Acute Myeloid Leukaemia
Acute Myeloid Leukaemia
Oleh:
Pembimbing:
RSUP SANGLAH
2017
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya laporan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang berjudul
“Acute Myeloid Leukaemia” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
ini dibuat dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah
Denpasar. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa laporan PBL ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Akhir kata, semoga laporan PBL ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacara
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Leukimia adalah kanker yang berasal dari sel-sel yang normalnya akan
menjadi sel-sel darah. Leukimia sendiri dapat terjadi secara akut ataupun kronik
yang bergantung pada cepatnya penyakit muncul dan berkembang. Sel-sel darah
sendiri yang menjadi komponen dari darah diprodukdi pada sumsum tulang dan
berasal dari stem cell. Stem cell ini yang akan berdiferensiasi menjadi berbagai
jenis sel-sel darah ini terdiri atas 2 jenis yaitu limfoid dan mieloid. Stem cell tipe
limfoid nantinya akan berkembang menjadi sel-T, sel-B, sel NK (Natural Killer).
Sedangkan stem cell mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel
darah putih (neutrofil, eosinofil, basofil, dan monosit) dan platelet.1,2
Terdapat 4 tipe utama dari leukimia yaitu : (1) Acute Myeloid Leukaemia
(AML); (2) Acute Lymphoblastic Leukaemia (ALL); (3) Chronic Myeloid
Leukaemia (CML); (4) Chornic Lymphocytic Leukaemia (CLL).Keempat tipe
leukimia ini secara lebih lanjut kemudian akan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa
subtipe. Penanganan yang akan diberikan tergantung pada pembagian ini.2,3
Leukemia mieloid akut (Acute Myeloid Leukemia/ AML), nama lain
penyakit ini antara lain leukemia mielositik akut, leukemia mielogenou sakut,
leukemia granulositik akut, dan leukemia non-limfositik akut. Istilah akut
menunjukkan bahwa leukemia dapat berkembang cepat jika tidak diterapi dan
berakibat fatal dalam beberapa bulan. Istilah myeloid sendiri merujuk pada tipe
sel asal, yaitu sel-sel myeloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah
merah, atau trombosit).1,4
Di AS, diperkirakan ada sekitar 19.950 kasus baru AML dan sekitar
10.430 kematian karena AML pada tahun 2016, sebagian besar pada dewasa.1
Data di Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di Yogyakarta
adalah 8 per satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai usia,
puncaknya pada usia ≥ 65 tahun.4 Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML
sekitar 67 tahun. Berdasarkan data, AML merupakan jenis leukimia akut yang
sering ditemukan pada orang dewasa. Kurang lebih 80% kasus akut leukimia pada
orang dewasa adalah AML.1,3
8
AML ditunjukkan dengan adanya produksi berlebih dari sel darah putih
imatur yang disebut myeloblast atau leukaemicblast. Akibatnya pembentukan sel
darah normal terganggu bahkan sel darah putih imatur tersebut juga dapat beredar
melalui aliran darah dan bersirkulasi di seluruh tubuh. Karena sel-sel darah putih
yang tidak matur tersebut maka sangat sulit bagi tubuh untuk mencegah dan
melawan infeksi yang terjadi.4
Hingga saat ini penyebab pasti dari penyakit ini masih belum diketahui
secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko yang turut meningkatkan insiden
terjadinya AML. Padahal penyakit ini membutuhkan perawatan yang segera
dikarenakan penyakit ini berkembang dengan cepat. Penanganan yang diberikan
untuk pasien-pasien yang didiagnosis dengan AML bergantung pada subtipenya.
