Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan unit struktur dan fungsional terkecil makhluk hidup. Sel
dikendalikan oleh suatu organel yaitu nukleus. Nukleus merupakan organel yang
penting karena nukleus sebagai pengendali semua kegiatan sel, tanpa adanya
nukleus maka kegiatan-kegiatan sel tidak dapat berlangsung. Tidak dapat
berlangsungnya kegiatan di sel tentu akan mengganggu fungsi jaringan serta organ
dalam tubuh kita, serta tanpa adanya nukleus maka sel tidak akan dapat hidup dalam
waktu yang lama. Dengan fungsi tersebut tentunya nukleus memiliki struktur yang
khas sebagai penompang fungsi-fungsi tersebut. Struktur nukleusakan membantu
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Nukleus memiliki bagian-bagian yang terdiri
dari selaput inti, anak inti (nukleolus), nukleuplasma, krhomatin, DNA, dan RNA.
Matriks nukleus disebut nukleoplasma. Nukleoplasma tersusun atas air,
protein, ion, enzim, dan asam inti ( asam nukleat).. Nukleoplasma bersifat gel.
Didalamnya terdapat benang – benang kromatin(benang penyerap warna). Pada
proses mitosis, benang kromatin tersusun atas protein dan DNA.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskamn masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dogma genetik?


2. Bagaimana sandi genetik (kode genetik)?
3. Apa yang dimaksud replikasi atau penggandaan?
4. Apa yang dimaksud transkripsi atau penyalinan?
5. Bagaimana kegiatan pasca transkripsi ?

ii
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian.


2. Untuk mengetahui sandi genetik (kode genetik).
3. Untuk mengetahui apa itu replikasi atau penggandaan.
4. Untuk mengetahui transkripsi atau penyalinan.
5. Untuk mengetahui kegiatan pasca transkripsi.

1.4 Manfaat

1. Mampu memaparkan pengertian dogma genetik.


2. Mampu menjelaskan sandi genetik (kode genetik).
3. Mampu menjelaskan replikasi atau penggandaan.
4. Mampu menjelaskan transkripsi atau penyalinan.
5. Mampu memaparkan kegiatan pasca transkripsi.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Dogma Genetik

Dogma sentral (dogma genetic ) adalah proses ekspresi gen yang mengikuti
tahapan-tahapan dalam info genetik yang terdiri proses dasar replikasi DNA,
transkripsi DNA menjadi RNA, dan translasi RNA menjadi protein atau
polipeptida. Dalam sentral dogma, bahwa semua sel memiliki DNA yang
merupakan kode genetik yang dapat dipergunakan untuk memproduksi protein
dengan cara memproduksi mRNA. Perlunya mRNA dalam produksi protein karena
DNA merupakan kode genetik yang sangat berharga sehingga perlu dibuat
salinannya, yaitu dengan proses transkripsi. Setelah diperoleh salinan, maka salinan
tersebut ditranslasi (diterjemahkan) menjadi urutan AA (asam amino).

1.2 Sandi Genetik

Kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA
untuk menentukan urutan asam amino pada saat proses sintesis protein. Informasi
pada kode genetik ditentukan oleh basa nitrogen pada rantai DNA yang akan
menentukan susunan asam amino yang dibawa oleh RNA mesenger ( RNAm).
Mudahnya dari susunan kode kode genetik itu ternyata bisa digunakan sebagai
bahasa sandi antar DNA dan RNA untuk mengumpulkan asam amino yang
merupakan kumpulan 3 basa nitrogen yang akhirnya bisa menjadi protein ( poly
peptida )
Semenjak tahun 1960an semakin nyata bahwa ada paling sedikit tiga residu
nukleotida DNA diperlukan untuk mengkode untuk masing-masing asam amino.
 Empat huruf kode DNA (A, T, G, dan C) dalam grup dua huruf
menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda, tidak cukup untuk mengkode 20
asam amino.

