Tahapan Perkembangan Remaja
Tahapan Perkembangan Remaja
Perkembangan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan
fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran mereka
juga berubah dengan artian mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis, perasaan
mereka berubah hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan perkembangan
sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka, membangun identitas termasuk
identitas seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
Dengan berkurangnya perubahan fisik kecanggungan pada masa puber dan awal masa
remaja pada umumnya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai
waktu tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Mereka juga terdorong
untuk menggunakan kekuatan yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan untuk
mengatasi kecangguangan yang timbul kemudian.
Karena kekuatan mengikuti pertumbuhan otot, anak laki-laki pada umumnya menunjukkan
kekuatan yang terbesar pada usia 14 tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan
kemajuan pada usia ini dan kemudian ditinggalkan karena perubahan minat lebih daripada
kurangnya kemampuan.
1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap:
a. Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun,
rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak
yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit
sehingga pertumbuhannya terlambat.
b. Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan,
perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang
hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
c. Proposi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik. Misalnya,
badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu
pandang.
d. Organ Seks
Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa
remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa
remaja.
Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-
laki, sedangkan pada perempuan ditandai dengan membesarnya payudara.
2. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar.
Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut
adalah:
a. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah
panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal
dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali berat
pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai
tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahu; anak laki-laki
mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
d. Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan
sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks
berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai
akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
e. Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang,
khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran
yang matang.
Aspek hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja yaitu, sebagai
berikut:
b. Kelenjar pituitari
c. Gonads
Perkembangan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor
keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih
berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
2. Faktor Lingkungan
3. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih
cepat mencapai taraf dewasa dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat gizi
cukup.
4. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid
adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan dikelenjar pituitary.
Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat
tubuh yang seharusnya.
5. Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada
usia 12-15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat
daripada anak laki-laki. Hal ini terjadi karenabentuk tulang dan otot pada anak laki-laki
berbeda dengan permpuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya daripada laki-laki.
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih
kecil daripada anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
7. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan
sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang
sering sakit.
Pengaruh bentuk psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik.
Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah pertumbuhan tubuh (badan
makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada perempuan dan “mimpi pertama” pada laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang
tumbuh.
Pada usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan
yang abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak
serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir konkrit.
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangankan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga
tidak mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar
mereka.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain diluar dari yang selama
ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat
hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering
kali membingungkan terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja
selama masa kanak-kanak.
Tidak sedikit anak remaja yang berupaya menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas dasar
pertimbangan yang rasional, baik dari sisi kompetensi pribadi dan minatnya terhadap pilihan
tersebut. Contohnya pertama, apabila disekolah terdapat bermacam-macam program
ekstrakurikuler maka anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstrakurikuler yang
diminatinya serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang
tuanya. Contoh kedua, dalam hal memilih sekolah. Tidak sedikit remaja yang memilih
sekolah atas dasar pertimbangan hal-hal yang ada dalam pribadinya bukan karena pilihan
ditentukan oleh orang tuanya, walaupun juga masih ada remaja yang menurut apa yang
menjadi pilihan, apa yang menjadi ketentuan, serta apa yang menjadi harapan orang tua
bagi dirinya.
Rasa ingin tahu yang besar karena reamaja berada pada perkembangan kognitif yang
fleksibel, maka remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan
ke hal-hal yang positif maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan baik. Misal,
penelitian ilmiah, lintas alam, dan sebagainya. Tapi apabila rasa ingin tahu itu disalurkan
dengan cara yang negatif maka hal itu bisa merusak dirinya sendiri. Misal, merokok,
memakai narkoba, menonton film porno, melakukan seks bebas yang merupakan tindakan
yang dilakukan remaja karena berawal dari rasa ingin tahu yang besar.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasaan
dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak sehingga saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berfikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. Untu itu, sekolah, keluarga, lingkungan
punya tanggung jawab untuk membimbing remaja dengan benar.
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat
pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah
atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain
(teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut
akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan, apabila kelompoknya itu menampilkan
dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
1. Keluarga
2. Kematangan Anak
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan mmandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga
anak itu. “Ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat
dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari
pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan
senantiasa “menjaga” status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“mejaga ststus dalam keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan
normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak
didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam
arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma-norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa, titik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh
orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak saling dipengaruhi, oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemapuan obstraksi anak
yang menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa
dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam fikirannya.
1. Cita-cita idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan
tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya.
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengikuti kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan
terbimbing untuk menghambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan
keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebiasaan psikologis untuk
mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian remaja akan merasa bahwa dirinya
dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia oelh orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja Hoffman (1989) mengemukakan tiga
jenis pola asuh orang tua yaitu:
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa
memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang
diambil oleh anaknya.
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa
memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat
menerimanya.
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam medidik anaknya dengan cara menarik
sementara kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya.
Akan tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka
cinta kasihnya itu akan dikembalikan seperti sedia kala.Dalam konteks pengembangan
kepribadian remaja, termasuk didalamnya perkembangan hubungan sosial, pola asuh yang
disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap
pelakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai
dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat
mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak
terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2. Lingkungan Sekolah
Didalam mengembankan hubungan sosial remaja, guru juga harus mampu
mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis. Guru harus berupaya agar
pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak
menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru
tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus
membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
3. Lingkungan Masyarakat
b) Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
Bersamaan dengan kehidupan dalam masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses
belajar disekolah. Sebagaimana diketahui dilembaga pendidikan, bahasa diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan
bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun juga
secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk didalamnya
perilaku berbahasa.
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana
mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari
pergaulan dengan masyarakat sekitar, akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses
belajar disekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan
mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana serta
prasarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa
dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa asing merupakan hal
yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun dengan
adanya hambatan dalam pengembangan ketidak mampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya
perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan
aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.