Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONJUNGTIVITIS BLENNORRHEAE

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kmb II

Dosen pengampu :Mugi Hartoyo, MN

DISUSUN OLEH :

Aulia Khilda K P1337420617056 Tania Setyo C P1337420617067


Citraningrum P. K P1337420617058 Devi Lailin Najah P1337420617068
Nais Ziyan Milah P1337420617059 Sheilla Ratu B. H P1337420617075
Fauzy Waskito Aji P1337420617060 Aullen Anggita C P1337420617077
Damar Darmawan P1337420617061 Athallah M P1337420617078
Bian Firmansyah P1337420617062 Iastinganatul M P1337420617083
Fauziyyah Febiannisa P1337420617064 Salma Eka O P1337420617087
Dwi Ajeng P P1337420617065 Widagdo Ciptaning A. M P1337420617019
Atikah Khairiyah P1337420617066

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keperawatan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ............................................................................................... 3
2.2 Etiologi ............................................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................ 3
2.4 Pathways ............................................................................................ 4
2.5 Klasifikasi .......................................................................................... 5
2.6 Manifestasi Klinis .............................................................................. 5
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 6
2.8 Pengobatan ......................................................................................... 6
2.9 Pencegahan ......................................................................................... 7
2.10 Penatalaksanaan .............................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .......................................................................................... 9
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 11
3.3 Intervensi .......................................................................................... 12
3.4 Evaluasi ............................................................................................ 16
PENUTUP .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan disertai sekret purulen
yang disebabkan kuman Neisseria Gonorhea. Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu
tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang (Yumizone.html, 11 februari 2011).
Gonoblenore adalah radang selaput lendir mata yang sangat mendadak
ditandai dengan getah mata yang bernanah yang kadang-kadang bercampur
darah yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonoroika. Proses peradangan yang
sangat mendadak pada selaput lendir mata dapat disebabkan oieh Neisseria
gonoroika, yaitu kuman-kuman berbentuk bulat, yang sering menjadi penyebab
uretritis (radang saluran kemih) pada pria dan vaginitis (radang kemaluan) pada
wanita. Proses ini dapat menyebar ke organ di sekitarnya (Sidharta Ilyas. 2001 ).
Dan tanda vaginitis pada wanita adalah adanya getah yang keluar lewat
kemaluan bernanah. Penyakit Gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa
inkubasi(massa mulai masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit) dapat
terjadibeberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utamanya adalah: mata merah
bengkak,dengan getah mata seperti nanah kadang bercampur darah. Laju infeksi
dapat dikurangi dengan menghindari hubungan seksual dengan sembarang orang
(bukan istri atau suaminya).
Pembasmian GO (Gonokkus) dengan cepat dari individu yang terinfeksi
dengan cara diagnosa dini dan pengobatan, dan penemuan kasus dan kontak
melalui pendidikan dan penyaringan penduduk yang mempunyai resiko tinggi.
Proses peradangan yang sangat mendadak pada selaput lendir mata .
Proses ini juga dapat menyebar ke organ di sekitarnya yaitu saluran telur,
yang lama-kelamaan dapat berakibat kemandulan. lnfeksi pada mata ini dapat
terjadi karena adanya kontak langsung antara neisseria pada kemaluan dengan
lapisan mata luar.

1
1.2 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian, tanda dan gejala dari Gonoblenore
2 Untuk mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit Gonoblenore
3 Untuk menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit
Gonoblenore
1.3 Manfaat
1 Agar dapat mengetahui pengertian, tanda dan gejala pada dari
Gonoblenore.
2 Agar dapat mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit
Gonoblenore.
3 Agar dapat menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada
penyakit Gonoblenore.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gonoblenore adalah suatu manifestasi dari penyakit infeksi konjungtiva
mata yang pengertiannya sendiri adalah radang selaput lendir mata yang sangat
mendadakditandai dengan getah mata yang bernanah yang kadang-kadang
bercampurdarah yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonoroika (Brunner and
suddarth. 2001).

2.2 Etiologi
Gonoblenore yang disebabkan kuman “Neisseria gonoroika” sangat
berbahaya sebab dapat menembus kornea mata yang utuh, ini dikarenakan kuman
ini mempunyai enzim-enzim penghancur yang dapat merusak (menghancurkan
kornea).Biasanya dalam waktu 2-3 hari jika terlambat dalam pengobatan maka
komea sudah hancur.Jika kornea hancur maka jelas dari penglihatan akan sangat
turun. Di samping itu jika tidak segera diobati maka kuman akan dapat menjalar
ke seluruh isi bola mata. Jika sudah begini maka semua bola mata harus diangkat
(diambil) sehingga penderita ronggamatanya akan kosong karena tidak ada isinya.