ii
 Empat basa tiga huruf menghasilkan 64 kombinasi yang berbeda.
 Genetik eksperimen awal membuktikan bahwa tidak hanya kode genetik
atau kodon untuk asam amino berupa susunan tiga huruf (triplet) dari
nukleotida tetapi juga bahwa kodon tidak tumpang-tindih dan tidak ada jeda
antara kodon residu asam amino yang berurutan. Susunan asam amino
protein kemudian digambarkan oleh suatu susunan yang linier dari kodon
triplet yang berdekatan.
 Kodon yang pertama pada susunan menetapkan suatu kerangka
pembacaan(reading frame), di mana kodon yang baru memulai pada setiap
tiga residu nukleotida.
 Ada tiga kerangka pembacaan yang mungkin untuk setiap urutan DNA yang
diberi, dan masing-masing secara umum akan memberi suatu urutan
berbeda terhadap kodon.
Pada tahun 1961 Marshall Nirenberg dan Heinrich Matthaei mengumumkan
hasil observasi yang mengusulkan terobosan pertama.
 Mereka menginkubasi polyribonucleotide polyuridylate sintetis (poly(U)
yang didesign) dengan ekstrasi E. coli, GTP, dan campuran 20 asam amino
dalam 20 tabung berbeda.
 Pada masing-masing tabung suatu asam amino yang berbeda diberi label
secara radioaktif. Poly(U) dapat dikatakan sebagai mRNA tiruan yang berisi
triplet UUU berurutan, dan triplet ini harus mempromosikan sintesis
polipeptida hanya dari salah satu 20 asam amino yang berbeda –yang dilabel
dengan triplet UUU.
 Suatu polipeptida radioaktif dibentuk di dalam salah satu dari 20 tabung,
yang berisi fenilalanin radioaktif. Nirenberg dan Matthaei menyimpulkan
bahwa triplet UUU cocok untuk fenilalanin.
 Pendekatan yang sama mengungkapkan bahwa polyribonucleotide
polycytidylate atau poly(C) sintetis mengkode formasi.
 Polipeptida yang hanya berisi prolina (polyproline), dan ilyadenylate atau
poly(A) mengkode polylysine.
 Triplet CCC mengkode daftar prolina dan triplet AAA untuk lisina.

ii
 Polinukleotida sintetik yang digunakan dalam eksperimen dibuat
sedemikian dengan aksi fosforilase polinukleotida, menganalisis formasi
polimer RNA dari ADP, UDP, CDP dan GDP.
 Enzim ini tidak memerlukan template polimer dan membuat polimer dengan
sebuah komposisi basa bahwa secara langsung mencerminkan konsentrasi
yang relatif dari precursor nukleotida 5'-diphosphate di dalam medium.
 Jika fosforilase polynukleotida diperkenalkan dengan UDP, hal ini hanya
poly(U). Jika diperkenalkan dengan suatu campuran dari lima bagian ADP
dan satu CDP, akan membuat polimer di mana 65 residu adalah adenylate
dan 61sytidylate. Polimer acak seperti itu mungkin memiliki banyak triplet
urutan AAA, sedikit triplet AAC, ACA, dan CAA, beberapa triplet ACC,
CCA, dan CAC, dan sangat sedikit; triplet CCC.
 Dengan penggunaan mRNA tiruan yang berbeda yang dibuat dari
fosforilase polinukleotida dari campuran permulaan ADP, GDP, UDP, dan
CDP yang berbeda, komposisi basa triplet yang mengkode hampir semua
asam amino diidentifikasi segera.
Adapun karakter kode genetik yaitu sebagai berikut.
1. Kode genetik ini mempunyai banyak sinonim, sehingga hampir semua asam
amino dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon. Contohnya , tiga asam
amino (arginin, serin dan leusin) masing-masing mempunyai 6 kodon
sinonim.
2. Untuk banyak kodon sinonim yang menyatakan asam amino yang sama, dua
basa permulaan dan triplet adalah tetap sedangkan basa ketiga dapat
berlainan. Contohnya , semua kodon yang dimulai dengan SS memperinci
prolin (SSU, SSS, SSA dan SSG) dan semua kodon yang dimulai dengan
AS memperinci treonin (ASU, ASS, ASA dan ASG).
3. Fleksibilitas dalam nukleotida dari suatu kodon ini dapat menolong
membuat sekecil mungkin akibat adanya kesalahan.
4. Tidak ada tumpang tindih, artinya tiada satu basa tunggal pun yang dapat
mengambil bagian dalam pembentukan lebih dari satu kodon, sehingga 64
kodon itu semua berbeda-beda nukleotidanya.