Kemoterapi merupakan terapi utama untuk AML.3,4
Gejalanya yang terkadang hanya berupa sakit kepala, lemas, gusi mudah
berdarah, ataupun memar-memar pada tubuh sering kali disepelekan oleh
masyarakat. Karena tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang yang spesifik,
perlu bagi masyarakat luas untuk mendapatkan edukasi mengenai penyakit ini,
sehingga penderita AML dapat dengan cepat mendapatkan penanganan sebelum
penyakitnya memburuk dengan cepat atau tejadi komplikasi-komplikasi lain dari
penyakit ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hematopoiesis
Hematopoiesis (hemopoiesis) merupakan suatu proses pembentukkan dan
perkembangan sel-sel darah. Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap
dalam keadaan homeostasis. Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia
berpindah-pindah sesuai dengan umur : (1) yolk sac (umur 0-3 bulan intrauterin);
(2) hati dan lien (umur 3-6 bulan intrauterin); (3) sumsum tulang (umur 4 bulan
intrauterin – dewasa). Darah memiliki peranan yang penting bagi kehidupan
manusia. Selain meregulasi pH, temperatur, serta mengatur transport zat-zat dari
dan ke jaringan, darah juga melakukan perlindungan dengan cara melawan
penyakit. 5,7
Fungsi-fungsi ini dikerjakan secara terbagi-bagi oleh komponen-
komponen darah, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah adalah cairan yang
berada di kompartemen ekstraselular di dalam pembuluh darah yang berperan
sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans lainnya. Sedangkan sel darah
merupakan unit yang mempunyai tugas tertentu. Sel-sel darah yang terdiri dari
eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui mekanisme hematopoiesis
tersebut. 5,7
Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang
spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan
pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah
tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Proses
hemopoiesis pada dewasa hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan
ujung proksimal dari humerus dan femur. 5,7
Sel induk yang paling primitif yang akan berkembang menjadi sel-sel
darah adalah pluripotent stem cells yang berada pada sumsum tulang dan berasal
dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan hanya sekitar
1 sel dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan
untuk berkembang menjadi beberapa turunan yang berbeda melalui proses
10
Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada
di sumsum tulang tersebut membentuk commited stem cell. Sel induk yang
termasuk dalam golongan ini adalah myeloid stem cell dan lymphoid stem cell.
Setiap satu sel induk diperkirakan mampu memproduksi sekitar 106 sel darah
matur setelah melalui 20 kali pembelahan sel. 5,7,8
Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang dan
kemudian membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil.
Sedangkan lymphoid stem cell akan berkembang menjadi sel T, Sel B dan sel NK
(Natural Killer). Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang namun
proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan limfatik. Selama proses hemopoiesis,
sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Sel progenitor
(unipotent stem cell) tidak dapat berkembang membentuk sel namun membentuk
elemen yang lebih spesifik yaitu colony-forming unit (CFU). Terdapat beberapa
jenis CFU yang diberi nama sesuai sel yang akan dibentuknya, misalnya CFU-E
membentuk eritrosit, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit.5,7,8
Berikutnya, lymphoid stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid
yang belum berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai
blast. Sel-sel ini akan berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Beberapa
hormon yang disebut hemopoietic growth factors bertugas dalam meregulasi
proses diferensiasi dan proliferasi dari sel-sel progenitor tertentu. Berikut adalah
beberapa contohnya : (1) Erythropoietin atau EPO meningkatkan jumlah
prekursor sel darah merah atau eritrosit. EPO diproduksi oleh sel-sel khusus yang
terdapat di ginjal yaitu peritubular interstitial cells; (2) Thrombopoietin atau TPO
merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang menstimulasi pembentukan
platelet atau trombosit; (3) Sitokin adalah glikoprotein yang dibentuk oleh sel,
seperti sel sumsum tulang, sel darah, dan lainnya. 5,7,8
11
a. Neutrofil
12
b. Eosinofil
Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan
meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki
granula sitoplasma yang kasar dan besar.Sel granulanya berwarna merah
sampai merah jingga (gambar 2.4. hapusan sumsum tulang dengan
perbesaran 1000x).Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan
beredar hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat
eosinofil menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya.Dalam darah
normal, eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah
sel darah putih.
c. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu
kurang dari 1% dari jumlah sel darah put ih. Basofil memiliki sejumlah
granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna
keunguan sampai hitam (gambar 2.5. hapusan sumsum tulang dengan
perbesaran 1000x). Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast,
mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang
cedera dan heparin untuk membantu mencegah pembekuan darah
intravaskular.
13
2.2.2. Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit
terdiri dari limfosit dan monosit.
a. Limfosit
Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil,
berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi dalam reaksi
imunitas.Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru (gambar 2.6. hapusan
sumsum tulang dengan perbesaran 1000x). Terdapat dua jenis limfosit
yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur
panjang, dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak bergantung timus,
tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah bening. Limfosit T
bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui pembentukan
sel yang reaktif antigen sedangka n limfosit B, jika dirangsang dengan
semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan
hormonal.
b. Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel
darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah.Intinya
terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar,
warna biru keabuan yang mempunya ibintik-bintik sedikit kemerahan
(gambar 2.7. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).Monosit
memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan
mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.