2.3 Tanda dan gejala


Penyakit Gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi
(massa mulai masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit) dapat terjadi
beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utamanya adalah:
mata merah bengkak, dengan getah mata seperti nanah kadang bercampur darah.
Bayi urnur kurang dari 1 tahun juga bisa terkena penyakit ini, biasanya
didapatkan karena tertular oleh ibunya, pada waktu melewati jalan
lahir. Namun pada bayi ini biasanya yang kena kedua mata langsung. Bayi umur
kurang dari 5 tahun bila terkena, biasanya ada kontak dengan orang tuanya.
Pengobatan Gonoblenore ini harus benar-benar intensit, sebab jika tidak, dapat
terjadi pecahnya kornea (Wijana, Nana. 1990).

3
2.4 Path way
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :

2.4.1 Stadium Infiltratif.


Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang
berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran
hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore
dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya (www.Asuhan-
keperawatan-askep-infeksiGonoblenorea .html)
2.4.2 Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih
bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme.
Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya
mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang
merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra

4
dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar
muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai
sekret mengenai mata pemeriksa .
2.4.3 Stadium Konvalesen (penyembuhan).
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit
bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi
injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,
sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita
penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan
penyakit kelamin sendiri.
Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan
masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva
dan konjungtiva kemotik.
2.5 Kasifikasi
 Penyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia
neonatorum, akibat infeksi jalan lahir.
 Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau pada anak-anak
yang disebut konjungtivitis gonore infantum.
 Bila mengenai orang dewasa biasanya disebut konjungtivitis gonoroika
adultorum.

2.6 Manifestasi Klinis


Pada bayi dan anak
 Gejala subjektif : (-)
 Gejala objektif :
Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat
serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata
membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva
tarsal.Konjungtiva bulbi merah.Konjungtivitis gonore (gonoblenore) pada bayi.
Pada orang dewasa
 Gejala subjektif :

5
 Rasa nyeri pada mata.
 Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
 Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan
biasanya mengenai mata kanan.
 Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi
mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu
kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih
menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Pada orang dewasa
infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.
 (Wijana, Nana. 1990)

2.7 Pemeriksaan penunjang


 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung
sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab
dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. untuk membedakannya
dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang
meningokok test maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka
kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok,
maka harus segera diobati.

2.8 Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %).
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena
virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,

6
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %,
rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

2.9 Pencegahan
Kuman GO (Gonoroika) tersebar luas di dunia. Penyakit hampir semata-
mata dipindahkan dengan kontak seksual, terutama oleh wanita dan laki-laki yang
mempunyaiinfeksi menahun yang tidak tampak gejalanya. Sekali berhubungan
denganpasangan seksual yang terinfeksi kemungkinannya 20-30% (atau lebih
besar) akan terkena infeksi. Laju infeksi dapat dikurangi dengan:
1. Menghindari hubungan seksual dengan sembarang orang (bukan istri atau
suaminya).
2. Pembasmian GO (Gonokkus) dengan cepat dari individu yang terinfeksi
dengan cara diagnosa dini dan pengobatan.
3. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular
seksual.
4. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir
(harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
5. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi
dan pemberian kloramfenikol salep mata.
6. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif
saat melahirkan.
7. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir
dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.
8. Penemuan kasus dan kontak melalui pendidikan dan penyaringan
penduduk yang mempunyai resiko tinggi.
9. GO pada bayi dicegah dengan pemberian obat lokal zat bakterisidat
terhadap Gonokokus bila terjadi kontak pada selaput lender mata bayi-bayi
yang baru lahir, misalnya perak nitrat 1%.