ii
5. Kode genetik dapat mempunyai dua arti, yaitu kodon yang sama dapat
memperinci lebih dari satu asam amino. Contohnya, kodon UUU biasanya
merupakan kode untuk fenilalanin, tetapi bila ada streptomycin dapat pula
merupakan kode untuk isoleusin, leusin atau serin.
6. Kode genetik tidak mempunyai tanda untuk menarik perhatian, artinya tiada
sebuah kodon pun yang dapat diberi tambahan tanda bacaan.
7. Kodon AUG disebut juga kodon permulaan, karena kodon ini memulai
sintesa rantai polipeptida.
8. Beberapa kodon dinamakan kodon non-sens (tak berarti) karena kodon-
kodon ini tidak merupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya
UAA, UAG dan UGA.
9. Kode genetik itu ternyata universal karena kode yang sama berlaku untuk
semua macam mahluk hidup.
Beberapa sifat dari kode triplet diantaranya :
1. Kode genetik ini mempunyai banyak sinonim sehingga hampir setiap asam
amino dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon. Contoh semua kodon yang
diawali dengan SS memperinci prolin,(SSU,SSS,SSA dan SSG) semua
kodon yang diawali dengan AS memperinci treosin(ASU,ASS,ASA,ASG).
2. Tidak tumpang tindih, artinya tiada satu basa tungggalpun yang dapat
mengambil bagian dalam pembentukan lebih dari satu kodon,sehingga 64
itu berbeda-beda nukleotidanya.
3. Kode genetik dapat mempunyai dua arti yaitu kodon yang sama dapat
memperinci lebih dari satu asam amino.
4. Kode genetik itu ternyata universal.
5. Tiap triplet yang mewakili informasi bagi suatu asam amino tertentu
dinyatakan sebagai kodon.Kode genetika bersifat degeneratif dikarenakan
18 dan 20 macam asam amino ditentukan oleh lebih dari satu kodon, yang
disebut kodon sinonimus.Hanya metionin dan triptofan yang memiliki
kodon tunggal.Kodon sinonimus tidak ditempatkan secara acak, tetapi
dikelompokkan.
6. Kodon sinnonimus memiliki perbedaan pada urutan basa ketiga.

ii
1.3 Replika atau Penggandaan

Salah satu tahapan penting dalam proses pertumbuhan jasad hidup adalah
proses perbanyakan bahan genetik. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal
sebagai proses replikasi. Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk
berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan. Replikasi merupakan
proses pelipatgandaan DNA. Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul
DNA untai ganda. Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel.
Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara
nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula
dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR).

Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan tunggal
dinamakan replikon. Replikasi molekol DNA dimulai dari tempat khusus yang
disebut titik mula replikasi (origins of replication), bentangan pendek DNA yang
memiliki sekuens nukletida spesifik. Kromosom E. coli, seperti banyak kromosom
bakteri lain melingkar dan memiliki satu titik mula. Berkebalikan dengan
kromosom bakteri, kromosom eukariot mungkin memiliki beberapa ratus atau
beberapa ribu titik mula replikasi. (Campbell, 2008).

Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA, yang
masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru
sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi.
Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua
arah (bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari
ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

Adapun tahapan-tahapan dalam proses replikasi adalah sebagai berikut.


