Oleh :
Rahaji Mulya, 1806237094
(Email: rahajimulya.xak2@gmail.com)
ABSTRAK
Mengingat sudah banyaknya kebijakan dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
salah satunya kebijakan insentif pajak tax holiday yang diperluas. Maka peneliti dalam makalah ini
bermaksud untuk membahas tentang pengaruh kebijakan insentif pajak tax holiday terhadap
penerimaan negara Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis karena dalam membahas
pajak peneliti menjelaskan secara detail dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari kebijakan
insentif pajak tax holiday. Kebijakan ini memberikan pembebasan pajak kepada wajib pajak badan
dalam waktu tertentu. Pajak merupakan sektor penting dalam penerimaan negara, hal ini tentu
akan berdampak terhadap penerimaan negara. Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan ini tentu
akan berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat dan perekekonomian negara Indonesia.
Kata kunci: Pajak, insentif pajak, tax holiday, dan penerimaan negara
I. Pendahuluan
1
Charles E. McLure adalah seorang spesialis di bidang ekonomi perpajakan asal Amerika yang
lahir pada 14 April 1940
1
Insentif pajak tax holiday merupakan kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah Indonesia di bidang perpajakan. Secara teori insentif pajak adalah
kebijakan yang memberikan keringanan kepada wajib pajak dalam memenuhi hak
dan kewajibanya di bidang perpajakan. Pada umumnya terdapat empat macam
bentuk insentif pajak yaitu :
Sementara itu, tax holiday adalah suatu masa pembebasan pajak atau
kekebalan dari kewajiban membayar pajak baik sebagian atau seluruhnya dalam
jangka waktu tertentu. Berdasarkan hal yang sudah dijelaskan diatas kita bisa
menyimpulkan bahwa pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan yang
memberikan pengecualian dari pengenaan pajak terhadap wajib pajak dalam
jangka waktu tertentu.
Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3), disebutkan bahwa, “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Oleh sebab itu, setiap kebijakan yang diterapkan
pemerintah haruslah memiliki dasar hukum yang jelas. Dasar hukum kebijakan
insentif pajak tax holiday adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
2
Nomor 35/PMK.010/2018 tentang pemberian fasilitas pengurangan pajak
penghasilan badan. Peraturan ini merupakan revisi peraturan sebelumnya yang
telah ada yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
159/PMK.010/2015 tentang pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan
badan.
a. Industri logam dasar hulu (besi baja dan bukan besi baja) dengan atau
tanpa turunannya, yang terintegrasi;
b. Industri pemurnian dan/atau pengilangan minyak dan gas bumi dengan
atau tanpa turunannya, yang terintegrasi;
c. Industri petrokimia berbasis minyak bumi, gas alam, atau batubara dengan
atau tanpa turunannya, yang terintegrasi;
d. Industri kimia dasar anorganik dengan atau tanpa turunannya, yang
terintegrasi;
e. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian,
perkebunan, atau kehutanan yang terintegrasi;
f. Industri bahan baku farmasi yang terintegrasi;
g. Industri pembuatan semi konduktor dan komponen utama komputer
lainnya yang terintegrasi dengan industri pembuatan komputer;
h. Industri pembuatan komponen utama peralatan komunikasi yang
terintegrasi dengan industri pembuatan telepon seluler (smartphone);
3
i. Industri pembuatan komponen utama alat kesehatan yang terintegrasi;
j. Industri pembuatan komponen utama mesin industri seperti motor listrik;
k. Industri pembuatan komponen utama mesin seperti piston, cylinder head,
atau cylinder block yang terintegrasi;
l. industri pembuatan komponen robotik yang terintegrasi dengan industri
:Jembuatan mesin manufaktur;
m. Industri pembuatan komponen utama kapal yang terintegrasi dengan
industri pembuatan kapal;
n. Industri pembuatan komponen utama pesawat terbang;
o. Industri pembuatan komponen utama kereta api seperti engine atau
transmisi yang terintegrasi;
p. Industri mesin pembangkit tenaga listrik, termasuk industri mesin
pembangkit listrik tenaga sampah; atau
q. Infrastruktur ekonomi.