7
2.10 Penatalaksanaan
1. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau
dengan garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin
setiap ¼ jam. Penisillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan
penisillin (caranya : 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap 1 menit sampai 30
menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit., disusul
pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
2. Tetes mata penisillin tiap 30 menit, kemudian salf setiap 5 menit selama
30 menit.
3. Disusul salf penisillin tiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotik sistemik
4. Pencegahan dengan membersihkan mata bayi baru lahir dengan lar Borisi
dan salf kloramfenikol.
5. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan
suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
6. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonoblenore.
7. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat
setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
8. Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone
(Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
GONOBLENORE

3.1 Pengkajian
1. Biodata /identitas klien meliputi :
a. Nama
b. Umur
semua kalangan usia dapat terjangkit penyakit ini, Bayi umur kurang dari
1 tahun juga bisa terkena penyakit ini, biasanya didapatkan karena tertular oleh
ibunya, pada waktu melewati jalan lahir. pada bayi ini biasanya yang kena kedua
mata langsung).
c. Jenis kelamin
d. Suku bangsa
e. Pekerjaan
f. Pendidikan
g. Status menikah ( karena salah satu etiologi dari gonoblenorea adalah
seksual, berganti2 pasangan).
h. Alamat
i. Tanggal MRS
j. Diagnosa medis.

2. Keluhan utama, Tanyakan kepada klien adanya keluhan meliputi:


a. Nyeri.
b. Mata berdapat secret.
c. Mata merah dan bengkak
d. Pada saat sakit mata pernah mengeluarkan getah mata (nanah yang
bercampur darah).
e. pada daerah konjungtiva terdapat purulen.
f. Terdapat Perdarahan pada sub konjungtiva

9
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan Gonoblenorea biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti: mata memerah seperti konjungtivitis akut dan bengkak atau sampai
bernanah dan mengeluarkan darah., serta terdapat penurunan tajam penglihatan
karena pada gonoblenorea kuman dapat menembus kornea sehingga bila tidak
segera dilakukan tindakan kuman dapat menghamcurkan kornea sehingga
penglihatan akan mengalami penurunan yang siknifikan.tidak lupa pada wanita
yang sedang hamil tanyakan riwayat gonore dan status pernikahan.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti: apakah
klien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama, “kalaupun sudah yang
kedua kalinya tanyakan” apakah sampai mengalami penurunan penglihatan dan
apakah diderita pada ke dua organ matanya, serta apakah terdapat penyakit
metabolic “ diabetes mellitus” atau pernah mengalami gonore (berganti
pasangan).
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga apakah ada yang mengalami penyakit yang sama, atau
terdapat penderita penyakit menular.
d. Riwayat psikologi
Klien gonoblenorea cemas dan merasa takut pada penyakit ini, klien sering
merasa terganggu karena organ visus selalu mengeluarkan purulen atau bahkan
darah yang disertai nanah, dan selalu merasa takut untuk kehilangan tajam
penglihatan.

10
4. Pemeriksaan fisik
a. Ketajaman penglihatan
Uji ketajaman penglihatan merupakan bagian dari setiap data dasar pasien.
Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata ( snellen ) dengan jarak 6 meter.
a) Palpebra superior
Merah, sakit jika ditekan
b) Palpebra inferior.
Bengkak, merah, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit ,
ditekan keluar secret kental atau bahkan padat berwarna kuning pada bayi, pada
orang dewasa secret kental, biasanya bercampur darah yang kelua secara terus
menerus.
b. Konjungtiva tarsal superior dan inferior Inspeksi adanya :
a) konjungtiva mengalami peradangan
b) kinjungtiva edema (bengkak) dan lebih menonjol.
 Membran sel di depan mukosa konjungtiva yang bila diangkat akan
berdarah.
 terdapat purulen bahkan nanah dan darah.
 konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan
menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan dan pembengkakan pada
2. Resiko infeksi b/d proses peradangan mendadak pada daerah konjungtiva
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan organ visus atau keterbatasan
penglihatan
4. Gangguan integritas jaringan b/d pembengkakan pada daerah kelopak
mata.
5. Kecemasan b/d faktor fisiologis dari pernyakit, perubahan status
kesehatan : adanya nyeri, kemungkinan terjadinya penurunan penglihatan
atau kenyataan terjadinya kehilangan penglihatan.(Carpenito, Lynda Juall.
2000).

11
3.3 Intervensi dan Rasional
1. Dx. 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan dan pembengkakan pada
daerah konjungtiva
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan klien
merasa nyeri berkurang.
b. Kriteria hasil
a) Nyeri berkurang.
b) Klien merasa nyaman
c) Ekspresi wajah tidak tampak kesakitan.
d) Keadaan umum baik.

c. Intervensi Dan Rasional


a) I : Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
R : Untuk mengetahui tingkat skala nyeri yang dirasakan klien.
b) I : Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
R : Untuk mengurangi ketegangan otot okuli.
c) I : Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
R : Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien
denganmengurangi stressor yang berupa kebisingan.
d) I : Anjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok mata yang sakit
terutama dengan tangan
R : Untuk mengurangi iritasi atau proses infeksi pada daerah visus.
e) I :Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
R : Untuk memberikan terapi yang tepat dan sesuai kepada klien.

