumber acuan dalam mengidentifikasi permasalahan
geoteknik seperti longsor pada dinding penahan tanah yang terjadi desa
Mraen RT 04/RW 02, Sendangadi, Mlati, Sleman,Yogyakarta untuk
mengambil kesimpulan penyebab terjadinya longsor serta solusi yang akan
diberikan. Investigasi yang dilakukan juga dapat bermanfaat sebagai
bahan investigasi lanjutan yang dilakukan dilokasi yang sama.

D. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam konteks Investigasi Forensik Geoteknik
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
penyelidikan dan pengumpulan fakta dan data di lapangan yang kemudian
dikaji dan dianalaisis sebagai landasan dalam penarikan kesimpulan.

Kelompok 3| Page 2
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

Berikut beberapa rumusan masalah:


1. Apa penyebab terjadinya tanah longsor ?
2. Bagaimana kerusakan dapat terjadi?
3. Siapa yang disalahkan dalam investigasi ini?
4. Bagaimana cara penanggulangan yang dapat dilakukan mengenai
tanah longsor ?

E. BATASAN MASALAH
Permasalahan geoteknik yang membahas tentang longsor sangatlah
kompleks. Agar permasalahan yang dibahas dalam studi kasus ini tidak
membahas lebih jauh masalah diluar konteks yang dibahas maka berikut
batasan-batasan masalah studi kasus ini:
1. Tidak meninjau sifat kimiawi tanah
2. Hanya melakukan investigasi pada bagian struktur tanah
3. Pengujian hanya dilakukan dilaboratorium

F. Nilai-nilai Investigasi
1. Kecerdasan dalam berpikir
Seorang ahli forensik geoteknik dituntut untuk mampu memyelesaikan
persoalan geoteknik yang dihadapi, hal ini berkaitan dengan intelejensi
yang tinggi meliputi intuisi, deduksi, dan penalaran.
2. Luas pengetahuan dan wawasan
Dengan memiliki pengetahuan dan wawasan lebih terutama dalam
bidang geoteknik akan memberikan nilai plus dalam penyelidikan yang
berdampak pada penarikan kesimpulan nantinya.
3. Kepekaan
Peka terhadap kondisi di lapangan dan tajam dalam penilaian
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang ahli forensik
khususnya bidang geoteknik, dengan memiliki kepekaan yang tinggi
hal-hal yang tidak disadari oleh orang lain dapat kita sadari sehingga
akan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

Kelompok 3| Page 3
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

4. Komunikatif
Ketika seorang ahli forensik geoteknik mencari informasi terkait
persoalan geoteknik tentunya akan mencari sumber informasi yaitu
seorang subjek di lingkungan sekitar. Dalam meminta keterangan perlu
adanya ilmu komunikasi yang baik agar tidak menimbulkan kesan
negatif, disini berkaitan dengan metode dan pendekatan apa yang baik
digunakan.
5. Jujur dan dapat dipercaya
Jujur dan dapat dipercaya berkaitan dengan etika pelaksanaan forensik
geoteknik, tanpa nilai ini seorang ahli forensic akan kehilangan client-
nya.

G. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika dalam penulisan Laporan Pratikum Rekayasa Forensik
Geoteknik adalah sebagai berikut:
BAB I INVESTIGASI REKAYASA GEOTEKNIK
Pada bab ini berisi tentang latar belakang mengenai masalah yang
akan dibahas, tujuan investigasi berhubungan dengan apa yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan masalah, manfaat investigasi berisi
keuntungan yang didapat dari investigasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini berisi mengenai tinjauan umum dan teori-teori yang
digunakan untuk studi kasus yang dibahas,

BAB III METODE INVESTIGASI


Pada bab ini dijelaskan metode yang digunakan dalam
pengambilan data , alat yang digunakan dalam pengambilan sampel, waktu
pelaksanaan, dan bagan alir pelaksanaan dalam studi kasus.

Kelompok 3| Page 4
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB IV ANALISIS DATA


Pada bab ini berisi mengenai data yang di dapatkan di lapangan,
data yang didapatkan di laboratorium dan hasil analisis dari data yang
diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dari hasil investigasi


,menjawab pertanyaan dirumusan masalah dan saran yang diberikan untuk
permasalahan ini agar lebih baik.

Kelompok 3| Page 5
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relatif lepas ( loose ) yang terletak di atas batuan dasar ( bedrock).
Ikatan antara butiran relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat
organik, atau oksidaksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang
diantara partikrl-partikel dapat diisi air, udara atau keduanya. ( Hary
Christady, 2002 ). Tanah memiliki peran yang sangat vital dalam suatu
konstruksi bangunan, tanah berguna sebagai bahan bangunan. Fungsi paling
utama dari tanah adalah sebagai pendukung pondasi dari sebuah bangunan.
Fungsi tanah sebagai pendukung pondasi bangunan memerlukan kondisi
tanah yang stabil sehingga apabila ada sifat tanah yang kurang mampu
mendukung bangunan harus diperbaiki terlebih dahulu agar mencapai daya
dukung tanah yang diperlukan. Beberapa macam kerusakan akibat tanah yanh
kurang mampu mendukung beban salah satunya adalah terjadinya
kelongsoran.