1. Inisiasi
DNA dalam sel-sel eukaryotik memiliki ARCs (autonomously
replicating sequence) yang berperan sebagai asal muasal replikasi dan
mereka saling berlawanan dari asal bakterial (ORI). ARCs terdiri atas 11

ii
pasangan landasan rentetan tambah dua atau tiga rentetan nucleotida pendek
tambahan dengan 100 hingga 200 pasangan landasan sepanjang area DNA.
Grup utama dari enam protein, secara kolektif dikenal dikenal sebagai ORC
(Origin Recognition Complex), mengikat asal muasal replikasi, menandai
replikasi DNA dengan tepat pada saat waktu yang sesuai melalui siklus sel.
Pengenalan situs awal replikasi, oleh suatu protein komponen
polymerase DnaA yang dihasilkan oleh gen dnaA.
2. Terbentuknya Garpu Replikasi.
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur
yang terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk akibat
enzim helikase yang memutus ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan
kedua untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda tersebut menjadi
dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah untaian tunggal DNA.
Masing-masing cabang tersebut menjadi “cetakan” untuk pembentukan dua
untaian DNA baru berdasarkan urutan nukleotida komplementernya. DNA
polimerase membentuk untaian DNA baru dengan memperpanjang
oligonukleotida (RNA) yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut
primer.
3. Pemanjangan Untaian DNA
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
menambahkan nukleotida dalam hal ini, deoksiribonukleotida ke ujung 3′
hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata
lain, rantai DNA baru (DNA “anak”) disintesis dari arah 5’→3′, sedangkan
DNA polimerase bergerak pada DNA “induk” dengan arah 3’→5′. Namun
demikian, salah satu untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi
3’→5′, sementara untaian lainnya berorientasi 5’→3′, dan helikase bergerak
membuka untaian rangkap DNA dengan arah 5’→3′. Oleh karena itu,
replikasi harus berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut
4. Pembentukan Leading strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian
DNA disintesis dengan arah 5’→3′ secara berkesinambungan. Pada untaian

ii
ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA menggunakan ujung 3′-OH
bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA berlangsung secara
berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu replikasi.
5. Pembentukan Lagging strand
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini
disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki. Panjang
fragmen okazaki mencapai sekitar 2.000 nukleotides panjang dalam sel-sel
bakterial dan sekitar 200 panjang nukelotides dalam sel-sel eukaryotic.
Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase
dengan demikian dapat menggunakan gugus OH 3′ bebas pada primer RNA
tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5’→3′. Fragmen primer RNA
tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H dan DNA Polimerase
I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi celah yang
tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu menyambungkan fragmen-
fragmen Okazaki tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
DNA polymerases tidak mampu ‘mengisi’ ikatan covalent yang
hilang. Celah yang tersisa direkat oleh DNA ligase. Enzim ini mengkatalis
pembentukan ikatan phosphodiester antara 3’ – OH dari salah satu helaian
dari 5’-P dari helaian yang lain.DNA ligase diaktifkan oleh AMP (adenosine
monophosphate) sebagai ‘cofactor’ (faktor pengendali). Dalam E.coli, AMP
dibawa dari nucleotide NAD+. Dalam sel-sel eukaryotik, AMP ditandai dari
ATP. Ligase-ligase tidak dilibatkan dalam pemanjangan rantai; melainkan,
mereka berperan pemasang enzim-enzim untuk perekatan ‘celah’ melalui
molekul DNA.
6. Modifikasi Post-Replikasi DNA
Setelah DNA direplikasikan, dua helaian tersintesis terbaru
dipasangkan ke modifikasi enzimatik. Perubahan-perubahan ini biasanya
melibatkan penambahan molekul-molekul tertentu untuk mengkhususkan
titik-titik sepanjang helix ganda. Pada cara ini, tags sel, atau label-label,
DNA, sehingga ini bisa membedakan material genetiknya sendiri dari