14
2.3 Leukimia
Leukimia adalah kanker yang berasal dari sel-sel yang normalnya akan
menjadi sel-sel darah.1 Jenis kanker ini merupakan kanker pada sumsum dan
darah, merupakan keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkatan sel induk
homopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang.5 Leukimia dapat berupa leuikimia akut maupun
kronik.Istilah akut dan kronik ini berkaitan dengan mucul dan proses
perkembangan dari penyakit ini.2
2.5 Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu Negara dengan Negara lainnya, hal ini
berkaitan denga ncara diagnosis dan pelaporannya. AML mengenai semua
kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Di AS,
diperkirakan ada sekitar 19.950 kasus baru AML dan sekitar 10.430 kematian
karena AML pada tahun 2016, sebagian besar pada dewasa. Di Australia setiap
tahunnya terdapat kurang lebih 3.200 orang dewasa dan 250 anak-anak yang
didiagnosis dengan leukimia. Dari total tersebut 900 orang dewasa diantaranya
dan 50 anak terdiagnosis dengan AML. Jumlah insiden terjadinya AML
meningkat terutama pada orang-orang yang berusia 60 tahun.1,2
Data di Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di
Jogjakarta adalah 8 per satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai
usia, puncaknya pada usia ≥ 65 tahun. Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML
sekitar 67 tahun. AML sedikit lebih sering dijumpai pada pria.1AML yang lebih
banyak terjadi pada orang dewasa. Namun AML juga merupakan jenis leukimia
yang sering ditemukan pada anak-anak. Risiko terjadinya. AML meningkat 10
kali lipat dari usia 30-34 tahun sampai dengan usia 65-69 tahun. Pada otrang yang
berusia leih dari 70 tahun insidennya jarang meningkat.3
2.6 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. 5,7
18
a. Host
Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.
LMA terdapat pada umur 15-39 tahun. Insiden leukemia lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi
terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan
kelompok kulit hitam.10 Leukemia menyumbang sekitar 2% dari
semua jenis kanker. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang
leukemia daripada anak-anak.
Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21
dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga
meningkat pada penderita dengan kelainan congenital. Pada sebagian
penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara
kandung penderita naik 2-4 kali.
b. Agent
Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur
pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T.
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan.
Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
19
Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
c. Lingkungan (pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan yaitu petani dan peternak terhadap kejadian leukemia.
2.7 Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan
klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak
bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel
induk hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk
limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan
membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel
eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi
dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel
muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam
sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang
kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan
metabolisme sel dan fungsi organ. 1,2,6
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid
dan berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik
sel yang mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui
studi molekular tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui
20
progeni sel. Defek kualitatif dan kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang
berproliferasi pada gaya tak terkontrol dan menggantikan sel normal. 1,2,6
Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal.
Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke
organ lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri.
Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit
dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan
organ lainnya. 1,2,6
Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan
penekanan sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula
disebabkan oleh infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita. 1,2,6
2.8 Diagnosis
2.8.1 Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone marrow
menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai dan
atau akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada berbagai organ, Gejala pasien
leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat
berkumpulnya sel abnormal tersebut. Infeksi sering terjadi, anemia dan
trombositopenia sering berat. Durasi perjalanan penyakit bervariasi.
Beberapa pasien, khususnya anak-anak mengalami gejala akut selama
beberapa hari hingga 1-2 minggu. Pasien lain mengalami durasi penyakit
yang lebih panjang hingga berbulan-bulan.Adapun gejala-gejala umum
yang dapat ditemukan pada pasien AML antara lain 8,9.
a. Kelemahan Badan dan Malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien,
rata-rata mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa
bulan. Rata-rata didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum
simptom lain atau diagnosis AML dapat ditegakkan. Gejala ini
disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan badan ini
sebanding dengan anemia.
21
b. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita.
Seterusnya febris juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti
mengidap AML. Umumnya demam ini timbul karena infeksi bakteri
akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu febris juga
didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-tanda
infeksi lain.
c. Perdarahan
Perdarahan berupa petechiae, purpura, lebam yang sering terjadi
pada ekstremitas bawah, dan penderita mengeluh sering mudah gusi
berdarah, epitaksis, dan lain-lain. Beratnya keluhan perdarahan
berhubungan erat dengan beratnya trombositopenia.Pendarahan yang
berat lebih jarang terjadi kecuai dengan kelainan DIC.