B. Teori Tanah Longsor


1. Definisi Tanah Longsor Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah definisi dari beberapa ahli yang telah dipublikasikan
diberbagai pustaka :
a. Crudden (1991) mendifinisikan longsoran (landslide) sebagai
pergerekan suatau massa batuan , tanah atau bahan rombakan,
material penyusun lereng (yang merupakan pencampuran tanah dan
batuan) menuruni lereng.
b. Brook dkk. (1991) mengatakan bahwa tanah longsor adalah salah
satu bentuk dari gerak massa tanah, batuan, dan runtuhan
batuan/tanah yang terjadi seketika yang bergerak menuju lereng
bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur dari atas

Kelompok 3| Page 6
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

suatu lapisan kedap yang jenuh air (bidang luncur). Oleh karena itu
tanah longsor dapat juga dikatakan sebagai bentuk erosi.
c. Selby (1993) menjelaskan bahwa longsoran (landslide) hanya
tepat diterapkan pada proses pergerakan massa yang melalui suatu
bidang gelincir (bidang luncur) yang jelas.
d. Karnawati (2005) sebenarnya longsoran merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah ataupun batuan ataupun bahan rombakan yang
menuruni lereng.

2. Faktor Penyebab Longsor


Faktor-faktor yang menyebabkan Iongsor secara umum diklasifikasikan
sebagai berikut (Notosiswojo dan Projosumarto, 1984 dalam Mustafril,
2003):
1. Faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan geser, yaitu :
naiknya berat unit tanah karena pembasahan, adanya tambahan beban
eksternal seperti bangunan, bertambahnya kecuraman lereng karena
erosi alami atau karena penggalian, dan bekerjanya beban goncangan.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kekuatan geser, yaitu :
adanya absorbsi air, kenaikan tekanan pori, beban goncangan atau
beban berulang, pengaruh pembekuan dan pencairan, hilangnya
sementasi material, proses pelapukan, dan hilangnya kekuatan karena
regangan berlebihan pada lempung sensitif.
Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 2005 : 26),
tanah longsor dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia sebagai
pemicu terjadinya tanah longsor, yaitu :

Kelompok 3| Page 7
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

a. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara
lain:
1) Kondisi geologi batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, lereng yang terjal yang diakibatkan oleh struktur
sesar dan kekar (patahan dan lipatan), gempa bumi, stratigrafi dan
gunung api, lapisan batuan yang kedap air miring ke lereng yang
berfungsi sebagai bidang longsoran, adanya retakan karena proses
alam (gempa bumi, tektonik).
2) Keadaan tanah : erosi dan pengikisan, adanya daerah longsoran
lama, ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus,
tanah jenuh karena air hujan.
3) Iklim: curah hujan yang tinggi, air (hujan. di atas normal)
4) Keadaan topografi: lereng yang curam.
5) Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi
massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika, susut
air cepat, banjir, aliran bawah tanah pada sungai lama).
6) Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal lahan kosong,
semak belukar di tanah kritis.
b. Faktor manusia
1) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
2) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
3) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
4) Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan
basah yang menyebabkan terjadinya pengikisan oleh air
permukaan dan menyebabkan tanah menjadi lembek
5) Adanya budidaya kolam ikan dan genangan air di atas lereng.
6) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
7) Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya
merugikan sendiri.

Kelompok 3| Page 8
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

8) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik yang menyebabkan


lereng semakin terjal akibat penggerusan oleh air saluran di tebing
9) Adanya retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban massa yang
bertambah dipicu beban kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah
kurang padat karena material urugan atau material longsoran lama
pada tebing
10) Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran

3. Gaya Penyebab longsor


Berat sistem tanah yang berpotensi longsor dapat diestimasikan
dari hasil penyelidikan tanah pada lereng. Gaya-gaya rembesan oleh aliran
air di dalam tanah, merupakan hal yang paling sulit diidentifikasi. Tekanan
air yang berkembang dalam lapisan lolos air atau retakan yang terletak di
belakang tanah yang berpotensi longsor, dapat juga menimbulkan gaya
tambahan yang menyebabkan kelongsoran. Pengaruh gaya gempa pada
terjadinya longsoran juga sulit diperkirakan. Variabel utama yang
mendefinisikan gaya-gaya yang menyebabkan kelongsoran adalah sudut
kemiringan bidang longsor potensial, jika sudutnya lebih besar maka
potensi longsor lebih besar. Permukaan bidang longsor ini sangat sulit
ditentukan ecara tepat dari penyelidikan lokasi.

4. Gaya - gaya Penahan


Gaya penahan utama gerakan longsor adalah tahanan geser material di
sepanjang bidang longsor. Tahanan geser di sepanjang bidang geser terkait
dengan sudut gesek terdrainase (drained friction angle) tanah pada bidang
longsor. Tahanan terhadap longsoran juga dapat tereduksi oleh naiknya
tekanan air pada bidang longsor. Kenaikan tekanan air ini mengurangi
tahanan gesek, karena gaya normal pada bidang longsor menjadi
berkurang.

Kelompok 3| Page 9
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

5. Prinsip Kestabilan Lereng


Penyebab terjadinya longsor pada lereng secara mekanik dapat
dipahami dengan pendekatan prinsip kestabilan lereng. Dengan prinsip ini
akan diketahu gaya-gaya apa saja yang mengontrol kestabilan suatu lereng.
Kestabilan pada lereng ditentukan oleh gaya-gaya yang berusaha
melongsorkan (driving forces) tanah atau batuan dan gaya-gaya yang
berusaha mempertahankan (resisting forces) tanah atau batuan itu tetap
pada posisinya. Besarnya kuat geser tanah atau batuan dikontrol oleh
kohesi (c) dan sudut gesek dalam antara partikelpartikel penyusun tanah
atau batuan (f). Besarnya nilai kohesi tergantung pada kekuatan ikatan
antara atom-atom atau molekul-molekul penyusun partikel-partikel tanah
atau batuan ataupun tergantung pada kekuatan sementasi antar partikel-
partikel tanah atau batuan. Sudut gesek dalam merupakan nilai yang
mengekspresikan kekuatan friksi antara partikel-partikel penyusun tanah
atau batuan. Kestabilan suatu lereng yaitu perbandingan antara gaya-gaya
penahan logsor dan gaya-gaya penyebab longsoran, atau dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝐿𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑔𝑎𝑦𝑎
FK = 𝐿𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎

FK merupakan faktor keamanan (Factor of Safety) yang menggambarkan


kondisi suatu lereng. Lereng dalam kondisi stabil, jika FK > 1; lereng
dalam kondisi kritis, jika FK = 1; lereng dalam kondisi tidak stabil atau
telah longsor, jika FK < 1.