ii
berbagai DNA asing yang mungkin bisa masuk ke dalam sel. Modifikasi
post-replikasi DNA mungkin juga mempengaruhi cara molekul diikat. DNA
merupakan faktor utama modifikasi dengan penambahan kelompok methyl
ke beberapa adenine dan residu-residu cytosine. Grup methyl ditambahkan
oleh DNA methylasess setelah nucleotides telah digabungkan dengan DNA
polymerases.
Penambahan methyl ke cytosine membentuk 5-methylcytosine dan
methylasi dari adenine membentuk 6-methyladine. Methyladine lebih
umum daripada methylcytosine dalam sel-sel bakterial, di mana dalam sel-
sel eukaryotik, grup methyl paling banyak ditambahkan ke cytosine.
Methylase muncul hanya pada beberapa rentetan nucleotide khusus. Dalam
sel-sel eukaryotik, sebagai contoh, methylasi secara umum muncul pada
saat cytosine berdampingan ke guanine di sisi 3’-OH (5’ P-CG-3’OH).Pola
methylasi bersifat spesifik untuk spesies yang diberikan, berperan seperti
tanda tangan untuk DNA spesies tersebut. Hal ini patut diperhatikan karena
grup methy melindungi DNA melawan perlawanan enzim-enzim tertentu
disebut ‘restriction endonucleases’ Oleh karena itu DNA asing
melalui sebuah sel dicerna dengan ‘restriction endonucleases’. Dalam sel
tertentu, ‘restriction endonucleases’ bisa memotong DNA di titik khusus
tertentu di mana DNA methylase menambah sebuah grup methyl.
Pola methylasi melindungi DNA dari cernaan oleh sel yang
memiliki endonucleases tapi tidak melawan pembatasan enzim-enzim yang
diproduksi sel-sel spesies yang lain. Pembatasan ini menyederhanakan
pertukaran DNA antar sel dari spesies yang diproduksi sel-sel spesies yang
berbeda. Methylasi DNA pada titik-titik tertentu mungkin akan berakhir
pada konversi terdekat dari B-DNA ke bentuk-bentuk Z-DNA. Dalam
bentuk B-DNA, grup-grup hydropholic methyl dari alur utama,
menghasilkan pengaturan yang tepat. Dengan mengubahnya ke bentuk Z,
grup-grup methyl membentuk area hydropholik yang membantu
menstabilkan DNA. Konversi lokal ini (dari B-DNA ke Z-DNA) mungkin
mempengaruhi fungsi beberapa gen.

ii
1.4 Transkripsi atau Penyalinan

Transkripsi adalah penerjemahan informasi yang terdapat pada DNA menjadi


RNA. Atau dalam kalimat yang sederhana adalah menghasilkan RNA dengan
cetakan berupa DNA. DNA yang mengalami transkripsi dapat memiliki satu atau
lebih gen, proses ini terjadi dalam nukleus, mitokondria, dan plastida.

Transkripsi merupakan tahap pertama dari proses sintesis protein yang


nantinya dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu translasi. Protein yang dihasilkan
dalam proses ini akan berperan sebagai enzim, hormon, maupun, komponen sel
yang penting bagi kelangsungan hidup organisme.

Proses transkripsi membutuhkan bantuan dari enzim yang disebut RNA


polimerase. Enzim ini berfungsi ntuk membuka rantai ganda DNA dan membentuk
rantai RNA dari cetakan (template) DNA yang ingin diterjemahkan. Proses
trnaskripsi dapat dibagi menjadi 3 langkah yaitu: inisiasi, elongasi, dan terminasi.

Transkripsi pada prokariota dan ekariota memiliki sedikit perbedaan, hal ini
karena perbedaan dalam komplekstitas DNA tersebut. DNA prokariota lebih
pendek dan sederhana, sedangkan DNA eukariota sangat panjang dan dikemas
sedemikian rupa dengan berbagai macam protein seperti histon.

