Anda di halaman 1dari 6

93| Jurnal Sains Psikologi, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2018, hlm 93-98

Karakter Disiplin, Penghargaan, dan Tanggung Jawab dalam Kegiatan


Ekstrakurikuler
Andi Tenri Faradiba
Fakultas Psikologi, Universitas Pancasila, atenrifaradiba@univpancasila.ac.id
Lucia R.M. Royanto
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran karakter disiplin, penghargaan,
dan tanggung jawab dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa SMA. Karakter adalah aspek-aspek
kepribadian yang dipelajari melalui pengalaman, latihan, dan proses sosialisasi. Kegiatan
ekstrakurikuler terbagi dalam lima kategori, yaitu kegiatan prososial, olahraga, seni, keterlibatan
sekolah, dan kelompok akademik. Jumlah partisipan sebanyak 95 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara karakter disiplin dalam lima kategori kegiatan
ekstrakurikuler. Olahraga memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk karakter disiplin dan penghargaan
sedangkan kelompok akadamik memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk karakter tanggung jawab. Kommentar [is1]: Abstrak Bahasa
Kata kunci: disiplin, penghargaan, tanggung jawab, kegiatan ekstrakurikuler inggris

ABSTRACT
This research is a descriptive research which was held to describe discipline, respectful, and
responsible characters of senior high school students who engage in extracurricular activities.
Characters are personality aspects gained through experience, training, and socialization process.
Extracurricular activities are divided into five different categories: prosocial, team sports, performing
arts, school involvement, and academic clubs. Total participants were 95 students. The result shows
that there is a significant difference among discipline character in those five extracurricular activities.
Team sports category has the highest mean of discipline and respectful characters while academic club
category has the highest mean for responsible character.
Keywords: discipline, respectful, responsible, extracurricular activity

Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter 2004) menyatakan bahwa orang tua berperan penting
dirasakan di Indonesia. Adanya ketidaksesuaian yang dalam perkembangan karakter anak terkait dengan
terjadi antara harapan masyarakat dengan keadaan pola asuh yang diterapkan. Dalam lingkungan
faktual menjadi salah satu alasannya. Harapan sekolah, karakter dikembangkan melalui aktivitas
masyarakat adalah siswa memiliki pencapaian pendidikan yang sengaja dirancang untuk membina
prestasi akademik diiringi peningkatan perilaku karakter peserta didik melalui pendidikan karakter
positif. Akan tetapi, fakta yang terjadi adalah adanya (Haricahyono 1995).
peningkatan perilaku negatif siswa. Peningkatan Penerapan pendidikan karakter dilakukan dengan
perilaku negatif menjadi tanda belum terwujudnya pengintegrasian karakter ke dalam mata pelajaran,
cita-cita pendidikan di Indonesia yang ingin program pengembangan diri, dan budaya sekolah
membentuk peserta didik yang cerdas dan (Kemendiknas, 2010). Salah satu kegiatan yang
berkarakter. termasuk di dalamnya adalah kegiatan
Karakter tidak muncul begitu saja karena bukan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
sesuatu yang dimiliki sejak lahir. Karakter dibentuk didefinisikan sebagai kegiatan bersama yang
sepanjang usia kehidupan terutama ketika masa anak- dilakukan di sekolah yang merupakan kegiatan
anak dan remaja (Damon, 1988 dalam Berkowitz & tambahan dan bukan merupakan kegiatan utama serta
Bier, 2004). Lingkungan anak terutama lingkungan memiliki tujuan jelas yang berguna bagi
keluarga (Berkowitz & Grych, 1998 dalam Berkowitz pengembangan siswa (Mahoney, 2002 dalam
& Bier, 2004) dan sekolah berperan penting dalam Mahoney, Larson, & Eccles, 2005).
