Anda di halaman 1dari 6

PT.

Justika Siar Publika


Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

Kontroversi Gagasan Legalisasi Ganja dan Judi di


Indonesia
Rabu, 11 May 2011

Setelah judi, kini muncul gagasan legalisasi tanaman ganja. Gagasan


sudah disampaikan secara terbuka. Mitos bahaya ganja dianggap tak
sesuai kenyataan. Hukum positif tetap melarang.

Laman Lingkar Ganja Nusantara di situs jejaring sosial facebook.

Harapan Muzakir dan Sumanto untuk tetap berdinas di lingkungan


militer pupus sudah. Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi
mereka. Kedua oknum tentara yang bertugas di Yonif 203/AK
Tangerang itu sebelumnya dihukum masing-masing 1,5 tahun penjara
plus dipecat dari dinas militer. Upaya mereka banding dan kasasi
tetap tidak mengubah sanksi yang harus mereka hadapi.

Barang yang mengubah nasib Prajurit Kepala (Praka) Muzakir dan


Prajurit Satu (Pratu) Sumanto  adalah tiga kilogram ganja. Mereka
tertangkap petugas Polres Jakarta Utara di sebuah halte bus di Jalan
RE Martadinata, Jakarta. Tiga tahun setelah penangkapan itu,
Mahkamah Agung menjatuhkan vonis tersebut.

1/6
PT. Justika Siar Publika
Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

Vonis ‘berat’ Mahkamah Agung kepada mereka yang kedapatan


membawa, memiliki, memperjualbelikan, dan mengkonsumsi ganja
bukan hanya menimpa Muzakir dan Sumanto. Puluhan bahkan
mungkin ratusan orang harus berhadapan dengan aparat penegak
hukum karena kesandung masalah ganja. Yang ikut terseret ke kursi
terdakwa bukan hanya masyarakat biasa, tetapi juga aparat penegak
hukum. Mereka terjerat pasal-pasal Undang-Undang Narkotika. Ganja
dikualifisir sebagai narkotika Golongan I.

Hingga kini, pengadilan masih menjatuhkan hukuman relatif berat


kepada orang yang membawa, mengirim, atau mengangkut ganja.
Artinya, kepada siapapun yang memenuhi kualifikasi UU Narkotika,
nyaris tidak ada ampun. Sebab, dalam hukum positif ganja masih
dianggap sebagai barang haram.

Hukum positif itulah kini yang sedang ditantang Lingkar Ganja


Nusantara (LGN). Kelompok yang lahir dari pendukung legalisasi ganja
di jaring sosial facebook ini tegas meminta agar ganja dilegalisasi. LGN
berpendapat jika ganja dilegalisasi, Pemerintah lebih mudah
mengawasi. LGN terus mengkampanyekan gagasan mereka. Bahkan
gagasan legalisasi ganja tak lagi disampaikan diam-diam, melainkan
secara terbuka.

Mereka juga membentuk Yayasan Penelitian Tanaman Ganja sebagai


badan hukum tempat bernaung. Untuk memperkuat argumentasi, LGN
mempublikasikan serangkaian studi perbandingan, termasuk mitos
bahaya ganja dan kenyataan ilmiah.

Mitos tentang ganja dapat menyebabkan kecanduan yang sangat


tinggi, misalnya. Dengan mengutip penelitian di Amerika Serikat dan
diperkuat sejumlah referensi, LGN menjelaskan sedikit sekali pengisap

2/6
PT. Justika Siar Publika
Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

ganja yang mengalami ketergantungan. LGN mengklaim Seorang


pengguna berat ganja dapat berhenti dengan mudah tanpa
mengalami kesulitan. Di mata LGN, tidak ada bukti ilmiah yang
meyakinkan bahwa ganja dapat menyebabkan kerusakan psikologis
atau penyakit mental bagi remaja dan orang dewasa.

Sebagai sebuah gagasan, usul LGN langsung mendapat reaksi dari


banyak pihak. Aliansi Masyarakat Peduli Generasi (AMPG), misalnya,
mengecam aksi LGN sebagai ‘kampanye amoral’. Aliansi memandang
apa yang dilakukan LGN sebagai upaya provokasi atas kemapanan
tatanan hukum, budaya, dan sosial masyarakat.

AMPG mendesak kepolisian dan Badan Narkotika Nasional memeriksa


para aktivis LGN. Sebab, apa yang dilakukan LGN bisa dikualifisir
sebagai perbuatan pidana jika mengacu pada UU No 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Pasal 1 angka 18 Undang-Undang ini mengatur
tentang permufakatan jahat mengorganisir perbuatan jahat.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Boy Rafli Amar, ikut
angkat suara. Menurut dia, sebagai bagian dari kebebasan
menyampaikan pendapat di muka umum, boleh saja LGN mengusung
tema legalisasi ganja. “Silakan menyampaikan argumentasi dan
alasan yang jelas kenapa dilegalkan,” ujarnya.