a. Selama 5 (lima) tahun pajak untuk penanaman modal baru dengan nilai
rencana penanaman modal paling sedikit sebesar Rp500.000.000.000,00
(lima ratus miliar rupiah) dan paling banyak kurang dari
Rpl.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
b. Selama 7 (tujuh) tahun pajak untuk penanaman modal baru dengan nilai
rencana penanaman modal paling sedikit sebesar Rpl.000.000.000.000,00
(satu triliun rupiah) dan paling banyak kurang dari
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);
c. Selama 10 (sepuluh) tahun pajak untuk penanaman modal baru dengan
nilai rencana penanaman modal paling sedikit sebesar
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) dan paling banyak kurang
dari Rpl5.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah);
4
d. Selama 15 (lima belas) tahun pajak untuk penanaman modal baru dengan
nilai rencana penanaman modal paling sedikit sebesar
Rpl5.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah) dan paling ban yak
kurang dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah);
e. Selama 20 (dua puluh) tahun pajak untuk penanaman modal baru dengan
nilai rencana penanaman modal paling sedikit sebesar
Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).
5
Perlu diakui bahwa tax holiday memang akan memberikan kerugian
sementara bagi pihak pemerintah karena dalam beberapa tahun katakanlah
misalnya selama 10 tahun (bila tax holiday-nya berlaku untuk 10 tahun), akan
tidak ada penerimaan pajak penghasilan badan dari Penanaman Modal Asing
(PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang baru masuk tersebut.
Dengan kata lain timbulnya opportunity loss bagi penerimaan pemerintah. Akan
tetapi, alangkah naifnya kita, sebagai suatu bangsa besar yang memiliki potensi
pasar domestik yang sangat besar bila hanya sisi itu saja yang kita harus klaim,
sementara di sisi lain tax holiday semacam itu akan merangsang investor untuk
membuka kran investasi pabrik atau proyek baru atau perluasan pabrik dan
bergairah untuk menanamkan modalnya ke sektor rill di negeri ini. Sehingga pada
akhirnya akan menciptakan atau memperluas lapangan kerja yang baru, timbulnya
industri-industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pendukung (seperti
perbankan, transportasi, macam-macam industri, dan suppliers barang dan jasa)
yang pada akhirnya akan menggairahkan kehidupan perekonomian negeri ini dan
yang pasti akan menciptakan opportunity income yang sangat besar bagi kenaikan
Gross Domestic Product2 (GDP) dan tidak mustahil pula sektor pajak juga akan
menuai penerimaan pajak yang signifikan dari UMKM tadi.
III. Simpulan
6
penerimaan pajak penghasilan badan dari Penanaman Modal Asing (PMA) atau
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Namun perlu kita ketahui bahwa di
sisi lain tax holiday semacam itu akan merangsang investor untuk membuka kran
investasi pabrik atau proyek baru atau perluasan pabrik dan bergairah untuk
menanamkan modalnya ke sektor rill di negeri ini. Sehingga pada akhirnya akan
menciptakan atau memperluas lapangan kerja yang baru, timbulnya industri-
industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pendukung (seperti perbankan,
transportasi, macam-macam industri, dan suppliers barang dan jasa) yang pada
akhirnya akan menggairahkan kehidupan perekonomian negeri ini dan yang pasti
akan menciptakan opportunity income yang sangat besar bagi kenaikan Gross
Domestic Product (GDP) dan tidak mustahil pula sektor pajak juga akan menuai
penerimaan pajak yang signifikan dari UMKM tadi.
Daftar Pustaka
Ambarwati, E. (1999). Peran Tax Holiday Sebagai Fasilitas Perpajakan Dalam
Meningkatkan Penanaman Modal di Indonesia. Depok: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.