pembentukan karakter anak (Berkowitz & Grych, Penelitian ini lebih melihat perkembangan
2000 dalam Berkowitz & Bier, 2004). Kedua karakter di masa remaja khususnya siswa kelas 3
lingkungan tersebut harus saling mendukung dan SMA. Perkembangan karakter di masa remaja lebih
bekerja sama dalam membentuk karakter untuk banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekolah
menghindari kebingungan dalam diri anak tentang khususnya teman sebaya karena hal tersebut sesuai
perilaku yang berkarakter. Damon (1988 dalam Park, dengan karakteristik remaja yang menghabiskan
Faradiba, Royanto – Karakter Disiplin, Penghargaan, Dan Tanggung Jawab Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler | 94

waktu lebih banyak bersama teman sebaya. Penelitian dan keyakinan dalam keluarga sedangkan sekolah
ini ingin melihat peran kegiatan ekstrakurikuler sebagai mikrosistem kedua dapat memberikan
dalam perkembangan karakter siswa karena remaja pengaruh besar untuk mendukung atau merusak
yang memiliki kemiripan akan saling memengaruhi kemampuan keluarga dalam membangun disiplin
untuk semakin mirip, seperti kemiripan minat dalam bagi anak. Smith (2004) juga menjelaskan
kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Berbagai pembentukan disiplin yang didasari oleh teori sosio-
penelitian menyatakan keterlibatan siswa dalam kultural, yaitu ketika siswa merasakan pengalaman
kegiatan ekstrakurikuler memiliki hubungan positif sakit dan negatif dari guru, ia akan menginternalisasi
dengan perkembangan karakter remaja, tetapi hal pengalaman itu dalam berinteraksi dengan orang lain.
tersebut ditentukan oleh kegiatan yang diikuti. Oleh Karakter Penghargaan
karena itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat Lickona (1991) mendefinisikan penghargaan
gambaran karakter siswa SMA dalam kegiatan sebagai memandang sesuatu atau seseorang sebagai
ekstrakurikuler. Fokusnya hanya pada tiga karakter, hal yang berharga atau bernilai. Shockley (2009)
yaitu disiplin, penghargaan, dan tanggung jawab. menyatakan bahwa penghargaan adalah menganggap
Lickona (1991) menyatakan bahwa ada dua karakter penting sesuatu atau seseorang yang berkaitan
utama dalam agenda pendidikan karakter, yaitu dengan nilai yang dilekatkan pada sesuatu atau
tanggung jawab dan penghargaan. Selain itu, seseorang tersebut. Lickona (1991) menyebutkan tiga
Durkheim (1961 dalam Haricahyono, 1995) dimensi penghargaan, yaitu penghargaan terhadap
menyebutkan disiplin sebagai karakter dasar yang diri sendiri, penghargaan terhadap orang lain, dan
harus dimiliki oleh peserta didik. penghargaan terhadap lingkungan dan kehidupan.
Karakter Disiplin Karakter penghargaan yang dikembangkan di sekolah
Disiplin adalah patuh pada peraturan yang berlaku dapat mencegah terjadinya tawuran, bullying, dan
dalam masyarakat baik peraturan ini merupakan perilaku kejam siswa (Lickona, 1991).
Undang-Undang, adat kebiasaan maupun tata cara Menurut Lickona (1991), lebih mudah
pergaulan lainnya. Menurut Wissow (2002 dalam mengembangkan karakter penghargaan ketika
Smith, 2004), disiplin adalah proses mengajarkan individu memiliki pengetahuan tentang hal yang
anak tentang nilai dan perilaku normatif dalam ingin diberikan penghargaan baik terhadap dirinya,
masyarakat. Menurut Smith (2004), disiplin terbagi orang lain, maupun lingkungan dan kehidupan.
atas dua, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Ketika individu memiliki pengetahuan, ia cenderung
Disiplin positif mengajarkan anak memahami alasan memiliki konsep nilai tersendiri yang akan dilekatkan
suatu perilaku diperbolehkan dan perilaku yang pada sesuatu yang dihargai. Shockley (2009)
lainnya dilarang sedangkan disiplin negatif hanya menyatakan bahwa penghargaan dipengaruhi oleh
mengajarkan anak untuk patuh dan menghindarkan konsep nilai yang dimiliki individu yang kemudian
diri dari hukuman. Yang perlu dikembangkan adalah menuntunnya mengambil sikap.