K e l o m p o k 3 | Page 10
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

C. Tekanan Tanah Lateral


Teori Tekanan tanah lateral untuk menghitung tekanan tanah pada dinding
penahan tanah, yang telah dipelajari dari teori Rankie (1857) adalah
didasarkan pada anggapan-anggapan :
1. Tanah dalam kedudukan seimbang plastis, yaitu sembarang elemen
tanah dalam kondisi tepat akan runtuh
2. Tanah urug tidak berkohesi (c = 0)
3. Gesekan antar dinding dan tanah urug diabaikan atau permukaan
dianggap licin sempurna.
Tekanan tanah dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Tekanan tanah aktif
Pada umumnya dinding penahan tanah tidak dapat dianggap kaku,
karena sedikit banyak akan gerak (deform) kedepan pada waktu
penimbunan tanah belakangnya. Deformasi yang terjadi dianggap
cukup besar sehingga tercapai keadaan keruntuhan (failure state) dalam
tanah.

Ka = tan2 (45 - 2)
1
Ea = 2 . ka.  . H2 - 2 . C . H . √𝐾𝑎 (untuk diagram segitiga)

Ea = ka.  . H2 - 2 . C . H . √𝐾𝑎 (untuk diagram persegi)


Ea = tekanan arah aktif (KN/m)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
 = berat isi tanah (KN/m3)

H = ketinggian tanah (m)

Ø = sudut gesek dalam

2. Tekanan tanah pasif


Keadaan dimana dinding ditekan sehingga bergerak kebelakang. Dalam
hal ini tegangan tanah akan menjadi lebih besar dari tegangan tanah
horizontal. Tegangan terbesar akan terjadi apabila telah mencapai
keadaan keruntuhan.

K e l o m p o k 3 | Page 11
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015


Kp = tan2 (45 - 2)
1
Ep = 2 . ka.  . H2 - 2 . C . H . √𝐾𝑎 (untuk diagram segitiga)

Ep = ka.  . H2 - 2 . C . H . √𝐾𝑎 (untuk diagram persegi)


Ep = tekanan arah aktif (KN/m)
Kp = Koefisien tekanan tanah aktif
 = berat isi tanah (KN/m3)

H = ketinggian tanah (m)

Ø = sudut gesek dalam

D. Macam-macam Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah
dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding Gravitasi, Dinding
Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding Butters, Dinding Jembatan
dan Boks Culvert. Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain :
1. Dinding Gravitasi ( Gravity Wall )
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari
pasangan batu kali. Stabilitas stabilitasnya konstryksinya diperoleh hanya
dengan mengandalkan berat sendiri konstruksinya. Biasanya tinggi
dinding tidak lebih dari 4 m (empat meter).

2. Dinding Penahan Kantilevert ( Cantilever Reatining Wall )


Dinding ini terbuat dari beton bertulang yang tersusun dari suatu dinding
vertical dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok atau plat
kantiliever. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian
struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertical
(steem) tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe) tumit tapak dan ujung kaki
tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7 meter.

K e l o m p o k 3 | Page 12
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3. Dinding Kontrafort (Countefvort Wall)


Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan
ditempatkan pada bagian timbunan dengan interval jarak tertentu.
Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian
dinding lebih dari 7 m (tujuh meter)

4. Dinding Butters (Butters Wall)


Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya
bagian kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur
kontrafort berfungsi memikul tegangan tekanan pada dinding ini, bagian
tumit lebih pendek dari pada bagian kaki stabilitas konstruksinya
diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit
tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 m (tujuh
meter).

5. Abutment Jembatan (Bridge Abutmeent)


Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan
tahanan horizontal dari tanah timbunan dibelakangnya. Pada
perencanaanya,struktur dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar
dan tumpu bebas pada bagian atas.

6. Box Culvert
Dalam memilih jenis dinding penahan tanah yang ekonomis, faktor-
faktor yang mempengaruhi diantaranya sifat tanah, kondisi lokasi,
metode pelaksanaan dan ketinggian. Sebagai pegangan, ketinggian
dinding penahan digunakan sebagai standar perencanaan kontruksi
dinding penahan tanah.

K e l o m p o k 3 | Page 13
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

E. Stabilitas Dinding Penahan Tanah


Ada beberapa macam kerusakan dinding penahan tanah yang sering kita
jumpai, seperti
1. Keruntuhan akibat guling

Ea

h
A v
Momen guling akibat
a
gaya aktif Ma = Ea . h

Momen guling akibat berat sendiri Mp = V .a

∑ Mp
Tinjauan terhadap guling SF =
∑ Ma

SF ≥ 1,5 untuk tanah non kohesif

SF ≤ 2 untuk tanah kohesif

2. Keruntuhan terhadap bahaya geser

E
a
V

Dasar Fondasi berupa tanahnon kohesif


Gaya lawan V.f (+E𝑝)
SF = = ≥ 1,5 ~ 2
Gaya dorongan Ea

f = tg 𝜑 (dasar fondasi relatif kasar)

K e l o m p o k 3 | Page 14
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2
f = tg 𝜑 (dasar fondasi relatif halus)
3

