REFERAT
Disusunoleh :
AmirahShahab 406162054
Celine 406162058
Vincent Livandy 406162127
Pembimbing :
dr. HariPurwanto, Sp. OG
dr. Anurudha B.S, Sp. OG
dr. AdhityaArdhianto,Sp. OG, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya,
penulis akhirnya dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Preeklampsia dan
Eklampsia” dengan baik. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan Universitas
Tarumanagara di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus pada Periode 5Juni – 19Agustus
2017.
Selama proses penyusunan referat ini, penulis menyadari keterbatasan dan
kekurangan yang ada. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang
membangun untuk referat ini. Dan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah mendukung keberhasilan penyusunan referat ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. dr. Hari Purwanto, Sp.OG, dr. Anurudha B.S, Sp.OG, dr. Adhitya
Ardhianto, Sp.OG, M.Kes. selaku pembimbing referat Ilmu Kandungan dan
Kebidanan RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus
2. Kepada semua pasien-pasien yang selama ini telah menjadi pendidik kami
dan sumber ilmu kami
3. Juga tidak lupa kepada keluarga dan teman-teman yang mendukung kami
secara moral untuk tidak pernah menyerah dan selalu melakukan usaha
yang terbaik dalam segala hal, termasuk dalam menyusun referat ini
Akhir kata, semoga referat ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
dan bagi semua pihak yang membutuhkan baik pengajar maupun teman-teman
Dokter Muda seperjuangan. Terimakasih banyak.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................v
1. PENDAHULUAN .................................................................................................1
2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 DefinisiHipertensi ................................................................................................3
2.2 Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan ..................................................................4
2.3 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan .............................................................7
2.4Preeklampsia .........................................................................................................7
2.4.1Faktor Resiko Eklampsia ...................................................................................8
2.4.2 Diagnosis Preeklampsia ....................................................................................9
2.4.3Diagnosis Preeklampsia Berat ...........................................................................10
2.4.4 Pencegahan Preeklampsia .................................................................................11
2.5.5 Manajemen dan Tatalaksana Preeklampsia ......................................................11
2.5Eklampsia ..............................................................................................................17
2.5.1Patofisiologi Eklampsia .....................................................................................17
2.5.2Diagnosis Eklampsia ..........................................................................................18
2.5.3 Tatalaksana Eklampsia ......................................................................................19
2.5.4Komplikasi Eklampsia .......................................................................................19
2.5.5 Prognosis Eklampsia .........................................................................................20
2.6Perawatan Postpartum pada Preeklampsia dan Eklampsia ...................................20
2.6.1 Perawatan 6 minggu Postpartum .......................................................................20
2.6.2 Perawatan setelah 6 minggu Postpartum...........................................................21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................22
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Invasi Trofoblas Pada Arteri Spiralis Normal dan Pada Preeklampsia…5
Gambar 2.2 Manajemen Ekspektatif pada Preeklampsia tanpa Gejala Berat ............13
Gambar 2.3Manajemen Ekspektatif pada Preeklampsia Berat ..................................14
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Hal ini memerlukan kesadaran dan keterampilan dari para pemberi layanan
kesehatan untuk melakukan deteksi dini terhadap hipertensi dalam kehamilan,
khususnya pada wanita yang memiliki faktor risiko.Maka dari itu referat ini
diharapkanakan memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemeriksaan yang
sedang dikembangkan untuk memprediksi hipertensi dalam kehamilan, aspek klinik,
serta tatalaksananya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2 Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan terbentuk dari berbagai kumpulan beberapa faktor yang
melibatkan faktor maternal, plasenta, dan janin.Beberapa teori telah dikemukakan
mengenai etiologi dari hipertensi pada kehamilan.Berikut beberapa teori mengenai
etiologi dari hipertensi dalam kehamilan tersebut:4,5
1. Invasi trofoblas yang abnormal
Pada proses implantasi normal, arteria spiralis mengalami proses remodeling
akibat terinvasi oleh trofoblas. Invasi trofoblas ini menyebabkan jaringan
matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis akan
menurunkan tekanan darah, menurunkan resistensi vaskular, dan
meningkatkan aliran darah uteroplasenta. Dengan begitu, aliran darah ke
janin menjadi adekuat dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga
pertumbuhan janin terjamin dengan baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri
spiralis tetap kaku dan keras, tidak memungkinkan mengalami distensi serta
vasodilatasi.Akibatnya,arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi,
mengalami kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, menyebabkan terjadinya hipoksia dan iskemia
plasenta.Hal ini memicu pengeluaran debris plasenta yang merupakan
pencetus terjadinya respon inflamasi sistemik.4,5
2. Intoleransi imunologik antara janin dan ibu
Beberapa studi menghasilkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa faktor
imunologik turut berperan terhadap hipertensi dalam kehamilan.Risiko
terjadinya hipertensi dalam kehamilan pada primigravida lebih besar
dibandingkan dengan multigravida.Ibu multipara yang menikah lagi juga
mempunyai risiko lebih besar terkena hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
9
Gambar 2.1 Invasi Trofoblas Pada Arteri Spiralis Normal
dan Pada Preeklampsia4
Pada wanita yang hamil normal, terdapat human leukocyte antigen protein G
(HLA-G) yang berperan penting dalam modulasi respons imun sehingga
tidak terjadi penolakan hasil konsepsi (plasenta).HLA-G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin darilisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu. HLA-G
juga akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
Pada hipertensi dalam kehamilan, plasenta mengalami penurunan ekspresi
HLA-G, sehingga menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.Selain itu,
pada kehamilan normal, sel limfosit T-helper (Th) diproduksi dengan
perbandingan aktivitas Th2 lebih tinggi dibanding Th1.