disiplin positif karena disiplin berbeda dengan Karakter Tanggung Jawab
menghindarkan diri dari hukuman (Holden, 2002 Lickona (1991) menyatakan tanggung jawab
dalam Smith, 2004). Hubungan baik merupakan sebagai bagian aktif dari moral yang terdiri dari
dasar dari membangun disiplin (Dodson, 2006). menjaga diri sendiri dan orang lain, memenuhi
Hubungan baik yang dimaksud adalah saling kewajiban, memberikan kontribusi kepada
menyenangi, menghormati, dan menanggapi dengan masyarakat, mengurangi penderitaan, dan
baik. membangun dunia yang lebih baik. Faktor
Guru dan orang tua diharapkan dapat membina lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap
hubungan baik terlebih dahulu dengan anak atau pembentukan tanggung jawab individu. Hal ini
siswa agar dapat mengajarkan disiplin. Selain itu, disebabkan oleh tanggung jawab yang bukan bawaan
pembentukan disiplin juga dipengaruhi oleh faktor lahir dan tidak dimiliki secara alami oleh individu
eksternal, seperti lingkungan keluarga dan (Rich, 1992).
lingkungan sekolah. Smith (2004) menjelaskan Tanggung jawab juga dapat dibentuk dengan
pengaruh faktor eksternal dengan landasan teori membantu individu agar merasa memiliki
ecological dari Bronfenbrenner (1979), yaitu kompetensi, mengetahui, dan melakukan hal yang
keluarga sebagai mikrosistem pertama memberikan harus dilakukan (Rich, 1992). Untuk itu, individu
pengaruh besar dalam pembentukan kerangka disiplin perlu diberikan tugas dan kewajiban yang menjadi
anak yang dipengaruhi oleh sejarah keluarga, budaya, tantangan bagi dirinya yang harus diselesaikan.
95| Jurnal Sains Psikologi, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2018, hlm 93-98

Seringkali individu termotivasi untuk meningkatkan minimal satu tahun dalam kegiatan ekstrakurikuler
performanya karena diberikan suatu tanggung jawab diasumsikan mempengaruhi karakter yang dimiliki
yang baru (Rich, 1992). oleh siswa. Kommentar [is2]: Sebutkan daerah
Kegiatan Ekstrakurikuler Teknik pengambilan sampel yang digunakan smanya
Mahoney (2002 dalam Mahoney, Larson, & adalah accidental sampling. Teknik ini dipilih karena
Eccles, 2005) mengelompokkan berbagai kegiatan merupakan cara termudah dalam penyeleksian
ekstrakurikuler ke dalam lima kategori, yaitu: partisipan dan menjamin diperolehnya karakteristik
a. Kegiatan prososial partisipan yang dibutuhkan (Kumar, 2005). Adapun
Kegiatan ini bersifat melayani masyarakat dengan kelemahan metode ini adalah hasil yang diperoleh
tujuan memberikan pencerahan dan motivasi kepada tidak dapat digeneralisir pada populasi secara
siswa, meningkatkan kecerdasan emosional dan keseluruhan dan adanya kemungkinan bahwa orang
kecerdasan spiritual siswa agar mampu menciptakan yang paling mudah dijangkau tidak benar-benar
lingkungan yang efektif dan harmonis. Contoh representatif untuk populasi (Kumar, 2005).
kegiatan ini adalah kerohanian (remaja mesjid), Alat ukur disiplin terdiri dari 24 item yang
Pramuka, dan Palang Merah Remaja. mengukur perilaku disiplin siswa di rumah, kelas,
b. Olahraga sekolah, dan masyarakat dengan nilai reliabilitas
Tujuan kegiatan ini adalah membina siswa sebesar 0,75. Pilihan respon menggunakan 4 poin
menjadi sehat atau menjadikan lebih baik dari skala Likert, tidak sesuai, agak tidak sesuai, agak
sebelumnya. Contoh kegiatan ini adalah sepak bola sesuai, dan sesuai. Alat ukur penghargaan terdiri dari
dan basket. tiga dimensi, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri,
c. Seni orang lain, dan lingkungan dan kehidupan yang
Tujuan kegiatan seni adalah memberikan terdiri dari 17 item dengan nilai reliabilitas 0,77.
kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam Alat ukur tanggung jawab terdiri dari enam dimensi,
berbagai pengalaman apresiasi dan pengalaman yaitu hasil yang bermutu, kesediaan menanggung
berkreasi. Siswa berkreasi dalam menciptakan risiko, pengikatan diri dalam tugas, memiliki prinsip
berbagai kesenian secara sistematis sehingga hidup, kemandirian, dan keterikatan sosial yang
diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman berjumlah 37 item dengan nilai reliabilitas 0,91.
apresiatif, dan pengalaman kreatif. Contoh kegiatan Setelah data terkumpul, digunakan teknik statistik
ini adalah marching band, kreasi seni budaya, dan desktiptif untuk mengetahui mean, median, modus,
seni sastra. standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum
d. Keterlibatan sekolah dari skor-skor yang diperoleh. Selain itu dilakukan
Tujuan kegiatan ini adalah melatih kemampuan pula uji ANOVA untuk menjawab masalah penelitian
berorganisasi siswa dalam rangka melakukan mengenai perbedaan nilai mean karakter disiplin,
kegiatan remaja yang positif, terarah, dan membina penghargaan, dan tanggung jawab dalam lima
kelompok siswa menjadi siswa yang terdidik, kategori kegiatan ekstrakurikuler.
berakhlak, dan berkarakter. Contoh kegiatan ini
adalah OSIS, MPK, dan pemandu sorak. HASIL DAN PEMBAHASAN
e. Kelompok akademik Jumlah partisipan adalah 95 siswa kelas 3 SMA
Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan sikap berusia rata-rata 17 tahun. Dari 95 siswa, ada 47 yang
ilmiah dan kejujuran dalam memecahkan gejala alam mengikuti 1 kegiatan ekstrakurikuler, 34 mengikuti 2
maupun sosial yang ditemui dengan metode yang kegiatan, dan 14 siswa mengikuti 3 kegiatan. Tabel 1
sistematis, objektif, rasional, dan berprosedur menunjukkan jumlah siswa di setiap kegiatan
sehingga akan didapatkan kompetensi untuk ekstrakurikuler yang diikuti. Tabel 2 menjabarkan
mengembangkan diri dalam kehidupan. Contoh nilai mean karakter disiplin dan penghargaan yang
kegiatan ini adalah Kegiatan Ilmiah Remaja. paling tinggi adalah kegiatan olahraga, sedangkan
nilai mean karakter tanggung jawab yang paling
METODE tinggi adalah kelompok akademik. Tabel 2 juga
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong menunjukkan bahwa karakter disiplin memiliki nilai
dalam penelitian deskriptif dengan partisipan yaitu F = 3,032 dengan level of significant (p<0,05),
remaja kelas 3 SMA yang berdomisili di wilayah artinya terdapat perbedaan karakter disiplin yang
Jakarta dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler signifikan antara lima kategori kegiatan
selama minimal 1 tahun. Keterlibatan siswa selama ekstrakuikuler. Untuk karakter penghargaan, nilai F
Faradiba, Royanto – Karakter Disiplin, Penghargaan, Dan Tanggung Jawab Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler | 96

sebesar 2,203 dengan level of significant (p>0,05), adalah terdapat perbedaaan signifikan dalam lima
artinya tidak terdapat perbedaan karakter kategori kegiatan ekstrakurikuler. Artinya, terdapat
penghargaan yang signifikan antara lima kategori perbedaan karakter disiplin antara siswa-siswa yang
kegiatan ekstrakurikuler. Karakter tanggung jawab berbeda kategori kegiatan ekstrakurikulernya. Setiap
memiliki nilai F sebesar 0,371 dengan level of kegiatan ekstrakurikuler menerapkan aturan yang
significant (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan wajib dipatuhi oleh setiap anggotanya. Aturan yang