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML.
Rasa nyeri ini disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam
jaringan tulang atau sendi yang mengakibatkan terjadi infark tulang.
b. Pembesaran organ-organ
Walaupun jarang didapatkan dibandingkan ALL, pembesaran
massa abnomen atau limfonodi bisa terjadi akibat infiltrasi sel-sel
leukemik pada penderita AML. Splenomegali lebih sering didapatkan
daripada hepatomegali. Hepatomegali jarang memberikan gejala
begitu juga splenomegali kecuali jika terjadi infark.
2. Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk menentukan
tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang digunakan
adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk sebagian
besar penanda) Tabel 2.1. 7,8
23
3. Sitogenetika
Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML
dewasa. Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas
kromosom seperti translokasi, inversi, delesi, adisi. 7,8
4. Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ
hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika
gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari
kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan
EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q. 7,8
5. Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan
penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain.Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI. 7,8
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien AML adalah berupa terapi suportif, simtomatis,
dan kausatif. Tujuan dari terapi AML adalah untuk menghancurkan sel-sel
leukimia dan membirakan sumsum tulang untuk berfungsi secara normal lagi.
Terapi suportif dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus dan
menaikkan kadar Hb pasien melalu tranfusi. Pada AML, terapi suportif tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan. Sedangkan terapi simptomatis diberikan
untuk meringankan gejala klnis yang muncul seperti pemberian penurun panas.
Yang paling penting adalah terapi kausatif, dimana tujuannya adalah
menghancurkan sel-sel leukemik dalam tubuh pasien AML. Terapi kausatif yang
dilakukan yaitu kemoterapi.1,2
26
2.10 Prognosis
AML yang tidak diterapi bersifat fatal dengan median survival 11-20
minggu. Saat ini penyakit ini sembuh (tidak terjadi kekambuhan dalam 5 tahun)
pada 35-40% pasien dewasa usia ≤ 60 tahun dan 5-15% pasien usia > 60 tahun.
2.11 Pencegahan
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri pada daerah pinggang kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien ditemui dirumahnya sudah dalam keadaan membaik dan
sehat. Pasien pulang dari RSUP Sanglah pada tanggal 30 April 2017. Pasien
dirawat di Rumah Sakit pada tanggal 15 April 2017 dengan keluhan nyeri
pinggang terutama pada daerah sebelah kiri. Keluhan nyeri pada pinggang
dikelukan sejak Desember 2016 (±4 bulan yang lalu) sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya nyeri pinggang seperti rasa ngilu dirasakan hilang timbul dan
memberat ketika beraktivitas. Sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit pasien merasakan nyeri pinggang dan nyeri pada bokong (tulang ekor)
seperti rasa ngilu yang menetap dan menjalar ke tungkai bawah kanan dan
kiri hingga ketumit, serta tidak membaik dengan istirahat. Keadaan ini
membuat pasien kesulitan untuk tidur dan beristirahat.
30
THT
Telinga : bentuk dalam batas normal
Hidung : bentuk dalam batas normal
Tenggorokan : tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Leher : JVP PR +0 cmH2O
Thorak
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kiri: MCL S ICS 5
Batas kanan: PSL D
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur tidak ada
Po
Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vokal Fremitus N/N
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Vesikuler ⁄ , Rhonki ⁄ , Wheezing ⁄
Abdomen
Inspeksi : Distensi (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Status Lokalis
Regio Femoralis dan Cruris Dextra Sinistra
Inspeksi : Tampak merah kebiruan pada paha bagian depan serta
betis bagian depan dan samping luar, edema(-), deformitas
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
Regio Brachii dan Antibrachii Dextra Sinistra
33
Inspeksi : Tampak merah kebiruan pada lengan atas dan tangan dan
samping luar edema (-) deformitas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
Regio Beck Dorsal
Inspeksi : Tampak merah kebiruan pada punggung, edema (-)
deformitas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
Klinis Neurologis
Lateralisasi Tenaga :-
Gangguan Sensibilitas :-
Gangguan Otonom :+
Laseque : -/+
Bragard : -/+
Sicard : -/+
Pattrick : +/+
Kontrapattrick : +/+
3.5. DIAGNOSIS
− Acute Myeloid Leukaemia M2 post chemotherapy reinduksi Citarabine
Seri I (22/2/2017)
− Suspect Neuropathy et causa suspect chemotherapy II
− Low Back Pain dengan Red Flag (AML)
3.6. PENATALAKSANAAN
Terapi
− IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
− Diet bebas
− Paracetamol 1000mg @8 jam IO
− Rencana melanjutkan siklus/seri II kemoterapi high dose Citarabine
− Protokol Kemoterapi
o Premedikasi Kemoterapi Ondancetron 8 mg I.V
− Konsul TS Neuro:
Amitriptilin 12,5 mg @12 jam IO
Vitamin B1 B6 B12 1 Tab @ 8 jam IO
Bladder Training
Monitoring
− Tekanan darah, nadi, suhu, laju pernapasan
− Keluhan
− Cairan Masuk-Cairan Keluar
− Alergi dan sesak post kemoterapi
Rencana Diagnostik
− Blood smear
− Rencana kemoterapi reinduksi
KIE
− Menjelaskan penyakit yang dialami pasien dan rencana terapi kepada
pasien dan keluarga.