Dasar fondasi berupa tanah kohesif


2
Gaya lawan c . b (+E𝑝)
3
SF = = ≥ 1,5 ~ 2
Gaya dorongan Ea

C = Kohesif tanah (0,5 ~ 0,75) . c

Dasar fondasi berupa tanah campuran


2
Gaya lawan V.𝑓 c . b (+E𝑝)
3
SF = = ≥ 1,5 ~ 2
Gaya dorongan Ea

3. Keruntuhan akibat daya dukung tanah terlampaui

Untuk tanah lempung, pasir atau campurannya


𝜎min ≥ 0
V 6e
𝜎maks = (1 + ) ≤ 𝜎tanah
b.1 b
Untuk tanah keras (cadas, batuan)

𝜎min ≥ 0
2V
𝜎maks = b ≤ 𝜎tanah
3( − 𝑒)
2

K e l o m p o k 3 | Page 15
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

F. Sifat- Sifat Geoteknik


Sifat- sifat geoteknik meliputi sifat material geologi, terutama tanah dan
batuan, diperoleh dari pengujian ditempat maupun di laboratorium. Sifat- sifat
geoteknik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sifat – sifat dasar tanah
Sifat – sifat dasar tanah mencakup karakteristik tanah dasar seperti
kadar air, berat jenis, batas-batas atterberg, distribusi ukuran tanah
2. Sifat – sifat fisik tanah
Sifat-sifat fisik dapat diartikan karakteristik fisik tertentu yang pada
dasarnya digunakan untuk klarifikasi seperti kuat geser tanah. Nilai
kohesi, sudut gesek, konsolidasi

3. Sifat – sifat hidrolis tanah


Sifat-sifat hidrolis dapat diartikan dalam terminologi seperti
perneabilitas, angka pori, kompresbilitas.

K e l o m p o k 3 | Page 16
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB III

METODE INVESTIGASI

A. Survei Pendahuluan
Kegiatan ini dilakukan pengamatan dan pengujian fisik untuk
menentukan karakteristik tanah. Data tanah yang diperoleh berasal dari
survei geoteknik lapangan dan pengujian laboraturium.
Dari survei geoteknik lapangan yang dilakukan di daerah Mraen,
Sendangadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan data sampel
tanah, data ketinggian dan kemiringan longsor.

Gambar 3.1 Tampak Depan longsor

Gambar 3.2 Kemiringan longsor

K e l o m p o k 3 | Page 17
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

B. Bagan Alir Investigasi

Mulai

Melakukan survei pendahuluan

Menentukan titik pengambilan sampel

Melakukan pengumpulan data primer

Pengambilan sampel tanah

Melakukan pengumpulan data Sekunder

Data Curah hujan Pengukuran kedalaman longsor Wawancara

Menganalisis data

Analisis stabilitas longsor Analisis tekanan tanah aktif

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

K e l o m p o k 3 | Page 18
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

C. Waktu Investigasi
Investigasi hingga pengambilan sampel dilakukan dari tanggal 6
Februari 2017 – 28 Februari 2017 di Daerah Mraen, Sendangadi, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Alat
Alat yang digunakan pada survei geoteknik adalah :
1. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kondisi di lapangan.

Gambar 3.3. Kamera


2. Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil investigasi

Gambar 3.4. Alat tulis

K e l o m p o k 3 | Page 19
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3. Meteran, digunakan unuk mengukur tinggi kedalaman longsor.

Gambar 3.5. Meteran


4. 1 (satu) set alat uji Handbore meliputi stang bor dan tongkat bor
dengan panjang 2 meter.

Gambar 3.6. Alat uji Handbore


5. Tabung dan kepala tabung sebanyak 2 buah.

Gambar 3.7. Tabung dan Kepala Tabung

K e l o m p o k 3 | Page 20
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

6. Palu digunakan untuk memukul alat handbore agar dapat masuk


kedalam tanah

Gambar 3.8. Palu


7. Cangkul digunakan untuk menggali tanah yang akan di uji

Gambar 3.9. Cangkul

E. Teknik Pengumpulan data


Pengambilan data dari investigasi lapangan di Daerah Mraen,
Sendangadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Data tanah laboraturium
Data laboraturium diperoleh dari pengambilan sampel tanah
di lokasi, sampel tanah diambil dari dua lokasi yang berbeda.
Untuk sampel pertama diambil dengan kedalaman 2 meter.
Sedangkan untuk sampel kedua diambil dengan kedalaman 1
meter. Kedua tanah tersebut dilakukan pengujian di Laboraturium
Mekanika Tanah Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi,
Universitas Gadjah Mada untuk mendapatkan sifat fisik tanah.

K e l o m p o k 3 | Page 21
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2. Data Sekunder
a. Data curah hujan
Dara curah hujan merupakan data yang diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMKG ).
b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data – data,


seperti riwayat pembangunan rumah, izin pembangunan rumah,
waktu terjadinya longsor, kondisi sebelum, saat terjadi dan sesudah
longsor.

c. Pengukuran
Pengukuran lapisan tanah diperlukan untuk mendapatkan
data-data fisik. Data-data fisik yang didapatkan yaitu kedalaman
longsor sedalam 6 m. Selain itu, di daerah tersebut terdapat tanah
urugan sedalam 6 m.

K e l o m p o k 3 | Page 22
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB IV
ANALISIS PENELITIAN

A. Pengambilan Data
Data yang diambil merupakan data dari sampel tanah longsor di lokasi
barat terminal Jombor.

B. Pengolahan Data
Data yang telah diambil selanjutnya akan diolah untuk mengetahui
sifat dari sampel tanah tersebut. Kondisi tanah yang berupa tanah disturb
menyulitkan penguji untuk meninjau kondisi awal tanah.
Adapun hasil dari pengolahan data didapatkan, sebagai berikut :
1. Nilai kohesi

Nilai kohesi yang didapatkan dari pengujian laboratorium adalah

- C1 = 28.9 kPa
- C2 = 19.6 kPa
2. Ketinggian lereng yang diamati dilapangan adalah
- H1 = 6,03 m
3. Data Hasil Uji Lab
3.1 Uji Kadar Air