Boy menegaskan hukum positif Indonesia masih melarang peredaran


ganja. Kalau ada yang berpendapat sebaliknya, Boy meminta untuk
disampaikan kepada lembaga yang berwenang dan melalui
mekanisme yang berlaku. Sepanjang syarat itu dipenuhi, polisi tak
bisa melarang orang mengajukan gagasan untuk merevisi hukum
positif. “Silakan kalau mau direvisi,” kata Boy.

3/6
PT. Justika Siar Publika
Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

Pengajar hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta


Mudzakir mengakui ada narkotika yang digunakan untuk tindakan
kesehatan. Yang dikriminalisasi adalah penyalahgunaannya. Tetapi ia
tegas menolak gagasan legalisasi ganja. “Segala sesuatu yang
merusak, zat adiktif, semuanya dilarang. Tidak boleh ada toleransi,”
ujarnya kepada hukumonline.

Kalaupun ada negara, seperti Belanda, yang melegalkan konsumsi


ganja di tempat-tempat tertentu, menurut Mudzakir, kurang pas
dijadikan contoh. Filosofinya adalah tidak mengganggu ketertiban
publik. Berbeda dengan Indonesia, yang filosofi pelarangan lebih
karena mempertimbangkan dampak kerusakan akibat konsumsi ganja.
Kalau ganja dilegalkan, dampak buruknya sampai pada generasi
mendatang.

Legalisasi Judi

Gagasan untuk melegalisasi sesuatu yang selama ini ‘haram’ bukan


kali ini saja muncul. Sebelum LGN mengusung legalisasi ganja, sudah
ada gagasan melegalisasi perjudian. Bahkan gagasan itu diwujudkan
dalam bentuk permohonan pengujian pasal perjudian dalam KUHP
(pasal 303, dan 303 bis) dan UU No 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian.

Adalah Suyud dan Liem Dat Kui, dua penduduk Jakarta Pusat, yang
membawa persoalan perjudian itu ke Mahkamah Konstitusi. Hak
konstitusional Suyud dirugikan oleh berlakunya pasal-pasal perjudian
yang terwujud dalam bentuk vonis empat bulan satu minggu di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Liem Dat Kui merasa diperlakukan
tidak adil. Pada masyarakat tertentu seperti Liem, permainan judi dan
bermain taruhan sudah menjadi tradisi. Dengan demikian, tradisi itu

4/6
PT. Justika Siar Publika
Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

juga harus mendapat perlindungan hukum.

Dalam permohonan yang disampaikan lewat pengacara mereka,


Suyud dan Liem berargumen omzet perjudian sangat besar sehingga
melihat perjudian jangan melulu secara hitam putih, baik buruk,
melainkan juga kemanfaatannya bagi negara melalui pajak. Legalisasi
perjudian dan lokalisasinya adalah solusi paling realistis di mata
pemohon. Argumentasi Suyud dan Liem pada akhirnya ditepis, dan
Mahkamah Konstitusi menolak seluruh permohonan mereka.

Sebenarnya, gagasan legalisasi perjudian bukan hanya datang dari


Suyud dan Liem. Secara ilmiah, M Azis Syamsudin –kini anggota
DPR—pernah mengajukan gagasan ‘dekriminalisasi perjudian’.
Dekriminalisasi perjudian mengandung arti, proses menghilangkan
sifat dilarang dan diancam pidana dari suatu tindak pidana yang
semula merupakan tindak pidana menjadi tindakan yang tidak
dilarang dan tidak diancam pidana.

Tak tanggung-tanggung, gagasan Azis disampaikan melalui disertasi


doktornya dalam bidang ilmu hukum di Universitas Padjadjaran
Bandung. Azis menggunakan teori hukum dan pembangunan sebagai
dasar mengajukan gagasan dekriminalisasi perjudian. Dengan teori ini,
hukum –termasuk hukum pidana-- harus dipandang sebagai sarana
pembaruan masyarakat. Dalam konteks ini, perjudian telah melahirkan
berbagai jenis bisnis seperti hotel, toko, jasa boga, transportasi, dan
taman rekreatif lainnya.

Legalisasi ganja dan dekriminalisasi judi merupakan dua gagasan yang


mengundang kontroversi. Meskipun banyak ditentang, satu hal yang
pasti, gagasan itu berusaha disampaikan secara ilmiah dan terbuka.

5/6
PT. Justika Siar Publika
Puri Imperium Office Plaza, Jl. Kuningan Madya Kav 5-6 Kuningan Jakarta 12980,
Telepon: (62-21) 83701827 / Faksimili: (62-21) 83701826
E-mail: redaksi@hukumonline.com

Seperti kata Boy Rafli Amar, sah-sah saja menyampaikan gagasan.


Tetapi hukum positif Indonesia sampai sekarang masih memandang
mengkonsumsi ganja dan bermain judi sebagai perbuatan pidana.

6/6

Anda mungkin juga menyukai