Namun pada hipertensi dalam kehamilan, di awal trimester kedua, terjadi
perubahan perbandingan antara aktivitas Th1 dan Th2, di mana Th1 menjadi
lebih tinggi dari Th2.4,5
3. Aktivasi sel endotel
Akibat iskemia pada plasenta karena kegagalan invasi trofoblas, maka
plasenta akan menghasilkan oksidan. Oksidan adalah penerima elektron atau
atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan.Salah satu
contohnya adalah radikal hidroksil yang bersifat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak
membran sel, mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak
yang merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel.
10
Kerusakan sel endotel akan mengakibatkan disfungsi sel endotel sehingga
terjadi: (1) gangguan metabolisme prostaglandin yaitu menurunnya produksi
prostasiklin, suatu vasodilator kuat; (2) agregasi sel trombosit pada daerah
endotel yang mengalami kerusakan sehingga memproduksi tromboksan,
suatu vasokonstriktor kuat yang memicu terjadinya kenaikan tekanan darah;
(3) perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus; (4) peningkatan
permeabilitas kapiler; (5) peningkatan produksi bahan vaspresor yaitu
endotelin yang merupakan vasokonstriktor; dan (6) peningkatan faktor
koagulasi.4,5
4. Faktor genetik
Hipertensi dalam kehamilan merupakan suatu penyakit multifaktorial dan
bersifat poligenik. Suatu studi menyatakan bahwa risiko penurunan
preeklampsia dari ibu yang mengalami preeklampsia kepada anak
perempuannya yaitu sebesar 20-40%, dan 22-47% antara saudara kembar.
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial, jika dibandingkan dengan genotipe janin.4,5
5. Faktor nutrisi
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia karena
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat
produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah
vasokonstriksi pembuluh darah. Defisiensi kalsium pada diet perempuan
hamil juga akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.4,5
11
2.3 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
2.4 Preeklampsia
12
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan4
Kondisi Kriteria yang Dibutuhkan
Hipertensi Gestasional TD > 140/90 mmHg setelah UK 20 minggu pada wanita
dengan normotensive sebelumnya
Preeklampsia Proteinuria dan :
• Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam, atau
• Protein : creatinine ratio ≥ 0.3 atau
• Dipstick : 1+ persistent
Atau
Trombositopenia Platelet < 100,000/μL
Insufisiensi Ginjal Creatinine > 1.1 mg/dL atau dua kali baseline
Keterlibatan Liver
Gejala Serebral
Level Serum Dua kali lipat normal
Transaminase
Nyeri kepala, gangguan visual, kejang
Pulmonary edema
13
Tabel 2.3 Resiko Sedang6
a. Nulipara
b. Obesitas (IMT > 30 kg/m2)
c.Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
d. Usia lebih >35 tahun
e. Interval kehamilan > 10 tahun
2.4.2Diagnosis Preeklampsia
14
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta :Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent orreversed end diastolic velocity (ARDV)
15
2.4.4 Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan pada preeklampsia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: primer, sekunder dan
tersier. Pencegahan primer artinya menghindari terjadinya penyakit.Pencegahan
primer dilakukan dengan cara mendeteksi wanita hamil dengan risiko terjadinya
preeklampsia. Risiko-risiko tersebut dapat berupa risiko ringan, sedang, ataupun
risiko superimposed preeklampsia. Dengan terdeteksinya risiko tersebut pada saat
kunjungan ANC, akan membuat tenaga kesehatan dapat lebih siap dalam
menghadapi dan menatalaksana jika terjadi preeklampsia pada sang ibu secara tepat,
cepat dan tanggap. Dengan demikian juga akanmenurunkan risiko terjadinya
pemberatan dan komplikasi pada preeklampsia tersebut.6
Pencegahan sekunder dalam konteks preeklampsia berarti memutus proses
terjadinya penyakit yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kedaruratan