karakter tanggung jawab antara lima kategori dibuat mengandung kejelasan tentang perilaku yang
kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dari setiap anggota dan konsekuensi yang
diberikan ketika tidak dilakukan. Akan tetapi,
Tabel 1 Kategori jenis kegiatan ekstrakurikuler pelaksanaan aturan tersebut berbeda antar setiap
kegiatan ekstrakurikuler. Untuk kategori kegiatan
Jenis Kegiatan Kegiatan Ekstrakurikuler Jumlah
Ekstrakurikuler olahraga yang memiliki nilai mean tertinggi, aturan
Siswa
Keterlibatan PMR, Paskibra, kerohanian, kemasyarakatan, yang 21dibuat dijalankan secara konsisten karena
prososial Pramuka kegiatan ini mengutamakan kepatuhan anggotanya
Olahraga Basket, bulutangkis, silat, pencinta alam, voley, futsal, renang 24 aturan. Berbeda dengan kegiatan seni yang
terhadap
Seni Band, tari tradisional, modern dance, teater, 31
fotografi, majalah dinding, media siswa, memiliki nilai mean terendah yang tujuan utamanya
musik tradisional, film, jurnalistik, paduan suara adalah memberikan pengalaman apresiasi dan
Keterlibatan OSIS, MPK, pemandu sorak 10
sekolah pengalaman berkreasi bagi siswa. Untuk
Kelompok Koperasi, kewirausahaan, 9 menghasilkan kreasi membutuhkan kreativitas yang
akademik klub ilmu pengetahuan,
kelompok ilmiah remaja,
tidak dapat dikontrol kemunculannya dengan aturan
klub debat bahasa yang baku. Walaupun demikian, hasil uji Post Hoc
menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara lima
Tabel 2 Uji anova dan mean jenis kegiatan ekstrakurikuler kategori kegiatan ekstrakurikuler yang artinya tidak
Karakter Mean (skor rata-rata) F Sig
ada kategori kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki
KP OR SN KS KA karakter disiplin yang lebih tinggi dibandingkan
Disiplin 64,3 67,6 64,9 61, 63,7 3,0 0,02 kategori kegiatan ekstrakurikuler yang lain karena
7 6 2 18 3 32 1*
Pengharg 48,3 48,5 48,4 45, 48,0 2,2 0,07 skor total karakter disiplin antar partisipan dalam
aan 1 5 5 18 6 03 5 lima kategori kegiatan ekstrakurikuler tidak jauh
Tanggun 105, 105, 105, 99, 105, 0,3 0,82
g Jawab 17 02 45 81 66 71 9
berbeda.
Karakter penghargaan dan tanggung jawab tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dalam kegiatan
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perbandingan
ekstrakurikuler. Ini menunjukkan bahwa siswa yang
karakter disiplin dalam setiap kategori kegiatan
terlibat dalam kategori kegiatan ekstrakurikuler yang
ekstrakurikuler, dilakukan uji Pots-Hoc yang
berbeda memiliki skor karakter penghargaan dan
ditunjukkan pada tabel 3. Hasilnya menunjukkan bahwa
tanggung jawab yang relatif sama. Mengikuti
tidak ada kategori kegiatan ekstrakurikuler yang
kegiatan ekstrakurikuler memberikan siswa
memiliki karakter disiplin yang lebih tinggi
kesempatan mengemban tanggung jawab baru selain
dibandingkan kategori kegiatan ekstrakurikuler yang
tanggung jawabnya sebagai siswa dan membantu
lain.
dirinya merasa memiliki kompetensi karena kegiatan
Tabel 3 Uji post-hoc karakter disiplin
ekstrakurikuler yang diikuti sesuai dengan minatnya.
Jenis Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler (sig)
Keg.Ekskul
Hal ini selaras dengan yang disampaikan Rich (1992)
KP OR SN KS KA
KP - 0,778 0,217 0,451 0,927 bahwa tanggung jawab dapat dibentuk dengan
OR 0,778 - 0,889 0,951 0,427 memberikan tanggung jawab baru pada individu dan
SN 0,217 0,889 - 1 0,108
KS 0,491 0,991 1 - 0,242 membantu individu merasa memiliki kompetensi.