36
BAB IV
DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH
2. Secara umum, pasien masih belum banyak tahu tentang penyakitnya yang
baru saja ditegakkan diagnosisnya beberapa bulan lalu ini. Hal ini
38
5. Pasien mengatakan sering tidak dapat tidur pada malam hari dan susah
untuk memulai tidur dikarenakan pasien selalu memikirkan masalah
penyakitnya disertai rasa nyeri dan tidak nyaman dengan kondisinya
sekarang. Pasien mengatakan setiap malam pikirannya akan menerawang
sehingga pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, seluruh keluarga
pasien dikatakan selalu memberikan dukungan dan suami pasien selalu
menemani pasien saat dirawat di rumah sakit sebelumnya, sehingga
pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang pasien sudah cukup
terpenuhi.
6. Status gizi pasien termasuk dalam status gizi kurang dan harus
dipertahankan. Namun, pasien mengaku jarang berolahraga dan bahkan
aktivitas sehari-hari pasien sekarang lebih terbatas di dalam rumah akibat
lemas yang masih dirasakan oleh pasien.
7. Pasien tinggal di lingkungan yang jauh dari fasilitas kesehatan umum yang
dapat membantunya dalam menjalankan pengobatan sehingga pasien harus
pulang pergi Lombok-Bali untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien.
39
Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali. Menu
makan pasien tidak selalu sama, namun dapat dibuat gambaran umum menu untuk
masing-masing jadwal makan sebagai berikut:
40
Distribusi Makanan
Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2
porsi makanan selingan, yaitu:
Waktu
Karbohidrat Protein Lemak
Makan
Makan Pagi Nasi putih 1 ¼ Protein hewani Daging ayam
gelas Daging ayam goreng 1 goreng 1 ¼
potong potong
Protein Nabati
Tempe goreng 3 potong
sedang
Selingan 1 Roti coklat 2 ½ potong
Makan Nasi putih 1 ¾ Protein hewani Telur ayam 2 ½
siang gelas Daging sapi 1 potong butir
Protein Nabati Daging sapi 1
Tempe 4 potong sedang potong
Selingan 2 Roti manis 2 potong
Pepaya 2 potong sedang, Pisang 2 biji
Makan Nasi putih 1 ½ Protein hewani Daging ayam
Malam gelas Daging ayam paha 1 paha 1 potong
potong Telur ayam 2
Ati ayam 2 ½ potong butir
Protein Nabati
Tahu goreng 3 potong
sedang
2. Kegiatan fisik
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Namun sebelumnya,
pasien dikatakan bekerja sebagai seorang guru di sekolah Muhammadyah
di Lombok Tengah. Setelah sakit pasien sudah tidak dapat membantu
suaminya untuk menambah penghasilan dan hanya tinggal di rumah.
Aktivitas yang biasa dilakukan di rumah adalah menyapu, memasak dan
terkadang membersihkan kamar mandi. Tetapi hal tersebut untuk sekarang
tidak dilakukan oleh pasien karena kondisi pasien yang masih dalam
pemulihan. Aktivitas di luar rumahpun sekarang tidak dilakukan oleh
pasien. Padahal sebelumnya dikatakan, pasien cukup aktif mengikuti
berbagai kegiatan.
pengobatan penyakit ini. Jarak dari rumah kost pasien ke RSUP Sanglah
kurang lebih 1 km. Jadi, apabila pasien merasakan keluhan dapat dengan
mudah menuju ke Rumah Sakit. Transportasi yang biasa digunakan pasien
untuk menuju tempat pelayanan kesehatan adalah berjalan kaki atau sewa
motor.