Tabel 4.1 Data tanah UnDisturb

Tanah Disturb Satuan 1 2


Beratcawan gram 12.54 18.21
Berat cawan + tanah gram
basah 41.3 50.15
Berat cawan + tanah gram
kering 34.17 42.77
Kadar Air % 32.56 30.05
Kadar Air Rata-rata % 31.305

K e l o m p o k 3 | Page 23
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3.1.1 Kadar air tanah Undisturb

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊2 − 𝑊3
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 1 = × 100% = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊3 − 𝑊1
41.3−34.17
= 34.17−12.54 × 100%

7.13
= × 100%
21.63
= 32.56%

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊2 − 𝑊3
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 2 = × 100% = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊3 − 𝑊1
50.15−42.77
= 42.77−18.21 × 100%

7.38
= 24.56 × 100%

= 30.05 %

Tabel 4.2 Data tanah Disturb

Tanah Disturb Satuan 1 2


Berat cawan gram 11.11 11.05
Berat cawan + tanah gram
basah 37.88 41.42
Berat cawan + tanah gram
kering 33.62 36.77
Kadar Air % 18.92 18.08
Kadar Air Rata-rata % 18.5

K e l o m p o k 3 | Page 24
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3.1.2 Kadar Air tanah Disturb

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊2 − 𝑊3
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 1 = × 100% = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊3 − 𝑊1
37.88−33.62
= 33.62−11.11 × 100%

4.26
= × 100%
22.51
= 18.92 %

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊2 − 𝑊3
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 2 = × 100% = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊3 − 𝑊1
41.42−36.77
= 36.77−11.05 × 100%

4.65
= × 100%
25.72
= 18.08 %

Kesimpulan : Kadar air disturb lebih kecil dari pada kadar air undisturb.

K e l o m p o k 3 | Page 25
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3.2 Uji Geser Langsung

Dari Uji geser langsung didapat nilai C = 28.9 dan phi = 14.43⁰

Tabel 4.6 Data Tanah Sampel 1

satuan cincin cincin cincin


Jenis tanah Undisturb 1 2 3
gaya normal Kg 4 8 16
Diameter cm 6.36 6.36 6.36
Tinggi cm 1.96 1.96 1.96
Luas cm2 31.95 31.85 31.95
Volume cm3 62.63 63.06 62.63
Berat kosong gr 62.86 62.86 62.86
Berat kosong gr 102.63 102.63 102.63
Berat Cincin+tanah basah gr 188 167.44 167.44
Tegangan normal Kg/cm3 0.125 0.251 0.502

Tabel 4.7 Data Tanah Sampel 2

satuan cincin cincin cincin


Jenis tanah Undisturb 1 2 3
gaya normal Kg 4 8 16
Diameter cm 6.36 6.36 6.36
Tinggi cm 1.96 1.96 1.96
Luas cm2 31.76 31.76 31.76
Volume cm3 62.26 62.26 62.26
Berat Cincin gr 63 63 63
Berat kosong gr 102.63 102.63 102.63
Berat Cincin+tanah basah gr 181.38 182.08 181.49
Tegangan normal Kg/cm3 0.126 0.252 0.504

K e l o m p o k 3 | Page 26
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

UJI GESER LANGSUNG 4 KG SAMPEL 1

Gaya
Normal = 4 kg Berat kosong = 102.63 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 62.86 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.31 cm basah = 188 gr
Tinggi = 1.85 cm Tegangan Normal = 0.125 Kg/cm3
Luas = 31.95 cm2
Volume = 62.63 cm3

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji Beban
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.1252 0
0.25 15 5 4.9445 0.1548 0.1252 0.5
0.5 30 5.5 5.43895 0.1702 0.1252 0.5
1 60 6 5.9334 0.1857 0.1252 0.5
1.5 90 7 6.9223 0.2167 0.1252 1
2 120 8 7.9112 0.2476 0.1252 1
2.5 150 8 7.9112 0.2476 0.1252 1
3 180 8.5 8.40565 0.2631 0.1252 1.5
3.5 210 9 8.9001 0.2786 0.1252 1.5
4 240 9 8.9001 0.2786 0.1252 1.5
4.5 270 9 8.9001 0.2786 0.1252 1.75
0.2786 0.1252

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas (kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 27
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

UJI GESER LANGSUNG 8 KG SAMPEL 1

Gaya
Normal = 8 kg Berat kosong = 102 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 62.9 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.31 cm basah = 167 gr
Tinggi = 1.85 cm Tegangan Normal = 0.251 Kg/cm3
Luas = 31.85 cm2
Volume = 63.06 cm2

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.2512 0
0.25 15 8 7.9112 0.2484 0.2512 0
0.5 30 10.5 10.383 0.3260 0.2512 25
1 60 13 12.856 0.4036 0.2512 35
1.5 90 13.5 13.35 0.4192 0.2512 45
2 120 14 13.845 0.4347 0.2512 50
2.5 150 15 14.834 0.4657 0.2512 55
3 180 15 14.834 0.4657 0.2512 60
3.5 210 15 14.834 0.4657 0.2512 62
4 240 15 14.834 0.4657 0.2512 65
Maksimum 0.4657 0.2512

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas (kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 28
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

UJI GESER LANGSUNG 16 KG SAMPEL 1

Gaya
Normal = 16 kg Berat kosong = 103 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 62.9 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.31 cm basah = 167 gr
Tinggi = 1.85 cm Tegangan Normal = 0.502 Kg/cm3
Luas = 31.85 cm2
Volume = 63.06 cm2