klinis karena penyakit tersebut. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
istirahat, pemberian aspirin dosis rendah, dan suplementasi kalsium.6Pencegahan
tersier berarti pencegahandari komplikasi yang disebabkan oleh proses penyakit,
sehingga pencegahan ini juga merupakan tatalaksana yang akan dibahas dibab
selanjutnya.6
16
secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu) dan jika didapatkan tanda
pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler velocimetry
terhadap arteri umbilikal direkomendasikan.6
Sedangkan manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat, juga
direkomendasikan untuk melakukan perawatan inap di fasilitas kesehatan yang
adekuat dengan tersedia perawatan intensif bagi maternal dan neonatal selama
perawatan manajemen ekspektatif berlangsung.Juga tidak lupa untuk
memberikan kortikosteroid dengan tujuan membantu pematangan paru janin.6
17
Preeklampsia tanpa gejala berat
YA TIDAK
Usia kehamilan<37mgg :
18
Preeklampsia dengan gejala berat
YA
YA
YA
Lakukan persalinan
19
Tabel 2.5Kriteria Terminasi Kehamilan Pada Preeklampsia Berat6
Data Maternal Data Janin
· Hipertensi berat tidak terkontrol · Usia kehamilan 34 minggu
· Gejala preeclampsia berat yang · Pertumbuhan janin terhambat
tidak berkurang
· Penurunan fungsi ginjal progresif · Oligohidramnion
· Trombositopenia persisten / HELLP · Profil biofisik < 4
Syndrome
· Edema paru · Deselerasi variabel dan lambat pada NST
(Non-stress test)
· Eklampsia · Doppler a.umbilikalis : reversed end
diastolic flow
· Solusio plasenta · Kematian janin
· Persalinan atau ketuban pecah
20
3. Antihipertensi
Pemberian obat antihipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu
dalam mencegah penyakit serebrovaskular.Antihipertensi direkomendasikan
pada preeklampsia dengan hipertensi berat, atau dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg. Target penurunan tekanan darah adalah
sistolik <160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg. Namun, pada pemberian
antihipertensi, dapat terjadi terhambatnya pertumbuhan janin sesuai dengan
penurunan tekanan arteri rata – rata.
Pilihan pertama antihipertensi yang diberikan adalah nifedipin oral short
acting, hidralazine dan labetalol parenteral. Anntihipertensi alternatifnya adalah
nitogliserin, metildopa, labetalol.6
Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah
digunakan sejak dekade terakhir untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis)
dan sebagai antihipertensi. Regimen yang direkomendasikan adalah 10 mg
kapsul oral, diulang tiap 15 – 30 menit, dengan dosis maksimum 30 mg. Namun ,
karena CCB dapat menyebabkan hipotensi relatif, penggunaan berlebihannya
dapat menyebabkan hipoksia janin dan asidosis.6
Metildopa merupakan obat antihipertensi yang paling sering diberikan pada
wanita hamil dengan hipertensi kronik. Metildopa adalah agonis reseptor alfa
yang bekerja di sistem saraf pusat, namun juga memiliki sedikit efek periferyang
akan menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi,
cardiacoutput, dan aliran darah ginjal relatif tidak terpengaruh. Efek samping
pada ibu antara lainletargi, mulut kering, mengantuk, depresi, hipertensi postural,
anemia hemolitik dandrug-induced hepatitis. Dosis Metildopa dimulai dengan
250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari, dengandosis maksimum 3 g per hari.
Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk danmenetap selama 10-
12 jam sebelum akhirnya akan diekskresikan melalui ginjal. Metildopa juga
dapat diberikan secara IV, 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum 1 g tiap 6
jam untuk kasuskrisis hipertensi. Metildopa dapat melalui plasenta pada jumlah
tertentu dan disekresikan diASI.6
4. Pemberian kortikosteroid pada sindrom HELLP
Pemberian kortikosteroid pada HELLP syndrome dapat memperbaiki kadar
trombosit, SGOT, SGPT, LDH, tekanan darah arteri rata –rata dan produksi urin.