KA 0,927 0,427 0,108 0,242 - Ketika individu merasa memiliki kompetensi, ia akan
memberikan penghargaan terhadap dirinya yang
Perbedaan karakter disiplin, penghargaan, dan memicu munculnya penghargaan terhadap orang lain.
tanggung jawab dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa Nilai mean tertinggi untuk karakter disiplin dan
SMA diketahui dari hasil perbandingan nilai mean penghargaan terdapat pada kategori olahraga
masing-masing kategori kegiatan ekstrakurikuler. sedangkan nilai mean tertinggi untuk karakter
Untuk karakter disiplin, hasil yang ditunjukkan tanggung jawab terdapat pada kategori kelompok
akademik. Perry (2002, dalam Feldman & Matjasko,
97| Jurnal Sains Psikologi, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2018, hlm 93-98

2005) menyatakan bahwa siswa yang terlibat dalam Ada tiga kesimpulan yang diperoleh dari
kegiatan olahraga memiliki tingkat penggunaan penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan
alkohol yang rendah. Marsh dan Kleitman (2003, yangsignifikan antara karakter disiplin dalam
dalam Feldman & Matjasko, 2005) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler siswa SMA yang
bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan olahraga menunjukkan adanya perbedaan karakter disiplin
memiliki aspirasi yang tinggi terhadap sekolah dan antara partisipan yang berbeda kategori kegiatan
memiliki waktu lebih banyak dalam mengerjakan ekstrakurikulernya, tidak terdapat perbedaan yang
tugas. Tingkat penggunaan alkohol yang rendah, signifikan antara karakter penghargaan dalam
aspirasi yang tinggi terhadap sekolah, dan tingkat kegiatan ekstrakurikuler siswa SMA yang artinya
penggunaan narkoba yang rendah menunjukkan karakter penghargaan yang dimiliki partisipan yang
perilaku disiplin siswa yang terlibat dalam kegiatan berbeda kategori kegiatan ekstrakurikulernya relatif
esktrakurikuler sebagaimana definisi disiplin yang sama, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
digunakan dalam penelitian ini adalah patuh pada antara karakter tanggung jawab dalam kegiatan
aturan yang berlaku di sekolah, di rumah, dan di ekstrakurikuler siswa SMA yang menunjukkan
masyarakat. Tracy dan Erkut (2002 dalam Feldman bahwa karakter tanggung jawab yang dimiliki
& Matjasko, 2005) menunjukkan adanya hubungan partisipan yang berbeda kategori kegiatan
positif antara keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikulernya relatif sama.
olahraga dengan self esteem siswa. Penelitian ini sudah melihat salah satu aspek
Self esteem merupakan pandangan keseluruhan dalam sekolah yang berperan dalam perkembangan
individu terhadap dirinya sendiri yang biasa disebut karakter, yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Diharapkan
sebagai penghargaan diri (Santrock, 2007). Self- penelitian berikutnya dilakukan dengan melihat aspek
esteem ini membuat seseorang menghargai diri lain dalam faktor sekolah, seperti guru, minat
sendiri. Individu yang menghargai dirinya sendiri, terhadap sekolah, dan iklim kelas. Penelitian
maka ia akan memberikan nilai terhadap dirinya, berikutnya juga dapat menggunakan faktor lain yang
tidak menyakiti diri, tidak tergantung pada orang lain, memengaruhi karakter, seperti pola asuh, keberadaan
memiliki kemampuan melawan pengaruh negatif dari model positif, kedekatan dengan orang tua sehingga
peer, dan memperlakukan individu lain secara positif nantinya dapat terlihat kontribusi dari masing-masing
(Lickona, 1991). Adanya hubungan positif antara self faktor dalam pembentukan karakter. Selain itu,
esteem dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan penelitian ini hanya berfokus pada tiga karakter saja
olahraga menunjukkan penghargaan siswa terhadap padahal ada 18 karakter yang dikembangkan dalam
dirinya dan penghargaan terhadap orang lain. Kedua pendidikan karakter di Indonesia oleh Kementerian