12
2. Dx. 2
Resiko infeksi b/d proses peradangan mendadak pada daerah konjungtiva
a. Tujuan
Mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
b. Kriteria hasil
Proses penyebaran infeksi tidak terjadi.
c. Intervensi Dan Rasional
a) I : Kaji tanda-tanda infeksi
R : Mengetahui seberapa tingkat keparahan dari infeksi.
b) I : Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar ( lakukan irigasi).
R : Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi
bersih serta meminimalkan terjadinya infeksi.
c) I : Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
R : Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi
d) I : Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
R : Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat
atau perawat ke pasien.
e) I :Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/
mengobati mata.
R : Meminimalkan terjadinya infeksidan penularan.
f) I :Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang
sakit kemudian yang sehat
R : Meminimalkan adanya banteri yang amsuk serta mencegah
terjadinya infeksi berualang.
g) I :Anjurkan keluarga untuk memisahkan handuk, lap atau sapu
tangan.
R : Untuk meminimalkan terjadinya penularan pada keluarga klien.
h) I : Kolaborasi dengan tim medist untuk memberikan terapi antibiotic
R :Untuk memberikan terapi dan tindakan yang tepat pada klien serta
untuk mengurangi terjadinya infeksi.

13
3. Dx. 3
Resiko tinggi cedera b/d penurunan organ visus atau keterbatasan
penglihatan
a. Tujuan
a) Klien mampu mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan yang terjadi.
b) Klien dapat mengontrol aktivitas yang dapat mengakibatkan dirinya
cedera.
c) Mampu mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
b. Kriteria hasil
a) Cedera tidak sampai terjadi.
b) Mampu berkompensasi dengan keadaanya sekarang.
c. Intervensi dan rasional
a) I :Kaji tingkat ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua
mata terlibat.
R :mengetahui tingkat kenormalan visus klien serta mengetahui
tingkat perjalanan atau prognosis penyakit.
b) I :Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membungkuk
R :Menurunkan resiko jatuh (cedera).
c) I :Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
R :Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian
d) I :Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan seperti kurangi kekacauan, ingatkan
memutar kepala ke subjek yang terlihat dan perbaiki sinar suram
R :Untuk meningkatkan kenyamanan dan ketenanagan klien serta
untuk memudahkan klien meningat tempat yang diingikan

e) I :Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat

14
menimbulkan kecelakaan
R :Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi
pasien.
f) I :Anjurkan keluarga untuk mengawasi / menemani pasien saat
melakukan aktivitas.
R :Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan
g) I :Anjurkan keluarga untuk mendekatkan benda-benda yang sangat
dibutuhkan klien.
R :Untuk mempermudah klien menjangkau benda yang diinginkan.
4. Dx. 4
Kecemasan b/d faktor fisiologis dari pernyakit, perubahan status
kesehatan : adanya nyeri, kemungkinan terjadinya penurunan penglihatan atau
kenyataan terjadinya kehilangan penglihatan.
a. Tujuan
Setelah diberikan HE diharapkan klien dapat meminimalkan ancietas
b. Kriteria hasil .
a) Klien menunjukkan menurunnya pernyataan-pernyataan yang
berhubungan dengan kecemasan.
b) Klien tidak menunjukkan sikap gelisah.
c. Intervensi Dan Rasional
a) I : Kaji tanda dan gejala ansietas.
R : Membantu dalam mengidentifikasi berat ringannya ansietas
b) I : Berikan informasi yang akurat dan jujur
R : Untuk mengurangi ansietas dan meningkatkan pengetahuan tentang
perjalanan penyakitnya.
c) I : Beri penjelasakn tentang perjalanan penyakit.
R : Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
d) I : Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi kepada klien.
R : Untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan.
e) I : Beri dukungan moril berupa do’a

15
3.4 Evaluasi
1. Pemahamani faktor yang dapat memungkinkan dapat menimbulkan
cedera.
2. Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko dan melindungi diri dari cedera.
3. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
4. Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.
5. Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
6. Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.

16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC

Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI
Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Penerbit: EGC, Jakarta.

www. Asuhan-keperawatan-askep-infeksi Gonoblenorea .html


http//.KONJUNGTIVITIS GONORE DAN PENATALAKSANAANNYA «
Yumizone.11 januari 2011, html
www. google.com

17

Anda mungkin juga menyukai