1. Transkripsi pada prokariota


Prokariota merupakan organisme sel tunggal yang belum memiliki
membran inti dan organel bermembran. Anggota dari kelompok ini adalah
bakteri dan ganggang hijau biru. Mereka memiliki DNA inti yang tidak
terbungkus membran nukleus dan juga terdapat DNA sitoplasma dalam
bentuk plasmid.
Setiap gen pada DNA prokariota selalu diawali dengan promoter dan
di akhiri dengan terminator. Jadi strukturnya adalah sebagai berikut:
promoter-gen-terminator. Promotor dan terminator juga merupakan basa
nukleotda namun bukan bagian yang akan diterjemahkan menjadi RNA.

ii
Transkripsi bakteri dimulai ketika enzim RNA polimerase
menempel pada bagian promoter, hal ini menjadi penanda bahwa proses
transkripsi akan segera dimulai. RNA polimerase akan membuka rantai
ganda DNA dan memungkinkan terciptanya RNA dari salah satu rantai
DNA yang digunakan sebagai cetakan. Tahap ini disebut dengan inisiasi.
Setelah itu RNA polimerase akan menggabungkan nukleotida bebas
menjadi rantai RNA yang sesuai dengan cetakan. RNA polimerase akan
bergerak sepanjang gen yang akan dicetak hingga proses pembentukan
RNA selesai. Proses pembentukan RNA sepanjang cetakan DNA ini disebut
dengan tahap elongasi.
Setelah RNA terbentuk sempurna, RNA polimerase akan sampai
pada bagian terminator yang menandai berakhirnya proses transkripsi. RNA
akan terlepas dan diikuti RNA polimerase yang juga akan melepaskan diri
dari DNA tersebut. Tahap ini disebut dengan terminasi.
2. Transkripsi pada eukariota
Eukariota adalah organisme selain bakteri dan ganggang hijau biru.
Eukariota memiliki struktur DNA yang kompleks karena sangat panjang
dan dikemas sedemikian rupa dalam sel. RNA polimerase pada eukariota
tidak bisa bekerja sendiri, enzim ini harus dibantu oleh protein khusus yang
disebut oleh satu atau beberapa faktor tanskripsi.

ii
Tahap inisiasi diawali dengan menempelnya faktor transkripsi pada
promoter. Hal ini akan memicu menempelnya RNA polimerase pada
promoter, menempelnya faktor transkripsi dan RNA polimerase pada
promoter akan membentuk kesatuan yang disebut kompleks inisiasi
transkripsi. RNA polimerase akan membuka rantai ganda DNA sehingga
proses pembentukan RNA dapat berlangsung.
Proses elongasi pada eukariota sama dengan yang terjadi pada
prokariota, dimana ada sebuah rantai DNA yang menjadi cetakan bagi
terbentuknya RNA. RNA akan dibuat sepanjang cetakan tersebut oleh RNA
polimerase.
Proses terminasi terjadi ketika RNA polimerase sampai pada akhir
gen dimana akan tergentuk urutan nukleotida AAUAAA di akhir RNA.
Setelah itu suatu enzim akan memotong sepanjang 10-35 nukleotida dari
AAUAAA sehingga RNA tersebut lepas. RNA polimerase dan faktor
transkripsi-pun terlepas.

Transkripsi pada prokariota maupun eukariota akan menghasilkan mRNA,


tRNA, mupun rRNA tergantung gen mana yang ditranskripsikan. Hanya saja
khusus untuk mRNA akan menjalani proses selanjutnya berupa translasi agar dapat
menghasilkan protein. Rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan RNA disebut
template atau antisense, sedangkan rantai yang tidak digunakan sebagai cetakan
disebut sense. RNA terbentuk dari ujung 5’ menuju ujung 3’ dan pada eukariota
kecepatan transkripsi sekitar 40 nukleotida per detik. Pada RNA terdapat basa
nitogen urasil yang menggantikan posisi timin. Pada DNA, basa adenin akan
berpasangan dengan timin, namun saat membentuk RNA adenin akan menjadi
cetakan bagi urasil.