hal tersebut merupakan dimensi penghargaan yang Pendidikan Nasional. Penelitian berikutnya dapat
dinyatakan oleh Lickona (1991). menggunakan karakter lainnya sebagai variabel yang
Nilai mean tertinggi untuk karakter tanggung dikaitkan dengan kegiatan ekstrakurikuler sehingga
jawab ditunjukkan oleh siswa-siswa yang terlibat dapat diketahui gambaran 18 karakter dalam kegiatan
dalam kategori kegiatan kelompok akademik. ekstrakurikuler di Indonesia. Alat ukur yang dibuat
Kegiatan ekstrakurikuler ini tidak jauh berbeda dalam penelitian ini disesuaikan dengan konteks dan
dengan aktivitas belajar formal karena menyajikan tujuan penelitian sehingga untuk penelitian
materi-materi yang berkaitan dengan materi berikutnya yang ingin menggunakan alat ukur ini
pelajaran. Hanya saja situasinya diduga lebih perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih
menyenangkan ketimbang aktivitas belajar formal di dahulu dengan menggunakan subyek yang memiliki
sekolah. Konteks tanggung jawab dalam penelitian karakteristik yang sama dengan partisipannya dalam
ini memang lebih mengutamakan tugas dan pilihan- penelitian.
pilihan yang dibuat yang terkait dengan tugas siswa
sebagai pelajar. Wentzel (1993, dalam Evertson & REFERENSI
Weinstein, 2006) menyebutkan bahwa ada empat Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological
tugas siswa, yaitu memperhatikan guru, berpartisipasi Testing. Upper Sadle River, NJ: Prentice-Hall
aktif saat belajar kelompok, mengerjakan tugas-tugas International, Inc.
yang diberikan, dan mempelajari materi yang Banks, J. B. (2002). Childhood discipline: challenges
diberikan. for clinicians and parents. American family
physician, 66(8), 1447-1452.
KESIMPULAN
Faradiba, Royanto – Karakter Disiplin, Penghargaan, Dan Tanggung Jawab Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler | 98

Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2004). Based Lickona, T. (1991). Educating for Character: How
character education. The Annals of the Our Schools Can Teach Respect and
American Academy of Political and Social Responsibility. New York: Bantam.
Science, 591(1), 72-85. Mahoney, J., Larson, R., & Eccles, J. (2005).
Dodson, F. (2006). Mendisiplinkan Anak dengan Organized Activities As Contexts of
Kasih Sayang. Jakarta: Gunung Mulia. Development: Extracurricular Activities,
Evertson, C. M., & Weinstein, C. S. (2006). After-School, and Community Programs. New
Classroom management as a field of Jersey: LEA Publisher
inquiry. Handbook of classroom management: Miller, T. W., Kraus, R. F., & Veltkamp, L. J. (2008).
Research, practice, and contemporary Character education as a prevention strategy
issues, 3, 16. for school-related violence. In School violence
Feldman, A. F., & Matjasko, J. L. (2005). The role of and primary prevention (pp. 377-390).
school-based extracurricular activities in Springer, New York, NY.
adolescent development: A comprehensive Park, N. (2004). Character strengths and positive
review and future directions. Review of youth development. Academy of Political and
educational research, 75(2), 159-210. Social Science, pg. 41-45.
Haricahyono, C. (1995). Dimensi-Dimensi Rich, D. (1992). Mega Skills. New York: Houghton
Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Mifflin Company.
Press. Santrock, J. (2007). Remaja Edisi 11. Jakarta:
Kemendiknas. (2010). Pedoman Pembinaan Akhlak Erlangga.
Mulia Siswa Melalui Kegiatan Shockley, K. (2009). Practice dependent respect. The
Ekstrakurikuler. Jakarta: Kementerian Journal of Value Inquiry, pg. 41-46.
Pendidikan Nasional.
Smith, A. B. (2004). How do infants and toddlers
Kumar, R. (2005). Research Methodology A Step By learn the rules? Family discipline and young
Step Guide for Beginners. London: Sage children. International Journal of Early
Publication Childhood, 36(2), 27-41.

Anda mungkin juga menyukai