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.5024 3
0.25 15 5 4.9445 0.1749 0.5024 6
0.5 30 8 7.9112 0.2484 0.5024 8.5
1 60 10 9.889 0.3105 0.5024 9
1.5 90 12 11.8668 0.3726 0.5024 10
2 120 12 11.8668 0.3726 0.5024 10
2.5 150 14 13.8446 0.4347 0.5024 10
3 180 15 14.8335 0.4657 0.5024 10
3.5 210 15 14.8335 0.4657 0.5024 10
4 240 15 14.8335 0.4657 0.5024 11
Maksimum 0.4657 0.5024

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas (kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 29
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

UJI GESER LANGSUNG 4 KG SAMPEL 2

Gaya
Normal = 4 kg Berat kosong = 102.63 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 63 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.36 cm basah = 181.38 gr
Tinggi = 1.96 cm Tegangan Normal = 0.126 Kg/cm3
Luas = 31.76 cm2
Volume = 62.26 cm3

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji Beban
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.1259 0
0.25 15 1 0.9889 0.0311 0.1259 0.5
0.5 30 1.8 1.78002 0.0560 0.1259 0.5
1 60 2.8 2.76892 0.0872 0.1259 0.5
1.5 90 3 2.9667 0.0934 0.1259 0.5
2 120 5 4.9445 0.1557 0.1259 0.5
2.5 150 6 5.9334 0.1868 0.1259 0.5
3 180 6 5.9334 0.1868 0.1259 1
3.5 210 7 6.9223 0.2180 0.1259 2
4 240 7 6.9223 0.2180 0.1259 3
4.5 270 7 6.9223 0.2180 0.1259 4
0.2180 0.1259

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas
(kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 30
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

UJI GESER LANGSUNG 8 KG SAMPEL 2

UJI GESER LANGSUNG 16 KG SAMPEL 2


Gaya
Normal = 8 kg Berat kosong = 103 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 63 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.36 cm basah = 182 gr
Tinggi = 1.96 cm Tegangan Normal = 0.252 Kg/cm3
Luas = 31.76 cm2
Volume = 62.26 cm2

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.2519 0
0.25 15 4.5 4.45005 0.1401 0.2519 0
0.5 30 5 4.9445 0.1557 0.2519 0
1 60 5 4.9445 0.1557 0.2519 1
1.5 90 5.5 5.43895 0.1713 0.2519 1
2 120 5.5 5.43895 0.1713 0.2519 1
2.5 150 7 6.9223 0.2180 0.2519 1.5
3 180 7 6.9223 0.2180 0.2519 1.5
3.5 210 10 9.889 0.3114 0.2519 1.5
4 240 10 9.889 0.3114 0.2519 2
4.5 270 10 9.889 0.3114 0.2519 2
Maksimum 0.3114 0.2519

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas (kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 31
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

Gaya
Normal = 16 kg Berat kosong = 102.63 gr
Jenis
Tanah = Undisturb Berat Cincin = 63 gr
Berat cincin + Tanah
Diameter = 6.36 cm basah = 181.49 gr
Tinggi = 1.96 cm Tegangan Normal = 0.504 Kg/cm3
Luas = 31.76 cm2
Volume = 62.26 cm2

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan
Arloji Gaya Tegangan
Waktu Arloji Tegangan Geser Arloji
Beban Geser Normal
Pergeseran Penurunan
Geser
(menit) - - (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) -
0 0 0 0 0.0000 0.5038 1
0.25 15 2 1.9778 0.0700 0.5038 3
0.5 30 2 1.9778 0.0623 0.5038 4.5
1 60 5 4.9445 0.1557 0.5038 4.5
1.5 90 5 4.9445 0.1557 0.5038 4.5
2 120 6 5.9334 0.1868 0.5038 5
2.5 150 8 7.9112 0.2491 0.5038 5
3 180 8 7.9112 0.2491 0.5038 5
3.5 210 10 9.889 0.3114 0.5038 5
4 240 12 11.8668 0.3736 0.5038 7.5
4.5 270 12 11.8668 0.3736 0.5038 7.5
5 300 12 11.8668 0.3736 0.5038 7.5
Maksimum 0.3736 0.5038

Gaya Geser : Pembacaan Arloji Geser *0,9889


Tegangan Geser : Gaya Geser/ Luas (kg)
Tegangan Normal σN : Gaya Normal / Luas (kg/cm^2)

K e l o m p o k 3 | Page 32
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3.3 Uji Pemadatan Tanah

Jenis Tanah
UkuranSilinder Berat Penumbuk = 2468
Diameter = 9.25 Jumlah lapisan = 3
Tinggi = 15.75 Jumlah Tumbukan Tiap Lapisan = 25
Volume = 1057.87

Tabel 3.4.1 Data Pemadatan Tanah

percobaannomer Satuan 1 2 3
Berat silinder + tanah padat gram 3541 3490 3523
beratsilinder gram 2377 2377 2377
Berat tanah padat gram 1164 1172 1146
berat volume basah gram/cm^3 1.10 1.11 1.08
Nomer cawan timbang 1 2 3 4 5 6
w1 gram 12.51 11.5 13.19 12.96 10.98 12.98
w2 gram 77.75 78.83 93.42 94.75 88.19 73.99
w3 gram 66.94 67.63 79.09 79.4 73.64 67.63
berat air gram 10.81 11.2 14.33 15.35 14.55 6.36
Berat tanah kering gram 54.43 56.13 65.9 66.44 62.66 54.65
kadar air x100% 0.199 0.2 0.217 0.231 0.232 0.116
kadar air rata - rata % 19.1 22.42 17.43
berat volume kering gram/cm^3 0.92 0.9 0.92

K e l o m p o k 3 | Page 33
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

C. Analisis
Analisis dilakukan untuk mengolah data yang didapatkan untuk menarik
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

4𝑐𝑑 sin 𝛽 cos ∅


Rumus Stabilitas lereng 𝐻= (1−𝑐𝑜𝑠[𝛽−∅])
𝛾𝑑

1. Perhitungan Stabilitas Lereng Asumsi Tanah Kering

Dari data uji Triaxial di peroleh

𝛾𝑑 = 11,7 g/cm³, c = 26,74 kg/cm², 𝜃 = 14,43⁰ ,

𝛾𝑑 = 12,3 g/cm³ , c = 26,46 kg/cm², 𝜃 = 10,15⁰ .