4. Lingkungan
Pasien tinggal di rumah kost bersama suaminya, di Jalan Nusa
Penida No.1 Denpasar. Di rumah kostan tersebut terdapat 20 kamar kost
dan orang-orang yang tinggal disana kebanyakan adalah oran-orang yang
sedang dalam pengobatan. Kamar kost pasien terletak di bagian tengah
dari keseluruhan area lingkungan tempat tinggal yakni kamar no 11.
Pasien tinggal bersama dengan suami, dan pasien belum memiliki seorang
anak setelah menikah kurang lebih 5 tahun yang lalu. Terdapat kursi di
depan kamar kost pasien yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu
dan berkumpul dengan orang-orang dalam kostan tersebut. Akses ke kost
pasien cukup mudah dengan pemukiman sekitar yang padat. Secara
keseluruhan lingkungan di rumah pasien terlihat cukup bersih. Kamar tidur
pasien kira-kira berukuran 6 x7 m2. Kamar tidur terlihat tidak tertata
dengan baik. Terlihat baju-baju yang menumpuk di sudut ruangan dan
menggantung di belakang pintu. Penerangan kamar kurang baik namun
cahaya matahari dapat masuk saat pagi dan siang hari karena jendela dan
ventilasi yang cukup. Rumah kost pasien ini beratapkan genteng dengan
tembok batako semen yang diplester dan dicat. Plafon terbuat dari triplek
kayu dan lantai dilapisi keramik. Di dalam kamar kost terdapat dapur dan
kamar mandi. Dinding dan lantai kamar mandi terbuat dari keramik dan
cat. Kamar mandi tersebut terdiri dari satu kloset duduk yang tampak
kurang bersih, satu buah bak yang rutin dikuras dan saluran pembuangan
limbah yang lancar. Pasien menggunakan sumber air PDAM untuk mandi,
mencuci baju, air minum dan keperluan memasak. Warga di sekitar rumah
kost cukup ramah dan hubungan pasien dengan tetangga dikatakan baik.
44
2. Faktor psikososial
Oleh karena penyakit AML ini merupakan penyakit yang tepat secara
perlahan akan menyerang organ vital, gejalanya hilang dan timbul dalam
waktu lama maka harus diupayakan agar pasien dapat hidup bahagia
dengan penyakitnya dengan cara tidak putus asa dalam menghadapi
penyakitnya ini dan tidak putus dalam pengobatan. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan dukungan penuh dari keluarga. Keluarga pasien
tampaknya termasuk keluarga yang harmonis sehingga pasien tidak
memiliki masalah dalam hal emosi. Pasien memperoleh cukup kasih
sayang dan perhatian, dimana interaksi pasien dengan anggota keluarga
yang lain sangat baik. Pasien saat ini sudah tidak bekerja. Secara umum,
pasien menyatakan tidak terdapat masalah atau hambatan sosial antara
45
2. Memberikan KIE
KIE diberikan agar kegiatan pasien di rumah sebisa mungkin
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pasien sendiri.Tidak melakukan
aktivitas dan pekerjaan yang berat serta berlebihan apabila pasien
mengeluh lemas. Pasien juga diberikan edukasi agar selalu menyediakan
dan membawa obat-obatan yang diperlukan saat pasien bepergian keluar
rumah untuk menghindari keterlambatan mengonsumsi obat. Serta rutin
menjalankan kemoterapi sesuai jadwal yang diberikan. Olahraga
disesuaikan dengan kondisi pasien, apabila pasien merasa mampu untuk
melakukan olahraga kecil di rumah maka dapat dilakukan begitu juga
sebaliknya, apabila pasien merasa lemas lebih baik untuk beristirahat dan
tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat lemas dan penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN
oleh pasien harus dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pasien tentunya juga
membutuhkan dukungan baik secara psikis, fisik, dan material untuk dapat
menjalankan pengobatannya dengan lancar.
49
Lampiran 1
Pintu Gerbang
KEBUN
3 KAMAR
U
RUMAH
2 KAMAR
TIDUR
HALAMAN
RUMAH 4 KAMAR
TIDUR
S
RUANG
TAMU
KAMAR KOST
PASIEN
DAPUR 1 KAMAR
50
Lampiran 2
Dokumentasi
Pasien dan DM