ii
1.5 Kegiatan Pasca Penyalinan

Pada prokariot proses transkripsi dan translasi berlangsung hampir secara


serentak, artinya bahwa sebelum transkripsi selesai dilakukan translasi sudah dapat
dimulai. Hal ini dapat terjadi karena pada prokariot tidak ada hambatan struktural
sel karena semua komponen transkripsi dan translasi terletak pada ruangan
sitoplasma yang sama. Sebaliknya pada eukariot transkripsi berlangsung di dalam
nucleus sedangkan translasi berlangsung di dalam sitoplasma dengan demikian
translasi baru dapat dijalankan jika proses transkripsi sudah selesai dilakukan. Jeda
waktu semacam ini disebut fase pasca transkripsi. Pada fase ini terjadi beberapa
proses yang unik pada eukariot antara lain (1) pemotongan dan penyambungan
RNA (RNA spilicing), (2) poliadenilasi (penambahan gugus poli-A pada ujung 3’
mRNA), (3) penambahan tudung (cap) pada ujung 5’ mRNA.

ii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Matriks nukleus disebut nukleoplasma. Nukleoplasma tersusun atas air,


protein, ion, enzim, dan asam inti ( asam nukleat).. Nukleoplasma bersifat gel.
Didalamnya terdapat benang – benang kromatin(benang penyerap warna). Pada
proses mitosis, benang kromatin tersusun atas protein dan DNA.
Dari makalah yang telah dibuat, dapat ditaik kkesimpulan sebagai berikut.
1. Dogma sentral (dogma genetic ) adalah proses ekspresi gen yang mengikuti
tahapan-tahapan dalam info genetik yang terdiri proses dasar replikasi DNA,
transkripsi DNA menjadi RNA, dan translasi RNA menjadi protein atau
polipeptida.
2. Kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA
untuk menentukan urutan asam amino pada saat proses sintesis protein.
3. Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA.
4. Transkripsi adalah penerjemahan informasi yang terdapat pada DNA menjadi
RNA.
5. Pada prokariot sebelum transkripsi selesai dilakukan translasi sudah dapat
dimulai. Sebaliknya pada eukariot translasi baru dapat dijalankan jika proses
transkripsi sudah selesai dilakukan.

3.2 Saran

Beberapa saran yang ditujukan penulis terhadap pembaca yaitu diharapkan


mampu mengetahui dan memahami mengenai matriks nuklear beserta peranannya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

http://wanenoor.blogspot.com/2011/11/sentral-dogma-biologi-pengertian-
gen.html#.XL3Zh_kzbIV

https://biologigonz.blogspot.com/2011/04/kode-genetik.html

https://erickbio.wordpress.com/2011/10/02/mekanisme-replikasi-
dna/https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/pasca-transkripsi/

https://www.edubio.info/2017/08/pengertian-dan-proses-transkripsi-dna.html

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Makalah dengan judul Matriks Nuklear, merupakan tugas terstruktur mata
kuliah Biologi sel. Makalah ini membahas tentang dogma genetik, sandi genetik,
replikasi atau penggandaan, transkripsi atau penyalinan, dan egiatan pasca
penyalinan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun
demikian penulis tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca.

Palu, 19 April 2019

Maya Putriwan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

1.1 Dogma Genetik ......................................................................................... 3

1.2 Sandi Genetik ........................................................................................... 3

1.3 Replika atau Penggandaan........................................................................ 7

1.4 Transkripsi atau Penyalinan ................................................................... 11

1.5 Kegiatan Pasca Penyalinan ..................................................................... 14

BAB III ................................................................................................................. 15

PENUTUP ............................................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15

3.2 Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BIOLOGI SEL

Selubung Nuklear

Disusun oleh :

Nama : Maya Putriwan

Stambuk : A 221 18 135

Kelas :D

Dosen : Dr. Hj. Gamar B. N Shamdas., M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

ii

Anda mungkin juga menyukai