4𝐶𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝛽.𝐶𝑜𝑠𝜃


𝐻𝑐 = 𝑥(1−𝐶𝑜𝑠(𝛽−𝜃))
𝛾𝑑

4𝐶𝑑 𝑆𝑖𝑛 45.𝐶𝑜𝑠10,15


3 = 12.3 𝑥 (1−𝐶𝑜𝑠(45−10,15))

3 𝑥 12.3
Cd = 4 𝑥 3,83

Cd = 2.41

𝐶 𝑡𝑔𝜃
𝐹=𝛾 2 𝜃𝑡𝑔𝜃
+ 𝑡𝑔𝛽
𝑏 𝐻.𝐶𝑜𝑠

26,46 𝑡𝑔10,15
= 12,3 𝑋 3 𝑥 𝐶𝑜𝑠2 10,15 𝑋 𝑡𝑔10,15 + 𝑡𝑔45

= 4.23 < 1.5

Jadi, F menunjukkan stabilitas lereng aman karena nilai F = 4.24 > 1.5.

Maka, dapat disimpulkan dari penelititian diatas tentang penyebab dari


terjadinya longsor adala kemiring lereng yang terlalu curam sehingga tidak kuat
menahan stabilitas lereng terhadap beban geser.

K e l o m p o k 3 | Page 34
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2. Perhitungan Rencana DPT Secara Manual

2.1 Perencanaan Perhitungan DPT baru

Gambar 4.1 Desain DPT Baru

H=9m

𝐻 𝐻
D = 𝐵 − 6 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 = 1.2 𝑚

B = 0.5 H – 0.7 H Diambil = 4.5 m

𝐻
a = 0.3 m - 12 Diambil = 0.5 m
𝐷
b = 2 = 0.6𝑚

K e l o m p o k 3 | Page 35
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2.2 Koefisien Tekanan Aktif dan Pasif DPT

Gambar 4.2 Koefisien Tekanan Aktif Dan Pasif

𝜑
𝑘𝑎1 = 𝑡𝑔2 (45 − 2 )

14,43
= 𝑡𝑔2 (45 − )
2

= 0.601

𝜑
𝑘𝑎2 = 𝑡𝑔2 (45 − 2 )

10.15
= 𝑡𝑔2 (45 − )
2

= 0.69

2.3 Menghitung Tekanan Tanah

1
𝐸𝑎1 = (2 𝛾1 . ℎ1 . ℎ1 . 𝐾𝑎1 ) − (2𝑐√𝐾𝑎1 )

1
= (2 1.47 𝑥 702 𝑥 0.601) − (2𝑥267.4√0.601)

= 1749.91 gr/cm

𝐸𝑎2 = (𝐾𝑎2 . 𝛾1 . ℎ1 . ℎ2 ) −(2𝑐√𝐾𝑎1 )

K e l o m p o k 3 | Page 36
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

= 0,69 𝑥 1. .46 𝑥 70 𝑥 124


= 8304.64 gr/cm
1
𝐸𝑎3 = 𝛾 . ℎ . ℎ . 𝐾𝑎2 − (2𝑐√𝐾𝑎1 )
2 2 2 2

1
= (2 1.46 𝑥 1242 0.69) − (2𝑥264.6√0.69)

= 7305.3 gr/cm

𝐸𝑎4 = 𝑞. 𝐻. 𝐾𝑎

= 200 𝑥 300 𝑥 0.601

= 36062 gr/cm

Total = 𝐸𝑎1 +𝐸𝑎2 +𝐸𝑎3 +𝐸𝑎4

=1.74991+ 8.30464 + 7.3053 + 36.062

= 53.42 kN/𝑚3

2.4 Perhitungan Berat Pada DPT baru

No Berat (W) Jarak kaki Momen kaki depan


Depan (Kn.m)

1 a x (H-D) γ beton 2.9 56.38


= 0.3 x 2.7 x 24 = 19.44
0.3 x (H-D) γ beton
2 2.05 59.05
= 0.3 x 4.05 x 24 = 29.16

3 D x B x γ beton 1.42 68.16


= 0.5 x 2 x 2 x 24 = 48

4 b (H-D) γ tanah 3.55 166.78


= 1 x 2.7 x 17.4 = 46.98
Ƹ𝜔 = 143.58 Ƹm𝜔 = 350.37

Tekanan tanah aktif total(Pa) Jarak dari O (m) Momen ke O (Kn.M)


53.42 Kn/𝑚3 1.35 72.12

K e l o m p o k 3 | Page 37
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2.4.1. Stabilitas Terhadap Geser

𝐵 = 4.05 m 𝜑 = 𝛿𝑏 = 10.15

Cd = 2.41 Kn/m3

Rh = Cd.B+Ƹ𝜔 𝑡𝑔𝜑

= 2.43 x 4.05 + 143.58 x tg10.15

= 157.8 Kn/m

Ƹ𝑅ℎ 47.84
Fgs = Ƹ𝑃𝑎 = 53.42 = 0.89 > 1.5 ......OK

2.4.2. Stabilitas Penggulingan

Ƹ𝑀𝜔 350.37
𝐹𝑔1 = Ƹ𝑀𝑔1 = 72.12

4.65 => 1.5 … … . 𝑂𝐾

2.4.3. Stabilitas Terhadap Keruntuhan

Ƹ𝑀𝜔− Ƹ𝑀𝜔1 350.37−72.12


𝑋𝑒 = = = 1.94 𝑚 > 1.5 ......OK
Ƹ𝑊 143.58

𝐵 4.05
𝑒= − 𝑥𝑒 = − 1.94 = 0.085 𝑚
2 2

Lebar efektif = B’ = B – 2e = 4.05 – (2 x 0.085) = 3.88 m

A = B’ x 1 = 3.88 m x 1= 3.88 m

Gaya – gaya yang ada pada dinding

H = 53.42 kN

V = 143.58 kN

Faktor kemiringan beban

0.5𝐻
Iq = [1 − ]>0
𝑉+𝐴′ 𝐶𝑎.𝑡𝑔 Ф

K e l o m p o k 3 | Page 38
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