Namun jika diberikan pada post partum tidak memberikan pengaruh
21
padakadartrombosit. Pemberian kortikosteroid tidak berpengaruh pada
morbiditas dan mortalitas maternal serta perinatal/neonatal.Kortikosteroid
deksametason lebih dipilih dibandingan betametason karena lebih cepat
meningkatkan kadar trombosit pada darah.6
5. Pemberian kortikosteroid pematangan paru janin
Kortikosteroid biasanya diberikan pada usia kehamilan ≤ 34 minggu untuk
menurunkan risiko RDS dan mortalitas janin serta neonatal. Pemberian
kortikosteroid antenatal dapat menurunkan angka mortalitas janin dan neonatal,
RDS, kebutuhan ventilasi mekanik/CPAP, kebutuhan surfaktan dan perdarahan
serebrovaskular, necrotizing enterocolitis serta gangguan pekembangan
neurologis.Pemberian kortikosteroid tidak berhubungan dengan infeksi, sepsis
puerpuralis dan hipertensi pada ibu.Kortikosteroid yang diberikan baik
deksametason maupun betametason sama-sama memiliki dampak bermakna
dalam menurunkan angka kematian janin dan neonatal, kematian neonatal, RDS
dan perdarahan serebrovaskular. Namun dalam menurunkan resiko RDS,
betametason memberikan penurunan yang lebih besar.6
2.5 Eklampsia
Eklampsia merupakan kasus dimana penderita preeklampsia mengalami kejang
dan/atau koma, dimana kejang yang ditimbulkan tidak disebabkan oleh kemungkinan
penyakit atau kondisi lain.Kejang bersifat generalisata dan dapat timbul sebelum,
selama dan setelah persalinan.Pada penderita yang akan mengalami kejang
umumnya ditemukan gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan
penglihatan, muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah.Tanda-tanda prodorma ini disebut sebagaiimpending eclampsia.7,8
22
(Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome). Keadaan ini kemudian
menimbulkan gangguan seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang, dan
penurunan kesadaran seperti yg ditemukan pada wanita dengan eklampsia dan
impending eclampsia.4
23
berikan larutan tersebut secara perlahan melalui IV selama 20 menit.
Namun, jika akses intarvena sulit, dapat diberikan melalui IM
(intramuskular) di bokong kiri dan kanan dengan dosis masing-masing 5
gram MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%).7
Sedangkan dosis rumatan / maintenance dose diberikan dengan cara
mengambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan kemudian
dilarutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat / Ringer Asetat. Lalu
diberikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes per menit selama 6 jam.
Pemberian tersebut diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang
berakhir (bila eklampsia).7
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensinadi, frekuensi pernapasan, refleks patella, dan jumlah urin
Bila frekuensi pernapasan <16 x/menit, dan/atau tidak ada refleks patella,
dan/atau oliguria (<0,5 ml/kgBB/jam), segera hentikan pemberian
MgSO4.
Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml
larutan10%) bolus dalam 10 menit
Jika kejang berulang, berikanMgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit)
Bila setelah pemberianMgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkanpemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.7
Penanganan Obstetri
Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam
sejak terjadinya kejang tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan
janin.7
2.5.4 Komplikasi Eklampsia
Cortical blindness
Kerusakan neurologis permanenkarena kejang berulang atau perdarahan
intrakranial
Insufisiensi renal dan gagal ginjal akut
IUGR, abruptio placentae, oligohydramnion
Ruptur hepar
DIC
24
Peningkatan risiko preeklampsia/eklampsia berulang pada kehamilan
berikutnya
Kematian ibu dan/atau janin.5
Evaluasi tekanan darah terutama saat tekanan darah postpartum mencapai puncak
pada hari ke 3 sampai ke 6 setelah persalinan
Wanita dengan hipertensi postpartum harus dievaluasi sebagai preeklampsia
Pertimbangkan untuk melanjutkan terapi antihipertensi, terutama pada wanita
dengan preeklampsia antenatal dan ibu yang melahirkan preterm
Pada wanita dengan hipertensi postpartum yang berat harus diberikan terapi
antihipertensi untuk menjaga tekanan darah sistolik <160mmHg dan diastolik
<110mmHg
Pada wanita tanpa co-morbid (pre-gestational type I / II diabetes mellitus
ataugangguan ginjal) , antihipertensi diberikan untuk menjaga tekanan darah
<140/90mmHg
Tekanan darah wanita dengan co-morbid selain pre-gestasional diabetes melitus
dijaga <140/90mmHg
Tekanan darah wanita dengan pre-gestasional diabetes melitus harus dijaga
<130/80mmHg
Obat-obtan antihipertensi yang dapat diberikan pada ibu menyusui antara lain:
nifedipide XL, labetalol, methyldopa, captopril, enapril
25
Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi perbaikan dari disfungsi
organ pada preklampsia
NSAID tidak boleh diberikan postpartum jika hipertensi sulit dikontrol (terdapat
bukti gangguan ginjal berupa oligouria dan kreatinin ≥90µM)
Thromboprophylaxis postpartum harus diberikan pada wanita dengan
preklampsia, terutama jika terdapat berbagai faktor resiko lainnya.3
26
DAFTAR PUSTAKA
27