0.5 𝑥 53.42
= [1 − ]>0
143.58+3.88 𝑥 26.46 𝑥 𝑡𝑔 10.15

26.71
=[1 − ]>0
161.96

= (0.84)5

= 0.42 > 0 ....... OK

Ic = Iq – [(1 – Iq)/Nc. tg Ф]

= 0.42 – [(1- 0.42)/12.9 tg10.15]

= 0.42 – 0.25

= 0.17

Ф = 10.1˚ ; Nc = 38.64 ; Nq = 28.89 ; N𝛾 = 24.44

2.4.4. Menghitung kapasitas dukung ultimate

𝑄𝑢 = 𝐼𝑐. 𝐶2. 𝑁𝑐 + 𝐼𝑦. 0.5𝐵 ′ . 𝛾𝑏². 𝑁𝛾

= 0.17 𝑥 26.46 𝑥 38.64 + 0.27 𝑥 4.05 𝑥 14.6

= 506.99 kN/m²

K e l o m p o k 3 | Page 39
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

2.3.6. Kapasitas Dukung Ultimit

Kapasitas dukung ultimit dihitung menggunakan persamaan Terzaghi dengan


asumsi bahwa dinding penahan tanah merupakan pondasi memanjang.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan

𝜑 = 14.43 Nq = 4.4

N𝛾 = 2.312 Nc = 12.54

𝑄𝑢 = 𝑞. 𝑁𝑞 + 0.5 𝐵 𝛾. 𝑁𝑦

= 0 . 7,93 + 0,5 . 4,5 . 15,6 . 5.3

= 186.03

𝑉 1 3466.44 1
𝑞 ′ = 𝐵 + 12𝐵 = + 12 .4.5 = 77 𝑘𝑁/𝑚2
4,5

2.3.7. Faktor Aman Terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung

𝑞𝑢 186.03
𝐹= = = 2.42 > 1.25 … … … 𝑂𝐾
𝑞′ 77

K e l o m p o k 3 | Page 40
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

Tabel 4.5 Hasil perhitungan

No. Perencanaan Perhitungan DPT Hasil Perhitungan

1 Stabilitas terhadap geser Fgs = 2.42 > 2


2 Stabilitas Penggulingan Fg1 = 4.45 => 2
3 Kapasitas Dukung Ultimit q' = 77 Kn/m²
4 Faktor aman Terhadap F= 2.42
Keruntuhan Kapasitas Dukung
Koefisien Tekanan Aktif & Pasif Ka1 = 0.48
5 Ka2 = 0.46
Kp = 2.15
Tekanan Tanah Ea1 = 152.98 kN/m³
Ea2 = 96.61 kN/m³
Ea3 = 30.8 kN/m³
6 C1 = 27.99 kN/m³
C2 = 43.41 kN/m³
Ep = 143.96 kN/m³
Total = 65.13 kN/m³
Stabilitas Lereng Asumsi Tanah
Kering
7 Cd = 4.49
F = 1.24

K e l o m p o k 3 | Page 41
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

3) Secara Numerik

a. Kondisi Awal
Berdasarkan perhitungan secara numerik disungai yang berada didaerah
Mraen, Sendangadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan SF
(safety factor) sebesar 1,156. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi
tanah berada dalam keadaan yang tidak aman sehingga menyebabkan
terjadinya longsor

Gambar kondisi awal dengan menggunakan Geostudio 2016

Gambar hasil safety factor dengan menggunakan Geostudio 2016

K e l o m p o k 3 | Page 42
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

b. Kondisi DPT Baru


Berdasarkan perhitungan secara numeric dengan merencanakan dinding
penahan tanah yang baru disungai yang berada didaerah Mraen,
Sendangadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan SF (safety
factor) sebesar 1,294. Hal tersebut menunjukan bahwa desain dinding
penahan tanah yang direncanakan sudah memenuhi SF (safety factor)
yakni >1,2.

Gambar kondisi perencanaan DPT dengan menggunakan


Geostudio 2016

Gambar hasil safety factor dengan menggunakan Geostudio 2016

K e l o m p o k 3 | Page 43
|
Rekayasa Forensik Geoteknik | TPPIS 2015

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Melalui hasil penyelidikan dan data survey yang telah didapat, kami
menyimpulkan bahwa lokasi tersebut mengalami longsor yang disebabkan
karena curah hujan dengan intensitas sedang tetapi dalam waktu yang lama
sehingga tanah tidak mampu menahan beban guling. Maka dari itu, lokasi
tersebut membutuhkan suatu infrastruktur yang dapat menutupi penyebab
tanah longsor tersebut.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dari kelompok kami, saran yang dapat
diberikan adalah dengan membangun Dinding Penahan Tanah (DPT)
dengan 2 lapisan tanah. Diharapkan warga desa Mraen, Sendangadi,
Sleman khususnya disekitar aliran sungai untuk selalu memperhatikan
lingkungan. Lalu perlu diperhatikan jika semakin sedikit tanaman yang
ada diatas lereng, maka semakin berpotensi pula lereng mengalami
longsor.

K e l o m p o k 3 | Page 44
|

Anda mungkin juga menyukai